Yoselinda : Pengaruh Pemakaian Anestesi Pada Penderita Hiperpireksia Malignan, 2010.
proporsi lemaknya yang rendah, menangkap sedikit zat dari sirkulasi. Gas dibawa dalam darah dalam larutan sederhana dan tidak membentuk senyawa dengan
hemoglobin.
26
Mekanisme akhir dengan mana anestetikum menimbulkan pengaruhnya pada sel-sel sistem saraf pusat tidak diketahui, seperti diterangkan oleh banyak teori
tentang kerjanya. Walaupun demikian, kita mengetahui bahwa otak dipengaruhi secara progresif sehubungan dengan struktur perkembangannya. Kawasan ‘tertinggi’
adalah yang pertama kehilangan fungsinya, dengan hasil kehilangan kesadaran. Pada titik ini pikiran bawah sadar, yang dibebaskan dari kontrol lebih tinggi, dapat
menimbulkan berontak, berteriak dan menahan nafas secara tidak disadari. Tingkat aktivitas otak ini berikutnya hilang, penerusan pemberian anestetikum mengakibatkan
penekanan respons refleks pasien terhadap rangsang. Hal ini merupakan proses yang bertahap. Mula-mula, gerakan, refleks yang terkoordinasi hilang, kemudian kontraksi
otot sebagai respons terhadap stimulasi daerah tubuh yang relatif tidak sensitif dan yang sensitif.
26
3.2 Persiapan Pasien
Hal-hal lain yang mungkin menunjukkan kerentanan hiperpireksia malignan meliputi suatu riwayat keluarga tentang komplikasi setelah pemberian anestesi, tidak
tahan makanan yang mengandung kafein, atau suatu riwayat demam yang tidak jelas sebabnya atau kram otot. Bagaimanapun, anestesi sebelumnya yang tidak
menimbulkan gejala apa-apa dan tiadanya riwayat keluarga yang positif adalah
Yoselinda : Pengaruh Pemakaian Anestesi Pada Penderita Hiperpireksia Malignan, 2010.
prediksi kerentanan hiperpireksia malignan yang terkenal tidak dapat dipercaya. Seperti yang telah disebutkan, pasien manapun yang menimbulkan trismus selama
induksi anestesi harus dianggap rentan terhadap hiperpireksia malignan.
15
Memperoleh suatu riwayat anestetik keluarga adalah langkah pertama mencegah hiperpireksia malignan. Pasien atau anggota keluarga dengan risiko
hiperpireksia malignan seharusnya menyampaikan informasi ini kepada dokter pada kunjungan awal. Banyak yang telah kehilangan anggota keluarga akibat hiperpireksia
malignan akan menceritakan hal tersebut saat operasi direncanakan. Akan tetapi, kebanyakan dari pasien kadang tidak melakukannya.
2,5
Oleh karena itu, sebelum pemberian anastesi, pasien ditanya tentang adanya riwayat komplikasi yang tidak jelas dari anastesi-anastesi yang sebelumnya yang
meliputi hiperkarbia, gangguan otot pada keluarga, kejang otot dan warna urin yang gelap. Jika terdapat kecurigaan, dilakukan pemeriksaan kreatin fosfokinase dalam
darah. Apabila level kreatin fosfokinase meningkat, dilakukan pemeriksaan histologi pada spesimen biopsi yang diambil dari otot quadrisep dan menguji spesimen itu
dengan tes kontraksi dengan halotan dan kafein.
2,16,27
Pencabutan gigi pada pasien hiperpireksia malignan dapat dilakukan pada kebanyakan kasus, tetapi pada pasien dengan risiko yang lebih tinggi, lebih bijaksana
untuk mengadakan pencabutan di rumah sakit, dimana perawatan darurat yang cepat dapat dilakukan segera setelah timbulnya gejala. Anestesi lokal amida dengan dosis
normal dapat digunakan dengan sedikit peningkatan resiko.
2
Yoselinda : Pengaruh Pemakaian Anestesi Pada Penderita Hiperpireksia Malignan, 2010.
Anestesi umum dapat digunakan apabila benar-benar diperlukan, walaupun harus dengan ketelitian dan persiapan yang matang. Obat-obatan yang dapat
diberikan secara aman pada pasien hiperpireksia malignan yaitu: 1.
Anestesi lokal ester 2.
Benzodiazepin misalnya diazepam, midazolam 3.
Droperidol 4.
Barbiturat 5.
Propofol 6.
Etomidat 7.
Ketamin 8.
Pancuronium
2
Anestesi ester juga dapat digunakan sebagai anestesi infiltrasi. Anestesi ini termasuk kloroprokain. Vasokontriktor dapat digabung dengan ester atau amida untuk
mendapatkan waktu kebas yang lebih lama dan juga hemostasis.
2
Anestesi yang memiliki durasi pendek, seperti barbiturat methohexital, tiopental dan thiamylal, dapat diberikan bersamaan dengan pelemas otot
nondepolarisasi seperti pancuronium. Tiopental dan pancuronium aman diberikan, karena mereka menaikkan ambang yang mencetuskan hiperpireksia malignan.
Persediaan dantrolen yang cukup perlu selalu tersedia saat anestesi umum diberikan. Penggunaan dantrolen secara intravena sebagai pencegahan sebelum induksi anestesi
umum pada pasien yang rentan mungkin tidak diperlukan jika diberikan anestesi aman. Akan tetapi, risiko masih dapat timbul, karena agen pemicu mungkin telah
Yoselinda : Pengaruh Pemakaian Anestesi Pada Penderita Hiperpireksia Malignan, 2010.
diberikan pada pasien secara tidak sengaja pada saat-saat sebelumnya tetapi baru sekarang menimbulkan sindrom. Kemungkinan timbulnya risiko dari pemberian obat
harus selalu dipertimbangkan dengan hati-hati terhadap keuntungan pemakaian obat.
2,15
Perkembangan dan penggunaan dantrolen sodium, pelemas otot tipe hidantoin yang berdurasi lama, sangat bermanfaat untuk pencegahan dan perawatan dari
hiperpireksia malignan. Dantrolen dengan efektif menghambat pelepasan ion kalsium dari sarkoplasmik retikulum. Dantrolen tersedia dalam sediaan obat yang dikonsumsi
secara oral pada tahun 1972 serta dalam bentuk suntikan pada tahun 1978 dan telah digunakan secara luas pada perawatan hiperpireksia malignan. Penggunaannya
sebagai pencegahan timbulnya penyakit, mengurangi risiko kemungkinan dari hiperpireksia malignan. Dantrolen diberikan 24 jam sebelum pemberian anestesi dan
diberikan dengan dosis 4-7 mgkghari.
2
3.3 Penatalaksanaan Pasien Hiperpireksia Malignan