9
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, Penelitian ini bermaksud untuk menguji hubungan antara
Audit tenure
, Independensi auditor, Rasio hutang, Pertumbuhan penjualan terhadap Manajemen Laba
Discretionary accruals
. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah
Audit tenure
berpengaruh terhadap Manajemen Laba
Discretionary accruals?
2. Apakah Independensi auditor berpengaruh terhadap Manajemen Laba
Discretionary accruals?
3. Apakah Rasio hutang berpengaruh terhadap Manajemen Laba
Discretionary accruals?
4. Apakah Pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap Manajemen Laba
Discretionary accruals?
5. Apakah
Audit tenure,
Independensi auditor, rasio hutang, Pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap Manajemen Laba
Discretionary accruals?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris :
1. Untuk mengetahui pengaruh
Audit tenure
terhadap Manajemen Laba
Discretionary accruals.
Universitas Sumatera Utara
10 2. Untuk mengetahui pengaruh Independensi Auditor terhadap
Manajemen Laba
Discretionary accruals
3. Untuk mengetahui pengaruh Rasio hutang terhadap Manajemen Laba
Discretionary accruals.
4. Untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan penjualan terhadap Manajemen Laba
Discretionary accruals.
5. Untuk mengetahui pengaruh
Audit tenure,
Independensi auditor, rasio hutang, Pertumbuhan penjualan terhadap Manajemen Laba
Discretionary accruals?
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan pengalaman untuk
menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai Manajemen Laba
Discretionary accruals.
2. Bagi bidang akademisi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pendapat
dan wawasan terkini terhadap pengembangan pengauditan khususnya mengenai Manajemen Laba
Discretionary accruals.
Universitas Sumatera Utara
11 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan
penelitian selanjutnya
mengenai mengenai
Manajemen Laba
Discretionary accruals
Universitas Sumatera Utara
12
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi
Teori keagenan timbul ketika pemilik perusahaan tidak mampu mengelola perusahaan sendiri, sehingga pemilik harus melakukan kontrak
dengan agent untuk menjalankan perusahaan. Jensen dan Mackling 1976 mengemukakan teori yang menjelaskan tentang konflik kepentingan antara
agent dan principal sering disebut teori keagenan agency theory. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan manajemen dan
kepemilikian principal akan rentan terhadap masalah agensi agency problem Kono, 2012.
Masalah agensi adalah masalah yang timbul karena konflik kepentingan antara agent dan principal. Manajemen menjalankan semua
aktivitas bisnis perusahaan, sehingga perlu membuat laporan untuk mempertanggungjawabkan kinerja dan bisnis yang dijalankan kepada
principal. Di sisi lain manajemen berkeinginan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Widyaningdyah 2001 dalam Kono 2012
mengatakan
agency theory
memiliki asumsi bahwa sifat dasar manusia semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.
Universitas Sumatera Utara
13 Manajemen laba dapat menyebabkan penurunan kualitas pelaporan
keuangan karena manajemen laba cenderung untuk menyediakan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan Hearly dan
Wahlen,2009. Oleh karena itu proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian informasi yang wujud diantara manajemen
dan pemegang saham dengan menggunakan pihak lain adalah auditor untuk mengesahkan laporan keuangan DeAngelo, 1981. Adanya proses
pengauditan oleh pihak ketiga yang independen sebagai mediator hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor
perilaku manajemen agar bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor merupakan pihak yang dianggap mampu menjembatani
kepentingan pihak prinsipal dan manajer dalam mengelolaan keuangan perusahaan. Auditor dapat menjadi mekanisme pengendalian terhadap
manajemen agar manajemen menyajikan informasi keuangan secara andal, dan terbebas dari praktik kecurangan akuntansi Nuryaman,2008 Kono,
2012. Tugas auditor adalah memberikan penilaian secara independen dan profesional atas kehandalan dan kewajaran penyajian laporan keuangan
perusahaan. Dalam usahanya untuk mengesahkan laporan keuangan klien, auditor diharapkan dapat mempertahankan kualitas audit dari pengaruh
apapun yang dapat mempengaruhi penilaiannya. Teori keagenan menjelaskan bahwa seorang auditor dengan kualitas
audit yang tinggi akan memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
Universitas Sumatera Utara
14 Beckeret al., 2010. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
diharapkan dapat dipercaya dan digunakan oleh pihak principal.
2.1.2 Manajemen Laba
Defond 1997 menyatakan manajemen laba merupakan suatu upaya yang dipraktikan bagi perataan pendapatan. Pendapatan yang dilaporkan
dalam laporan keuangan tersebut bukanlah pendapatan yang diperoleh pada periode itu saja akan tetapi merupakan perataan pendapatan baik bagi
periode sekarang maupun periode akan datang. Sedangkan Scoot 2006 mengatakan manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi
oleh manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimalkan utilitas mereka atau nilai pasar perusahaan. Laporan
keuangan berdasarkan akuntansi akrual memberi kesempatan bagi manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
pelaporan laba. Menurut Hearly dalam Kono, 2012 manajemen laba merupakan
upaya yang dipraktikan oleh manajemen dengan menggunakan penilaian dan penyesuaian-penyesuaian dalam proses pembuatan laporan keuangan.
Penilaian dan penyesuaian dapat berupa mengubah memanipulasi laporan keuangan untuk menyesatkan pengguna. Laporan keuangan yang ada
menjadi tidak lagi mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
15 Berdasarkan definisi yang diungkapkan diatas, manajemen laba
merupakan upaya manajemen memanipulasikan laporan keuangan dengan memanfaatkan sistem akuntansi akrual. Manajemen pasti memiliki alasan
mengapa melakukan manajemen laba. Watt dan Zimmerman dalam Akhmad, 2011 Kono, 2012 mengungkapkan teori akuntansi positif yang
melatarbelakangi terjadinya manajemen laba: 1 Hipotesis Program bonus the bonus plan hypotesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitas yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar
berdasarkan
earnings
lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
2
Debt to Equity Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan
laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal
3
Political cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
dikarekan laba yang tinggi akan segera mengambil tindakan, misalnya:
Universitas Sumatera Utara
16 mengenakan peraturan anti trust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan
dan lain-lain. Pola manajemen laba menurut Scott 2000 dapat dilakukan
dengan cara: 1. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa mendatang. 2. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis
dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. 3. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menrun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus
yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
4. Income Smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.3
. Discretionary Accruals
Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan akuntansi akrual, Deteksi atas memungkinkan dilakukannya
manajemen laba dalam laporan keuangan karena secara umum diteliti melalui penggunaan komponen akrual yang merupakan suatu komponen
utama pembentuk laba. Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat,
dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas yang diterima
atau dibayarkan. Manajemen laba dilakukan dengan mempermainkan komponen-
komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab pada komponen akrual dapat dilakukan permainan angka melalui metode akuntansi yang digunakan
sesuai dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Komponan akrual merupakan komponen yang tidak
memerlukan bukti kas secara fisik sehingga mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau
dikeluarkan perusahaan. Akuntansi berbasis akrual menggunakan prosedur akrual,
deferral
, pengalokasian yang tujuannya untuk menghubungkan pendapatan, biaya,
keuntungan dan kerugian, yang menggambarkan kinerja perusahaan selama periode berjalan, meski kas belum diterima dan dikeluarkan Sulistyanto,
Universitas Sumatera Utara
18 2008 dalam Nuraini 2012. Hal ini sesuai dengan definisi akutansi
berbasis akrual yang dikeluarkan oleh
F inancial Accounting Board Standard
FASB, yaitu: Metode akrual membuat perusahaan dapat menunda pendapatan
periode berjalan menjadi pendapatan periode berikutnya, meskipun kas telah diterima. Artinya perusahaan dapat mengakui pendapatan pada periode
tertentu walaupun kas akan baru diterima pada periode yang akan datang. Hal ini mengakibatkan munculnya akun akrual dalam laporan keuangan,
misalnya piutang dagang, pendapatan diterima dimuka, hutang biaya, biaya depresiasi, dan biaya yang dikeluarkan dimuka, biaya cadangan dan lain-
lain. Menurut De Angelo dalam Muhammad Dahlan, 2009 sistem
akuntansi akrual
memberi kesempatan
bagi manajemen
untuk memanipulasikan laba akuntansi. Konsep akrual
Discretionary accrual
merupakan komponen akrual yang dapat dimanipulasi oleh manajemen dan biasanya untuk mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan. Manajer
dapat merekayasa
discretionary accruals
, misalnya kebebasan menentukan estimasi dan memilih depresiasi aset tetap, menentukan estimasi presentase
jumlah piutang tak tertagih, memilih metode penentuan jumlah persediaan, karena manajemen memilki kemampuan pengawasan dan tindakan.
Semakin besar manajemen laba dalam perusahaan, semakin tinggi tingkat
discretionary accruals
dalam perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
19 Komponen
discretionary accruals
diantaranya terdiri dari penilaian piutang, pengakuan biaya garansi
future warranty expense
dan aset modal
capitalization assets
. Sedangkan komponen non-discretionary accruals ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat diawasi oleh manajer.
2.1.4.
Audit tenure
Audit tenure
adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik KAP dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Di Indonesia, Menteri
Keuangan kemudian menetapkan Keputusan Menteri Keuangan nomor: 423KMK.062002 tentang jasa akuntan publik yang direvisi dengan
Keputusan Menteri Keuangan nomor 359KMK.062003 tanggal 21 Agustus 2003 mewajibkan perusahaan untuk membatasi masa penugasan
KAP selama lima tahun dan akuntan publik selama tiga tahun. Pada tahun 2008, Menteri Keuangan merevisi kembali tentang
Audit tenure
yaitu Peraturan Menteri Keuangan No 17 Tahun 2008, isi peraturan ini disebutkan batasan masa pemberian jasa audit selama tiga tahun
untuk auditor dan enam tahun untuk KAP Kementerian Keuangan RI, 2008. Hal ini kemudian membuka pertanyaan mengenai pengaruh
Audit Tenure
terhadap kualitas laba di perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.
Regulator memperlihatkan adanya hubungan positif antara tenur auditor dengan pengurangan kualitas laba Myers et al., 2003.
Universitas Sumatera Utara
20 Alasannya adalah sebagai berikut : 1 Jika seorang Auditor mengaudit
perusahaan yang sama dari tahun ke tahun akan menjadi kurang kreatif dalam merancang prosedur audit; 2 Terjadi peningkatan kompetisi antara
KAP didasarkan pada kualitas jasa audit; 3 Auditor tidak akan tergantung secara ekonomi kepada klien, dan4 Rotasi auditor akan memampukan KAP
untuk saling mengawasi dengan yang lain Holye,1978.
Giri 2010 dalam Kono 2012 menyebutkan bahwa menurut pendapat pendukung rotasi mandotori auditor, hubungan dalam waktu yang
lama dengan manajer perusahaan merupakan alasan utama yang mengancam dan merusak independensi auditor. Ada dua dasar argumentasi rotasi yang
bersifat mandatory umumnya dikelompokan menjadi dua hal: 1 kualitas dan kompetensi pekerjaan audit cenderung menurun secara signifikan dari
waktu kewaktu, 2 independensi auditor dapat rusak oleh panjangnya hubungan dengan manajemen Kono,2012.
2.1.5. Independensi Auditor
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi
dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan objektif yang tidak
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya Mulyadi, 2001. Independensi auditor merupakan suatu hal
yang penting untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan menjadi salah satu faktor untuk menilai mutu jasa audit.
Universitas Sumatera Utara
21 Hal ini dikarenakan pendapat yang sering diberikan oleh auditor berkaitan
dengan kepentingan banyak pihak. Kepercayaan yang diberikan untuk verifikasi auditor terhadap
laporan keuangan kliennya cenderung tergantung kepada kompetensi dan independensi. Dalam melaksanakan proses audit, auditor memperoleh
kepercayaan dari klien dan pemakai laporan keuangan apabila seorang auditor memiliki sikap independen terhadap kepentingan klien, para
pemakai laporan keuangan. Penilaian masyarakat terhadap independensi auditor bukan hanya individunya tapi secara keseluruhan. Apabila sebuah
Kantor Akuntan Publik lalai atau gagal mempertahankan sikap independensinya, maka kemungkinan besar anggapan masyarakat bahwa
semua auditor di KAP tersebut tidak independen. Independensi auditor akan berdampak terhadap pendeteksian mana-
jemen laba. Auditor yang independen merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Independensi auditor dinilai
dari lamanya penugasan auditor tersebut di perusahaan yang sama. Semakin lama auditor melaksanakan audit pada suatu perusahaan, maka auditor
dianggap tidak independen. Independensi auditor akan berdampak terhadap pendeteksian mana-
jemen laba. Auditor yang independen merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi terjadinya manajemen laba. Independensi auditor dinilai
dari lamanya penugasan auditor tersebut di perusahaan yang sama. Semakin
Universitas Sumatera Utara
22 lama auditor melaksanakan audit pada suatu perusahaan, maka auditor
dianggap tidak independen. Seluruh perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib memenuhi kewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik KAP sebelum dipublikasikan kepada publik sesuai dengan
keputusan ketua BAPEPAM No Kep.17PM2002. Dalam menjalankan profesinya, auditor dituntut untuk dapat bersikap independen dalam
mendeteksi kemungkinan perilaku menyimpang atau kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangannya.
Hal ini telah diatur melalui keputusan Menteri Keuangan no. 423KMK- 062002 yang mengatur mengenai rotasi wajib bagi auditor dan Kantor
Akuntan Publik tidak diperbolehkan memberikan jasa nonaudit di samping jasa audit itu sendiri karena dapat mengganggu independensi auditor.
2.1.6. Rasio Hutang
Rasio Hutang beberapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan Hutang. Dengan semakin tinggi rasio hutang
perusahaan menunjukkan bahwa tingginya hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan pemegang saham investor akan
memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya hutang yang dimiliki perusahaan. Investor tidak ingin mengambil
resiko yang besar dalam berinvestasi dengan harapan bahwa investor nantinya memperoleh pengembalian return saham yang menguntungkan
bagi mereka. Dengan rasio hutang yang tinggi menunjukkan tingkat hutang
Universitas Sumatera Utara
23 perusahaan yang tinggi pula, sehingga mengakibatkan sebagian investor
takut dalam berspekulasi dalam penanaman sahamnya ke perusahaan tersebut.
2.1.7. Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan Penjualan dilihat dari Kim et al., 2003 dalam Handayani dan Rachadi, 2009 bahwa perusahaan yang memiliki
pertumbuhan penjualan yang tinggi, kemungkinan termotivasi dalam melakukan tindakan manipulasi laba untuk melaporkan laba. Sebaliknya
jika perusahaan memiliki pertumbuhan penjualan yang rendah, maka akan memiliki kecenderungan untuk menyesatkan laporan laba atau perubahan
laba melalui tindakan manipulasi laba. Namun demikian, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi juga memiliki motivasi
dalam melakukan manajemen laba dalam memperoleh laba, manakala mereka dihadapkan pada permasalahan untuk tetap mempertahankan trend
laba dan trend penjualan. Myers dan Skinner 2000 Handayani dan Rachadi, 2009 menjelaskan bahwa sebagian besar perusahaan memiliki
kencendrungan untuk mengontrol angka pertumbuhan penjualan yang dapat berdampak pada pengukuran besar kecilnya perusahaan.
2.2 . Penelitian Terdahulu