Letak dan Geografisnya Konsep Kewarisan Rumah Pusaka Bagi Anak Bungsu Perempuan

37

BAB III WARIS RUMAH ANAK BUNGSU PEREMPUAN DI SUKAMAJU DALAM

KONTEKS HUKUM ISLAM

A. Letak dan Geografisnya

Kampung Sukamaju merupakan perkampungan tingkat dusun yang merupakan dari wilayah Desa Darangdan. Pada umumnya, kampung Sukamaju mempunyai batasan-batasan wilayah, yaitu: sebelah timur berbatasan dengan dusun empat Babakan, sebelah barat berbatasan dengan dusun tiga Darangdan, sebelah utara berbatasan dengan Desa Gunung Hejo, dan sebelah selatan berbatasan dengan dusun dua Darangdan. 1 Luas wilayah kampung Sukamaju kurang lebih 60 hektar yang terbagi ke dalam pemukiman warga, perkebunan, dan pesawahan. Secara administratif, kampung Sukamaju termasuk ke dalam desa Darangdan Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat. Kampungan Sukamaju memiliki 578 bangunan, terdiri dari 572 rumah, satu sekolah Dasar dan satu sekolah Diniah MDA, satu sekolah menengah pertama yaitu SMP, dan terdapat tiga bangunan masjid. 2 Desa Darangdan terdiri dari 9 RW, 4 kepala dusun, dan 32 RT. Kampung Sukamaju terdiri dari 3 RW dan 12 RT dan jumlah dari penduduk kampung 1 Wawancara Pribadi dengan Sofyan, Purwakarta 10 Maret 2011. 2 Data kelurahan Darangdan. Sukamaju itu kurang lebih terdiri dari 1.680 jiwa. Dengan demikian kampung Sukamaju merupakan salah-satu dari wilayah administratif Desa Darangdan, untuk menuju kampung Sukamaju dari jalan raya sangat mudah karena kampung Sukamaju tepat berada di samping jalan raya. 3

B. Sistem Kemasyarakatan, Adat Istiadat dan Kebudayaan

1. Sistem Kemasyarakatan

Tokoh masyarakat kampung Sukamaju mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan masyarakatnya, hal ini disebabkan ketika salah satu dari masyarakatnya memiliki suatu masalah maka tokoh masyarakat tersebut selalu diminta pendapat untuk memecahkannya. Dalam hal ketaatan masyarakat kampung Sukamaju ada terkecualinya, yaitu dalam masalah pembagian sistem waris, meskipun kiyai atau ustadz itu dalam pembagian harta waris menyuruh kepada masyarakatnya untuk memakai sistem waris dua berbanding satu tetapi masnyarakatnya itu tidak melaksanakan hal tersebut. Dalam hal ini, masyarakat kampung Sukamaju beranggapan bahwa sistem waris dua berbanding satu itu kurang adil. Secara umum yang menjadi tokoh masyarakat adalah seorang kiyai atau ustadz yang memahami banyak tentang ilmu Agama Islam. Pada saat ini sistem kemasyarakatan kampung Sukamaju sedang mengalami transisi, yaitu dari sifat tradisional menuju ke modern. Selain itu, partisipasi tokoh masyarakat sangat 3 Wawancara Pribadi dengan Sofyan, Purwakarta 10 Maret 2011. vital dalam membina kesadaran masyarakat kampung Sukamaju, hal ini dapat terlihat dalam sistem kemasyarakatannya, yaitu:

a. Sistem Pelapisan Sosial

Masyarakat kampung Sukamaju selalu mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat oleh ketua RT atau RW, tetapi sebelum masyarakat mematuhi peraturan tersebut terlebih dahulu mereka selalu menanyakan kepada kiyaiustadz apakah peraturan tersebut perlu di taati atau tidak? Di kampung Sukamaju terdapat sifat gotongroyong yang tinggi. Hal ini terlihat ketika ada keluarga yang sedang membangun rumah, maka masyarakat kampung Sukamaju selalu membantu dengan tenaga atau memberikan makanan kepada keluarga tersebut. Selain itu, ketika ada keluarga yang akan menikahkanmengkhitan anaknya, masyarakat kampung Sukamaju selalu membantu untuk membuat tenda dan memasak.

b. Sistem Kepemimpinan

Kampung Sukamaju merupakan salah satu kampung yang berada di daerah Jawa Barat yang memiliki dua bentuk sistem kepemimpinan, yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal adalah hasil atas dasar pemilihan rakyat dan mendapat legitimasi dari pemerintah. Kepemimpinan formal di kampung Sukamaju dipegang oleh RW dan ketua RT yang langsung berhubungan dengan sistem pemerintah. 4 4 Data kelurahan Darangdan. Kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang dipegang langsung oleh tokoh masyarakat kiyaiustadz yang memahami banyak tentang ilmu Agama Islam dan bisa dimintai pendapat untuk memecahkan suatu masalah yang timbul di masyarakat. 5

2. Adat Istiadat dan Kebudayaan

Dalam kehidupan bermasyarakat, di kampung Sukamaju terdapat beberapa adat yang sering dilakukan oleh warganya, yaitu:

a. Acara Peringatan Hari Besar Islam

Sebelum acara penyambutan hari besar Islam, terlebih dulu masyarakatnya membentuk susunan ketua panitia yang dilakukan satu bulan sebelum acara berlangsung dan dilakukan dengan cara bermusyawarah yang dipimpin oleh sesepuh 6 kampung. Hari-hari besar Islam yang suka diperingati adalah acara maulid, isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW, rabu wakasan, dan acara satu muharam. Dalam pelaksanaan hari besar Islam, biasanya dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti melakukan tablig akbar, membaca shalawat Nabi, membaca al- Qur’an, dan melakukan shalat tasbih berjamaah yang berlangsung di dalamdi luar masjid, apabila pelaksanaan acara 5 Wawancara Pribadi dengan Sofyan. Purwakarta, 10 Maret 2011. 6 Sesepuh adalah tokoh masyarakat yang paling berpengaruh di Kampungnya dan biasanya sesepuh itu merupakan ulamaustad. peringatan hari besar Islam itu dilakukan di luar masjid maka akan dibuatkan tenda dilengkapi dengan kursi. b. Tradisi Bangun Rumah Dalam tradisi bangun rumah terdapat kebiasaan yang suka dilakukan oleh masyarakatnya, yaitu menancapkan bendera merah putih di atas atap rumah dengan tujuan untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa para pahlawan yang telah susah-payah untuk mengibarkan bendera merah putih di bumi pertiwi ini. Pada waktu dulu terdapat kebiasaan yang bertentangan dengan hukum Islam yaitu mengubur sesuatu di bawah tanah yang akan dijadikan ruang tamu. Lama-kelamaan kebiasaan ini hilang dengan sendirinya, karena secara umum masyarakatnya menyadari bahwa kebiasaan tersebut menyimpang dari ajaran Islam.

c. Tradisi dalam Perkawinan

Dalam acara perkawinan, terdapat kebiasaan yang suka dilakukan oleh masyarakatnya, yaitu injak telor, buka pintu, dan saweran. Akan tetapi pada sekarang ini yang melakukan tradisi injak telor dan buka pintu sudah ditinggalkan, sedangkan kebiasaan yang masih ada sampai sekarang adalah saweran. Saweran dalam pelaksanaan perkawinan mempunyai tujuan untuk memberikan wejangan nasehat-nasehat kepada ke-2 calon mempelai yang disampaikan lewat seni.

d. Larangan Bepergian Pada Hari Sabtu

Selain kebiasaan-kebiasaan di atas, di kampung Sukamaju terdapat sebuah larangan untuk bepergian pada hari sabtu, karena masyarakatnya beranggapan bahwa hari sabtu merupakan hari yang kurang baik untuk bepergian. Larangan bepergian pada hari sabtu suka dikaitkan dengan musibah yang menimpa pada keluarga. Misalnya dikaitkan dengan kematian salah- satu anggota keluarganya yang meninggal pada hari sabtu yang disebabkan kecelakaan ketika sedang bepergian. Larangan ini hanya dilakukan oleh sekelompok minoritas dan sekarang hampir tidak ada. 7

C. Konsep Kewarisan Rumah Pusaka Bagi Anak Bungsu Perempuan

Berbicara dengan hukum waris adat, ada baiknya terlebih dahulu memahami pengertiannya sebagai pegangan untuk melangkah kepada pembahasan selanjutnya. Hukum waris adat sesungguhnya adalah hukum penerusan harta kekayaan dari satu generasi kepada keturunannya. 8 Ter Haar, menyatakan: “Hukum waris adat adalah aturan-aturan hukum yang mengenai cara bagaimana 7 Wawancara Pribadi dengan KH. Adnan Soleh. Purwakarta, 28 Februari 2011. 8 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, Jakarta: Literata, 2010, h. 20-21. dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi ke genera si”. 9 Soepono menyatakan bahwa hukum waris: “Memuat peratutan-peraturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda immateriel goederen dari suatu angkatan manusia generatie kepada turunannya. Proses ini telah mulai dalam waktu orang tua masih hidup”. 10 Dengan demikian hukum waris merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur cara meneruskan dan peralihan harta kekayaan berwujud atau tidak berwujud dari pewaris kepada ahli warisnya. Cara penerusan dan peralihan harta kekayaan ini dapat berlaku sejak pewaris masih hidup atau setelah meninggal dunia. Selanjutnya akan dibicarakan pembagian harta warisan menurut hukum adat, dimana pada umumnya tidak menentukan kapan harta waris itu akan dibagi atau kapan sebaiknya diadakan pembagian begitu pula siapa yang mendampingi ketika berlangsung pembagiannya. 11 Menurut hukum waris adat kebiasaan waktu pembagian setelah wafat pewaris dapat dilaksanakan setelah upacara sedekah atau selamatan yang disebut 9 Soerjono Soekanto dan Soleman b. Taneko, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: CV.Rajawali, Oktober 1981, h. 285. 10 Soerjono Soekanto dan Soleman b. Taneko, Hukum Adat Indonesia, h. 285. 11 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, h. 22. tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, atau seribu hari setelah pewaris wafat. Sebab pada waktu-waktu tersebut para anggota waris berkumpul. Pada waktu pembagiannya suka berlangsung lancar, karena ketika pembagian waris berlangsung biasanya didampingi oleh orang yang dapat dipercaya. 12 Tatacara pembagian hukum waris adat ada 2 kemungkinan yaitu: dengan cara bagian anak laki-laki dua kali lipat bagian anak perempuan, atau dengan cara bagi antara anak laki-laki dengan perempuan seimbang sama. 13 Dalam pembagian waris, di kampung Sukamaju terdapat 3 kemungkinan yaitu: 2 berbanding 1, bagi rata, sistem waris ini untuk menjaga kerukunan sesama ahli waris, 14 dan sistem waris ke-3 yaitu secara khusus rumah pusaka diberikan kepada anak bungsu laki-lakiperempuan. 15 Sistem hukum waris 2 berbanding 1 tidak terlalu banyak digunakan oleh masyarakatnya. 16 Secara umum sistem waris yang ke-3 sama dengan sistem waris ke-2 bagi rata, perbedaannya terletak pada pembagian rumah pusaka. Apabila yang menjadi anak bungsu laki-laki maka rumah pusaka akan dibagi dua dengan anak 12 Wawancara Pribadi dengan KH. Adnan Soleh, Purwakarta, 28 Februari 2011. 13 Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, h. 21-23. 14 Wawancara Pribadi dengan Kundung Feri, Purwakarta, 28 Februari 2011. 15 Anak bungsu laki-lakiperempuan: Kemungkinan ketika orang tuanya meninggal anak bungsu tersebut masih kecil dan masih duduk di sekolah SMPSMU, berbeda dengan anak kakanya yang sudah menyelesaikan S1 biaya yang dikeluarkan buat anak bungsu baru sedikit, sedangkan bagi kakanya sudah banyak biaya yang besar. 16 Wawancara Pribadi dengan Kundung Feri, Purwakarta, 28 Februari 2011. perempuan yang mempunyai jarak kelahiran lebih dekat dengannya, 17 sedangkan ketika yang menjadi anak bungsu perempuan maka rumah secara keseluruhan menjadi miliknya. 18 Berlakunya sistem waris ke-3 yaitu untuk menghindari timbulnya kemadharatan dimasa yang akan datang, karena secara umum apabila sistem pembagian waris tidak menggunakan sistem waris ini maka dikemudian hari suka terjadi permasalahan atau pertengkaran antara ahli waris. Secara umum permasalahan yang timbul disebabkan dengan pemakaian sistem waris 2 berbanding 1. Untuk mencegah permasalahan tersebut, maka secara khusus anak perempuan bungsu akan mendapatkan bagian dari rumah pusaka. 19 Dalam masalah pembagian waris, biasanya yang menjadi ahli waris terpenting adalah anak kandung sendiri. Dengan adanya anak kandung maka anggota keluarga yang lain menjadi tertutup untuk menjadi ahli waris. Selain anak tersebut ada ahli waris yang lainnya juga, yaitu suami atau istri si mayat. Apabila si mayat tidak mempunyai anak, maka selain harta warisnya diberikan kepada 17 Wawancara Pribadi dengan KH. Adnan Soleh, Purwakarta, 28 Februari 2011. 18 Anak bungsu perempuan: Biasanya mempunyai peranan yang lebih dalam mengurus ke-2 orang tuanya dibandingkan dengan anak laki-laki, peranan tersebut terlihat ketika ke-2 orang tuanya sedang menderita sakit lanjut usia, ketika orang tuanya mengalami sakittelah lanjut usia maka anak perempuanlah yang suka mengurusnya. Apalagi anak perempuan bungsu selain mengurus orang tua yang sedang sakitlanjut usia, maka untuk sementara waktu ia akan tinggal bersama ke-2 orang tuanya dengan maksud untuk mempermudah dalam membantu segala keperluan orang tuanya. 19 Wawancara Pribadi dengan KH. Adnan Soleh, Purwakarta, 28 Februari 2011. suami atau istrinya harta tersebut diberikan kepada keluarga dekat yaitu ibu, bapak, kakek, nenek, dan kakak laki-laki si mayat. 20

D. Radius Pengaruh Sistem Kewarisan Kampung Sukamaju