28
2.3 Sumber Bahan Baku
Menurut Okada 1992, bahan baku mince dan surimi dapat digunakan dari berbagai  jenis  ikan,  namun  secara  umum  surimi  di  peroleh  dari    jenis  ikan
demersal.  Menurut  Eong  et  al.  2003,  saat  ini  penggunaan  ikan  pelagis  sebagai bahan  baku  surimi  sudah  mulai  dikembangkan  mengingat  potensi  ikan  tersebut
yang melimpah dan rendah pemanfaatannya. Tan  et  al.  1988  mengemukakan  bahwa  surimi  dapat  dibuat  dari  spesies
ikan tropis  yang merupakan hasil sampingan trawl  yaitu ikan kurisi Nemipterus sp, ikan mata besar Priacanthus sp, ikan alu-alu Sphypaena sp, ikan gulamah
Argyrosomus amoyensis
, ikan pisang-pisang Caesio sp, ikan dorab Chirocentrus dorab, ikan beloso Saurida sp, ikan kaca piring Pentaprion longimanus, ikan
merah Lutjanus sp. Surimi itoyori yang diproduksi di Thailand terutama terbuat dari  jenis  ikan  kurisi,  cod,  beloso,  alu-alu,  conger  eel,  wolf  herring,  gulamah,
jewfish, dan hiu. Beberapa jenis ikan di Indonesia yang menunjukkan kemampuan gel  yang  baik  adalah    ikan  cunang-cunang  Congresox  talabon,  ikan  manyung
Arius  thalassinus,  ikan  pisang-pisang
Caesio  chrysozonus
,  ikan  ekor  kuning Caesio sp, ikan kurisi Nemipterus sp, ikan gulamah Pseudociena amoyensis,
ikan nila merah Oreochromis sp, dan ikan gabus Ophiocephalus sp Istihastuti et  al.  1997.  Demikian  juga  dengan  ikan  mujair  dan  ikan  cucut  sudah  dicoba
sebagai bahan baku pengolahan surimi. Perairan  Arafura  dan  sebagian  Maluku  merupakan  salah  satu  daerah
penangkapan  udang  dan  ikan  yang  potensial  dengan  basis  operasional  kapal penangkapan  terdapat  di  Sorong,  Ambon,  Tual  dan  Benjina.  Beberapa  tahun
terakhir ini, basis penangkapan ikan berkembang ke daerah Merauke, Kendari dan Bitung.  Armada  kapal  yang  beroperasional  di  wilayah  laut  Arafura  sebanyak  +
503 buah pukat udang dengan operasional penangkapan 50 – 70 hari untuk sekali trip.  Untuk  pukat  ikan  fish  net  beroperasional  di  ZEEI  laut  Arafura  sebanyak
766 buah dengan operasional penangkapan 15 hari dan 30 – 60 hari untuk sekali trip Sumiono 2000.
Komposisi  rata-rata  tangkapan  ikan  dari  pukat  ikan  terdiri  dari  ikan demersal  sebanyak  38,45  persen,  ikan  rucah  trash  fishes  31,53  persen,  ikan
29
pelagis  8,63  persen,  udang  8,11  persen,  cumi-cumi  2,06  persen,  rajungan  4,59 persen  dan  lainnya  6,63  persen  Sumiono  2000.  Di  ZEE  selatan  Papua
didominasi  oleh  famili  kakap  20,53  persen,  gulamah  15,86  persen  dan  beloso 10,26  persen  Budiharjo  et  al.  1993.  Untuk  penangkapan  udang  di  laut  Arafura
didominasi  udang  jerbung  white  shrimp  45,4  persen,  udang  dogol  endeavour shrimp  27,9  persen,  udang  windu  tiger  shrimp  22,8  persen  dan  udang  krosok
mix  shrimp  17,1  persen  Sugianto  1998.  Berdasarkan  data  produksi  perikanan tahun 2000, ikan-ikan yang didaratkan di Maluku dan Papua  sebesar 525.728 ton
yang  didominasi  oleh  ikan  pelagis  yang  dikarenakan  penangkapan  ikan  disekitar pantai  didominasi  oleh  alat  tangkap  pukat  cincin,  pukat  pantai,  jaring,  bagan
apung,  pancing  tonda  dan  sero.  Namun  bila  dilihat  dari  penangkapan  di  Laut Arafura  dan  ZEEI  Laut  Arafura  ikan-ikan  yang  tertangkap  didominasi  ikan
demersal Tabel 2 dan Tabel 3. Usaha  penangkapan  udang  selalu  memberikan  hasil  tangkap  sampingan
HTS  yang  volumenya  jauh  lebih  besar  dari  hasil  udangnya.  Persentase  HTS bervariasi  menurut  daerah  penangkapan  dan  waktu.  Menurus  Allops  1981  di
daerah  tropis  rata-rata  rasio  HTS  terhadap  udang  berkisar  10:1.  Sumiono  2002 menyatakan  rasio udang dan ikan HTS pada penangkapan di laut Arafura adalah
1 : 12 dengan sebagian besar berupa ikan demersal. Naamin  dan  Sumiono  1983  menyebutkan  banyaknya  HTS  di  Laut
Arafura  diperkirakan  mencapai  80  persen  dari  hasil  tangkapan  atau  rata-rata  19 kali lebih besar dari hasil tangkapan udang. Menurut Widodo 1998 menyatakan
ikan  HTS  bervariasi  antara  8  –  13  kali  hasil  tangkapan  udang  dengan  estimasi produksi udang laut sebesar 40.000 – 170.000 ton per tahun. Rasio HTS terhadap
udang di Laut Arafura dapat dilihat pada Tabel 4.
30
Tabel 2  Kelompok ikan yang didaratkan di Maluku dan Papua Jenis ikan
Jumlah ton Persentase
Pelagis
  Nomei   Paperek
  Ekor kuning   Layang
  Selar   Tatengek
  Daun bambutalang-talang   Sunglir
  Ikan terbang   Julung-julung
  Teri   Tembang
  Japuh   Lemuru
  Kembung   Tuna
  Cakalang   Tongkol
  Tenggiri 643
1.121 5.056
14.641 17.183
1.301 2.215
2.003 3.955
9.464
12.385 11.220
3.450 3.942
17.055 41.825
84.133 17.643
11.587 0,12
0,21 0,96
2,78 3,27
0,25 0,42
0,38 0,75
1,8 2,36
2,13 0,66
0,75 3,24
7,96
16,00 3,36
2,20 Jumlah
263.638 50,15
Demersal
  Ikan sebelah   Ikan lidah
  Manyung   Beloso
  Biji NangkaKuniran   Bambangan
  Karapu   Lencam
  Kakap   Kurisi
  Swangi   GulamahTiga Waja
  Cucut   Pari
  Bawal   Alu-alu
  Kuwe   KuroSenangin
  Layur 186
209
10.466 5.694
2.362 8.195
6.625 5.555
21.363 5.714
1.334 7.636
8.707 1.764
6.924 2.066
6.250 9.868
3.772 0,03
0,04 1,99
1,08 0,45
1,56 1,26
1,06 4,06
1,09 0,25
1,45 1,66
0,33 1,32
0,39 1,19
1,88 0,72
Jumlah 119.464
22,72 Ikan lain
142.626 27,13
Jumlah total 525.728
100
Keterangan : Data diolah dari produksi perikanan laut  2000.
31
Tabel 3  Jenis dan jumlah ikan dari hasil tangkapan pukat ikan hauling
Jenis ikan Jumlah kg
Persentase
1.Kakap Lutjanus sp 2.Sebelah Psettodes sp
3.Biji Nangka Openeus sp 4.Selar Kuning Selaroides sp
5.Terubuk Hilsa sp 6.Alu-alu Sphyraena sp
7.Bawal Formio dan Pampus 8.Mata besar Scolopsis sp
9.Kakap Lates calcarifer 10.  Kembung Rastrelliger sp
11.  Bambangan Lutjanus sp 12.  Ikan buntal Lagocephalus sp
13.  Beloso Saurida sp 14.  Lemuru Sardinella sp
15.  Nomei Harpodon sp 16.  Peperek Leiognathus sp
17.  Kurisi Nemiptherus sp 18.  Pisang-pisang
Caesio chrysozonus
19.  Ketang-ketang Drepane sp 20.  Bulu Ayam Thryssa sp
21.  Cendro Triacanthus sp 22.  Layur Trichiurus sp
23.  Swangi Priacanthustayenus 24.  Japuh Dusumieria sp
25.  Trompet Fistularia sp 26.  Tenggiri Scomberomorus sp
27.  Ekor kuning Anthias sp 28.  Lencam Lethrinus sp
29.  Pinjalo Pristipomoides sp 30.  Gulamah
Argyrosomus amoyensis
sp 31.  Tiga waja
Johnius dussumieri
32.  Baronang Siganus sp 33.  Kerong-kerong Therapon sp
34.  Gerot-gerot Pomadasys sp 17,5
28 9,8
18,2 14
87,5 24,5
14 22,4
25,2 21
15,4 315
11,9 14
980 21
14 19,6
14,7 5,6
27,3 5,6
14 7
28 18,2
21 17,5
14 35
16,1 17,5
26,6 0,89
1,43 0,50
0,93 0,72
4,47 1,25
0,72 1,14
1,28 1,07
0,79
16,09 0,61
0,72 50,05
1,07 0,72
1,00 0,75
0,29 1,39
0,28 0,72
0,35 1,43
0,93
1,073 0,88
0,72 1,79
0,82 0,89
1,36
Jumlah
1957,9
100
Sumber : Sumiono 2002
32
Tabel 4 Rasio HTS terhadap udang di Laut Arafura Tahun
Rasio HTS : Udang Wilayah
Sumber
1991 1992
1993
1996
1997 1998
2000 8:1 – 13:1
9:1 12:1
7:1 – 8:1 24:1
29:1 13:1
11:1
8:1 13:1
12:1 Laut arafura
Sele, Bintuni Dolak
Bintuni Kaimana
Aru Aru
Sele Kaimana
Laut Arafura Aru
Kaimana Aru
Aru Widodo 1991
Iskandar et al. 1993 Badrudin dan Karyana
1993 Widodo 1997
Suharyanto 1997 Sumiono et al. 2000
Latelay  dan  Malawat  1995,  ikan  HTS  yang  dibuang  kembali  ke  laut dapat  mencapai  65,56  persen  dari  total  tangkapan  ikan  HTS  setiap  tahun,
sedangkan  yang  dibawa  ke  darat  hanya  34,44  persen,  dengan  pemanfaatannya dalam  bentuk  produk  beku  untuk  ikan  ekonomis  dan  tepung  ikan  fish  meal
untuk ikan non ekonomis Tabel 5.
Tabel 5  Hasil penangkapan udang dan HTS kg di Laut Arafura oleh kapal trawl yang berbasis di Sorong
Tahun Produksi
Produksi HTS Produksi
Lain-lain Udang
Di Manfaatkan Di Buang
Jumlah 1997
950.436 34.039
31.008 65.047
32.505 1998
634.815 15.900
16.092 31.092
13.202 2.4
Hasil Tangkap Sampingan “By-catch”
Dalam  bahasa  Indonesia,  by-catch  diartikan  sebagai  hasil  tangkap sampingan  HTS.  Dalam  FAO  Technical  Paper  470  2005  dan  Eayrs  2005,
selain by-catch digunakan juga istilah target catch, incidental catch, discards dan trash fish.  Eayrs 2005 mendefinisikan sebagai berikut :
1  By-catch, adalah bagian dari hasil tangkapan yang terdiri dari organisme laut
yang  bukan  merupakan  target  penangkapan  utama.  Termasuk  di  dalamnya
33
organisme  yang  mati  akibat  interaksi  dengan  alat  tangkap,  meskipun  tidak terangkat  dari  dalam  laut.  Hasil  tangkap  sampingan  yang  terangkat  ke  atas
kapal terdiri dari ikan-ikan yang disimpan atau dapat dimanfaatkan atau laku dijual dan ikan-ikan yang dibuang discarded .
2  Discards, adalah bagian dari hasil tangkap sampingan  yang tidak diinginkan
karena  berbagai  alasan  dan  tidak  dimanfaatkan,  kemudian  dibuang  kembali ke  laut  baik  dalam  keadaan  hidup  atau  mati.  Buangan  ini  tidak  termasuk
bagian  dari  sisa  hasil  pengolahan  terhadap  hasil  tangkapan  yang  dibuang  ke laut,  misalnya  kepala  ikan  yang  dipotong  sebelum  disimpan  di  dalam  ruang
pendingin.
3  Trash fish, adalah jenis ikan yang berukuran kecil dan binatang lainnya yang
dibuang kembali ke laut karena tidak memiliki nilai ekonomis. FAO Fisheries technical Paper 470 2005, mendefinisikan :
1  Target  catch,  adalah  hasil  tangkapan  yang  terdiri  dari  satu  atau  atau
berbagai spesies yang merupakan sasaran utama kegiatan penangkapan.
2  Incidental catch, adalah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan 3  Trash fish, adalah hasil tangkap sampingan yang tidak dimanfaatkan dan
dibuang kembali ke laut. Trash fish merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis yang sangat rendah.
5 By-catch, adalah semua hasil tangkapan yang bukan menjadi target operasi
discarded catch ditambah incidental catch.
2.5  Alat Tangkap Pukat Udang