2.2 Anestesi
Anestesi berarti  pembiusan,  berasal  dari bahasa  Yunani,  yaitu  “an-  yang berarti  tidak,  dan “
aesthētos   yang  berarti  kemampuan  untuk  merasa.  Secara umum  berarti  suatu  tindakan  menghilangkan  rasa  sakit  ketika  melakukan
pembedahan  dan  berbagai  prosedur  lainnya  yang  menimbulkan  rasa  sakit  pada tubuh.  Penggunaan  istilah  anestesi  pertama  kali  digunakan  oleh   Oliver  Wendel
Holmes  Sr pada  tahun  1846.  Obat untuk  menghilangkan  nyeri  terbagi  dalam 2  kelompok,  yaitu  analgetik dan anestesi.  Analgetik  adalah  obat  pereda  nyeri
tanpa  disertai  hilangnya  perasaan  secara  total.  Seseorang  yang  mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan
seluruh  rasa nyeri,  tetapi  selalu  meringankan  rasa  nyeri.  Beberapa  jenis  anestesi menyebabkan  hilangnya  kesadaran,  sedangkan  jenis  yang  lainnya  hanya
menghilangkan  nyeri  dari  bagian  tubuh  tertentu  dan  pemakainya  tetap  sadar Suryanto 1998.
Anestesi  menurut Mckelvey dan Hollingshead 2003 ada 4 tahapan, tahap pertama  atau  sering  disebut  stadium  analgesia,  hewan  masih  sadar  tetapi
disorientasi dan menunjukkan sensitivitas terhadap rasa sakit berkurang, respirasi dan denyut jantung normal atau meningkat, semua reflek masih ada, hewan masih
bangun  dan  dapat  juga  urinasi,  defekasi.  Tahap  kedua  yaitu  kesadaran  mulai hilang namun refleks masih ada, pupil membesar dilatasi tetapi akan menyempit
konstriksi ketika ada cahaya masuk. Tahap kedua atau stadium eksitasi berakhir ketika  hewan  menunjukkan  tanda-tanda  otot  relaksasi,  respirasi  menurun  dan
refleks  juga  menurun.  Tahap  ketiga  atau  stadium  anestesi,  pada  stadium  ini biasanya  dilakukan  operasi.  Hewan  kehilangan  kesadaran,  pupil  mengalami
konstriksi  dan  tidak  merespon  cahaya  yang  masuk,  refleks  hilang  refleks palpebrae. Tahapan keempat adalah pernafasan dan  jantung terhenti, dan  hewan
mati.  Indikator  tahapan  anestesi  antara  lain  aktivitas  refleks  refleks  palpebrae, pedal refleks, cornea refleks, refleks laring, refleks menelan, relaksasi otot, posisi
mata dan ukuran pupil, sekresi saliva dan air mata, respirasi dan denyut jantung.
Stadium anestesi dan gejalanya pada ikan menurut Scott et al. 2009 yaitu stadium  eksitasi  ditandai  dengan  peningkatan  gerakan  opercular  atau  aktivitas.
Setelah  beberapa  menit  gerakan  ikan  melambat,  menjadi  ataksia,  berenang  tidak
seimbang  dan  mulai  memutar  ke  samping.  Kadang-kadang  posisi  ikan  menjadi dorsal  recumbency,  depresi,  ikan  menjadi  berada  di  dasar  kolam  dan  respirasi
meningkat. Tahapan anestesi  pada ikan Bowser 2001 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tahapan anestesi ikan Bowser 2001
Tahapan Deskripsi
Gejala Normal
Kesadaran ada; opercular rate dan otot normal 1
Awal Sedasi Mulai kehilangan kesadaran; opercular rate
sedikit menurun; keseimbangan  normal 2
Sedasi total Kehilangan kesadaran total; penurunan  opercular
rate; keseimbangan menurun
3 Kehilangan
sebagian keseimbangan
Sebagian Otot mulai relaksasi; berenang tidak teratur; peningkatan  opercular rate; bereaksi
hanya ketika ada tactile yang kuat dan  rangsangan getaran
4 Kehilangan
keseimbangan total Kehilangan keseimbangan dan otot  secara total;
lambat tetapi teratur opercular rate; kehilangan refleks spinal
5 Kehilangan refleks
Kehilangan kesadaran total; opercular lambat dan tidak teratur; denyut jantung sangat lambat;
kehilangan refleks
6 Medulla kolaps
stadium asphyxia Opercular berhenti bergerak; jantung menahan
biasanya diikuti  dengan gerakan cepat.
Menurut  Harms  1998,  anestesi  pada  ikan  dilakukan  untuk  pemeriksaan, transportasi,  diagnostik  dan  operasi.  Prosedurnya  yaitu  menyiapkan  air,
memeriksa  kondisi  ikan,  mengistirahatkan  ikan.  Penggunaan  anestesi  yang berlebihan  atau  overdosis  digunakan  untuk  euthanasia.  Anestesi  untuk  ikan
biasanya  penggunaannya  melalui  air  perendaman,  dan  bisa  juga  dengan  cara anestesi  inhalasi  seperti  anestesi  gas  pada  mamalia.  Anestesi  melalui  injeksi
efektif digunakan pada mamalia dan tidak efektif pada ikan .
Faktor-faktor  yang  mempengaruhi  respon  penggunaan  anestetikum  antara lain  spesies, kualitas air dan status kesehatan  ikan. Berbeda spesies berbeda  juga
responnya,  spesies  dengan  berat  badan  yang  berbeda  akan  menimbulkan  respon yang berbeda pula. Ikan dengan berat badan yang lebih besar akan menimbulkan
respon  yang  lebih  efektif.  Ikan  dengan  lapisan  lemak  yang  tinggi,  ikan  yang berumur  tua,  dan  ikan  betina  gravid  berproduksi  akan  memperpanjang  durasi
dan recovery akan semakin  lama apabila  menggunakan anestetikum  yang  mudah
larut  seperti  MS-222  atau  benzocaine.  Kualitas  air  seperti  temperatur  sangat mempengaruhi  tetapi  polanya  tidak  dapat  dipercaya,  misalnya  MS-222  dan
benzocaine  memerlukan  suhu  tinggi  untuk  dosis  yang  tinggi.  Keasaman  juga mempunyai  efek  terhadap  respon  anestetikum,  contohnya  sebagian  besar
anestetikum bekerja pada air laut tetapi barbiturat bersifat antagonis terhadap ion Ca
2+
.  Nilai    pH  juga  mempengaruhi  ionisasi  obat  sehingga  efek  obat  menjadi meningkat. Ikan  yang sakit akan  menjadi  subjek  yang  jelek pada proses anestesi
Ferguson 1988. Ferguson  1988  menyatakan  bahwa  tipe  anestesi  dan  anestetikum  yang
biasa digunakan antara lain anestesi irigasi atau perendaman, jenis anestetikumnya yaitu  MS-222,  2-phenoxyethanol  dan  benzocaine.  Anestesi  parenteral  contoh
sediaan  anestetikumnya  adalah  alphaxolone  saffan,  propanidid  epontol, sodium  pentobarbitone  Nembutal,  ketamin  hydrochloride  ketalar.  Tipe
anestesi yang lainnya yaitu dengan elektrik anestesi. Anestetikum yang digunakan pada ikan banyak jenisnya, misalnya ethanol,
diethyl ether, halothane, lidocaine, tricaine methanesulfonate MS-222, eugenol, ketamin, metomidate, propofol, and carbon dioxide. Dua diantaranya yang sering
digunakan  sekarang  adalah  tricaine  methanesulfonate  MS-222  dan  eugenol. Isofluran  digunakan  sebagai  anestesi  inhalasi  pada  mamalia  dan  burung,  dapat
juga  untuk  ikan  dengan  cara  dicampurkan  ke  dalam  air  meskipun  ada  juga  efek sampingnya
Harms 1998 .
Tricaine  nama  kimianya  yaitu  3-aminobenzoic  acid  ethyl  ester methanesulfonate,  ethyl  m-aminobenzoate  methadesulfonate,  methadesulfonate
salt  of  alkyl  aminobenzoate,  and  methandesulfonate  salt  of  ethyl  meta- aminobenzoate.  Nama  dagangnya  adalah  tricaine  methanesulfonate  MS-222,
Tricaine-S
tm
and  Meta-caine.  Finquel
tm
and  Tricaine-S
tm
yang  biasa  digunakan pada  ikan.  Ikan  yang  telah  diberi  anestesikum  Finquel
tm
and  Tricaine-S
tm
tidak boleh  dimakan  sebelum  21  hari  setelah  pemberian.  Komposisinya  larut  air  dan
juga larut dalam lemak. Konsentrasi tricaine 15-330 mgL. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan jenis anestesi, ukuran, spesies, temperatur air dan tekanan air.
Tricaine  lebih  baik  digunakan  dalam  air  hangat  dan  tekanan  air  yang  rendah
Bowser  2001.  Cara  kerja  tricaine  menurut  Lewbart  2001  adalah  dengan  cara memblokir saluran sodium dan penggunaanya melalui pakan ikan.
Sediaan  sedatif  tertentu  dalam  dosis  tinggi  akan  mendepresi  sistem  saraf pusat hingga tingkat tertentu  yang dikenal sebagai tahap III dari  anestesi umum.
Akan tetapi kecocokan suatu senyawa tertentu sebagai senyawa pembantu dalam anestesi  sangat  bergantung  pada  sifat  fisikokimia  yang  menentukan  kecepatan
mulai kerja dan lama kerja dari efek obat. Redistribusi dalam jaringan yang sangat cepat  menentukan  lama  kerja  yang  singkat  dari  obat-obat  tersebut,  yang  sangat
berguna di dalam praktik anestesi Katzung 2001.
2.3 Kegunaan Anestesi dalam Menanggulangi Stres pada Ikan