Laju Infiltrasi Tanah Sebelum Terdapat Lubang Resepan Biopori

4.1.1.1 Laju Infiltrasi Tanah Sebelum Terdapat Lubang Resepan Biopori

Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan Laju Infiltrasi Pada Tanah Normal Di Kawasan Penelitian No T menit Waktu Kumulatif jam Penurunan cm fo cmjam Fc cmjam Log fo-fc 1 3 0.050 2.2 44 16.2 1.444 2 4 0.117 2.5 34.5 16.2 1.262 3 4 0.183 2.4 33 16.2 1.225 4 5 0.267 2.1 25.2 16.2 0.954 5 5 0.350 1.9 22.8 16.2 0.819 6 5 0.433 1.7 20.4 16.2 0.623 7 10 0.600 2.7 16.2 16.2 8 10 0.767 2.7 16.2 16.2 9 10 0.933 2.7 16.2 16.2 Sumber: Hasil Perhitungan Keterangan: fo = Laju infiltrasi dan fc = Laju infiltrasi konstan. Data yang diperoleh melalui hasil pengukuran laju infiltrasi dengan menggunakan ring infiltrometer akan dianalisis menggunakan metode Horton. Tahapan perhitungan metode Horton dapat dijelaskan sebagai berikut: f = fc + f0 – fc x e -kt log f t -fc = log f -fc -kt log e m= k loge Dari tabel di atas, berdasarkan rumus Horton maka dapat ditransposisikan seperti perhitungan-perhitungan sebagai berikut: ft – fc = f – fc f0.050 – fc = 44 – 16.2 = 27.8 f0.117 – fc = 34.5 – 16.2 = 18.3 Kemudian kedua persamaan tersebut di log kan menjadi: log f t -fc = log f -fc -kt log e log f . -fc = log . = . log f . -fc = log . = . Universitas Sumatera Utara Setelah persamaan tersebut di log kan, maka hasil analisis grafik log fo –fc terhadap waktu dapat dibuat seperti yang ditunjukan Gambar 4.3. Gambar 4. 3 Grafik Log fo-fc terhadap Waktu Metode Horton Dari grafik di atas dengan regresi linier didapatkan nilai kemiringan m sebesar 0.498. Tanda negatif menunjukkan bahwa ft berkurang dengan bertambahnya waktu. Setelah diketahui nilai m maka dapat dihitung nilai k sebagai berikut: m= − k loge - . = − k loge k log e = − - . k log e = . k log . = . k = 4.624 Universitas Sumatera Utara Dari nilai k di atas maka rumus laju infiltrasi ft terhadap waktu dapat dihitung dengan memasukkan nilai k seperti pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Analisis Laju Infiltrasi pada Tanah Normal di Kawasan Penelitian No. T menit Waktu Kumulatif jam Penurunan cm fo cmjam fc cmjam fo-fc cmjam Log fo-fc k -k x t ft cmjam 1 3 0.050 2.2 44 16.2 27.8 1.444 4.624 -0.2312 38.26 2 4 0.117 2.5 37.5 16.2 21.3 1.328 4.624 -0.5410 28.60 3 4 0.183 2.4 36 16.2 19.8 1.297 4.624 -0.8462 24.69 4 5 0.267 2.1 25.2 16.2 9 0.954 4.624 -1.2346 18.82 5 5 0.350 1.9 22.8 16.2 6.6 0.819 4.624 -1.6184 17.51 6 5 0.433 1.7 20.4 16.2 4.2 0.623 4.624 -2.0022 16.77 7 10 0.600 2.7 16.2 16.2 4.624 -2.7744 16.20 8 10 0.767 2.7 16.2 16.2 4.624 -3.5466 16.20 9 10 0.933 2.7 16.2 16.2 4.624 -4.3142 16.20 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: ft = Laju infiltrasi nyata cmjam, fc = Laju infiltrasi tetap cmjam, fo = Laju infiltrasi awal cmjam, k = Konstanta geofisik, dan t = Waktu jam. Universitas Sumatera Utara Dari perhitungan Tabel 4.2, dapat dibuat suatu grafik laju infiltrasi ft nyata terhadap waktu t Gambar 4. 4. Gambar 4. 4 Grafik ft Horton Pada grafik di atas dapat dilihat, pengukuran infiltrometer yang menunjukan bahwa laju infiltrasi mulai konstan pada waktu setelah 0.433 jam dengan laju infiltrasi 16.2 cmjam atau 16.2 mmjam. Berdasarkan Tabel 2.1, tekstur tanah dengan kecepatan infiltrasi 7.5 - 15 cmjam termasuk kelas sedang. Dari grafik pada Gambar 4. 4 terlihat bahwa secara umum laju infiltrasi maksimum terjadi pada permulaan pengukuran. Dengan bertambahnya waktu, laju infiltrasi kemudian menurun untuk kemudian kurva mulai mendatar, yang menunjukkan bahwa laju infiltrasi telah mencapai nilai yang konstan. Penyebab dari bentuk kurva yang seperti itu, karena pada mulanya infiltrasi terjadi pada keadaan kadar air tanah yang tidak jenuh, sehingga yang terjadi adalah tarikansedotan matriks tanah dan gravitasi. Dengan masuknya air kedalam profil tanah yang lebih 38,26 28,6 24,69 18,82 17,51 16,77 16,2 16,2 16,2 10 20 30 40 50 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 la ja u i n fi lt ra si c m j a m Waktu jam Universitas Sumatera Utara dalam lagi dan semakin basahnya profil tanah tersebut maka tarikansedotan matriks tanah menjadi berkurang. Dengan penambahan air yang terus menerus, ini membuat permukaan tanah.menjadi jenuh sehingga tarikansedotan matriks tanah menjadi sedemikian kecilnya hingga dapat diabaikan. Dengan demikian yang tinggal hanya tarikan gravitasi, yang membuat air dapat bergerak ke bawah. Pada saat itu laju infiltrasi adalah konstan, yang ditunjukkan oleh kurva yang mendatar. Dari perhitungan diatas terdapat perbedaan antara intensitas hujan yang terjadi pada kawasan perumahan dengan kecepatan infiltrasi pada tanah di kawasan perumahan, dimana intensitas curah hujan untuk PUH 2 tahun adalah 195.791 mmjam atau 19.58 cmjam sedangkan laju infiltrasi sebesar 16.2 cmjam I f , sehingga air limpasannya merupakan selisih antara intensitas hujan dengan kecepatan infiltrasi, yaitu sebesar 3.38 cmjam.

4.1.1.2 Laju Infiltrasi Tanah Setelah Terdapat Lubang Resapan Biopori