47
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy ditunjukkan dalam deskripsi cerita, dialog, dan
tanggapan para tokoh dalam menghadapi berbagai permasalahan. Cerita dalam sebuah novel yang diuraikan dalam bentuk paragraf dan kalimat
mengandung pesan yang ingin disampaikan para pembaca. Interpretasi yang berbeda-beda sering kali muncul dari pembaca karena berbedanya kemampuan
pembaca untuk melihat lebih dalam. Untuk melihat pesan dibalik deskripsi cerita maka dalam skripsi ini penulis akan menyampaikannya dalam bentuk potongan
paragraf atau kalimat. Penjabaran nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel Bumi
Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy akan penulis paparkan berikut ini:
A. Akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya
Akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya bermuara pada pengakuan dengan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan
Allah. Dalam Islam inilah yang menjadi syarat seseorang dinyatakan muslim. Sehingga akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi hal penting dalam
pembentukan kepribadian muslim. Seseorang tidak dikatakan beriman jika hanya meyakini bahwa Allah itu ada
dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, akan tetapi seseorang dikatakan beriman jika keyakinannya tersebut diikuti dengan senantiasa menjalankan segala
perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Menurut Abuddin Nata, ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak
kepada Allah SWT yaitu: Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia
menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan ke luar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Kedua, karena Allah-lah yang telah
memberikan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna
kepada manusia. Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia seperti, bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan sebagainya. Keempat, Allah-lah yang telah
memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.
1
Dalam novel Bumi Cinta, Habiburrahman menampilkan nilai akhlak kepada Allah pada diri tokoh utama yaitu Ayyas yang selalu menjalankan perintah Allah
dan mengikuti sunnah-sunnah Rasul. Ketika di Moskwa, Ayyas merasa sangat takut imannya akan luntur, untuk itu ia tidak henti-hentinya berdoa agar Allah
menjaga imannya, seperti pada kutipan di bawah ini. Ayyas merasa dirinya akan sangat lemah, imannya pasti akan runtuh
di Moskwa jika tidak ditolong dan dijaga oleh Allah Ta’ala. Ia tahu seberapa kuat keteguhan imannya. Perang melawan musuh di medan
perang mungkin ia akan tetap teguh sampai tubuh gugur bersimbah darah. Imannya tidak akan ciut dan runtuh oleh kilatan pedang yang
maha tajam. Ia sama sekali tidak gentar. Tapi di hadapan fitnah
1
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009, h. 149-150
kecantikan perempuan sejelita gadis-gadis Moskwa seperti Yelena, gadis pembawa biola dan gadis yang bersamanya di pesawat, ia merasa
imannya perlahan bisa lumer bagai garam disiram air.
Ia merasa tidak punya benteng dan senjata apapun untuk menjaga imannya, kecuali berdoa memohon kepada Allah, agar iman yang ada di
dalam hatinya tidak tercabut dalam kondisi apapun. Hanya Allahlah yang bisa menjaga imannya. Hanya Allahlah yang bisa menyelamatkannya
dari segala fitnah dan tipu daya setan. Tak ada yang lebih dahsyat dari rukuk dan sujud kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dan mohonlah
pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Dan shalat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
Ayyas tegak dalam shalatnya. Rasa takut akan fitnah perempuan menjalar ke seluruh syaraf dan aliran darahnya. Hati dan pikirannya
menyatu dalam bujuk haru kepada Allah. Dalam sujud ia berdoa, “Ya Allah rahmatilah hamba-Mu ini dengan meninggalkan maksiat
selamanya, selama hamba-Mu yang lemah ini Engkau beri hidup di dunia ini. Duhai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati hamba-
Mu ini memegang kuat agama-Mu, teguhkanlah hati hamba-Mu ini taat kepada-Mu dan meninggalkan segala larangan-
Mu. Amin.” Selesai salam, Ayyas langsung berdoa sebagaimana diajarkan oleh
Rasulullah SAW. “Ya Allah hamba minta kepada-Mu kebaikan daerah ini, kebaikan
penghuninya dan kebaikan yang ada di dalamnya. Dan hamba berlindung kepada-Mu ya Allah dari buruknya daerah ini , dari buruknya penghuni
daerah ini dan segala keburukan yang ada di dalamnya. Amin”
2
Ayyas seorang yang taat sangat takut apabila iman Islamnya hilang akibat hidup di lingkungan yang sangat menjunjung tinggi seks bebas dan ditambah lagi
ia harus datu apartemen dengan dua orang wanita cantik, ia takut terpengaruh dan terpedaya dengan kecantikan nonik Rusia dan kenikmatan hidup bebas tanpa
aturan. Ia merasa hanya Allah yang bisa menyelamatkannya dari tipu daya dunia yang menyesatkan, hanya Allah yang bisa menjaga keimanan yang telah tertanam
dalam dirinya. Untuk itu ia selalu memohon agar Allah senantiasa meneguhkan hatinya pada keimanan dan ketakwaan.
Pada kutipan di atas jelas terlihat nilai akhlak kepada Allah, Ayyas yang taat selalu berdoa dan meminta kepada Allah adalah bentuk keimanan seorang hamba
kepada Tuhannya, hamba yang hanya bergantung dan meminta pertolongan hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
2
Habiburrahman el Shirazy, Bumi Cinta, Jakarta: Ihwah, 2011, Cet. I, h. 40-41
Dalam kutipan lain juga terlihat bentuk ketaatan Ayyas dalam melaksanakan ibadah wajib yaitu shalat lima waktu.
Waktu shalat Zuhur hampir habis dan Ayyas belum juga menemukan tempat untuk shalat. Ia tahu, mencari masjid di Moskwa tidak semudah
mencari masjid di Jakarta atau di New Delhi India. Dari data yang ia punya, hanya ada lima masjid di Moskwa, yang kalau ia mengejar untuk
shalat di salah satunya, maka waktu shalat Zuhur sudah habis. Akhirnya ia nekat, ia masuk stasiun Universitet dan mencari sudut untuk bisa sujud
kepada Allah Azza Wa Jalla.
Ketika ia shalat banyak yang orang yang melihatnya dengan terheran- heran. Dan ia tetap tidak bergeming, ia tetap khusyuk dalam shalatnya.
Selesai shalat seorang polisi mendekatinya, memeriksa dokumennya dan menanyakan apa yang baru saja dilakukannya. Ayyas menjawab ia baru
saja shalat, beribadah kepada Tuhannya.
Polisi itu memberinya peringatan agar jangan sekali-kali melakukan ritual di tempat umum lagi, sebab tempat ibadah masing-masing agama
sudah disediakan di Moskwa. Ayyas hanya menjawab, “Da, da.”
3
Pada kutipan di atas terlihat begitu taatnya Ayyas, sehingga ia tidak peduli bagaimana pandangan orang-orang Rusia terhadap dirinya yang melaksanakan
shalat di sudut ruang stasiun, ia tetap khusyu dalam shalatnya. Ia tidak ingin melewatkan kewajibannya, di mana pun ia berada ia harus tetap melaksanakan
shalat. Untuk membentengi imannya Ayyas tidak hanya melakukan ibadah shalat
lima waktu saja, ia juga mengiringi ibadah shalat dengan membaca ayat-ayat suci Alquran, berzikir, dan membaca buku yang ditulis oleh orang saleh, seperti pada
kutipan di bawah ini. Dengan melanggengkan zikir sebagai pembuka kegiatan harian ia
berharap, Allah senantiasa menjaga jiwa, raga, akal, dan akhlaknya. Ia ingin selalu bersama Allah, ingin selalu mengingat Allah dan diingat oleh
Allah. Itulah kenapa setiap pagi ia tidak boleh melupakan empat hal tersebut, shalat, membaca Alquran, zikir dan membaca buku yang ditulis
orang-
orang saleh. “jika pagi datang, orang yang lalai akan berpikir apa yang yang harus dikerjakannya. Sedangkan orang yang berakal akan
berpikir apa yang akan dilakukan Allah kepadanya.” Kata-kata Ibnu Athaillah itu sedemikian kuat tertanam dalam hatinya.
Ya, ia telah merancang program hariannya dengan sangat rapi. Tidak hanya harian. Bahkan peta hidup beberapa tahun pun telah ia rancang
sedetil mungkin. Tapi setiap pagi ia merasa harus meminta kekuatan dari
3
I bid, h. 84-85