Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Serta Suami Dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014

(1)

SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN SERTA SUAMI

DALAM MENDUKUNG PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI KECAMATAN LIMA PULUH

KABUPATEN BATUBARA TAHUN 2014

OLEH :

AFRIANCE GINTING 111021021

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

Judulskripsi : FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERAN SERTA SUAMI DALAM MENDUKUNG

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI

KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2015

NamaMahasiswa : AfrianceGinting

NomorIndukMahasiswa : 111 021 021

Program Studi : IlmuKesehatanMasyarakat

Peminatan : KependudukandanKesehatanReproduksi

Tanggal Lulus : 4 Agustus 2015

DisahkanOleh KomisiPembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. HeruSantosa, M.S,Ph.D Maya Fitria, S.K.M, M.Kes

NIP. 19581110 198403 1 001 NIP. 19761005200912 2 003

Medan, November 2015 FakultasKeshatanMasyarakat

Universitas Sumatera utara Dekan

Drs. Drs. Surya Utama,M.S NIP. 19610831 198903 1 001


(3)

ABSTRAK

Peran serta suamidalammendukungpemberian ASI eksklusifadalahsesuatu yang diberikansuami kepada ibu post-partum maupun yang sedangmenyusuisampaibayiberumur 6 bulantanpamakanantambahan.Berdasarkan Data Susennas 2010 menunjukan bahwa baru 33,6% bayi di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif, tidakadabedanyadenganpencapaiandi Negara lain di Asia Tenggara , pencapaianinimemangkurangdapatdibanggakan. Gunameningkatkancakupan Air SusuIbu (ASI) eksklusif di Indonesia yang masihdibawah 50%, Ketua Pembina Sentra Laktasi Indonesia, menekankanpentingnyaperansuamidalammembantu istrinya dalammemberikan ASI ekslusif.

Penelitianinibertujuanuntukmengetahui factor-faktor yang mempengaruhiperansertasuamidalammendukungpemberian ASI eksklusif di Kecamatan Lima Puluh.Jenispenelitianinibersifat deskiptif-analatikcross-sectional.Populasidalampenelitianiniadalahseluruhsuami yang memilikibayiberumur 0 – 6 bulan di Kecamatan Lima Puluhsebanyak 90 orang suami.Sampelpenelitianiniadalahseluruhsuami di kecamatan Lima PuluhKecamatan Lima Puluhsebanyak 90 orang suamidenganmenggunakan total

populasi.Pengumpulan data

melaluiwawancaradenganmenggunakankuesioner.Analisis data meliputianalisisunivariatdanbivariatdenganmenggunakanuji chi square.

Hasilpeneilitianinimenunjukanbahwadari 90 orang suamihanya 20 orang (22,2%) suami yang berperansertabaikdalammendukungpemberian ASI eksklusif. Ditemukanjugaadapengaruhantaratingkatpengetahuan (p=0,018), dansikap (p=0,684) demikianjugaditemukantidakadapengaruhantaraumur (p=0.977), pendidikan (p=0.331), pekerjaan (p=0.642), tradisi (p=0.684),danpenolongpersalinan (p=0.675)

Diharapkankepadapetugaskesehatan agar

dapatmemberitahukankepadasuamiakanpentingnyaperansertasuamidalammendukung pemberian ASI eksklusifmelaluipenyuluhanlangsungataupunsecaraindividu.


(4)

iii ABSTRACT

The role of the husban in supporting exclusif breastfeeding is something that

given to the mother’s husband or post-partum who are breastfeeding until 6 months old baby without additional food. Based on 2010 data show that the new susennas 33.6% in Indonesian infants were exlusively breastfed, it makes no difference to the achievement of others countries in Sountheast Asia, this achievement is the take. In order to improve the coverage ofbreast milk (ASI) Exlusively in Indonesia, which is still below 50%, Trustees Indonesian Lactation Center, emphasized the important role in helping her husband in exclusive breastfeeding.

This study aims to identify factors-factors that affect the participation of the husband in supporting Exclusive Breastfeeding in the District Lima Puluh. This research is descriptively-analitik cross-sectional. The population in this study are all husband who had infants aged 0-6 months in District Lima Puluh as many as 90 people a husband. Sampless were taken throughout the husband in the District Lima Puluh as many as 90 people a husband by using the total population. The collection of data trough interviews using questionnaires. Data analysis included univariate and bivariate analysis using the chi-square test.

This indicated that the research outputs of 90 husbands only 20 (22.2%) husband who participate both in favor of exclusif breastfeeding. It also found no effect between the level of knowledge (p=0.018), and attitude (p=0.684). likewise found no influence of age (p=0.977), education (p=0.331), employment (p=0.642), tradition (p=0.684), and birth attendants (p=0.675).

Expected to health workes in order to tell husband of the importance of the role of the husband in supporting exlusive breastfeeding throug direct or individual conseling.


(5)

KATA PENGANTAR

PujidansyukurpenulispanjatkankepadaTuhan Yang

MahaEsaatasrahmatdankarunia-Nyasehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsi yang

berjudul“Faktor-faktor yang

mempengaruhiperansertasuamidalammendukungpemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima PuluhKabupatenBatu Bara 2014”.

Dalampenyusunandanpenulisanskripsiinipenulisbanyakmenemuikesulitandanha mbatannamunberkatbimbingan,

bantuandanmotivasidariberbagaipihakakhirnyaproposalinidapatterselesaikan.Untukitu

kritikdan saran masihsangatdiperlukan demi

kesempurnaanskripsiini.Olehsebabitupadakesempataninidengansegalakerendahanhati penulismenyampaikanucapanterimakasihkepada:

1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, M.S

selakuDekanFakultasKesehatanMasyarakatUniversitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. HeruSantosa, M.S,

Ph.DselakuKepalaDepartemenKependudukandanBiostatistikaFakultasKesehatan MasyarakatUniversitas Sumatera Utara sekaligusDosen Pembimbing I ataskritikdan saran demi kesempurnaanpenulisanSkripsiini.

3. Ibu Maya Fitria, SKM, M.KesSelakuDosenPembimbing II Skripsi yang telahmeluangkanwaktusertapenuhkesabarandankebijaksanaanmemberikanbimbin gan, kritikdan saran kepadapenulis.

4. Ibu dr. riaMasriani, M.SiSelakuDosenPenguji I yang telahmeluangkanwaktuuntukmengujidanmemberikanmasukanserta saran dalampembuatanSkripsiini

5. Bapak DRS. Abdul JalilAmriArma, M.KesSelakuDosenPenguji II yang telahmeluangkanwaktuuntukmengujidanmemberikanmasukanserta saran dalampembuatanSkripsiini


(6)

v

6. Bapak dr. H. Heldy BZ, MPH selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 7. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi di Departemen Kependudukan dan

Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Orangtuaku tercinta Alm. L. Ginting dan Alm. St. R. Sipayung, S.Pd yang telah memberikan dukungan moril dan doa disetiap langkah penulis serta kakakku tersayang Ita Ernalem Ginting, SP, kakak ipar saya Janrika Sinuraya, SP dan abang tersayang Vandapotan Enobrin Ginting, SP, dan Alm. Daniel Edi Suranta Ginting beserta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril dan spritual kepada penulis.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu peneliti terbuka untuk menerima saran dan kritik demi tercapainya penulisan yang lebih baik lagi. Akhir kata, peneliti berharap kiranya proposal ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Medan, November2015 Penulis

AFRIANCE GINTING NIM. 111 021 021


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PE NGESAHAN ……….. i

ABSTRAK……….. ii

ABSTRACT ………... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Bagi Kecamatan ... 7

1.4.2 Bagi Instusi Pendidikan ... 8

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) ... 9

2.2 Pengertian ASI Eksklusif ... 9

2.3 Jenis-jenis ASI ... 10

2.4 Manfaat ASI ... 13

2.4.1 Untuk Bayi... 13

2.4.2 Untuk Ibu ... 13

2.4.3 Untuk Ayah ... 14

2.5 Keunggulan ASI Terhadap Susu Lainnya ... 14

2.6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan peran serta suami dalammendukung Pemberian ASI Eksklusif ... 15

2.6.1 Faktor Internal ... 17

2.6.2 Faktor Eksternal ... 20

2.7 Kerangka Konsep Penelitian ... 21

2.8 Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 23

3.2.2 Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1 Populasi ... 23

3.3.2 Sampel ... 23

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4.1 Data Primer ... 24


(8)

vii

3.5 Defenisi Operasional ... 24

3.5.1 Variabel Terikat ... 24

3.5.2 Variabel Bebas ... 24

3.6 Aspek Pengukuran ... 26

3.6.1 Variabel Terikat ... 26

3.6.2 Variabel Bebas ... 27

3.7 Metode Pengolahan Data ... 30

3.8 Teknik Analisa Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 GambaranUmumKecamatan Lima Puluh ………. .... 32

4.1.1 Geografis ……….. 32

4.1.2 Batas Wilayah ………... 32

4.1.3 FasilitasKesehatan ……… 32

4.1.4 GambaranKesehtan ………... 33

4.1.5 Gambaranpenduduk ……….. 33

4.2 AnalisisUnivariat ……… 34

4.3 AnalisisBivariat. ... 37

4.3.1 PengaruhPengetahuanSuamiterhadapPeran Serta Suami .. 37

4.3.2 PengaruhUmurSuamiterhadapPeran Serta Suami ... 38

4.3.3 PengaruhPendidikanSuamiterhadapPeran Serta Suami 39 4.3.4 PengaruhPekerjaanSuamiterhadadapPeran Serta Suami 39 4.3.5 PengaruhSikapSuamiterhadapPeran Serta Suami ... 40

4.3.6 PengaruhTradisiSuamiterhadapPeran Serta Suami ... 41

4.3.7 PengaruhPenolongPerslinanterhadapPeran Serta Suami 42 BAB V PEMBAHASAN 5.1. PengaruhPengetahuanSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 43

5.2. PengaruhUmurSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 44

5.3. PengaruhPendidikanSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 45

5.4. PengaruhPekerjaanSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 46

5.5. PengaruhSikapSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 47

5.6. PengaruhTradisi/kebudayaanSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 48

5.7. PengaruhPenolongPersalinanterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 50

6.2. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(9)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Tabel 4.1 DistribusiPendudukMenurutDesa/Kelurahan di Kecamatan

Lima PuluhTahun 3013 ……….. 33 2. Tabel 4.2 DistribusiPendudukMenurutKelompokUmur di Kecamatan

Lima PuluhTahun 2013 ……….. 34

3. Tabel 4.3 DistribusiRespondenMenurutPengetahuan di Kecamatan Lima PuluhTahun2013 ... 34 4. Tabel 4.4 DistribusiRespondenMenurutUmur di Kecamatan Lima

PuluhTahun 2013 ... 35 5. Tabel 4.5 DistribusiRespondenMenurutPendidikan di Kecamatan

Lima PuluhTahun2013 ... 35 6. Table 4.6 DistribusiRespondenMenurutPekerjaan di Kecamatan

Lima PuluhTahun2013 ... 35 7. Tabel 4.7 DistribusiRespondenMenurutSikap di Kecamatan Lima

PuluhTahun 2013 ... 36 8. Tabel 4.8 DistribusiRespondenMenurutTradisi/Kebudayaan

diKecamatan Lima PuluhTahun 2013 ……… 36 9. Tabel 4.9 DistribusiRespondenMenurutPenolongPersalinan

diKecamatan Lima PuluhTahun 2013 ……… 36 10. Tabel 4.10 DistribusiRespondenMenurutPeran Serta Suami di

Kecamatan Lima PuluhTahun 2013 ……… 37 11. Tabel 4.11 PengaruhPengetahuanSuamiterhadapPeran Serta Suami

dalamMendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh

Tahun 2013 ... 37 12. Tabel 4.12 PengaruhUmurSuamiterhadapPeran Serta Suamidalam

MendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh

Tahun 2013 ………. 38

13. Tabel 4.13 PengaruhPendidikanSuamiterhadapPeran Serta Suami dalamMendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh

Tahun2013 ... 39 14. Tabel 4.14 PengaruhPekerjaanSuamiterhadapPeran Serta Suami

dalamMendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh

Tahun2013 ... 39 15. Tabel 4.15 PengaruhSikapSuamiterhadapPeran Serta Suamidalam

MendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh

Tahun 2013 ……… 40

16. Tabel 4.16 PengaruhTradisi/KebudayaanSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI Eksklusif di

Kecamatan Lima PuluhTahun2013 ... 41 17. Tabel 4.17 PengaruhPenolongPersalinanterhadapPeran Serta Suami

dalamMendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh


(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

Lampiran 1 Kuesioner ………. 54

Lampiran 2 Master Data ……….. 61

Lampiran 3 Pengolahan Data SPSS ………. 64


(11)

ABSTRAK

Peran serta suamidalammendukungpemberian ASI eksklusifadalahsesuatu yang diberikansuami kepada ibu post-partum maupun yang sedangmenyusuisampaibayiberumur 6 bulantanpamakanantambahan.Berdasarkan Data Susennas 2010 menunjukan bahwa baru 33,6% bayi di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif, tidakadabedanyadenganpencapaiandi Negara lain di Asia Tenggara , pencapaianinimemangkurangdapatdibanggakan. Gunameningkatkancakupan Air SusuIbu (ASI) eksklusif di Indonesia yang masihdibawah 50%, Ketua Pembina Sentra Laktasi Indonesia, menekankanpentingnyaperansuamidalammembantu istrinya dalammemberikan ASI ekslusif.

Penelitianinibertujuanuntukmengetahui factor-faktor yang mempengaruhiperansertasuamidalammendukungpemberian ASI eksklusif di Kecamatan Lima Puluh.Jenispenelitianinibersifat deskiptif-analatikcross-sectional.Populasidalampenelitianiniadalahseluruhsuami yang memilikibayiberumur 0 – 6 bulan di Kecamatan Lima Puluhsebanyak 90 orang suami.Sampelpenelitianiniadalahseluruhsuami di kecamatan Lima PuluhKecamatan Lima Puluhsebanyak 90 orang suamidenganmenggunakan total

populasi.Pengumpulan data

melaluiwawancaradenganmenggunakankuesioner.Analisis data meliputianalisisunivariatdanbivariatdenganmenggunakanuji chi square.

Hasilpeneilitianinimenunjukanbahwadari 90 orang suamihanya 20 orang (22,2%) suami yang berperansertabaikdalammendukungpemberian ASI eksklusif. Ditemukanjugaadapengaruhantaratingkatpengetahuan (p=0,018), dansikap (p=0,684) demikianjugaditemukantidakadapengaruhantaraumur (p=0.977), pendidikan (p=0.331), pekerjaan (p=0.642), tradisi (p=0.684),danpenolongpersalinan (p=0.675)

Diharapkankepadapetugaskesehatan agar

dapatmemberitahukankepadasuamiakanpentingnyaperansertasuamidalammendukung pemberian ASI eksklusifmelaluipenyuluhanlangsungataupunsecaraindividu.


(12)

iii ABSTRACT

The role of the husban in supporting exclusif breastfeeding is something that

given to the mother’s husband or post-partum who are breastfeeding until 6 months old baby without additional food. Based on 2010 data show that the new susennas 33.6% in Indonesian infants were exlusively breastfed, it makes no difference to the achievement of others countries in Sountheast Asia, this achievement is the take. In order to improve the coverage ofbreast milk (ASI) Exlusively in Indonesia, which is still below 50%, Trustees Indonesian Lactation Center, emphasized the important role in helping her husband in exclusive breastfeeding.

This study aims to identify factors-factors that affect the participation of the husband in supporting Exclusive Breastfeeding in the District Lima Puluh. This research is descriptively-analitik cross-sectional. The population in this study are all husband who had infants aged 0-6 months in District Lima Puluh as many as 90 people a husband. Sampless were taken throughout the husband in the District Lima Puluh as many as 90 people a husband by using the total population. The collection of data trough interviews using questionnaires. Data analysis included univariate and bivariate analysis using the chi-square test.

This indicated that the research outputs of 90 husbands only 20 (22.2%) husband who participate both in favor of exclusif breastfeeding. It also found no effect between the level of knowledge (p=0.018), and attitude (p=0.684). likewise found no influence of age (p=0.977), education (p=0.331), employment (p=0.642), tradition (p=0.684), and birth attendants (p=0.675).

Expected to health workes in order to tell husband of the importance of the role of the husband in supporting exlusive breastfeeding throug direct or individual conseling.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Menurut Reza Oscar ( Komunitas Ayah ASI Lampung ) Istilah suami siap antar jaga ( SIAGA ), kiranya tepat disematkan pada calon ayah yang setia mendampingi istrinya pada masa kehamilan dan persalinan. Peran suami juga dianggap penting, karena orang terdekat yang turut andil dalam kesuksesan melindungi istri dan anaknya pada masa tersebut. Tidak terbatas Siaga dalam kehamilan dan persalinan,

support suami dalam hal menyusui sang buah hati tidak kalah pentingnya. Terutama

dukungan dalam pemberian Air Susu Ibu ( ASI ) secara Eksklusif (Romanto, 2013 ). Guna meningkatkan cakupan Air Susu Ibu ( ASI ) eksklusif di Indonesia yang masih dibawah 50 %, ketua pembina sentra laktasi indonesia, dr Utami Roesli SpA menekankan pentingnya peran suami dalam membantu istrinya memberikan ASI eksklusif. Dikatakan Utami, dukungan yang di berikan suami bisa memunculkan hormon oksitoksin yang sangat penting mengalirkan ASI dari alveoli kesaluran ASI. “Keberadaan hormon ini sangat dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu. Disinilah peran serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran–pikiran negatif atau rasa kurang percaya diri pada ibu bisa mempengaruhi kelancaran aliran ASI, meskipun produksi ASI – nya tetap baik,” menurutnya para suami dapat berperan dalam menumbuhkan rasa percaya istrinya bahwa dia pasti bisa memberikan ASI secara eksklusif untuk anaknya (Roesli, 2012 ).

WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450 / Men.Kes / SK / IV / 2004 tanggal 7 April 2004 telah mentapkan


(14)

xi

rekomendasi pemberian ASI esklusif selama 6 bulan.Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASIselama 6 bulan pertama.Selanjutnya,demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (WHO, 2004).

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012) tentang pemberian makanan pada bayi untuk semua anak terakhir yang dilakukan ibu dalam kurun waktu dua tahun sebelum survei menunjukan bahwa hanya 27% bayi umur 4-6 bulan mendaopat ASI eksklusif (tanpa tambahan makanan atau lain). Selain ASI 8% bayi pada umur yang sama diberi susu lain 8% diberi air putih. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi berusia 4-6 bulan dalam SDKI 2012 lebih tinggi dibandingkan hasil SDKI 2007 (masing-masing 27% dan 17%). Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan setelah 48 jam. Pemberian kolostrum cukup baik, dilakukan oleh 74,7% ibu kepada bayinya. (SDKI, 2012)

Cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2005 adalah 3,17 %, tahun 2006 adalah 12,3 %, pada tahun 2007 adalah 22,4 % dan tahun 2008 sebesar 42,3 % walaupun sudah terjadi peningkatan dan angka cakupan ditahun 2008 sudah lebih meningkat dari angka cakupan, namun pencapaian menurut kriteria world Health organization ( WHO ) masuk dalam kategori tidak mencukupi ( Depkes, 2008 )

Menurut data dari Departemen Kesehatan (2005), sebanyak 95,9% bayi di Indonesia pernah mendapat ASI pada tahun 2002, 39,5% diantaranya mendapat ASI eksklusif Selama 6 bulan, sedangkan 55,1% bayi mendapatkannya selama 4 bulan.


(15)

Angka bayi yang pernah mendapat ASI ini sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun 1997 yang angkanya adalah sebesar 96,3%, sedangkan angka bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai 6 bulan lebih tinggi dengan angka 42,2 % pada tahun 1997 (Depkes, 2005).

ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI, dan untuk mempromosikan pemberian ASI, maka kementerian kesehatan telah menerbitkan suratkeputusan Menteri Kesehatan Nomor: 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia.

Pada tahun 2012 telah terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan telah diikuti dengan diterbitkannya 2 (dua) peraturan Menteri Kesehatan yaitu : Permenkes Nomor 15 tahun 2013 tentang tata cara penyedian Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah Air SusuIbu dan PermenkesNomor 39 tahun 2013tentang Susu Formula Bayi dan Produk lainnyaMenurut WHO/UNICEF, cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah lahir, menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir samapai dengan umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya dan meneruskan menyusui sampai umur 24 bulan. (WHO, 2012)

Ketika bayi tumbuh dan berkembang di dalam kandungan, tubuh ibu memberikan antibody melalui plasenta.Ini memberikan kekebalan pasif yang mampu melindungi janin ibu dari serangan penyakit selama kehamilan. Namun, begitu bayi dilahirkan, ia tidak lagi mendapatkan suplai antibody.


(16)

xiii

Sementara itu sistem kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir belum bekerja secara sempurna.Oleh karena itu, pada tahun pertama hidupnya, bayi sangat rentan terkena risiko infeksi. Dua pertiga dari system kekebalan tubuh bayi ada di bagian perutnya, sehingga sangatlah penting untuk memperhatikan apa yang ia makan dan minum. Itulah sebabnya mengapa bayi yang baru lahir sangat membutuhkan Air Susu Ibu (ASI), terutama selama 6 bulan pertama.Sebagai seorang Ayah, Anda tentunya ingin merawat dan melindungi istri dan anak Anda.Dengan membantu istri dalam menyusui bayi, Anda telah melakukan sesuatu yang terbaik dalam memulai perlindungan terhadap anak Anda.Adalah keinginan setiap orang untuk mempunyai anak yang sehat, pintar, kreatif, emosi yang stabil, lucu dan bahagia. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa anak Anda akan seperti ini, namun hasil penelitian telah menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI tumbuh lebih sehat, lebih pintar, lebih kreatif, lebih stabil, lebih lucu dan lebih bahagia (Lim, 2007).

Pada tahun 2006 WHO mengeluarkan standar pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia. Isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap menyusui bayinya hingga usia mencapai 2 tahun. Di indonesia, anjuran ini dipertegas dengan peraturan pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6 bulan, upaya pemerintah ini lantas mendapat sambutan positif dari dunia internasional. Majalah Time Healthland dalam edisi parenting edisi Februari 2012 bahkan sampai memuat headline „What the Us Can learn form Indonesia about


(17)

Breastfeeding’. Tapi nyatanya, realisasi dari peraturan pemerintah tersebut masih kurang ( WHO, 2006 ).

Dari berbagai sumber data yang ditemukan Mentri Kesehatan RI Nafsiah Mboi dalam acara pembukaan pekan ASI sedunia 2012 di Balai Kartini jakarta rabu 19-9-2012, bahwa perkembangan cakupan pemberian ASI Eksklusif di indonesia masih rendah dan menunjukan perkembengan yang sangat lambat. Data Susenas 2010 menunjukan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tidak banyak perbedaan dengan capaian dinegara lain di Asia Tenggara, pencapaian ini memang kurang dapat dibanggakan. Sebagai perbandingan, cakupan ASI Eksklusif di india saja sudah mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27%, dan Myanmar 24% (Harwono, 2012 ).

Di Indonesia, pada tahun 2007 angka kematian bayi adalah 35 per 1000 kelahiran hidup. Karena itu, organisasi kesehatan dunia merekomendasikan semua bayi perlu mendapatkan kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi, dan ASI eksklusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi(Muryunani, 2012).

Berdasarkan data dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukan, pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI eksklusif masih relatif rendah. Terutama ibu bekerja, sering mengabaikan pemberian ASI denngan alasan kesibukan kerja.pada hal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI, bahkan susu formula sekalipun(Muryunani, 2012).


(18)

xv

Berdasarkan data dari RISKESDAS (2013) dikatan bahwa di indonesia jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif masih sangat memprihatinkan Khususnya di provinsi Sumatera utara pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan masih sangat rendah yaitu hanya 41,3 %, bila dibandingkan dengan NTB pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 79,7% bayi yang diberikan ASI eksklusif. Persentase pemberian ASI eksklusif dalam 24 jam terakhir dan tanpa riwayat diberikan makanan dan minuman selain ASI pada umur 6 bulan sebesar 30,2 persen. Inisiasi menyusu dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5 persen, tertinggi di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 52,9 persen dan terendah di Papua Barat (21,7%)

Berdasarkan data survei awal yang didapat data jumlah KK 245 orang dan hanya 99 orang yang memiliki balita usia 0 – 6 bulan di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Juni – Oktober 2014.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka peneliti dapat membuat suatu rumusan masalah: Faktor – faktor Apakah Yang Berhubungan Dengan Peran Serta Suami Dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014.


(19)

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh antara Tingkat Pengetahuan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

2. Untuk mengetahui pengaruh antara Umur dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

3. Untuk mengetahui pengaruh antara Tingkat Pendidikan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

4. Untuk mengetahui pengaruh antara Pekerjaan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

5. Untuk mengetahui pengaruh antara Sikap dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

6. Untuk mengetahui pengaruh antara Tradisi dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

7. Untuk mengetahui pengaruh antara Penolong Persalinan dengan peran serta suami dalam pemberian ASI Eksklusif

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Kecamatan

Sebagai bahan masukan bagi camat untuk lebih mendukung program kesehatan khususnya dalam hal peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh


(20)

xvii 1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khusunya tentang hubungan pengetahuan dan sikap suami mengenai ASI eksklusif dengan penerapan breastfeeding fathersebagai masukan dalam menambah mata ajar yang diberikan guna memperluas wawasan, khususnya pendidikan kesehatan.

1.4.3. Bagi penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian berikutnya untuk mengembangkan atau membandingkan pemberian ASI dengan dukungan suami dan tanpa dukungan suami.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Air Susu Ibu ( ASI )

Air Susu Ibu (ASI) adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi. (Rizki,2013) ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyan,2011).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. (Dwi SP, 2012)

2.2Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada umur 0-6 bulan. Menurut WHO ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa cairan atau pun makanan lainnya (Muryani, 2012).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada pada bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali makanan yang langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi terbaiknya melalui ASI.(Yuliarti, 2010)


(22)

xix

ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tampa bahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim. (Kristiyanasari,2011).

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyarankan supaya para Ibu menyusui bayinya hanya dengan ASI selama 6 bulan penuh.Ini untuk menghindari alergi dan menjamin kesehatan bayi yang optimal (Lim, 2007).

2.3Jenis – jenis ASI

Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Kolostrom

Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir.Kolostrum adalah susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk cairan bewarna kekuningan atau sirup bening yang mengandung protein lebih tinggi dan sedikit lemak daripada susu matang.

Kolostrum merupakan cairan yang agak kental bewarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epistel, dengan khasiat:

a. Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.


(23)

c. Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan

Jika di bandingkan dengan ASI mature, kolostrum memiliki kandungan zat-zat sebagai berikut:

a. Klostrom mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan ASI mature

b. Kolostrum lebih banyak mengandung antibodi ketimbang ASI mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi hingga usia 6 bulan pertama

c. Kolostrum mengandung lebih banyak immunoglobulin A (IgA), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang semuanya sangat penting untuk pertahan tubuh bayi. d. Kolostrum dapat berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan

zat yang tidak terpakai dari usus bayi bagi makanan yang akan datang.

e. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature. Selain itu, protein utama pada ASI mature adalah kasein, sedangkan protein utama pada kolostrum adalah globulin sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

f. Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin dan mineral dibandingkan ASI mature.

2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.Pada masa ini, susu transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan protein yang lebih rendah daripada kolostrum.


(24)

xxi 3. ASI Mature

ASI mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. ASI ini bewarna putih kebiru-biruan (seperti susu krim) dan mengandung lebih banyak kalori dari pada susu kolostrum ataupun transisi.

(Wiji, 2013)

Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi 3, yaitu: 1. Kolostrum

Kolestrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan.Kolostrum mengandung banyak protein dan antibodi.Wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit.Pada masa awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh.Meskipun sedikit, kolostrum mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya. Selanjutnya, secara berangsur-angsur, produksi kolostrum berkurang saat air susu keluar pada hari ketiga sampai kelima.

Kolostrum adalah cairan pertama kali disekresikan oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresikan oleh kelenjar mamae pada hari pertama hingga ketiga atau keempat sejak masa laktasi


(25)

2. Foremilk

Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal (foremilk). Air susu ini hanya mengandung sekitar 1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak membantu menghilangkan rasa haus pada bayi.

3. Hindmilk

Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hamper selesai. Hindnilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin, sebagai hidangan utama setelah sup pembuka. Air susu ini memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi.

(Dewi SP, 2012)

2.4Manfaat pemberian ASI 2.4.1.Untuk bayi

Penelitian telah menunjukan bahwa di daerah tropis seperti indonesia, Filipina, India, dan lainnya, banyi yang disusui dengan ASI mempunyai kemungkinan untuk hidup 6 kali lipat daripada bayi yang disuse dengan formula. Bayi yang disusui dengan ASI menerima anti bodi dari air susu ibunya yang akan melindunginya dari penyakit (Lim, 2007).

2.4.2.Untuk Ibu

Untuk ibu yang menyusui dengan ASI, biasanya lebih cepat untuk mengembalikan postur tubuhnya seperti sebelum hamil.Jarang ada ibu-ibu yang mengalami pendarahan pada masa setelah melahirkan.Biasanya kondisi dan vasilitas mereka bisa kembali dengan cepat.


(26)

xxiii

Oxytoksin, hormon yang bertanggung jawab dalam penyaluran air susu seorang ibu, juga bertanggung jawab untuk kehangatan dan perasaan nikmat yang dirasakan seseorang ketika dia dicintai atau sedang jatuh cinta. Kalau seorang ibu meneteki banyinya akan memperkuat hubungan mereka. Efeknya juga akan mempengaruhi hubungan suaminya.

Bila bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, akan mengurangi kemungkinan ibu untuk hamil lebih dini. Selain itu bisa mengurangi kemungkinan kerapuhan pada tulang ibu.Anjurkan istri anda untuk menghindari osteoporosis (tulang rapuh) dihari tuanya.Ibu yang menyusui bayinya juga mengurangi kemungkinan kanker rahim dan kanker payudara.

Ibu-ibu akan meras puasdan percaya diri karena tahu bahwa mereka adalah sumber dari susu yang telah memberikan kesehatan dan kehidupan untuk banyinya(Lim, 2007).

2.4.3.Untuk Ayah

Robin Lim (2007) mengatakan kaum laki-laki yang mendukung istrinya untuk menyusui dengan ASI tidak perlu membeli susu formula, berarti penghematan besar bagi ekonomi rumah tangga (Lim, 2007)

2.5Keunggulan ASI Terhadap susu lainnya

Menurut Robin Lim (2007) dalam bukunya yang berjudul ASI eksklusif dong bahwa ASI sangat bersih dan tidak terkontaminasi oleh bakeri, sedangkan susu formula harus dicampur dengan air, yang beresiko terkontaminasi. (Lim, 2007).


(27)

2.6Faktor-faktor yang berhubungan dengan peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif.

Menurut Paramitha (2007), dukungan suami sangat diperlukan agar pemberian ASI eksklusif bisa tercapai. Oleh karena itu, ayah sebaiknya jadi salah satu kelompok sasaran dalam kampanye pemberian ASI (Paramitha, 2007).

Menurut teori Caplan ( 1970 ) dalam Friedman ( 1998 ), dukungan suami terbagi atas empat ( 4 ) yaitu :

a. Dukungan Informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. Misalnya suami memberikan informasi pentingny pemberian asi eksklusif kepada banyinya, suami perlu memberikan informasi bahwa prose menyusui tidak menyebabkan payudara ibu kendur.

b. Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian ini adalah jenis dukungan dimana suami sebagai pembimbing dan bimbingan umpan balik, memecahkan masalah dan sebagai sumber validator identitas anggota dalam keluarga. Menurut ( House dalam setiadi, 2008 ) menyatakan bahwa dukungan penilaian merupakan bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada orang lain sesuai dengan kondisinya. Bantuan penilaian dapat berupa penghargaan atas pencapaian kondisi keluarga berdasarkan keadaan yang nyata. Bantuan penilaian ini dapat berupa bantuan positif dan penilaian negatif yang pengaruhnya sangat berarti bagi


(28)

xxv

seseorang. Misalnya : suami mengingatkan istri untuk memberikan asi eksklusif kepada bayinya sesuai jadwal, suami menegur apabila istri memberikan makanan atau minuman lain selain ASI.

c. Dukungan instrumental

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti peminjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah. Misalnya : suami menyediakan makanan atau minuman untuk menunjang kebutuhan nutrisi ibu selama menyusui, menyiapkan untuk memerikasakan istri apabila sakit selama menyusui bayi.

d. Dukungan Emosional

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol. Misalnya : suami memberikan pujian kepada istri setelah menyusui.

2.6.1.Faktor Internal

1.Tingkat Pengetahuan suami terhadap pemberian ASI eksklusif

Menurut Notoadmojo ( 2012 ) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakuan penginderaan terhadap objek tertentu. Semakin luas


(29)

pengetahuan seseorang semakin mudah orang dapat meneriam perubahan dalam tindakannya.

Pengetahuan suami tentang ASI akan berpengaruh terhadap praktek pemberian ASI terhaap bayinya. Bila suami tentang pengetahuan kurang, maka suami akan menganggap bahwa pemberian ASI itu tidak penting, sehingga suami tidak ada kemauan untuk memberikan dukungan kepada istrinya untuk memberikan ASI eksklusif.

Proses memberikan dukungan suami sebagai breastfeeding father ini sangat terkait dengan tingkat pengetahuan suami yang dapat menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Sebagai pendukung dalam pemberian ASI, pemahaman suami yang baik akan menambah kesadaran dan empati, meskipun sang suami tidak akan pernah betul-betul merasakan apa yang dirasakan ibu. Sikap suami sebagai

breastfeeding father sebaiknya didasari dengan pengetahuan seorang suami dalam

menjalankankan perannya ( Rosita, 2008 ).

Pengetahuan suami tentang pemberian ASI biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, seperti media massa, elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan maupun teman dan saudar dekat. Pengetahuan ini dapat memperjuangkan, membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut.

2.Umur

Menurut santoso umur adalah lama waktu hidup seseorang atau ada sejak dilahirkan. Sedangkan menurut prawihardjo ( 2007 ) umur adalah lamanya seseorang hidup mulai sejak dilahirkan sampai ulang tahun yang terakhir.


(30)

xxvii 3.Pekerjaan

Menurut artikel budi santoso ( 2012 ) pekerjaan adalah sekumpulan kedudukan atau posisi yang dimiliki perasmaan kewajiban dan tugas-tugas pokoknya. Sedangkan menurut luci huki ( 2013 ) sesuatu yang dikerjakan manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang mendapatkan uang. Uang diperoleh dari hasil bekerja, uang tersebut harus memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu uang harus berasal dari hasil bekerja yang halal. Bekerja yang halal adalh bekerja dengan cara-cara baik dan benar

4.Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua sapek kepriibadian manusia yang meliputi: pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan. Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk melakukan perilaku tertentu.

Suami atau anggota keluarga yang memiliki pendidikan rendah dan pengetahuan yang terbatas akan mempengaruhi kurang keberhasilannya proses pemberian ASI eksklusif. Kesadaran yang rendah bagi ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya, dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI bagi bayi maupun bagi ibu serta sarana kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung atau berpengaruh terhadap proses pemberian ASI.


(31)

Sedangkan suami yang memiliki pendidikan tinggi, pengetahuan yang cukup tentang ASI, dan sikap positif mengenai ASI eksklusif akan berpengaruh terhadap kelancaran produksi ASI, hal ini dikarenakan adanya kesadaran dan keingintahuan suami mengenai pentingnya pemberian ASI yang akan bermanfaat tidak saja untuk bayi tetapi untuk ibunya.

5.Sikap

Sikap dikatakan sebagai suartu respon evaluator, respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi individual. Respon evalatif berarti bahwa reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan.

Sikap suami yang positif terhadap kehidupan pernikahannya dan kerterlibat suami dlam pembuatan keputusan mengenai cara pemberian makan bayi saat ini, adalah dua faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI eksklusif ( februari, 2008 )

2.6.2.Faktor Eksternal 1.Tradisi/budaya

Menurut judarwono (2006) sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah sebagai berikut:

a.Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat, keyakinan ini hendaknya didorong dengan lebih memotivasi pentingnya makanan bergizi dan seimbang bagi ibu hamil dan menyusui, pentingnya memelihara payudar ibu sebelum melahirkan untuk persiapan ASI bagi bayinya


(32)

xxix

b.Kabiasaan untuk tidak memisahkan bayi dari ibunya, mendekatkan hubungan batin antara ibu dan bayi. Disamping itu juga merangsang keluarnya ASI sesegera mungkin pada waktu bayi membutuhkan.

Sedangkan sosialbudaya yang tidak mendukung dalam pemberian ASI Asi eksklusif adalah:

a.Kebiasaan membuang kolostrum dianggap kotor disebabkan karena warnanya kekunimgan

b.Memberikan Asi diselingi atau tambah minuman atau makanan lain pada waktu bayi berusia beberapa hari. Cara ini tidak tepat karena pemberian makanan/minuman terlebih dahulu. Yang lebih penting juga dpat mengakibatkankan penyakit diare ataupun pnyakit infeksi lainya. Kebiasaan memberi susu sapi/formula sebagai pengganti ASI apabila bayi ditingkalkan ibunya atau bayi rewel

c.Kebiasaan memberiakan susu formula denga menggunakan botol susu agar tidak merepotkan ibu

d.Kebiasaan memberikan makanan padat/sereal pada bayi sebelum 6 bulan agar bayi cepat kenyang dan tidak rewel

e.Meninggalkan bayi untuk bekerja sehingga memberika susu botol pengganti ASI

2.Penolong Persalinan

Menurut hayes dan hesling dalam bukunya soethiningsih (1997) sebelum mulai memdidik ibu-ibu para petugas kesehatan harus yakin bahwa nasehatnya berdasarkan pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu perlu diketahui seberapa jauhkah


(33)

pengetahuan petugas kesehatan, apakah mereka sudah siap untuk membina ibu-ibu menyusui. Karena pada umumnya para ibu mu patuh dan menuruti nasehat yang diberikan oleh petugas kesehatan ( ahli kebidanan, dokter anak, dan bidan ). Bila petuga kesehatan berpengetahuan cukup mengenai menyusui secara eksklusif.

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Faktor Internal -Pengetahuan -Umur -Pendidikan -Pekerjaan

-Sikap Peran serta suami dalam

mendukung pemberian ASI eksklusif

Faktor Eksternal - Tradisi/kebiasaan - Penolong


(34)

xxxi 2.8 Hipotesis

1. Ada hubungan antar tingkat pengetahuan suami dengan peran serta suami dlam mendukung pemberian ASI eksklusif

2. Ada hubungan antara umur suami dengan peran serta suami dengan mendukung pemberian ASI eksklusif

3. Ada hubungan antara tingkat pendidikan suami dengan peran serta suami dengan mendukung pemberian ASI eksklusif

4. Ada hubungan antara pekerjaan suami dengan peran serta suami dengan mendukung pemberian ASI eksklusif

5. Ada hubungan antara sikap suami dengan peran serta suami dengan mendukung pemberian ASI eksklusif

6. Ada hubungan antara tradisi/kebudayaan suami dengan peran serta suami dengan mendukung pemberian ASI eksklusif

7. Ada hubungan antara penolong persalinan ibu dengan peran serta suami dengan mendukung pemberian ASI eksklusif


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif-analitik crossectional dimana pengukuran atau pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan dengan cara sekali pengamatan (Notoatmodjo, 2010).

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara adapun alasan pemilihan lokasi ini karena karena termasuk rendahnya peran serta suami dalam pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara dalam hal ini pengambilan lokasi penelitian yang mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Juni – Oktober 2014

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang mempunyai bayi usia 0 – 6 bulan,sebayak 90 orang suami di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara 3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah 90 orang suami yang memilikibayi dengan usia 0 – 6 bulan.


(36)

xxxiii 3.4Metode Pengumpulan Data

3.4.1Data Primer

Data primer diperoleh dengan metode wawancara kepada para suami yang berperan serta dalam pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara tahun 2014.

3.4.2Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui kepala camat Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara berupa data nama – nama penduduk yang berada di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

3.5 Defenisi Opersional 3.5.1. Variabel Terikat

Peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif adalah sesuatu yang diberikan suami kepada ibu post partum maupun ibu sedang menyusui sampai usia < 6 bulan tanpa makanan tambahan. Bentuk dukungan suami mencakup : sebagai tim penyemangat, membantu mengatasi masalah dalam pemberian ASI, ikut merawat bayi, mendampingi ibu menyusui walaupun tengah malam, melayani ibu menyusui, menyediakan anggaran ekstra, dan menjaga romantisme.

3.5.2. Variabel Bebas

1. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadp objek tetentu. Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mudah orang dapat menerima pengetahuan dalam tindakannya

2. Tingkat Pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua sapekkepriibadian manusia yang meliputi: pengetahuan, nilai, sikap dan


(37)

keterampilan. Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk melakukan perilaku tertentu.

3. Sikap dikatakan sebagai suartu respon evaluator, respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi individual. Respon evalatif berarti bahwa reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan.

4. umur adalah lamanya seseorang hidup mulai sejak dilahirkan sampai ulang tahun yang terakhir.

5. Pekerjaan adalah kegiatan atau aktifitas utama responden setiap harinya yang bekerja menghasilkan uang atau tidak

6. Tradisi/kebudayaan adalah kebiasaan dlam memberikan makanan/minuman kepada bayi seperti: madu, air putih, air teh, pisang, dan bubur

7. Penolong Persalinan adalah tenaga kesehatan (bidan, dokter umum, dokter dan spesialis kandungan) yang menolong seorang ibu dalam prose melahirkan yang menganjurkan ibu untuk memberikan atau tidak memberi ASI eksklusif kepada bayinya


(38)

xxxv 3.6Aspek Pengukuran

3.6.1Variabel Terikat

1.Peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif diukur berdasarkan atas beberapa indikator yaitu dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan biaya, dan dukungan emosional. Kuesioner tentang peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif berjumlah 30 pertanyaan dan diberi skor 4 jika selalu, 3 sering, 2 jarang, dan 1 tidak pernah, yang bersifat tertutup diaman terdiri dari 16 pertanyaan mendukung dan 14 pertanyaan tidak mendukung.

a.Adapun skoring untuk pertanyaan mendukung/dukungan baik (1,3,5,7,9,11,13,15,16,16,20,22,23,25,27,29) adalah sebagai berikut:

1 = Tidak pernah 2 = Jarang 3 = Sering 4 = Selalu

b. Adapun skoring pertanyaan tidak mendukung/dukungan kurang baik (2,4,6,8,10,12,14,17,19,21,24,26,28,30) adalah sebagai berikut:

1 = Selalu 2 = Serimg 3 = Jarang 4 = Tidak pernah


(39)

Total skoring tertinggi adalah 120 dan terendah adalah 30. Berdasarkan kriteria tersebut diatas maka dapat dikategorikan sebagai berikut:

0 = Kurang, Bila total skor responden 30-60 1 = Cukup, Bila total skor responden 61-90 2 = Baik, Bila total skor responden 91-120 3.6.2 Variabel Bebas

1. Tingkat Pengetahuan

Diukur dengan memberikan kuesioner kepad suami dengan 15 pertanyaan dan diberi: skor 2 untuk menjawab benar, 1 untuk jawaban hampir benar dan skor 0 untuk jawaban tidak tahu. Total skor tertinggi adalah 30 dan total terendah adalah 0. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden dengan kriteria sebagai berikut:

0 = Kurang, bila total skor responden 0-10 1= Cukup, bila total skor responden 11-20 2 = Baik, bila total skor responden 21-30 Skala Ukur: Ordinal

2. Tingkat Pendidikan

0 = Rendah, bila ayah tidak sekolah/tamat SD 1 = Sedang,bila ayah tamat SLTP/SLTA

2 = Tinggi, bila ayah tamat dari diploma/perguruan tinggi Skala Ukur: Ordinal


(40)

xxxvii 3. Sikap

Pengukuran sikap dengan mengajuukan 15 pertanyaan kepada responden dalm kuesioner, dan skor tertinggi adalah 75 dan skor terendah adalah 15

a. Adapun skoring untuk pertnyataan positif (1,2,4,8,9,10,14) adalah sebagai berikut:

- Nilai 5 : Jika Responden menjawab Sangat Setuju - Nilai 4 : Jika Responden menjawab Setuju

- Nilai 3 : Jika Responden menjawab Ragu-ragu - Nilai 2 : Jika Responden menjawab Tidak Setuju

- Nilai 1 : Jika Responden menjawab Sangat Tidak Setuju

b. Adapun skoring untuk pernyataan Negatif (3,5,6,7,11,12,13,15) adalah sebagai berikut:

- Nilai 5 : Jika Responden menjawab Sangat Setuju - Nilai 4 : Jika Responden menjawab Setuju

- Nilai 3 : Jika Responden menjawab Ragu-ragu - Nilai 2 : Jika Responden menjawab Tidak Setuju

- Nilai 1 : Jika Responden menjawab Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan total skor jawaban diatas maka sikap dapat dikategorikan sebagai berikut:

0 = Kurang baik, Jika total skor responden 0-30 1 = Cukup baik, Jika total skor responden 31-55 2 = Baik, Jika total skor responden 55-75 Skala Ukur: Ordinal


(41)

4. Umur

0 = < 20 Tahun 1 = 20-35 Tahun 2 = > 35 Tahun Skala Ukur: Ordinal 5. Pekerjaan

Pekerjaan suami dapat diukur melalui kegiatan atau aktifitas utama responden setiap harinya yang bekerja menghasilkan gaji atau tidak. Selanjutnya dari hasil pengukuran pekerjaan dikategorikan menjadi 2 yaitu:

0 = Tidak bekerja 1 = Bekerja

Skala Ukur: Ordinal 6. Tradisi/kebudayaan

Dapat diukur dengan memberikan pertanyaan dan alasan dari jawaban, yaitu ada atau tidak ada kebiasaan yang dimiliki responden tentang pemberian makanan/minuman pada bayi.

0 = Tidak ada 1 = Ada

Skala Ukur: Nominal 7. Penolong Persalinan

Dapat dikur berdasarkan apakah penolong persalinan menganjurkan kepada responden agar ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya.


(42)

xxxix 1 = Ya, Penolong Persalinan menganjurkan Skala Ukur: Ordinal

3.7Metode Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Data yang telah terkumpul, diolah dab didistribusikan melalui proses editing, coding dan tabulating. (Hidayat, 2010)

1. Editing adalah proses pengeditan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan data yang telah terkumpul. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan memeriksanya dana dilakukan pendataan ulang.

2. Coding adalah pengolahan data dengan cara memberi kode-kode pada setiap jawaban dari responden.

3. Tabulating adalah proses pemasukan data atau menyusun data kedalam bentuk-bentuk tabel data yang telah terkumpul diolah menggunakan komputer dan akan disajikan kembali dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dalam bentuk Narasi.


(43)

3.8Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan melalui dua tahap yaitu: 1. Analisis Univariat

Untuk menggambarkan (mendeproposalkan) masing-masing variabel terikat dan variabel bebas dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan masing-masing variabel terikat dengan variabel bebas, menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan (level of significance) (α) = 0,05.

Dengan kriteria:

1. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas.

2. Terima Ho jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variable terikat dengan variable bebas.


(44)

xli BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Lima Puluh 4.1.1Geografi

Kecamatan Lima Puluh merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang terletak di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.Luas wilayah Kecamatan Lima Puluh adalah 239.55 Km2 (23955 Ha).Kecamatan Lima Puluh terdiri dari 34 desa dan 1 kelurahan serta 171 dusun dan 6 lingkungan.

4.1.2 Batas Wilayah

Adapun batas wilayah Kecamatan Lima Puluh adalah: Sebelah Utara : Kecamatan Air Putih dan Sei Suka

Sebelah Selatan : Kecamatan Talawi dan Kabupaten Simalungun Sebelah Timur : Kabupaten Simalungun

Sebelah Barat : Kecamatan Talawi dan Selat Malaka 4.1.3Fasilitas Kesehatan

Statistik Fasilitas kesehatan kecamatan Lima Puluh terdiri dari

 Rumah Sakit : 1

 Puskesmas : 3

 Puskesmas Pembantu : 17  POSKESDES/POLINDES : 12

 Posyandu : 116

 Klinik/Balai Kesehatan : 8


(45)

4.1.4Gambaran Kesehatan

Gambaran kesehatan di kecamatan Lima Puluh Kota adlah sebagai berikut:

 Jumlah KK : 1. 059

 Jumlah Ibu Hamil : 107

 Jumlah Ibu Menyusui : 90  Jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) : 17.585  Jumlah Wanita Usia Subur (WUS) : 22.447

 Jumlah Bayi : 100

- Yang tidak diberi ASI eksklusif : 90 - Yang diberi ASI eksklusif : 10 4.1.5Gambaran Penduduk

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Desa/Kelurahan Penduduk

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Mangkai Baru 1.858 1.968 3.826

Mangkai Lama 1.588 1.728 3.116

Lima Puluh Kota 2.176 2.383 4.559

Perkebunan Dolok 435 408 843

Sumber Padi 1.901 1.956 3.857

Perkebunan Limau Manis 124 108 232

Antara 1.197 1.241 2.438

Perkebunan Kwala Gunung 84 82 166

Kwala Gunung 789 750 1.539

Cahaya Pardomuan 638 749 1.387

Simpang Dolok 1.207 1.270 2.477

Empat Negeri 1.851 1.852 3.703

Perkebunan Lima Puluh 1.071 1.100 2.171

Sumber Makmur 990 944 1.934

Perkebunan Tanah Gambus 1.965 1.908 3.873

Perkebunan Tanah Itam Ulu 679 692 1.371

Lubuk Besar 1.433 1.453 2.886

Pulau Sejuk 1.809 1.722 3.531

Air Hitam 1.439 1.438 2.877

Guntung 1.252 1.253 2.505

Pematang Panjang 1.479 1.553 3.032

Bulan Bulan 2.087 2.199 4.286

Perupuk 3.294 3.219 6.513

Gambas Laut 2.468 2.278 4.746

Lubuk Cuik 1.563 1.630 3.193

Tanah Itam Ilir 578 633 1.211

Simpang Gambus 3.283 3.326 6.609

Sumber Rejo 528 531 1.059

Lubuk Hulu 530 538 1.068

Barung Barung 670 671 1.341

Pasir Permit 438 439 877

Titi Putih 334 348 682

Gunung Bandung 445 472 917

Titi Merah 421 442 863

Pematang Tengah 406 423 829

Jumlah 43.010 43.507 86.517


(46)

xliii

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan

0 – 4 5.214 5.039

5 – 9 4.834 4.691

10 – 14 4.480 4.519

15 – 19 4.353 4.173

20 – 24 3.677 3.550

25 – 29 3.405 3.430

30 – 34 3.082 3.168

35 – 39 2.841 2.917

40 – 44 2.560 2.710

45 – 49 2.333 2.499

50 – 54 2.093 2.097

55 – 59 1.608 1.613

60 – 64 1.005 1.058

65 - 69 590 741

70 – 74 459 618

75 + 476 684

Jumlah 43.010 43.507

Sumber: BPS Kab. Batu Bara; Kecamatan Lima Puluh Dalam Angka 2014 4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel bebas dan variabel terikat yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan di Kecamatan Lima

Puluh Tahun 2013

Pengetahuan n %

Kurang Baik 25 27,8

Cukup Baik 41 45,6

Baik 24 26,7

Jumlah 90 100,0

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pengetahuan terbanyak adalah cukup baik yaitu 41 orang (45,6%) dan yang paling sedikit adalah baik yaitu 24 orang (26,7%) sedangkan responden dengan pengetahuan kurang baik yaitu 25 orang (27,8%).


(47)

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Umur di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Umur n %

< 20 Tahun 0 0,0

20 – 35 Tahun 68 75,6

> 35 Tahun 22 24,4

Jumlah 90 100,0

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa umur responden terbanyak berada pada kategori umur 20 – 35 tahun yaitu 68 orang (75,6%) dan tidak ada responden yang berada pada kategori umur < 20 tahun (0,0%), sedangkan responden yang berada pada kategori umur > 35 tahun yaitu 22 orang (24,4%).

Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Pendidikan n %

Rendah 15 16,7

Sedang 63 70,0

Tinggi 12 13,3

Jumlah 90 100,0

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pendidikan responden terbanyak adalah sedang (tamat SLTP/SMA) yaitu 63 orang (70,0%) dan yang paling sedikit adalah tinggi (tamat perguruan tinggi) yaitu 12 orang (13,3%) sedangkan responden dengan pendidikan rendah yaitu 15 orang (16,7%).

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Pekerjaan n %

Tidak Bekerja 1 1,1

Bekerja 89 98,9

Jumlah 90 100,0

Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa responden lebih banyak yang bekerja yaitu 89 orang (98,9%) dan hanya 1 (1,1%) responden yang tidak bekerja.


(48)

xlv

Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Sikap di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Sikap n %

Kurang Baik 41 45,6

Cukup Baik 34 37,8

Baik 15 16,7

Jumlah 90 100,0

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak adalah kurang baik yaitu 41 orang (45,6%) dan yang paling sedikit adalah baik yaitu 15 orang (16,7%) sedangkan responden dengan sikap cukup baik yaitu 34 orang (37,8%). Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Tradisi di Kecamatan Lima Puluh

Tahun 2013

Tradisi n %

Tidak Ada 29 32,2

Ada 61 67,8

Jumlah 90 100,0

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tradisi memberikan makanan/minuman selain ASI sebelum bayi berumur 6 adalah sebanyak 61 orang (67,8%) dan yang tidak memiliki tradisi yaitu 29 orang (32,2%).

Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Penolong Persalinan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Penolong Persalinan n %

Tidak Menganjurkan 23 25,6

Menganjurkan 67 74,4

Jumlah 90 100,0

Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa responden yang menerima anjuran penolong persalinan untuk mendukung ibu memberikan ASI eksklusif adalah sebanyak 67 orang (74,4%) dan yang tidak menganjurkan yaitu 23 orang (25,6%).


(49)

Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Peran Serta Suami di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Peran Serta n %

Kurang Baik 48 53,3

Cukup Baik 22 24,4

Baik 20 22,2

Jumlah 90 100,0

Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa peran serta responden dalam mendukung pemberian ASI eksklusif terbanyak adalah kurang baik yaitu 48 orang (53,3%) dan yang paling sedikit adalah baik yaitu 20 orang (22,2%) sedangkan responden dengan peran serta cukup baik yaitu 22 orang (24,4%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1Pengaruh Pengetahuan Suami terhadap Peran Serta Suami

Pengaruh pengetahuan suami terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11 Pengaruh Pengetahuan terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2014

Pengetahuan

Peran Serta Suami

Jumlah χ²

p

Kurang Baik Cukup Baik Baik

n % n % n % n %

Kurang Baik 18 72,0 5 20,0 2 8,0 25 100,0

11,938 0,018

Cukup Baik 19 46,3 14 34,1 8 19,5 41 100,0

Baik 11 45,8 3 12,5 10 41,7 24 100,0

Dari Tabel 4.11 diatas menunjukan hasil analisis pengaruh pengetahuan terhadap peran serta suami pada kelompok kurang baik ditemukan sebanyak 18 orang (72,0%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok cukup baik 19 orang (46,3%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik dan ditemukan


(50)

xlvii

sebanyak 11 orang (45,8%) memiliki peran serta kurang baik pada kelompok pengetahuan baik.

Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,018 < α = 0,05

yang artinya ada pengaruh pengetahuan terhadap peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi.

4.3.2Pengaruh Umur Suami terhadap Peran Serta Suami

Pengaruh umur suami terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.12 Pengaruh Umur Suami terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Umur

Peran Serta Suami

Jumlah χ²

p

Kurang Baik Cukup Baik Baik

n % n % n % n %

20-35 tahun 36 52,9 17 25,0 15 22,1 68 100,0

0,046 0,977

> 35 tahun 12 54,5 5 22,7 5 22,7 22 100,0

Dari Tabel 4.12 di atas menunjukan hasil analisis pengaruh umur suami terhadap peran serta suami pada kelompok umur 20 – 35 tahun ditemukan sebanyak 36 orang (52,9%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok umur > 35 tahun 12 orang (54,5%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik.

Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,977 > α = 0,05

yang artinya tidak ada pengaruh umur terhadap peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi

4.3.3 Pengaruh Pendidikan Suami terhadap Peran Serta Suami

Pengaruh pendidikan suami terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(51)

Tabel 4.13 Pengaruh Pendidikan Suami terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Pendidikan

Peran Serta Suami

Jumlah χ²

p

Kurang Baik Cukup Baik Baik

n % n % n % n %

Rendah 10 66,7 4 26,7 1 6,7 15 100,0

4,600 0,331

Sedang 31 49,2 17 27,0 15 23,8 63 100,0

Tinggi 7 58,3 1 8,3 4 33,3 12 100,0

Dari Tabel 4.13 di atas menunjukan hasil analisis pengaruh pendidikan suami terhadap peran serta suami pada kelompok rendah ditemukan sebanyak 10 orang (66,7%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok sedang 31 orang (49,2%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik dan ditemukan sebanyak 7 orang (58,3%) memiliki peran serta kurang baik pada kelompok pendidikan tinggi.

Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,331 > α = 0,05

yang artinya tidak ada pengaruh pendidikan terhadap peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi.

4.3.4Pengaruh Pekerjaan terhadap Peran Serta Suami

Pengaruh pekerjaan suami terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.14 Pengaruh Pekerjaan Suami terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Pekerjaan

Peran Serta Suami

Jumlah χ²

p

Kurang Baik Cukup Baik Baik

n % n % n % n %

Tidak Bekerja 1 100,0 0 0,0 0 0,0 1 100,0

0,885 0,642


(52)

xlix

Dari Tabel 4.14 di atas menunjukan hasil analisis pengaruh pekerjaan suami terhadap peran serta suami pada kelompok bekerja ditemukan sebanyak 47 orang (52,8%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok tidak bekerja 1 orang (100,0%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik.

Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,642 > α = 0,05

yang artinya tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi.

4.3.5Pengaruh Sikap terhadap Peran Serta Suami

Pengaruh sikap suami terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.15 Pengaruh Sikap Suami terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Sikap

Peran Serta Suami

Jumlah χ²

p

Kurang Baik Cukup Baik Baik

n % n % n % n %

Kurang Baik 27 65,9 10 24,4 4 9,8 41 100,0

10,524 0,032

Cukup Baik 15 44,1 10 29,4 9 26,5 34 100,0

Baik 6 40,0 2 13,3 7 46,7 15 100,0

Dari Tabel 4.15 di atas menunjukan hasil analisis pengaruh sikap terhadap peran serta suami pada kelompok kurang baik ditemukan sebanyak 27 orang (65,9%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok cukup baik 15 orang (44,1%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik dan ditemukan sebanyak 6 orang (58,3%) memiliki peran serta kurang baik pada kelompok sikap baik.


(53)

Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,032 < α = 0,05

yang artinya ada pengaruh sikap terhadap peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi.

4.3.6Pengaruh Tradisi terhadap Peran Serta Suami

Pengaruh tradisi terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.16 Pengaruh Tradisi terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013

Tradisi

Peran Serta Suami

Jumlah χ²

p

Kurang Baik Cukup Baik Baik

n % n % n % n %

Tidak Ada 14 48,3 7 24,1 8 27,6 29 100,0

0,761 0,684

Ada 34 55,7 15 24,6 12 19,7 61 100,0

Dari Tabel 4.16 di atas menunjukan hasil analisis pengaruh tradisi terhadap peran serta suami pada kelompok bekerja ditemukan sebanyak 14 orang (48,3%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok ada tradisi 34 orang (55,7%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik.

Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,684 > α = 0,05

yang artinya tidak ada pengaruh tradisi terhadap peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi.

4.3.7 Pengaruh Penolong Persalinan terhadap Peran Serta Suami

Pengaruh penolong persalinan terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.17 Pengaruh Penolong Persalinan terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013


(54)

li Penolong

Persalinan

Peran Serta Suami

Jumlah χ²

p Kurang Baik Cukup Baik Baik

n % n % n % n %

Tidak

Menganjurkan 12 52,2 7 30,4 4 17,4 23 100,0 0,786 0,675

Menganjurkan 36 53,7 15 22,4 16 23,9 67 100,0

`

Dari Tabel 4.17 di atas menunjukan hasil analisis pengaruh penolong persalinan terhadap peran serta suami pada kelompok yang tidak menganjurkan ditemukan sebanyak 12 orang (52,2%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok menganjurkan 36 orang (53,7%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik.

Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,675 > α = 0,05

yang artinya tidak ada pengaruh penolong persalinan terhadap peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi.


(55)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Pengetahuan Suami terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian tentang variabel Pengetahuan Suami menunjukkan hasil pengetahuan kurang baik sebesar 72,0% Uji statistik dengan menggunakan uji

chi-square diperoleh nilai p = 0,018 < α = 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara

pengetahuan suami terhadap peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif di kecamatan lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yulia (2008) di Kelurahan Kuningan Timur, Kotamadya Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta yang menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan ayah dengan pemberian ASI eksklusif, dimana pada penelitian Yulia diperoleh hasil uji statistik yaitu (p = 0,006 <α = 0,05). Menurut Roesli (2000) dalam Yulia (2008), calon ayah berperan aktif terhadap keberhasilan ibu dalam praktik pemberian ASI berdasarkan pada tingkat pengetahuan tentang ASI yang diperolehnya.

Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Neneng (2012) di Kelurahan Harjamukti Kota Depok Tahun 2011 yang menyatakan ada hubungan pengetahuan ayah dengan praktik pemberian ASI eksklusif dan berdasarkan hasil analisis multivariat diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah pengetahuan ayah.


(56)

liii

5.2 Pengaruh Umur Suami terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p = 0,977 > α = 0,05 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh umur suami terhadap peran serta suami dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suci (2010) di wilayah Urban Jakarta Selatan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan umur ayah dengan praktik pemberian ASI eksklusif, dimana pada penelitian Suci diperoleh hasil uji statistik yaitu (p = 0,077 >α = 0,05) dengan Odd Ratio 1,401. Suci menyebutkan bahwa hal tersebut mungkin dikarenakan bahwa lebih dari sebagian ayah baik yang berusia muda maupun tua memiliki pengetahuan manajemen laktasi prenatal yang rendah.Diketahui pula bahwa mayoritas ayah tidak mengetahui keuntungan bayi disusui segera, kolostrum dan juga manfaatnya sehingga mereka melewatkan periode kritis yang paling penting untuk mencapai kesuksesan menyusui selanjutnya.Sering kali persepsi yang salah dan rendahnya pengetahuan menjadi faktor yang menyebabkan ketidaktahuan ayah dalam mengatasi kesulitan menyusui yang dialami ibu serta rendahnya dukungan ayah terhadap praktik menyusui (Freed et al., 1992 dalam Suci, 2010).

Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Neneng (2012) di Kelurahan Harjamukti Kota Depok Tahun 2011 yang menyatakan ada hubungan umur ayah dengan praktik pemberian ASI eksklusif.


(57)

5.3 Pengaruh Pendidikan Suami terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p = 0,331 > α = 0,05 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh Pendidikan suami terhadap peran serta suami dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suci (2010) di wilayah Urban Jakarta Selatan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan pendidikan ayah dengan praktik pemberian ASI eksklusif, dimana pada penelitian Suci diperoleh hasil uji statistik yaitu (p = 0,514 >α = 0,05) dengan Odd Ratio 1,144.

Tingginya tingkat pendidikan dan pendapatan terkait dengan akses pada fasilitas kesehatan yang secara eksplisit mendukung praktik menyusui (Celi et al., 2005 dalam Suci, 2010) namun dalam hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p = 0,331 > α = 0,05 yang berarti bahwa tidak ada pengaruh pendidikan suami terhadap peran serta suami dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Mery Ramadhani (2010) diwilayah kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Sumatrera Barat yang menyatakan tidak ada hubungan Pendidikan Suami terhadap peran serta Suami dalam pemberian ASI Eksklusif, dimana pada penelitian Mery diperoleh hail uji statistik yaitu nilai p=0,040<0.05 dengan odd Ratio 2,355


(1)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square .046a 2 .977

Likelihood Ratio .047 2 .977 Linear-by-Linear

Association

.002 1 .963

N of Valid Cases 90

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,89.

Pendidikan * Peran Serta Suami

Crosstab

Peran Serta Suami

Total Kurang

Baik

Cukup

Baik Baik

Pendidikan Rendah Count 10 4 1 15 % within

Pendidikan

66.7% 26.7% 6.7% 100.0% % within

Peran Serta Suami

20.8% 18.2% 5.0% 16.7%

% of Total 11.1% 4.4% 1.1% 16.7%

Sedang Count 31 17 15 63

% within Pendidikan

49.2% 27.0% 23.8% 100.0% % within

Peran Serta Suami

64.6% 77.3% 75.0% 70.0%

% of Total 34.4% 18.9% 16.7% 70.0%

Tinggi Count 7 1 4 12

% within Pendidikan

58.3% 8.3% 33.3% 100.0% % within

Peran Serta Suami

14.6% 4.5% 20.0% 13.3%

% of Total 7.8% 1.1% 4.4% 13.3%


(2)

% within Pendidikan

53.3% 24.4% 22.2% 100.0% % within

Peran Serta Suami

100.0% 100.0% 100.0 %

100.0%

% of Total 53.3% 24.4% 22.2% 100.0% Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 4.600a 4 .331

Likelihood Ratio 5.534 4 .237 Linear-by-Linear

Association

1.433 1 .231

N of Valid Cases 90

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.

Pekerjaan * Peran Serta Suami

Crosstab

Peran Serta Suami

Total Kurang

Baik

Cukup

Baik Baik Pekerjaan Tidak

Bekerja

Count 1 0 0 1

% within Pekerjaan

100.0% .0% .0% 100.0% % within Peran

Serta Suami

2.1% .0% .0% 1.1% % of Total 1.1% .0% .0% 1.1%

Bekerja Count 47 22 20 89

% within Pekerjaan

52.8% 24.7% 22.5% 100.0% % within Peran

Serta Suami

97.9% 100.0% 100.0% 98.9% % of Total 52.2% 24.4% 22.2% 98.9%

Total Count 48 22 20 90

% within Pekerjaan


(3)

% within Peran Serta Suami

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 53.3% 24.4% 22.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square .885a 2 .642

Likelihood Ratio 1.267 2 .531 Linear-by-Linear

Association

.720 1 .396

N of Valid Cases 90

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,22.

Sikap * Peran Serta Suami

Crosstab

Peran Serta Suami

Total Kurang

Baik

Cukup

Baik Baik

Sikap Kurang Baik Count 27 10 4 41

% within Sikap 65.9% 24.4% 9.8% 100.0% % within Peran

Serta Suami

56.3% 45.5% 20.0% 45.6% % of Total 30.0% 11.1% 4.4% 45.6%

Cukup Baik Count 15 10 9 34

% within Sikap 44.1% 29.4% 26.5% 100.0% % within Peran

Serta Suami

31.3% 45.5% 45.0% 37.8% % of Total 16.7% 11.1% 10.0% 37.8%

Baik Count 6 2 7 15

% within Sikap 40.0% 13.3% 46.7% 100.0% % within Peran

Serta Suami

12.5% 9.1% 35.0% 16.7% % of Total 6.7% 2.2% 7.8% 16.7%

Total Count 48 22 20 90


(4)

% within Peran Serta Suami

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 53.3% 24.4% 22.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 10.524a 4 .032

Likelihood Ratio 10.425 4 .034 Linear-by-Linear

Association

7.837 1 .005 N of Valid Cases 90

a. 2 cells (22,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,33.

Tradisi * Peran Serta Suami

Crosstab

Peran Serta Suami

Total Kurang Baik Cukup Baik Baik

Tradisi Tidak Ada Count 14 7 8 29

% within Tradisi 48.3% 24.1% 27.6% 100.0% % within Peran Serta

Suami

29.2% 31.8% 40.0% 32.2% % of Total 15.6% 7.8% 8.9% 32.2%

Ada Count 34 15 12 61

% within Tradisi 55.7% 24.6% 19.7% 100.0% % within Peran Serta

Suami

70.8% 68.2% 60.0% 67.8% % of Total 37.8% 16.7% 13.3% 67.8%

Total Count 48 22 20 90

% within Tradisi 53.3% 24.4% 22.2% 100.0% % within Peran Serta

Suami

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 53.3% 24.4% 22.2% 100.0%


(5)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square .761a 2 .684

Likelihood Ratio .745 2 .689 Linear-by-Linear

Association

.698 1 .404

N of Valid Cases 90

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,44.

Penolong Persalinan * Peran Serta Suami

Crosstab

Peran Serta Suami

Total Kurang

Baik

Cukup

Baik Baik Penolong

Persalinan Tidak

menganjurkan

Count 12 7 4 23

% within Penolong Persalinan

52.2% 30.4% 17.4% 100.0%

% within Peran Serta Suami

25.0% 31.8% 20.0% 25.6% % of Total 13.3% 7.8% 4.4% 25.6%

Menganjurkan Count 36 15 16 67

% within Penolong Persalinan

53.7% 22.4% 23.9% 100.0%

% within Peran Serta Suami

75.0% 68.2% 80.0% 74.4% % of Total 40.0% 16.7% 17.8% 74.4%

Total Count 48 22 20 90

% within Penolong Persalinan

53.3% 24.4% 22.2% 100.0%

% within Peran Serta Suami

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 53.3% 24.4% 22.2% 100.0%


(6)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square .786a 2 .675

Likelihood Ratio .782 2 .676 Linear-by-Linear

Association

.063 1 .803

N of Valid Cases 90

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,11.