Rukun Waris Syarat Waris

Artinya: “Diriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit bahwa Nabi SAW memberikan kepada dua orang nenek dari harta warisan sebesar seperdelapan untuk mereka berdua ”. HR. Abdullah bin Ahmad

c. Ijma’

Selain Al- Qur’an dan Hadits, ijma merupakan salah satu dasar hukum pembagian harta waris, diantaranya adalah ijma’ sahabat dan thabi’in bahwa hak waris untuk nenek adalah seperenam hikayat Baihaqy dari Muhammad bin Nashar dari mazhab Syafi’i. 10

B. Rukun dan Syarat Waris

Dalam masalah pembagian harta waris terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi, 11 adapun syarat dan rukunnya itu adalah:

1. Rukun Waris

Rukun waris adalah sesuatu yang harus ada untuk mewujudkan bagian harta waris di mana bagian harta waris tidak akan ditemukan bila tidak ada rukun-rukunnya. Adapun rukun untuk mewarisi ada tiga, yaitu: 9 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz V327, hadits 23159, h. 1674. 10 al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuh, h. 246. 11 Fatchur Rahman, Ilmu Waris Bandung: PT Alma’arif, tth, h 36. a. Muwarrits yaitu orang yang meninggal dunia, baik meninggal secara hakiki maupun karena keputusan hakim 12 dan harus memiliki harta yang dapat diwarisi kepaad ahli waris pewaris; b. Mauruts yaitu harta benda yang ditinggalkan oleh muwarits pewaris yang diwarisi kepada warits ahli waris; 13 dan c. Warits yaitu oarang yang memiliki hubungan dengan muwarits pewaris.

2. Syarat Waris

Syarat adalah sesuatu yang karena ketiadaannya tidak ada hukum. Syarat untuk mewarisi ada tiga, yaitu: a. Matinya muwarrits orang yang mempusakakan, menurut para ulama kematian muwarrits itu dibedakan kepada 3 tiga macam, yaitu: 1 Mati haqiqi yaitu kematian yang nyata disaksikan oleh panca indera mati sejati; 2 Mati hukmy yaitu kematian atas dasar keputusan atas vonis hakim atas dasar beberapa sebab, seperti: orang yang hilang; dan 3 Mati taqdiri yaitu kematian berdasarkan dugaan keras, seperti: kematian bayi dalam perut ibunya karena ibunya minum racun atau terjadi pemukulan atas perut ibunya. 14 12 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, h. 192. 13 Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut Al- Qu’an dan As-Sunnah, Jakarta: Akbarmedia, Shafar 1431HJanuari 2010M, Cet. Ketiga, h. 486. 14 Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Ahkamu al-Mawaris fi al- Sari’ati al-Islamiyyati ala madahib al-Aimmati al- Arba’ah, Sudan: 1416H1996M, h. 13-14. b. Hidupnya ahli waris di saat kematian mruwarits pewaris, dan c. Tidak ada penghalang untuk mewarisi. 15

C. Sebab Ada Hak Waris