Insektisida Insektisida Organofosfat TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Insektisida

Di tingkat dunia penggunaan pestisida didominasi oleh herbisida disusul oleh insektisida dan fungisida. Sedangkan di Indonesia, insektisida masih menempati urutan teratas Djojosumatro, 2000. Insektisida merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga. Kesulitan dalam pengendalian serangga disebabkan sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Untuk membunuh serangga, insektisida masuk dalam tubuh serangga melalui lambung, kontak dan pernafasan Wudianto, 2001. Insektisida terdiri dari beberapa golongan yaitu, 1golongan benzoilurea, 2golongan karbamat, 3golongan organoklorin, 4golongan organofosfat, dan 5golongan piretroid. Sebagian besar golongan benzoilurea merupakan insektisida dengan atom fluor dan memiliki berat molekul tinggi, contoh: diflubenzuron, heksabenzuron. Contoh insektisida golongan karbamat adalah adicarb, karbaril, karbofuran,dll. Insektisida golongan organoklorin memiliki tiga karakteristik analog DDT, isomer benzen heksaklorida BHC, dan ikatan siklodiena, karena persistensi dan toksisitasnya, sebagian besar organoklorin dilarang penggunaanya, contoh golongan ini yaitu aldrin, dieldrin, metosiklor. Insektisida golongan organofosfat adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri dari satu atau lebih atom fosfor pada molekulnya, contoh: diazinon, metidation, profenofos. Dan golongan piretroid adalah piretrin sintetis, contohnya sipermetrin, deltametrin, permetrin. Piretrin adalah insektisida alami yang diperoleh dari Universitas Sumatera Utara piretrum, diekstraksi dari bunga-bunga dari spesies tertentu dari chrysanthemum Tadeo, 2008.

2.3 Insektisida Organofosfat

Pada waktu perang Dunia II, Jerman telah membuat senyawa organofosfat dengan nama Sarin, Soman, dan Tabun yang digunakan bukan sebagai pestisida tetapi sebagai senjata rahasia, dengan nama Trilone Sartono,2002. Senyawa organofosfat merupakan senyawa yang cukup besar. Lebih dari 100.000 senyawa organofosfat telah diuji untuk mencari senyawa-senyawa yang mempunyai sifat sebagai insektisida. Dari jumlah ini hanya 100 senyawa saja yang berhasil diperdagangkan sebagai insektisida secara luas Sastroutomo, 1992. Senyawa organofosfat tidak stabil, oleh karena itu dari segi lingkungan senyawa ini lebih baik daripada organoklorin, sebab mudah terurai dalam lingkungan. Hal tersebut membuat senyawa organofosfat lebih banyak digunakan bahkan pembuatan senyawa ini juga masih terus berlanjut. Tetapi meskipun demikian, senyawa organofosfat ini lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang jika dibandingkan senyawa organoklorin dan dengan konsentrasi yang kecil mampu menyebabkan kematian Sastroutomo, 1992. Senyawa organofosfat mempengaruhi sistem saraf dan mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzim asetilkolin esterase. Sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa. Oleh karena itu keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan asetilkolin yang berlebihan, mengakibatkan perangsangan terus menerus saraf muskarinik dan nikotinik. Semua organofosfat diabsorbsi baik sekali melalui oral, inhalasi maupun kulit yang sehat Munaf, 1997; Sartono, 2002. Efek muskarinik, Universitas Sumatera Utara nikotinik dan saraf pusat pada toksisitas organofosfat dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini Afriyanto , 2008. Tabel 2. Efek Muskarinik, Nikotinik Dan Saraf Pusat Pada Toksisitas Organofosfat Sumber : Afriyanto 2008

2.4 Profenofos

Dokumen yang terkait

Analisa Kuantitatif Residu Insektisida Profenofos Pada Cabai Merah Segar Dan Cabai Merah Giling Di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2012

4 63 92

HUBUNGAN METODE PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN RESIDU PESTISIDA (PROFENOFOS) PADA CABAI KECIL (Capsicum frustescens) (Studi pada Petani Cabai Kecamatan Mayang Kabupaten Jember)

0 5 25

Analisis Residu Pestisida pada Tomat Menggunakan Metode QuEChERS dengan Perlakuan Sebelum dan Setelah Dicuci

4 30 105

APLIKASI METODE GC-MS UNTUK PENETAPAN KADAR RESIDU PROFENOFOS PADA Aplikasi Metode Gc-Ms Untuk Penetapan Kadar Residu Profenofos Pada Buah Stroberi (Fragaria Sp.) Setelah Pencucian.

0 1 13

PENDAHULUAN Aplikasi Metode Gc-Ms Untuk Penetapan Kadar Residu Profenofos Pada Buah Stroberi (Fragaria Sp.) Setelah Pencucian.

1 6 7

APLIKASI METODE GC-MS UNTUK PENETAPAN KADAR RESIDU PROFENOFOS PADA BUAH STROBERI Aplikasi Metode Gc-Ms Untuk Penetapan Kadar Residu Profenofos Pada Buah Stroberi (Fragaria Sp.) Setelah Pencucian.

0 1 14

PENENTUAN IMIDAKLOPRID, PROFENOFOS DAN DELTAMETRIN SEBAGAI RESIDU PESTISIDA PADA BUAH CABE SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI.

0 0 1

RESIDU PESTISIDA GOLONGAN ORGANOFOSFAT KOMODITAS BUAH CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) PADA BERBAGAI LAMA PENYIMPANAN.

0 0 17

ANALISA KUANTITATIF RESIDU INSEKTISIDA PROFENOFOS PADA CABAI MERAH SEGAR DAN CABAI MERAH GILING DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

0 0 14

Analisis Residu Pestisida pada Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting di Pasar Swalayan Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 80