Pengujian dengan konsentrasi 50 ppm mulai memberikan pengaruh terhadap ikan uji pada menit ke-30. Pengaruh yang diberikan tersebut dilihat dari gerakan
operkulum yang mulai melemah, sirip punggung yang meregang, sesekali mulut disembulkan ke permukaan serta sebagian ikan memasuki fase light sedation dan
deep sedation. Pada penggunaan konsentrasi uji 50 ppm ikan uji tanpa pembedaan jenis kelamin memasuki tahap pingsan masing-masing pada menit ke-57, 55, dan
58. Ikan uji betina memasuki tahap pingsan masing-masing untuk tiap ulangan adalah pada menit ke-47, 50, dan 48, sedangkan ikan uji jantan memasuki tahap
pingsan masing-masing pada menit ke-67, 68 , dan 64. Pengujian dengan konsentrasi 60 ppm mulai memberikan pengaruh terhadap
ikan uji pada menit ke- 15. Pengaruh yang diberikan tersebut dilihat dari gerakan operkulum yang mulai melemah, sirip punggung yang meregang, sesekali mulut
disembulkan ke permukaan serta sebagian ikan memasuki fase light sedation dan deep sedation. Pada penggunaan konsentrasi uji 60 ppm ikan uji tanpa pembedaan
jenis kelamin memasuki tahap pingsan masing-masing pada menit ke-47, 54, dan 42. Ikan uji betina memasuki tahap pingsan masing-masing untuk tiap ulangan
adalah pada menit ke-40, 39, dan 36, sedangkan ikan uji jantan memasuki tahap pingsan masing-masing pada menit ke-54, 57 , dan 55.
4.2 Waktu Onset Pemingsanan
Waktu onset adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu keadaan dimana status hewan uji kehilangan kesadaran Mckelvey dan Hollingshead
2003. Pencatatan waktu onset pemingsanan ikan nila dilakukan mulai dari kondisi normal sampai kondisi pingsan. Pencatatan ini bertujuan untuk melihat
pengaruh penambahan acepromazine terhadap waktu yang dibutuhkan ikan nilai hingga pingsan.
Hipotesis awal pada parameter ini adalah bahwa pemberian berbedaan konsentrasi acepromazine tidak berpengaruh terhadap waktu onset yang
dibutuhkan oleh ikan nila hingga pingsan. Sebaliknya, hipotesis pembandingnya adalah perbedaan konsentrasi acepromazine memberikan pengaruh terhadap
waktu onset pemingsanan. Hasil pengamatan terhadap waktu onset pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Grafik pengaruh perlakuan terhadap waktu onset Grafik di atas menunjukkan bahwa pembedaan jenis kelamin ikan uji dan
perbedaan konsentrasi acepromazine yang digunakan menyebabkan waktu onset yang berbeda-beda. Namun, interaksi antara pembedaan jenis kelamin dan
perbedaan konsentrasi acepromazine tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap waktu onset ikan uji. Waktu onset paling cepat ditunjukkan oleh
ikan nila betina dengan pemberian acepromazine sebesar 60 ppm, yaitu selama 38,33 menit. Waktu onset paling lama ditunjukkan oleh ikan nila jantan dengan
pemberian acepromazine sebesar 40 ppm, yaitu sebesar 74,33 menit. Waktu onset yang didapatkan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
metode Rancangan Acak Faktorial RAF. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode RAF, pada selang kepercayaan 95 menunjukkan bahwa
pembedaan jenis kelamin dan perbedaan konsentrasi acepromazine memberikan pengaruh yang nyata terhadap waktu onset ikan uji. Hasil analisis ini selanjutnya
diuji lebih lanjut dengan menggunakan metode Tukey, yang hasilnya disajikan pada Lampiran 1.
Berdasarkan uji lanjut dengan menggunakan metode Tukey α =0,05 dapat dilihat bahwa pembedaan jenis kelamin memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap waktu onset ikan uji. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan waktu onset yang tercatat antara ikan nila jantan dan ikan nila betina, dimana ikan jantan
memiliki waktu onset yang lebih lama dibandingkan dengan ikan betina. Hal ini
58,67 74,33
67,67 48,33
66,33 56,67
38,33 55,33
47,67
10 20
30 40
50 60
70 80
nila bet ina nila jant an
cam puran
W a
k tu
O n
se t
m e
n it
Jenis Kelamin
40 ppm 50 ppm
60 ppm
diduga berkaitan dengan berkaitan dengan sifat dari acepromazine yang mudah terlarut atau terabsorbsi pada lemak Crowell-Davis dan Murray 2005, sehingga
ikan yang mempunyai kandungan lemak yang tinggi akan lebih mudah teranestesi. Sebagaimana diketahui, pada umumnya ikan betina memiliki
kandungan lemak yang lebih tinggi karena mengandung telur di dalam perutnya. Secara substansial, telur ikan terdiri atas tiga bentuk yaitu : kantung kuning telur
yolk vesicle, butiran kuning telur yolk globule dan tetesan minyak oil droplet. Kantung kuning telur berisi glikoprotein dan pada perkembangan selanjutnya,
menjadi kortikal alveoli. Butir-butir kuning telur terdiri atas lipoprotein, karbohidrat dan karoten. Oil droplet secara umum terdiri atas gliserol dan
sejumlah kecil kolesterol Sunarma et al. 2002. Ikan betina yang digunakan pada penelitian ini dapat diperkirakan memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi
karena sedang mengandung telur di dalam perutnya. Pemberian konsentrasi yang berbeda juga memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap waktu onset ikan uji. Semakin besar konsentrasi uji yang diberikan maka semakin cepat waktu onset ikan uji. Secara berurutan dari waktu
onset yang paling cepat hingga paling lama adalah konsentrasi uji 60 ppm, 50 ppm, dan 40 ppm. Acepromazine adalah golongan phenothiazine neuroleptik yang
mempunyai potensi untuk memblok post-sinapsis reseptor. Acepromazine mendepresi susunan syaraf pusat CNS sehingga menghasilkan efek sedasi,
relaksasi otot, dan menurunkan aktifitas refleks. Pengujian terhadap waktu onset akibat pemberian acepromazine pada
penelitian ini dapat disimpulkan kurang memuaskan karena waktu onset yang dibutuhkan ikan hingga pingsan cukup lama. Menurut Gunn 2000, anestesi yang
ideal adalah anestesi yang mampu memingsankan ikan kurang dari tiga menit. Lamanya waktu yang dibutuhkan konsentrasi uji untuk memberikan pengaruh
terhadap aktivitas ikan uji diduga karena konsentrasi uji yang diberikan belum cukup untuk mempengaruhi keseimbangan fungsi saraf dan jaringan otak ikan uji.
Di samping itu, ikan nila termasuk ikan air tawar yang memiliki kisaran toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan perairannya, yakni pH air yang
sangat rendah, kadar salinitas yang tinggi, dan kandungan oksigen perairan yang rendah Arie 2000.
4.3 Waktu Pulih Sadar