Angin Meridional dan Curah Hujan Di Angin Meridional dan Curah Hujan di

Tabel 2 Lanjutan Lag Cross Correlation Std. Error -7 .047 .156 -6 -.189 .154 -5 -.357 .152 -4 -.363 .151 -3 -.230 .149 -2 -.038 .147 -1 .090 .146 .219 .144 1 .068 .146 2 .153 .147 3 .222 .149 4 .14.18 .151 5 -.043 .152 6 -.198 .154 7 -.170 .156 8 -.186 .158 9 -.196 .160 10 -.206 .162 Berdasarkan Gambar 23 menunjukkan bahwa ada nilai korelasi silang antara Kecepatan angin meridional pada ketinggian 14.1 km dengan curah hujan di Kototabang, yaitu pada lag number selang waktu -4 sampai -5 lihat nilai korelasi pada tabel 2. Dengan nilai korelasi silang sebesar -0.363 ada pada lag number -4. Artinya bahwa korelasi negatif antara kecepatan angin dan curah hujan. Hal ini menunjukkan angin yang mendominasi adalah angin selatan namun curah hujan yang turun di atas Kototabang terjadi karena adanya intervensi atau pengaruh dari daerah lain. Selain itu juga disebabkan perbedaan data angin pada lapisan permukaan dan data curah hujan permukaan.

b. Angin Meridional dan Curah Hujan Di

Padangpanjang Gambar 24 Grafik Korelasi Silang Angin Meridional dengan CH di Padangpanjang Periode April 2002-April 2006 Tabel 3 Nilai Korelasi Silang Angin Meridional dengan CH di Padangpanjang Periode April 2002-April 2006 Lag Cross Correlation Std. Error -10 -.033 .160 -9 .046 .158 -8 -.236 .156 -7 -.150 .154 -6 -.154 .152 -5 -.133 .151 -4 -.109 .149 -3 -.113 .147 -2 -.012 .146 -1 .091 .144 .101 .143 1 .158 .144 2 .045 .146 Tabel 3 Lanjutan Lag Cross Correlation Std. Error 3 -.052 .147 4 -.284 .149 5 -.345 .151 6 -.321 .152 7 -.313 .154 8 -.006 .156 9 -.016 .158 10 .261 .160 Hubungan kecepatan angin meridional dengan curah hujan di Padangpanjang mengindikasikan signifikan atau adanya korelasi silang dengan selang waktu atau lag number 5 sampai 7 lihat nilai korelasi pada Tabel 3 dengan nilai korelasinya yaitu -0.345 lihat Tabel 3 . Sama halnya dengan daerah Kototabang, di Padangpanjang juga terjadi hal yang sama yaitu korelasinya bernilai negatif hal ini mengindikasikan bahwa pada daerah Padangpanjang angin yang mendominasi adalah angin selatan.

c. Angin Meridional dan Curah Hujan di

Sicincin Gambar 25 Grafik Korelasi Silang Angin Meridional dengan CH di Sicincin Periode April 2002- April 2006 Tabel 4 Nilai Korelasi Silang Angin Meridional dengan CH di Kototabang Periode April 2002- April 2006 Lag Cross Correlation Std. Error -10 .383 .160 -9 .453 .158 -8 .379 .156 -7 .138 .154 -6 -.067 .152 -5 -.281 .151 -4 -.383 .149 -3 -.474 .147 -2 -.265 .14.6 -1 -.199 .144 .109 .143 1 .204 .144 2 .332 .146 3 .505 .147 4 .368 .149 5 .231 .151 6 -.156 .152 7 -.277 .154 8 -.442 .156 9 -.433 .158 10 -.306 .160 Hubungan kecepatan angin meridional dan curah hujan di Sicincin memiliki korelasi. Berbeda dengan daerah Kototabang dan Padangpanjang, daerah Sicincin memiliki nilai korelasi yang positif dapat dilihat pada Tabel 4. Pada daerah Sicincin nilai korelasinya bervariasi yaitu positif dan negatif. Untuk korelasi positif terdapat pada lag number -10 hingga -8 dan 2 hingga 4. Sedangkan untuk korelasi negatif terdapat pada lag number -4 dan -3 serta 8 dan 9 lihat Gambar 25. Hasil korelasi pada Sicincin berbeda dengan daerah Kototabang dan Padangpanjang. Korelasi yang terjadi pada daerah Sicincin dengan kecepatan angin meridional adalah berkorelasi positif, dan nilai koefisien korelasi tertinggi yaitu 0.505 yang terdapat pada lag number 3, lihat pada Tabel 4. Hal ini mengindikasikan bahwa angin yang mendominasi adalah angin dari selatan. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa pada saat angin meridional bergerak ke arah selatan dengan asumsi membawa banyak kandungan uap air yang siap diturunkan sebagai hujan, maka curah hujan yang ada di kawasan Sicincin tinggi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN