glikosida pada berbagai tanaman mempunyai efek dalam membantu penyembuhan luka bakar.
3,6
Untuk saponin mempunyai mekanisme pada penyembuhan luka dengan menstimulasi untuk memproduksi kolagen tipe 1 yang sangat penting dalam
penutupan luka dan meningkatkan re-epitelisasi jaringan kulit. Sedangkan flavonoid berkerja responsif terhadap radikal bebas dengan demikian mencegah
dan memperlambat neksrosis sel dan meningkatkan vaskularisasi pada daerah luka. Glikosida, flavonoid dan tannin mempunyai efek sebagai antibakteri.
Polifenol juga mempunyai efek seperti flavonoid, serta mempunyai kandungan antioksidan yang berfungsi meningkatkan proliferasi sel, menekan proses
inflamasi dan menghambat kontraksi pada jaringan kolagen.
3
2.1.5 Ekstraksi
Untuk membuat suatu ekstraksi, kita harus menentukkan terlebih dahulu simpislia bahan alamiah yang dimanfaatkan sebagai obat yang belum pernah
mengalami pengolahan kecuali pengeringan.
18
Tujuan ekstraksi ini untuk memisahkan suatu bahan dari campurannya menggunakan pelarut sehingga memperoleh ekstrak yang diinginkan. Ekstrak ini
merupakan kandungan senyawa aktif dari suatu tumbuhan. Pada saat melakukan ekstraksi perlu menjadi perhatian:
Jumlah simplisia Derajat kehalusan simplisia
Jenis pelarut Suhu ekstraksi
Lama waktu ekstraksi
18,19
Ada dua cara ekstraksi yang dapat digunakan untuk melakukan proses ekstraksi, yakni:
1. Dingin, ada dua metode seperti:
a. Maserasi
b. Perkolasi
2. Panas, ada beberapa metode seperti:
a. Refluks
b. Soxhlet
c. Digesti
d. Infus
e. Dekok
18,19
Dalam penelitian ini menggunakan cara yang dingin metode maserasi. Metode ini yang paling mudah dan cocok untuk simplisia yang tidak tahan
panas.
20
2.1.5 Sediaan Obat
Dalam penatalaksanaan luka bakar tergantung dari derajat luka dan luas dari luka tersebut. Terapi dapat diberikan secara topikal ataupun secara sistemik.
Sediaan obat yang digunakan secara topikal seperti salep, gel, solution dan lain- lain. Sediaan tersebut tergantung dari vehikulumnya yang ditentukan berdasarkan
kelarutan zat aktif.
22
Ektraksi yang digunakan dijadikan salep dengan zat pembawanya adeps lanae dan vaselin album, karena perlakuan secara topikal. Fungsi dari zat
pembawa ini untuk membantu bahan ektraksi dapat kontak lebih lama dengan bagian kulit yang mengalami luka.
3,21
2.1.6 Tikus Sprague dawley
Sprague dawley dipilih sebagai hewan coba berbagai penelitian biomedik karena hewan ini merupakan contoh yang paling menunjukkan sistem pada hewan
mamalia atau manusia dilihat dari berbagai aspek memiliki berbagai kesamaan. Sehingga berbagai penelitian yang menggunakan manusia sebagai bahan uji
digantikan oleh tikus ini. Hampir 80 penelitian yang dilakukan menggunakan tikus sebagai hewan uji. Berikut ini keadaan normal yang terjadi pada tikus.
23
Gambar 2.5 Keadaan fisiologi tikus Sprague dawley
Sumber: International Journal of Preventive Medicine 2013
Selain itu dalam pemilihan jenis kelamin pada hewan uji sangat diperhatikan. Paling banyak penggunaan jenis kelamin jantan karena pada tikus
ini tidak dipengaruhi dari proses metabolisme pada tikus. Pada tikus betina memilik sistem metabolisme yang fluktuatif ehingga bisa mempengaruhi dalam
hasil penelitian.
23
Begitu juga dalam pemilihan usia hewan uji, terutama tikus ini, yang dibutuhkan usia yang dewasa. Karena pada usia yang sudah dewasa semua sistem
dalam tubuh telah matur. Berikut ini perbandingan usia tikus dengan usia manusia.
Gambar 2.6 Perbandingan usia manusia dan tikus Sprague dawley
Sumber: International Journal of Preventive Medicine 2013
Sehingga yang kita pakai sebagai hewan uji tikus dengan usia 6 bulan. Usia tersebut dibandingkan dengan usia yang biasanya dicapai manusia dibandingkan
dengan usia tikus paling tua yang biasa ditemukan. Sehingga kita dapat menentukan usia tikus yang dapat digunakan sebagai hewan uji dalam suatu
penelitian.
23
22
BAB III Metode Penelitian
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif analitik untuk melihat pengaruh ekstrak daun Anredera cordifolia Tenore steenis terhadap re-
epitelisasi epidermis pada kasus luka bakar.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari-Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di laboratorium farmakologi, laboratorium histologi dan
laboratorium animal house Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
3.3 Bahan Uji
Daun Anredera cordifolia Tenore steenis didapatkan dari toko tanaman obat herbal binahong Jakarta sebanyak 4 Kg daun basah . Alamat jalan Palmerah
Utara 2 Jakarta Barat Indonesia yang dijadikan ekstrak dengan metode maserasi di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat BALITTRO, kemudian dijadikan
sediaan salep.
3.4 Populasi dan Besar Sampel Percobaan
Pada penelitian ini hewan percobaan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah tikus jantan jenis Sparague dawley umur 2-3 bulan yang
didapatkan dari Departemen Patologi Institut Pertanian bogor disertai surat keterangan sehat dari Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor IPB.
Hewan pecobaan dibagi kedalam lima kelompok. Yaitu kelompok I hewan uji diterapi salep dengan konsentrasi ekstrak 10, kelompok II hewan uji diterapi
salep dengan konsentrasi ekstrak 20, kelompok III hewan uji diterapi salep dengan konsentrasi ekstrak 40 kelompok IV kontrol positif dan kelompok V
kontrol negatif. Kelompok kontrol negatif adalah tikus normal dengan luka bakar diberikan basis salep. Kelompok kontrol positif adalah tikus yang normal dengan
luka bakar diberikan terapi Silver Sulfatiazine.