Pengaruh Penambahan Asam Sitrat Terhadap Kadar Tanin Pada Minuman PT Sinar Sosro Tanjung Morawa

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT TERHADAP KADAR TANIN PADA MINUMAN

PT SINAR SOSRO TANJUNG MORAWA

TUGAS AKHIR

OLEH:

EKA KURNIATI NIM 082410023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT TERHADAP KADAR TANIN PADA MINUMAN

PT SINAR SOSRO TANJUNG MORAWA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

EKA KURNIATI NIM 082410023

Medan, Juli 2012 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Dra.HERAWATY GINTING, M.Si., Apt. NIP 195112231980032002

Disahkan Oleh : Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman PT Sinar Sosro Tanjung Morawa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda, Mahyulis, S.P., Ibunda tercinta Railis, S.Pd., dan adik tercinta Tia dan Ody yang selalu bersabar dalam memberikan dorongan moril maupun materil, nasihat, serta doa kepada penulis dan memberi semangat agar penulis tidak pernah berhenti untuk menempuh cita-cita yang diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi.

2. Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si, Apt., yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

4. Bapak Ibnu Wardhana, S.T., selaku Koordinator Pembimbing PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa, Medan.


(4)

5. Seluruh staf dan karyawan PT. Sinar Sosro di Tanjung Morawa yang telah membantu kami selama melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan). 6. Dosen–dosen Fakultas Farmasi beserta stafnya yang telah banyak

membimbing dan membantu penulis selama perkuliahan di Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

7. Rekan-rekan angkatan 2008 Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang telah memberikan dorongan dan masukan dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang memerlukan.

Medan, Juli 2012 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Teh ... 3

2.2 Jenis Teh ... 4

2.2.1 Black tea ... 5

2.2.2 Green tea ... 5

2.2.3 Oolong tea ... 6

2.3 Asam Sitrat ... 6

2.4 Pengatur keasaman ... 6

2.4.1 Tujuan Penggunaan ... 7


(6)

BAB III METODE ... 11

3.1 Tempat Pengujian ... 11

3.2 Pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman PT. Sinar Sosro ……… . 11

3.3 Alat dan bahan ... 11

3.3.1 Alat – Alat ... 11

3.3.2 Bahan ... 11

3.4 Prosedur Pengujian ... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

4.1 Hasil ... 14

4.2 Pembahasan ... 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 15

5.1 Kesimpulan ... 15

5.2 Saran ... 15


(7)

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT TERHADAP KADAR TANIN PADA MINUMAN

PT SINAR SOSRO TANJUNG MORAWA

ABSTRAK

Minum teh merupakan salah satu yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Dibanding dengan jenis minuman lain ternyata teh lebih banyak manfaat nya. Teh dapat diminum tawar atau manis, tergantung pada selera yang mengkonsumsi. Meskipun bermanfaat bagi kesehatan, meminum teh secara berlebihan tidak baik, disebabkan di dalam teh terkandungan kafein meskipun tidak setinggi yang di kandung dalam kopi. Terlalu tinggi nya jumlah kafein yang terkonsumsi akan menimbulkan gangguan, seperti insomnia dan ketidakteraturan denyut jantung, oleh karena itu minum teh sebaik nya di lakukan 2 cangkir sehari. Tujuan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh asam sitrat yang ditambahkan tehadap kadar tanin pada pembuatan frutea. Pengujian dilakukan di PT. Sinar Sosro di Tanjung Morawa. Hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin banyak asam sitrat yang diikat pada tanin maka semakin rendah kadar tanin.


(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tanaman teh [Camellia sinensis (L.) O. Kunntze], suku Theaceae umumnya telah dikenal penduduk Indonesia terutama sebagai minuman penyegar, selain di Indonesia, tumbuh pula di India, Srilangka dan Cina. Daun teh berbau khas aromatik dan rasa nya agak sepet (Kartasapoetra 1992).

Minum teh merupakan salah satu yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Jika dibandingkan dengan jenis minuman lain ternyata teh lebih banyak manfaat nya. Minuman ini dapat mencegah dan membantu penyembuhan berbagai penyakit dari yang ringan sampai yang berat. Untuk mendapatkan rasa dan manfaat teh secara optimal diperlukan cara penyeduhan tersendiri, untuk teh dalam kemasan atau teh celup sebaiknya digunakan maksimal 2 kali. Penggunaan teh celup ketika menyeduh, segera diangkat setelah didapatkan warna seperti yang diinginkan dan jangan ditinggalkan didalam cangkir terlalu lama, sebaiknya dalam menyeduh teh digunakan teh alami non kemasan. Kemasan pembungkus teh bisa jadi mengandung zat-zat intake yang berbahaya bagi tubuh, meskipun teh non kemasan juga tidak terjamin bebas dari zat pestisida. Untuk penyeduhan teh non kemasan, digunakan 1 sendok teh daun teh utuk setiap 1 cangkir. Teh dapat diminum tawar atau manis, tergantung pada selera yang mengkonsumsi. Meskipun bermanfaat bagi kesehatan, meminum teh secara berlebihan tidak baik. Hal ini disebabkan di dalam teh terkandung kafein meskipun tidak setinggi yang di kandung dalam kopi. Terlalu tinggi nya jumlah kafein yang terkonsumsi akan


(9)

menimbulkan gangguan, seperti insomnia dan ketidakteraturan denyut jantung, minum teh sebaik nya di lakukan 2 cangkir sehari (Mangan, 2003).

Tanin adalah zat pahit polifenol dari tanaman yang baik dan cepat mengikat atau mengecilkan protein. Zat dari tanin menyebabkan perasaan kering pada mulut dan tanin bertentangan dengan basa, gelatin, logam berat, besi, air kapur, garam logam, zat oksidasi yang kuat dan sulfat seng (Anonim, 2011).

PT Sinar Sosro melakukan penambahan asam sitrat pada pembuatan frutea yang bertujuan untuk menambah rasa asam pada minuman. Asam sitrat yang ditambahkan dapat mengikat tanin sehingga berpengaruh terhadap kadar tanin, maka penulis tertarik mengangkat masalah pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman di PT. Sinar Sosro.

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Melihat pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman frutea teh botol sosro.

1.2.2 Manfaat

Dapat mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teh

Tanaman teh aslinya ditulis oleh Linnaeus di dalam sistem binomialnya pada tahun 1753 sebagai Thea sinensis, sekarang teh dimasukkan pasa marga Camellia sebagai Camellia sinensis (keluarga Theacceae). Linnaeus mengakui dua jenis yang sebelumnya digambarkan oleh John Hill, yaitu, Thea Viridis dan Thea Bohea. secara keliru dianggap bahwa teh Thea Bohea adalah sumber teh hitam, sedangkan Thea Viridis menghasilkan teh hijau. Namun, pada tahun 1843 Robert Fortune menemukan bahwa teh hitam dan teh hijau dihasilkan dari daun tanaman yang sama dengan proses produksi yang berbeda. Banyak jenis (spesialis) tanaman teh yang dikenal seperti Thea Bohea, Thea Viridis, Thea Cantonensis, Thea Assamica, Camellia thea, Camellia Theaifera dan lain-lain (James, 1992).

Teh hijau, teh putih maupun teh hitam berasal dari tanaman yang sama, yaitu Camellia sinensis, yang membedakannya adalah cara penanganan pascapemetikan. Teh hijau diproses dengan cara khusus, begitu daun dipetik, daun teh di kukus hingga kering, tetapi warnanya tidak berubah, dengan demikian, warnanya cenderung hijau yang berarti zat anti oksidan polifenol tidak banyak yang hilang. Untuk menghasilkan teh putih diperlukan daun teh pilihan yang masih muda dan masih dipenuhi bulu-bulu halus. Teh putih diolah dengan dua tahap, yakni penguapan, pengeringan tanpa penggilingan, dan fermentasi sehingga penampilan teh putih tidak banyak berubah dari daun aslinya dan teh yang dihasilkan pun berwarna putih keperakan. Pengolahan teh hitam lebih rumit lagi


(11)

karena harus melalui proses fermentasi dan penggilingan, sehingga minyak esensial dan sari teh muncul dan mengeluarkan aroma khas. Kualitas daun teh yang baik adalah yang berasal dari pucuk daun atau daun teh muda yang belum mekar (Mangan, 2003).

Daun teh berbau khas aromatik rasanya agak sepet, uraian makroskopiknya sebagai berikut :

a. Helai-helai daun dengan tepi bergerigi tebal, berbentuk sudip melebar sampai sudip memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm, dan bertangkai pendek,

b. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan bawah berambut setelah tua permukaan menjadi licin,

Kandungan zat pada daun teh : 1% - 4% kafein, 7% - 15% tanin dan minyak astiri. Penggunaan sebagai obat antidotum pada keracunan oleh logam - logam berat dan alkaloida (Kartasapoetra, 1992).

2.2 Jenis Teh

Pada umumnya teh-teh dapat dikelompokkan dalam tiga golongan: 1. Teh yang difermentasikan atau teh hitam

2. Tidak difermentasikan atau teh hijau 3. Setengah difermentasikan atau teh oolong

Perbedaan antara jenis teh tersebut dikarenakan perbedaan cara produksi, iklim lokal, tanah dan kondisi pengolahan (James, 1992).


(12)

2.2.1 Black Tea (Teh Hitam)

Teh hitam dan teh hijau berasal dari proses produksi yang berbeda yang dikenakan pada jenis daun teh yang sama, sesudah dipetik, daun dikeringkan lalu diletakkan pada baki bambu di bawah matahari atau di dalam pabrik. Proses ini membutuhkan waktu 18 sampai 24 jam. Lalu daun digiling dengan tangan atau mesin. Tujuan penggilingan adalah memecahkan sel-sel daun dan melepaskan air atau enzim-enzim yang ada dalam daun. Penggilingan dapat terjadi selama maksimum tiga jam. Lalu bahan di bawa ke roll breaker dan green leaf sifting machine, kemudian difermentasikan dalam baki-baki, di rak-rak atau di lantai semen yang dingin di bawah kain basah selama setengah sampai empat setengah jam, kemudian selanjutnya diproses pengapian (pengeringan) dalam panci-panci atau baki-baki atau di mesin mengapian. Proses ini memerlukan waktu 30 sampai 40 menit (James, 1992).

2.2.2 Green tea (Teh Hijau atau Teh Wangi)

Teh hijau diproduksi dengan penguapan tanpa fermentasi dalam silinder atau dandang yang berlobang supaya warna hijaunya bertahan. Perbedaan pokok antara teh hitam dan teh hijau adalah bahwa teh hitam mengalami proses fermentasi (proses pemeraman) yang merupakan ciri khasnya, teh hijau tidak mengenal fermentasi dalam proses pengolahannya. Teh hitam tidak mengandung unsur-unsur lain di luar pucuk teh, sedangkan teh hijau karena bau daunnya tidak hilang (karena tidak mengalami proses fermentasi itu) harus dikompensasi dengan wangi-wangian non teh. Di Indonesia biasanya bunga melati digunakan dalam proses ini (James, 1992).


(13)

2.2.3 Oolong tea ( Teh Oolong)

Teh setengah difermentasikan atau teh oolong mempunyai beberapa ciri khas dari teh hitam dan teh hijau. Daun-daun dapat dikeringkan dalam proses produksi dan difermentasikan secara parsial. Teh oolong, khas / Teh Cina / Taiwan, merupakan semacam perkawinan antara teh hitam dan teh hijau, mengalami ”setengah fermentasi”.

2.3 Asam Sitrat

Asam sitrat yang dipakai berbentuk anhidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C6 H8 O7, dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Kelarutan sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter, (Depkes, 1995).

2.4 Pengatur keasaman

Pengatur keasaman merupakan senyawa kimia yang bersifat asam dan merupakan salah satu dari bahan tambahan pangan yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan dengan berbagai tujuan. Asidulan tidak bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet. Kemudian pH rendah buffer yang dihasilkan mempermudah proses pengolahan. Bahan tersebut bersifat sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah ketengikan dan browning. Penggunaan pengatur keasaman di dalam


(14)

pangan, yaitu untuk memperoleh rasa asam yang tajam, sebagai pengontrol pH atau sebagai pengawet (Cahyadi, 2006)

Nilai pH suatu bahan berhubungan dengan derajat keasaman ataupun kebasaan bahan pangan tersebut. Nilai pH 7 menunjukkan keadaan netral, harga di bawahnya menunjukkan bahwa bahan pangan tersebut bersifat asam, sedangkan nilai di atasnya menunjukkan bahwa bahan pangan tersebut bersifat basa. Keaadaan yang bersifat asam mudah dicapai dengan penambahan asam, sedangkan keadaan basa dapat dicapai dengan menambahkan basa. Sejumlah pengaturan keasaman tersebut pada umumnya terdapat delapat jenis asam organik yang lebih sering digunakan untuk memperoleh atau memberikan rasa asam pada bahan pangan, di antaranya adalah asam asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat, asam tartrat dan asam fosfat (Cahyadi, 2006). 2.4.1 Tujuan Penggunaan

Salah satu tujuan utama penambahan asam pada bahan pangan adalah untuk memberikan rasa asam. Asam juga dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa-rasa asam adalah ion H+ atau ion hidrogenium H3O+ .

Pengelompokan pengatur keasaman jika ditinjau dari fungsi pengatur keasaman tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengasam - Asam asetat - Asam suksinat - Asam tartrat - Asam malat


(15)

- Asam fumarat - Asam laktat - Asam piruvat - Asam sitrat - Asam pirofosfat - Asam ortofosfat 2. Basa

- Na-sesquikarbonat - Natrium bikarbonat - Natriun hidroksida - Amonium bikarbonat 3. Penetral

- Asam-asam lemak jenuh - Asam-asam lemak tak jenuh

Fungsi penambahan penetral atau pendapar adalah untuk menjaga agar suatu pH suatu bahan menjadi tetap. Pengatur keasaman biasanya digunakan didalam bahan pangan seperti salad, margarin, baking powder, bir, roti, selai, jeli, natural cheese, es krim, bahan pangan yang dikalengkan (sarden, makanan bayi, sayuran dan buah-buahan) (Cahyadi, 2006).

2.4.2 Persyaratan

Makanan yang dikonsumsi harus mempunyai mutu yang baik, menyehatkan dan aman, sehingga angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang disebabkan oleh pangan rendah. Penetapan batas (limit) penggunaan harian (daily intake) adalah sangat esensial untuk perlindungan konsumen. Sejak tahun


(16)

1955 para ahli WHO menangani aspek toksikologi penggunaan bahan tambahan pangan sehingga dapat dikeluarkan nilai ADI (acceptable daily intake) untuk bahan tambahan pangan. ADI dari suatu bahan kimia merupakan jumlah dari bahan tersebut yang dinyatakan dalam mg bahan per kg berat badan yang meskipun dicerna setiap hari tetap bersifat aman dan tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan ataupun efek keracunan dan resiko lainnya. Harga ADI ini merupakan hal yang mutlak bisa diubah atau diperbaiki jika ada informasi baru (Cahyadi, 2006)

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/88 bahwa yang dimaksud dengan Pengatur Keasaman adalah bahan tambahan pangan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada bahan pangan adalah untuk memberi rasa asam. Asam juga dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion hidrogenium H3O+ (Cahyadi, 2006).

Pada umumnya semua bahan kimia jika dipakai dalam jumlah yang berlebihan akan bersifat racun, baik pada manusia ataupun pada hewan. Berikut ini adalah ADI dari beberapa pengatur keasaman, menurut Maurice Hanssen dan Jill Marsden dalam bukunya The New E for Additives (Cahyadi, 2006).


(17)

Daftar ADI beberapa pengatur keasaman

Jenis pengatur keasaman ADI Asam asetat

Kalsium asetat Asam laktat Asam malat Asam fumarat Asam sitrat Asam tartrat Asam fosfat Asam adipat

Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya

0-6 mg/kg berat badan Secukupnya

0-30 mg/kg berat badan 0-70 mg/kg berat badan 0-5 mg/kg berat badan Sumber: (Cahyadi, 2006)


(18)

BAB III METODE

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman PT.Sinar Sosro pabrik di Deli Serdang yang berada di Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 14,5 Medan 20362

3.2 Pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman PT. Sinar Sosro

3.2.1 Alat dan bahan 3.2.1.1 Alat

–buret – erlenmeyer

– Timbangan analitik – Pipet volum –Bola penghisap –Gelas ukur – Tissue –Kertas saring 3.2.1.2 Bahan

– Asam sitrat –Larutan gelatin –Larutan NaCl –Indigo carmin


(19)

–Serbuk kaolin –Aquades

3.3.3 Prosedur Pengujian

1. Pembuatan dan pengujian larutan Blanko Dimasukkan 50 ml teh hitam kedalam erlenmeyer – Disaring dengan kertas saring

– Diambil 20 ml hasil dari saringan kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer

– Ditambah 20 ml NaCl asam, 10 ml larutan gelatin dan 2 gr serbuk kaolin – Diaduk beberapa menit, lalu diamkan agar endapan terpisah kemudian

disaring

Diambil 5 ml larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer

– Ditambah 5 ml indigo karmin dan tambah 75 ml aquades

– Dititrasi dengan KMnO4 00.5 N hingga warna menjadi kuning keemasan

– Hasil tersebut sebagai A ml

2. Pembuatan dan Pengujian Larutan Uji

– Ditimbang asam sitrat dengan menggunakan timbangan analitik masing- masing 0.40 gr, 0.50 gr, 0.60 gr masukkan ke dalam erlemeyer

– Kemudian masing-masing erlemeyer di masukkan 50 ml larutan teh hitam

– Diaduk dan di diamkan selama 2 jam – Disaring menggunakan kertas saring


(20)

– Diambil hasil penyaringan 0.40 gr sebanyak 20 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.

– Ditambah 20 ml NaCl asam, 10 ml larutan gelatin dan 2 gr serbuk kaolin – Diaduk beberapa menit, lalu diamkan agar endapan terpisah kemudian

disaring

Diambil 5 ml larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer

– Ditambah 5 ml indigo karmin dan tambah 75 ml aquades

– Dititrasi dengan KMnO4 00.5 N hingga warna menjadi kuning

keemasan

– Cara yang sama juga dilakukan pada penambahan asam sitrat untuk 0.50 gr dan 0.60 gr

– Hasil tersebut sebagai B ml 3. Perhitungan Kadar

Kadar tanin dapat dihitung dari jumlah KMnO4 yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi tanin dalam teh hitam yang merupakan hasil dari titrasi. 1 ml KMnO4 0.1 N setara dengan 4,15468 mg tanin

Maka kadar tanin dalam ppm adalah :

Kadar Tanin dalam ppm =

(

)

1000 5 10 15468 , 4 0,1 KMnO N x ml A

-B 4 6

x x x =

(

)

1000 5 10 15468 , 4 0,1 0,05 x ml A -B 6 x x x


(21)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil

Hasil pemeriksaan pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman PT. Sinar Sosro, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data hasil pemeriksaan pengaruh penambahan Asam sitrat terhadap kadar tanin

Asam Sitrat KMnO4 (A) KMnO4 Blanko hasil

0.40 gr 9.0 ml 5.1 ml 1620.3252 ppm 0.50 gr 8.6 ml 5.1 ml 1454.138 ppm 0.60 gr 8.35 ml 5.1 ml 1350.271 ppm

1.2 Pembahasan

Hasil percobaan pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman PT. Sinar Sosro diketahui bahwa asam sitrat yang di tambah pada larutan teh hitam akan semakin sedikit kadar tanin di hasilkan karena tanin diikat oleh asam sitrat, jadi semakin banyak asam sitrat yang ditambahkan terhadap tanin maka kadar tanin akan menjadi rendah.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin banyak asam sitrat yang diikat pada tanin maka semakin rendah kadar tanin.

5.2 Saran

- Sebaiknya pada saat menimbang asam sitrat hendaknya harus tepat dan teliti

- Sebaiknya pada saat penitrasian hendaklah hati-hati dan teliti saat melihat perubahan warna yang terjadi


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tannin. Cahyadi, W., ( 2006 ), Bahan Tambahan Makanan, Jakarta : Penerbit PT Bumi

Aksara. Hal 173 – 176.

James, J., ( 1992 ), Komoditi Teh, Yogyakarta : Penerbit kanius. Hal. 13 – 25. Kartasapoetra, G., ( 1992 ), Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat , Jakarta :

Penerbit Rineka Cipta. Hal. 32.

Mangan, Y., ( 2003 ), cara bijak menaklukkan kanker, Depok : Penerbit PT AgroMedia Pustaka. Hal. 102-103.

Depkes, R.I., ( 1995 ), Farmakope Indonesia, Edisi ke empat. Jakarta : Penerbit Departemen Kesehatan. Hal. 48.


(1)

BAB III METODE

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman PT.Sinar Sosro pabrik di Deli Serdang yang berada di Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 14,5 Medan 20362

3.2 Pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman PT. Sinar Sosro

3.2.1 Alat dan bahan 3.2.1.1 Alat

–buret – erlenmeyer

– Timbangan analitik – Pipet volum –Bola penghisap –Gelas ukur – Tissue –Kertas saring 3.2.1.2 Bahan

– Asam sitrat –Larutan gelatin –Larutan NaCl –Indigo carmin


(2)

–Serbuk kaolin –Aquades

3.3.3 Prosedur Pengujian

1. Pembuatan dan pengujian larutan Blanko – Dimasukkan 50 ml teh hitam kedalam erlenmeyer – Disaring dengan kertas saring

– Diambil 20 ml hasil dari saringan kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer

– Ditambah 20 ml NaCl asam, 10 ml larutan gelatin dan 2 gr serbuk kaolin – Diaduk beberapa menit, lalu diamkan agar endapan terpisah kemudian

disaring

– Diambil 5 ml larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer

– Ditambah 5 ml indigo karmin dan tambah 75 ml aquades

– Dititrasi dengan KMnO4 00.5 N hingga warna menjadi kuning keemasan

– Hasil tersebut sebagai A ml

2. Pembuatan dan Pengujian Larutan Uji

– Ditimbang asam sitrat dengan menggunakan timbangan analitik masing- masing 0.40 gr, 0.50 gr, 0.60 gr masukkan ke dalam erlemeyer

– Kemudian masing-masing erlemeyer di masukkan 50 ml larutan teh hitam

– Diaduk dan di diamkan selama 2 jam – Disaring menggunakan kertas saring


(3)

– Diambil hasil penyaringan 0.40 gr sebanyak 20 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.

– Ditambah 20 ml NaCl asam, 10 ml larutan gelatin dan 2 gr serbuk kaolin – Diaduk beberapa menit, lalu diamkan agar endapan terpisah kemudian

disaring

– Diambil 5 ml larutan yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer

– Ditambah 5 ml indigo karmin dan tambah 75 ml aquades

– Dititrasi dengan KMnO4 00.5 N hingga warna menjadi kuning

keemasan

– Cara yang sama juga dilakukan pada penambahan asam sitrat untuk 0.50 gr dan 0.60 gr

– Hasil tersebut sebagai B ml 3. Perhitungan Kadar

Kadar tanin dapat dihitung dari jumlah KMnO4 yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi tanin dalam teh hitam yang merupakan hasil dari titrasi. 1 ml KMnO4 0.1 N setara dengan 4,15468 mg tanin

Maka kadar tanin dalam ppm adalah :

Kadar Tanin dalam ppm =

(

)

1000 5 10 15468 , 4 0,1 KMnO N x ml A

-B 4 6

x x x =

(

)

1000 5 10 15468 , 4 0,1 0,05 x ml A -B 6 x x x


(4)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil

Hasil pemeriksaan pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman PT. Sinar Sosro, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data hasil pemeriksaan pengaruh penambahan Asam sitrat terhadap kadar tanin

Asam Sitrat KMnO4 (A) KMnO4 Blanko hasil

0.40 gr 9.0 ml 5.1 ml 1620.3252 ppm

0.50 gr 8.6 ml 5.1 ml 1454.138 ppm

0.60 gr 8.35 ml 5.1 ml 1350.271 ppm

1.2 Pembahasan

Hasil percobaan pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kadar tanin pada minuman PT. Sinar Sosro diketahui bahwa asam sitrat yang di tambah pada larutan teh hitam akan semakin sedikit kadar tanin di hasilkan karena tanin diikat oleh asam sitrat, jadi semakin banyak asam sitrat yang ditambahkan terhadap tanin maka kadar tanin akan menjadi rendah.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin banyak asam sitrat yang diikat pada tanin maka semakin rendah kadar tanin.

5.2 Saran

- Sebaiknya pada saat menimbang asam sitrat hendaknya harus tepat dan teliti

- Sebaiknya pada saat penitrasian hendaklah hati-hati dan teliti saat melihat perubahan warna yang terjadi


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Tannin.

Cahyadi, W., ( 2006 ), Bahan Tambahan Makanan, Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara. Hal 173 – 176.

James, J., ( 1992 ), Komoditi Teh, Yogyakarta : Penerbit kanius. Hal. 13 – 25. Kartasapoetra, G., ( 1992 ), Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat , Jakarta :

Penerbit Rineka Cipta. Hal. 32.

Mangan, Y., ( 2003 ), cara bijak menaklukkan kanker, Depok : Penerbit PT AgroMedia Pustaka. Hal. 102-103.

Depkes, R.I., ( 1995 ), Farmakope Indonesia, Edisi ke empat. Jakarta : Penerbit Departemen Kesehatan. Hal. 48.