Latar Belakang The Effect of Prebiotics to Intestinal Microflora Population of Common Carp (Cyprinus carpio) and Its Contribution in Protein Retention Efficiency and Growth.

1 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya perikanan merupakan suatu kegiatan pemeliharaan organisme akuatik pada lingkungan terkontrol dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Salah satu kegiatan budidaya ikan konsumsi yang banyak dilakukan petani ikan adalah ikan mas Cyprinus carpio. Ikan mas Cyprinus carpio memiliki potensi sangat baik untuk dikembangkan karena pemeliharaannya mudah, daya tumbuh kembangnya cepat, harganya terjangkau oleh masyarakat, disukai konsumen, serta mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein hewani. Namun, produksi nasional ikan mas sejak tahun 2002- 2008 mengalami penurunan. Produksi tahun 2002 mencapai 287.000 tontahun dan terus menurun pada tahun 2008 menjadi 243.000 tontahun Kementrian Kelautan Perikanan 2010. Salah satu penyebab turunnya produksi pada kegiatan budidaya ikan mas secara intensif adalah pakan. Pakan ikan merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan usaha budidaya, akan tetapi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pakan relatif besar mencapai 35-70 dari total biaya produksi, Webster Lim 2002. Pakan ikan memiliki harga relatif mahal, disebabkan oleh tingginya kandungan protein dalam pakan. Melonjaknya harga pakan ikan tidak terlepas dari kondisi bangsa Indonesia yang hingga kini masih mengimpor tepung ikan sebagai bahan baku utama pakan ikan, mencapai Rp 2 - 4,5 miliar per tahun Wawa 2006. Pada ikan, protein lebih efektif digunakan sebagi sumber energi pertumbuhan dibandingkan dengan karbohidrat. Hal ini dikarenakan komposisi penyusun tubuh ikan terbesar setelah air adalah protein. Kandungan protein pada ransum ikan mas sesuai dengan kebutuhannya berkisar 30-35 Takeuchi et al. 2002. Penurunan kandungan protein pakan diharapkan akan menghemat biaya produksi, tanpa harus menurunkan produktivitas sehingga total biaya produksi dapat ditekan. Upaya menurunkan penggunaan tepung ikan guna menekan biaya pakan dalam total biaya produksi telah banyak dilakukan oleh Nwana et al. 2004; Soltan et al. 2008, yaitu dengan mensubstitusi tepung ikan menggunakan tepung protein asal tanaman, seperti jenis leguminosa kelor dan lamtoro, daun-daunan 2 mulbery leaf dan biji-bijian biji kapas dan biji daun matahari. Akan tetapi, substitusi tepung ikan dengan protein asal tanaman memiliki kendala seperti zat anti nutrisi yang cukup tinggi dan ketersediaan akan asam amino lisin dan metionin sangat kurang. Usaha lain yang telah dilakukan adalah memberikan berbagai zat pemacu pertumbuhan seperti antibiotik dan prebiotik. Menurut Thyman et al. 2007 antibiotik dapat meningkatkan kapasitas kecernaan protein dengan cara menekan perkembangan bakteri patogen pada kegiatan budidaya. Akan tetapi, hal ini bertentangan dengan Dietze et al. 2005, yang menyatakan bahwa penggunaan antibiotik yang berlebihan dengan tujuan untuk menekan populasi bakteri patogen, akan membahayakan bagi mikroflora saluran pencernaan dan inang. Pemberian jenis antibiotik tertentu pada ikan akan memberikan efek yang berbeda terhadap aktivitas mikroflora. Penelitian mengenai mikroflora saluran pencernaan telah banyak dilakukan baik pada ikan mas maupun jenis ikan yang lain. Kajian yang dilakukan meliputi populasi mikroflora, aktivitas enzim selulase dan protease akibat penambahan jenis antibiotik dengan dosis tertentu. Menurut Nakayama et al. 1994 dan Jankauskiene 2002 pemberian streptomisin 100 mgl mengakibatkan penurunan populasi mikroflora hingga 94 dibandingkan pakan basal. Menurut Tae 2003 dan Aslamiyah 2006 bahwa pakan yang mengandung antibiotik dapat menurunkan populasi total bakteri proteolitik hingga 99,92 dan penurunan aktivitas enzim protease hingga 40. Berdasarkan informasi tersebut, antibiotik yang ditambahkan dalam pakan dapat digunakan sebagai kontrol negatif untuk melihat peran mikroflora saluran pencernaan. Pemilihan penggunaan zat pemacu pertumbuhan pada kegiatan budidaya perlu diperhatikan, agar tidak membahayakan inang dan mikroflora saluran pencernaan. Oleh karena itu, upaya untuk menurunkan biaya pakan dalam kegiatan produksi masih perlu dilakukan. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah mengoptimalkan peran mikroflora saluran pencernaan sebagai penghasil enzim eksogen dan sebagai sumber protein. Optimalisasi peran mikroflora dapat dilakukan dengan pemberian prebiotik dan menghindari penggunaan antibiotik. Prebiotik berperan sebagai feed supplement yang berada di dalam pakan atau sengaja ditambahkan di dalam 3 pakan, dapat berperan menjaga keseimbangan populasi mikroflora serta dapat bersifat sebagai growth promotor atau mengaktifkan beberapa strain bakteri bermanfaat yang terdapat dalam saluran pencernaan Mazurkiewiecz et al. 2008. Mikroflora sebagai penghasil enzim akan meningkatkan ketersediaan pakan tercerna yang siap diabsorbsi oleh tubuh sehingga efisiensi pakan meningkat. Selain berperan sebagai penghasil enzim, mikroflora saluran pencernaan juga berfungsi sebagai sumber protein. Hal ini terjadi apabila mikroflora mengalami fase lethal dan mengalami lisis kemudian diabsorbsi oleh tubuh ikan. Mikroflora saluran pencernaan mampu menghambat perkembangan bakteri patogen, sehingga membantu keseimbangan populasi total mikroflora. Keseimbangan populasi mikroflora saluran pencernaan akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi enzim eksogen. Hal tersebut menyebabkan peningkatan ketersediaan nutrien dalam proses penyerapan, yang selanjutnya akan dimanfaatkan untuk metabolisme, pembentukan jaringan tubuh dan pertumbuhan Berdasar pada informasi tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dan mengevaluasi kontribusi mikroflora saluran pencernaan ikan mas terhadap efisiensi retensi protein dan pertumbuhan ikan mas. Peningkatan efisiensi retensi protein dan pertumbuhan merupakan hal yang esensial dalam upaya peningkatan produksi dan efisiensi pakan pada usaha budidaya ikan mas.

1.2 Tujuan Penelitian