dengan menggunakan bahan pemingsan untuk mengurangi proses metabolisme yang dilakukan oleh ikan.
Penggunaan bahan pemingsan anestetikum ini ditujukan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya stres yang berujung kematian pada ikan selama proses
transportasi. Bahan anestetik kimia seperti tricaine MS-22 biasa digunakan sebagai zat pembius dalam transportasi induk ikan, benih dan ikan hias agar
tingkat kelulusan hidup ikan setinggi-tingginya sampai tempat tujuan. Akan tetapi bila digunakan untuk pembiusan ikan konsumsi, seperti kerapu meninggalkan
residu yang membahayakan terhadap keamanan produk Subasinghe 1997 diacu dalam Sukarsa 2005. Permasalahan lainnya adalah MS-222 tricaine harganya
relatif mahal dan susah untuk didapatkan, sehingga perlu dicari bahan kimia lain yang dapat digunakan sebagai anestetikum, salah satunya adalah dengan
menggunakan acepromazine. Acepromazine biasanya digunakan sebagai tranquilizer pada anjing dan
kucing. Termasuk golongan phenotiazine, cara kerjanya dengan mendepresi dopamin, metabolisme di hati dan diekskresikan melalui urin Forney 2004.
Menurut Mckelvey dan Hollingshead 2003, acepromazine dapat digunakan sebagai sedasi ketika transportasi hewan sehingga hewan merasa nyaman dan
seperti tertidur. Daya serap ikan terhadap anestetikum yang menyebabkan ikan dapat
pingsan sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis ikan tersebut, salah satunya adalah perbedaan jenis kelamin antara ikan jantan dan ikan betina. Ikan betina
pada umumnya memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan jantan, terutama pada saat ikan betina matang gonad. Acepromazine
memiliki sifat mudah terlarut atau terabsorbsi pada lemak Crowell-Davis dan Murray 2005, sehingga akan menyebabkan ikan yang mempunyai kandungan
lemak yang banyak akan lebih mudah teranestesi.
1.2 Tujuan
Penelitian mengenai “Penerapan Teknik Imotilisasi Menggunakan Acepromazine dalam Transportasi Kering Ikan Nila Oreochromis niloticus
Hidup dengan Pembedaan Jenis Kelamin” ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perbedaan jenis kelamin antara ikan jantan dengan ikan betina selama proses pemingsanan dengan menggunakan acepromazine.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Nila Oreochromis niloticus
Ikan nila berasal dari Afrika bagian timur. Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih ke arah vertikal compress. Posisi mulutnya terletak di ujung hidung
terminal dan dapat disembulkan Suyanto 2003. Morfologi ikan nila dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Ikan nila Oreochromis niloticus Lim dan Webster 2006
Menurut Saanin 1984, ikan nila Oreochromis niloticus mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda lainnya yang
dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan.
Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun
rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis
bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan mulut berada
di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar Kottelat et al. 1993. Ikan nila memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya.
Ikan ini memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran yang tinggi
dengan suhu yang rendah Trewavas 1982. Ikan nila mampu hidup pada suhu 14-38
o
C dengan suhu terbaik adalah 25-30
o
C dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 Suyanto 2003.
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus
terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap,
dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh.sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar Suyanto 2003. Perbedaan ciri
morfologis antara ikan nila jantan dengan ikan nila betina dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Ikan nila jantan dan ikan nila betina Suyanto 2003
2.2 Anestesi