Pendekatan dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Sementara menurut Adi Sasono sebagaimana yang dikutip Bambang Rudito, pengembangan ekonomi masyarakat memiliki tujuan sebagai berikut: 27 a. Memperkuat usaha-usaha kemandirian dikalangan masyarakat. b. Meningkatkan mobilisasi sumber daya lokal c. Mengorientasikan pembangunan ke arah yang mandiri dan berkeadilan. d. Memperkuat partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan yang berbasiskan masyarakat. e. Menggerakan seluruh potensi untuk gerakan keswadayaan.

D. Pendekatan dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Beberapa masalah yang sering kali dihadapi dalam pengembangan ekonomi masyarakat adalah permasalahan sumber daya manusia SDM, teknologi, permodalan, pasar, dan organisasi ekonomi masyarakat. Permasalahan sumber daya manusia menyangkut ketrampilan yang terbatas, produktifitas yang rendah, tidak mampu berkompetisi, semangat kewirausahaan yang lemah dan lain sebagainya. Masalah teknologi juga menjadi hambatan dalam pengembangan ekonomi. Kesediaan teknologi selalu menjadi faktor dominan terhadap kemampuan usaha untuk bersaing di pasar. Masalah permodalan, merupakan keluhan yang sering kali kita dengar. Tidak adanya permodalan yang cukup dalam rangka mendukung pengembangan usaha menjadi pemicu lemahnya produktifitas mereka baik secara kuantitatif maupun 27 Bambang Rudito, Akses Peran Serta Masyarakat: Lebih Jauh Memahami Community Development , Jakarta: ICDS, 2003, cet. Ke1. h.42. secara kualitatif. Modal menjadi kebutuhan yang mendasar pada saat usaha seseorang atau kelompok masyarakat memasuki tahap perkembangan, baik pada perkembangan produk, maupun pasarnya. Kasus yang umum terjadi adalah ketika usahanya mulai berkembang dan mulai mendapat perhatian di pasar, sering kali terbentur bahkan kembali surut ke belakang karena tidak di back-up oleh modal yang mencukupi. Masalah pemasaran, sistem pemasaran sebagai satu kesatuan dalam kegiatan ekonomi masyarakat kecil. Sehingga pelaku ekonomi kecil sering kali lemah dalam posisi tawar bargaining pada harga produk yang dihasilkan. Termasuk juga menghadapi para pengusaha kelas atas yang terjun pada usaha yang sama. 28 Masalah organisasi ekonomi masyarakat, sering kali kita temui bahwa posisi tawar masyarakat pelaku ekonomi kecil begitu lemah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya kerja sama atau mitra antar sesama pelaku ekonomi kecil itu sendiri. Karena itu dalam pengembangan ekonomi masyarakat dibutuhkan sebuah wadah bersama yang berfungsi sebagai wadah tawar bargaining kolektif. Wadah bersama tersebut bisa berupa koperasi, kelompok usaha bersama KUBE atau lembaga yang sejenis dengan itu. Beberapa pendekatan penanganan masalah dalam pengembangan ekonomi masyarakat antara lain adalah sabagai berikut: a. The Growth Strategy Strategi Pertumbuhan, pendekatan yang berbasis pada pertumbuhan dengan upaya meningkatkan pendapatan yang diperoleh masyarakat. Pendekatan ini biasanya dilakukan dengan cara meningkatkan produksi yang dimiliki masyarakat. 28 Sekretariat Bina Desa, Merintis Kemandirian Ekonomi Masyarakat: Konsep dan Pengalaman, Jakarta: Bina Desa, 1997, h.9. b. The Walfare Strategy Strategi Kesejahteraan, Pendekatan berbasis kesejahteraan masyarakat denagan cara memberikan bantuan kepada masyarakat yang di drop oleh pemerintah yang biasanya disertai dengan kebijakan yang sengaja dibuat. Bantuan tersebut di implementasikan dalam program-program tertentu seperti Pemberian Kredit Usaha Kecil KUK, Kredit Investasi Kecil KIK, Program Inpres Desa Tertinggal IDT, Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan P2KP. c. The Responsive Strategy Strategi Reaksi, Pendekatan yang berbasis terhadap kesejahteraan melalui pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang menunjang dan sesuai bagi proses pembangunan. d. The Integrated of Holistic Srategy Strategi Gabungan, Pendekatan ini merupakan gabungan dari tiga strategi di atas. Strategi ini menggunakan prinsip- prinsip persamaan Equity, keadilan, pemerataan, dan partisipasi. 29 Pendekatan dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat dapat juga dilakukan melalui pengembangan aset. Aset merupakan hak atau klaim yang berhubungan dengan properti, baik nyata maupun tidak nyata. Hak atau klaim ini dilindungi oleh konvensi, adat, atau hukum yang berlaku pada suatu wilayah atau Negara. Secara konsep aset dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yakni aset pribadi dan aset sosial umum, aset nyata tangible dan aset tidak nyata intangible. 30 Pengembangan ekonomi masyarakat setidaknya mencakup tiga bidang pengembangan. Pertama, aset manusia human asset berkaitan erat pada pengembangan kualitas sumber daya manusianya. Menurut Michael Sheraden, 29 Lili Bariadi, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005, Cet. Ke-1, h.58. 30 Michael Sheraden, Aset Untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, Jakarta: Raja Grafindo, 2006, h.127. human asset ini termasuk pada golongan asset tidak nyata. Human asset secara umum meliputi intelengensia, latar belakang pendidikan, pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, ide dan sebagainya. 31 Usaha-usaha untuk meningkatkan Human asset ini biasanya dilakukan dalam berbagai program yang bersifat kualitatif seperti program pelatihan dan ketrampilan dalam bentuk kursus-kursus, penyuluhan, yang kesemuanya bertujuan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan yang pada akhirnya menghasilkan out-put pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kedua , Pengembangan aset modal financial asset, meliputi dari modal produksi yang terdiri dari tanah, bangunan, mesin produksi, dan alas-alas atau komponen produksi nyata lainnya. Salah satu masalah klasik yang dihadapi para pelaku perekonomian kecil baik yang bergerak di bidang produksi, distribusi, perdagangan, maupun jasa adalah sulitnya mendapatkan modal khususnya kredit usaha. Ketidak-mampuan dan ketidaksiapan mereka dalam memenuhi syarat yang di ajukan lembaga keuangan formal seperti bank menjadikan sulitnya dana usaha terealisasikan. Para pengusaha kecil pada umumnya tidak memiliki asset yang cukup untuk dijaminkan kepada pihak bank. Permasalahan tersebut sebenarnya dapat dipecahkan dengan cara para pengusaha kecil tersebut bergabung dalam sebuah organisasi, wadah usaha bersama dalam pembiayaan di mana dana tersebut dihasilkan dari modal bersama. Wadah tersebut bisa berupa koperasi simpan pinjam, kelompok keswadayaan masyarakat KSM, kelompok usaha bersama KUBE dan lain sebagainya. 32 Dengan adanya lembaga keuangan yang dibangun secara bersama tersebut diharapkan permasalahan 31 Ibid. h.129. 32 Dewan Koperasi Indonesia, Koperasi Untuk Pemberdayaan Masyarakat Kecil dan Mikro, Jakarta: DEKOPIN, 2002, h.50. pendanaan usaha akan dapat teratasi, menghindarkan pinjaman pada para rentenir yang ada akhirnya turut andil dalam ketidak berkembangan aset. Keberadaan lembaga keuangan yang dibentuk secara bersama ini diharapkan menjadi kunci bagi permasalahan keterbatasan akses permodalan yang selanjutnya akan mempengaruhi pada peningkatan produksi baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Peningkatan secara kuantitatif dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain bertambahnya aset-aset produksi, pendapatan dan kesejahteraan secara umum. Ketiga, pengembangan sosial aset social asset. Aset sosial menurut Michael Sheraden, meliputi keluarga teman, koneksi, atau jaringan sosial dalam bentuk dukungan material, emosional, informasi dan akses yang lebih mudah pada pekerjaan, kredit, dan tipe aset lainnya. Modal sosial ini menurut Mark Bronovetler dan James Colemen secara potensial sangat penting dalam menciptakan aktifitas sosial dan ekonomi individu serta masyarakat. 33 Aset sosial menurut Edi Suharto berkontribusi bagi kehidupan, terbukanya aset sosial berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga atau kelompok masyarakat tertentu. Orang yang terikat dalam sebuah lembaga atau komunitas dapat memanfaatkan aset tersebut dalam menghadapi kesulitan, kegembiraan, dan lain- lain. oleh karena itu suatu komunitas yang mewarisi jaringan sosial dan perkumpulan biasanya lebih baik dalam mengentaskan kemiskinan dan kerentanan, memecahkan perselisihan dan mengambil manfaat dari peluang-peluang baru. 34 33 Michael Sheraden, Aset Untuk Orang Miskin: Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, Jakarta: Raja Grafindo, 2006, h.134. 34 Edi Suharto, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, Jakarta: Balitbang- Depsos, 2004, h.81.

E. Pengertian Nelayan