14 MRSA merupakan media sensitif yang digunakan untuk menguji keberadaan
bakteri gram positif, khususnya bakteri asam laktat.
c. Pakan uji
Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pakan iso- energi dan iso-protein yang disusun dengan komposisi nutrien yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan hewan uji, dengan kandungan protein sebesar 26. Pakan perlakuan terdiri dari pakan kontrol tanpa antibiotik dan pakan yang
dicampur dengan 3 jenis antibiotik berbeda; streptomisin S, tetrasiklin T, dan amphisilin A dengan dosis berbeda; 100, 150 dan 200 ppm. Pakan basal tanpa
antibiotik merupakan pakan kontrol, yang digunakan sebagai pembanding pada pakan dengan penambahan antibiotik. Komposisi pakan dapat diamati pada Tabel
1. Tabel 1 Komposisi pakan untuk melihat efektivitas jenis dan dosis antibiotik
terhadap penurunan populasi mikroflora saluran pencernaan setiap perlakuan BK
Bahan Pakan K
S100 S150 S200 T100 T150 T200 A100 A150 A200
T. ikan 15,80 15,80 15,80 15,80 15,80 15,80 15,80 15,80 15,80 15,80
T. udang 14,55 14,55 14,55 14,55 14,55 14,55 14,55 14,55 14,55 14,55
T. kedelai 17,49 17,49 17,49 17,49 17,49 17,49 17,49 17,49 17,49 17,49
T. jagung giling 22,44 22,44 22,44 22,44 22,44 22,44 22,44 22,44 22,44 22,44
Dedak 16,74 16,74 16,74 16,74 16,74 16,74 16,74 16,74 16,74 16,74
Terigu 9,98 9,98
9,98 9,98
9,98 9,98
9,98 9,98
9,98 9,98
Minyak Kedelai 3,00 3,00
3,00 3,00
3,00 3,00
3,00 3,00
3,00 3,00
Streptomisin ppm 0,00 100
150 200
Tetrasiklin ppm 100
150 200
Amphisilin ppm 100
150 200
Keterangan: K: Kontrol, S100, S150, S200 Streptomisin dosis 100, 150, 200 ppm, T100, T150, T200 Tetrasiklin dosis 100, 150, 200 ppm dan A100, A150, A200 Ampisilin dosis
100, 150, 200 ppm
Pellet yang telah dibuat diukur gross energinya dan analisis kimia proksimat AOAC 1993. Hasil komposisi kimiawi pellet pada Tabel 1 terdiri dari
kadar air 6,6, abu8,7, lemak kasar 8,6, protein kasar 26,0, serat kasar 3,8, BETN 52,8 dengan gross energi pellet 3465,3 Kalkg.
3.1.3 Prosedur kerja
Hewan uji dipelihara di dalam aquarium dan bagian sisi wadah ditutup dengan terpal berwarna gelap, untuk meminimalisir stress pada ikan yang
15 diakibatkan oleh lingkungan. Untuk menghindari ikan tidak melompat, dibagian
atas aquarium ditutup dengan menggunakan kassa nyamuk, yang sisin-sisinya dijepit. Sebelum digunakan, wadah dan semua peralatannya didisinfektan terlebih
dahulu menggunakan kaporit CaCO
3
Perlakuan pemberian pakan dimulai pada hari pertama setelah pemuasaan 24 jam pasca aklimasi hingga hari ke-8. Pakan uji diberikan dua kali sehari secara
ad libitum pada pagi hari pukul 8.00 WIB dan sore hari pukul 14.00 WIB. Setelah 8 hari diberi pakan uji, ikan uji diamati populasi total mikroflora pada saluran
cerna dengan cara pengambilan saluran pencernaan ikan mas sebagai sumber inokulum. Pengambilan sampel dilakukan dengan pemingsanan hewan uji dengan
zat anastesi minyak cengeh 1 ppm. Pembedahan dilakukan dengan menggunakan gunting yang telah disterilkan dengan alkohol 70 dan dikerjakan dekat api
bunsen untuk mencegah kontaminasi. Organ pencernaan usus dikeluarkan dari ikan mas yang telah dimatikan. Organ pencernaan di ukur panjangnya dan
ditimbang 1,2 g. Organ pencernaan digerus, setelah dihaluskan 1 g diencerkan dengan 9 ml cairan fisiologis NaCl 0.85 steril. Prosedur isolasi mikroba
mengacu pada metode yang dilakukan pada hewan terrestrial seperti petunjuk Hungate 1966, serta mengkombinasikannya dengan prosedur isolasi mikroba
dari saluran pencernaan ikan seperti metode yang dilakukan oleh Nakayama et al. 1994 dan Tae 2003. Kultur mikroba dilakukan dalam suasana aerob.
Pengenceran berseri di lakukan dari 10 . Aquarium diisi air sebanyak 40-45 L dan
direndam dengan kaporit 24 jam, kemudian dibilas dengan rendaman air bersih sebanyak 3 kali dan didiamkan selama 24 jam. Ikan mas dengan bobot rata-rata
15-20g ditebar dengan kepadatan 4 ekor per aquarium 1 unit percobaan. Sebelum di tebar, ikan diaklimasi terlebih dahulu selama 1 minggu dan diberi
pakan pellet, hal ini bertujuan untuk mengadaptasi ikan dengan lingkungan pemeliharaan. Setelah masa aklimasi selesai ikan uji dipuasakan selama 24 jam
dengan tujuan menghilangkan sisa pakan dalam tubuh.
-1
sampai 10
-7
, dengan cara mengambil 0,5 ml dari kultur mikroba pada media cair dan dimasukkan ke dalam 4,50 ml media
pengencer pertama cairan fisiologis NaCl 0,85, selanjutnya dari media pengencer pertama diambil 0,5 ml dan dimasukkan ke dalam 4,50 ml media
pengencer kedua dan seterusnya hingga media pengencer terakhir. Homogenisasi
16 dengan vortex selalu dilakukan sebelum rangkaian kegiatan pengenceran
dilakukan. Hasil pengenceran 10
-4
– 10
-7
ditransfer sebanyak 0,1 ml ke dalam media kultur padat MRSA. Media MRSA ditujukan untuk melihat perlakuan
terhadap respon populasi bakteri asam laktat pada saluran pencernaan. Kultur dalam media agar in vitro menggunakan metode agar tuang ke dalam cawan
petri sebanyak 10 ml. Hasil kultur diinkubasi pada suhu 29
Keterangan: C selama 48 jam.
Parameter yang diukur merupakan populasi total mikroflora berdasarkan jumlah koloni mikroba yang dihasilkan, data disajikan dalam bentuk Log cfuml dengan
menggunakan rumus Bergeys, 2002 sebagai berikut:
PM = Populasi mikroba cfu ml K = Jumlah Koloni
A = Volume inokulasi dalam media pengencer ml B = Pada pengenceran keberapa koloni mikrobanya dihitung
C = Volume inokulasi dari media pengencer ke media padat ml Pengamatan perlakuan terhadap respon persen kematian dilakukan untuk
melihat efektivitas antibiotik terhadap penurunan populasi total mikroflora, dengan rumus sebagai berikut:
Persen kematian mikroflora Jenis dan dosis antibiotik yang paling efektif menurunkan populasi
mikroflora ditetapkan sebagai kontrol negatif pada percobaan kedua.
3.1.4 Analisis Data