Analisis Statistika Angin Meridional dan Curah Hujan Di

Gambar 22 Pola Curah Hujan Sicincin dan Angin Meridional Periode April 2002-April 2006

4.2 Analisis Statistika

Analisis statitik dilakukan untuk membuktikan hubungan antara kecepatan angin meridional dan curah hujan dengan menggunakan teknik korelasi silang cross correlation dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 16.0. Sehubungan dengan fenomena Monsun tidak hanya terfokus kepada aktivitas pergerakan profil angin vertikal saja, maka analisis lebih lanjut ditujukan kepada data time-series curah hujan permukaan bulanan yang ada di sekitar kawasan Kototabang dan sekitarnya, yakni Kototabang 0.2 LS; 100.32 BT; 865 mdpl, Padangpanjang 0.5 LS; 100.41 BT; 700 mdpl dan Sicincin 0.6 LS; 100.22 BT; 500 mdpl Suryantoro et al, 2009. Untuk analisis yang lebih tajam, maka dilakukanlah analisis korelasi silang cross- correlation . Korelasi silang merupakan ukuran hubungan yang telah distandarkan antara satu deret berkala dengan nilai-nilai masalah, pada saat ini dan yang akan datang dari deret berkala lainnya. Data-data yang digunakan pada analisis ini adalah data angin pada ketinggian 14.1 km dan data curah hujan bulanan pada 3 titik dari kawasan barat Indonesia yaitu daerah Kototabang, Padangpanjang, dan Sicincin dengan periode April 2002-April 2006. Jumlah data n yang digunakan yaitu sebanyak 49 titik. Nilai selang kepercayaan dari kedua variabel tersebut adalah 2n 0.5 Walpole, 1989 yaitu -0.286 sampai 0.286, dapat dilihat pada Gambar 23. Adapun hasil korelasi silang antara kecepatan angin meridional dan curah hujan adalah sebagai berikut:

a. Angin Meridional dan Curah Hujan Di

Kototabang Gambar 23 Grafik Korelasi Silang Angin Meridional dengan CH di Kototabang Periode April 2002- April 2006 Tabel 2 Nilai Korelasi Silang Angin Meridional dengan CH di Kototabang Periode April 2002- April 2006 Lag Cross Correlation Std. Error -10 .262 .162 -9 .236 .160 -8 .168 .158 Tabel 2 Lanjutan Lag Cross Correlation Std. Error -7 .047 .156 -6 -.189 .154 -5 -.357 .152 -4 -.363 .151 -3 -.230 .149 -2 -.038 .147 -1 .090 .146 .219 .144 1 .068 .146 2 .153 .147 3 .222 .149 4 .14.18 .151 5 -.043 .152 6 -.198 .154 7 -.170 .156 8 -.186 .158 9 -.196 .160 10 -.206 .162 Berdasarkan Gambar 23 menunjukkan bahwa ada nilai korelasi silang antara Kecepatan angin meridional pada ketinggian 14.1 km dengan curah hujan di Kototabang, yaitu pada lag number selang waktu -4 sampai -5 lihat nilai korelasi pada tabel 2. Dengan nilai korelasi silang sebesar -0.363 ada pada lag number -4. Artinya bahwa korelasi negatif antara kecepatan angin dan curah hujan. Hal ini menunjukkan angin yang mendominasi adalah angin selatan namun curah hujan yang turun di atas Kototabang terjadi karena adanya intervensi atau pengaruh dari daerah lain. Selain itu juga disebabkan perbedaan data angin pada lapisan permukaan dan data curah hujan permukaan.

b. Angin Meridional dan Curah Hujan Di