Metode Pendidikan Islam PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA

a. Pelajaran itu harus dikaitkan dengan kehidupan anak yang ada kaitannya dengan sekitar apa yang berlaku dalam lingkungan kehidupan. b. Persiapan guru mengajar harus dibuat dengan matang, sehingga dapat memberi kesan kepada anak didik bahwa gurunya adalah seorang yang patut dicontohi. c. Berusaha membangkitkan emosi murid -murid itu karena dengan membangkitkan emosi, dapat dibentuk akhlak yang mulia. d. Memperluaskan kegiatan agama diluar ruang belajar, seperti mengadakan keperluan ibadah dan sosial kemasyarak atan. e. Hari-hari perayaan keagamaan atau kebangsaan hendaklah dipakai untuk menanamkan semangat agama dan kebangsaan untuk persatuan umat guna untuk membangkitkan kesadaran beragama. f. Pendidikan melalui tauladan yang baik oleh pendidik. g. Menceritakan kisah-kisah tokoh-tokoh agama. h. Membiasakan praktek dan kebiasan keagamaan semenjak anak masih kecil. i. Membiasakan praktek ibadah. j. Mewujudkan suasana kasih sayang dan hubungan harmonis antara murid dan guru. k. Menggunakan pelajaran nasyid dengan s uatu cara untuk menanamkan semangat keagamaan. l. Mengadakan sandiwara atau drama dengan melakonkan cerita - cerita keagamaan. m. Menyediakan waktu luang untuk ikut memecahkan problem yang dihadapi anak. n. Menyuruh anak-anak menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits. 4. Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany Sedangkan menurut Omar Mohammad al -Atoumy al-Syaibani metode pendidikan Islam adalah: a. Metode pengambilan kesimpulan -kesimpulan atau induktif. Metode ini dimulai dengan membahas dari bagian -bagian yang kecil untuk sampai pada undang-undang umum. b. Metode perbandingan Qiyasiyah c. Metode kuliah dengan menyiapkan pelajaran dan kuliah, mencatat materi yang penting, mengutarakan secara sepintas tentang yang penting, kemudian menjelaskan dengan terperinci. d. Metode dialog dan perbincangan e. Metode halaqah, riwayat, mendengarkan dan membaca, dikte, hafalan, pemahaman, dan lawatan. 5. Abdurrahman Saleh Abdullah Dalam teorinya mengemukakan beberapa metode pendidikan dan peranannya, yaitu: a. Metode cerita dan ceramah, tujuan yang hendak dicapai dari metode cerita dan ceramah adalah unt uk memberi dorongan psikologis kepada peserta didik b. Metode diskusi, tanya jawab atau dialog. Teknik ini akan membawa kepada penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. c. Metode perumpamaan atau metafora. Penjelasan konsep - konsep abstrak dengan makna -makna kongkrit memberi gambaran yang jelas bagi peserta didik. d. Metode hukuman dan ganjaran. Efektivitas metode hukuman dan ganjaran berasal dari fakta yang menyatakan bahwa metode ini secara kuat berhubungan dengan kebutuhan - kebutuhan individu. Seorang peserta didik yang menerima 21 ganjaran akan memahaminya sebagai tanda penerimaan kepribadiaan yang membuat merasa aman. Dari kutipan-kutipan di atas, kita dapat melihat bahwa metode pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para ahli di atas dilaksanakan sejak dini, bertahap, berkesinambungan dan tuntas, serta dengan cara bijaksana, penuh kasih sayang, teladan yang baik, yang sesuai dengan perkembangan anak, yang dapat membangkitkan minat dan dengan cara yang praktis.

E. Pengertian Keluarga

Keluarga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu kerabat yang paling mendasar dalam masyarakat yang terdiri dari ibu dan bapak dengan anak-anaknya. 42 Menurut Ibrahim Amini, keluarga adalah “orang-orang yang secara terus menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga diantara mereka di sebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak yang menyebabkan si anak terlahir di dunia, mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban y ang lebih besar bagi pendidikan si anak ”. 43 Salah satu tujuan syariat Islam adalah memelihara kelangsungan keturunan melalui perkawinan yang sah menurut agama. Diakui ole h undang-undang dan diterima sebagai dari budaya masyarakat. Keyakinan ini sangat bermakna untuk membangun subuah keluarga yang dilandasi nilai - nilai moral agama. Pada intinya lembaga keluarga terbentuk melalui pertemuan suami dan istri yang permanen dalam masa yang cukup lama, sehingga berlangsung proses reproduksi. Dalam bentuknya yang paling umum dan sederhana, keluarga terdiri da ri ayah, ibu, dan anak. 44 42 Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Kamu Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1991 Cet. Ke -3, h. 471 43 Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik Jakarta : Al-Huda, 2006. Cet. Ke-1, h. 107 44 Fuaduddin TM, Pengasuh Anak dalam Keluarga Islam , Jakarta:Lembaga kajian Agama dan Jender, 1999 h . 4-5 Firman Allah dalam surat Ar -Rum ayat 21                        “Dan di antara tanda -tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan -Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar -benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang berfikir”. QS. Ar-Rum : 21 45 Keluarga dalam dimensi hubungan sosial ini mencakup keluarga psikologis dan keluarga pendagogis, keluarga psikologis merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota memili ki pertautan batin sehingga ter jadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menye rahkan diri. Sedangkan keluarga pendagogis adalah suatu persekutuan hidu p yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, dengan maksud untuk saling menyempurnakan diri. Menurut Ali Turkamani keluarga adalah “unit dasar dan unsur fundamental masyarakat, yang dengan itu kekuat an-kekuatan yang tertip dalam komunitas sos ial dirancang dalam masyarakat”. 46 Dalam keluarga orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik yang mempunyai hubungan darah, maka kewenangan pendidikannya pun bersifat kodrati. Pendidikan dalam keluarga merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak. Dan pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya.

F. Fungsi Keluarga

Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan dan keinginan adalah hak yang komplek Pengetahuan dan kecakapan yang 45 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya ., h. 644 46 Ali Turkamani, Bimbingan Kekuarga dan Wanita Islam, Jakarta : Pustaka Hidayah 1992. Cet ke-1 h. 30 diperoleh dari keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan diri seseorang, dan akan binasalah pergaulan seseorang bila orang tua tidak menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa berdasarkan pendekatan budaya keluarga seku rangnya mempunyai tujuh fungsi. yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius, protektif, sosialisasi, rekreatif dan ekonomis. 47 1. Fungsi biologis, perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agar memperoleh keturunan, dapat memelihara kehormatan serta martabat manusia sebagai makhluk yang berakal dan beradab. Fungsi biologis inilah yang membedakan perkawinan manusia dengan binatang. 2. Fungsi edukatif, keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semua anggotanya dimana orang tua memiliki peran yang cukup penting untuk membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan rohani dalam dimensi kognisi, afektif maupun skill, dengan tujuan untuk mengem bangkan aspek mental, spiritual, moral, intelektual, dan profesioanl. 3. Fungsi relegius, keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral agama melalui pemahaman, penyadaran dan praktek dalam kehidupan sehari -hari sehingga mencipta iklim keagamaan didalamn ya dengan demikian keluarga merupakan awal mula seseorang mengenal siapa dirinya dan siapa Tuhannya. 4. Fungsi protektif, adalah dimana keluarga menjadi tempat yang aman dari gangguan internal maupun eksternal keluarga dan untuk menangkal segala pengaruh negatif yang masuk didalamnya. Gangguan internal dapat terjadi dalam kaitannya dengan keragaman kepribadian anggota keluarga, perbedaan pendapat dan kepentingan, dapat menjadi pemicu lahirnya 47 Mufidah, Psikologi Keularga Islam Berwawasan Gender . Malang : UIN Press, 2008. Cet. Ke-1, h. 43