Kromatografi Gas Spektroskopi Massa GC-MS

22 puncak serapan dapat dinyatakan dalam satuan frekuensi µm atau bilangan gelombang cm -1 Sudjadi, 1985. Molekul senyawa akan tereksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi apabila menyerap radiasi inframerah. Dalam proses penyerapan, energi yang diserap akan menaikkan amplitudo gerakan vibrasi ikatan dalam molekul. Namun, hanya ikatan yang memiliki momen dipol yang dapat menyerap radiasi inframerah Sastrohamidjojo, 1990.

2.5. Kromatografi Gas Spektroskopi Massa GC-MS

GC-MS merupakan suatu teknik analisis untuk mengidentifikasi senyawa yang mudah menguap, berantai panjang, rantai cabang hidrokarbon, alkohol, dan ester Ruikar et al., 2009. Sampel-sampel yang dapat dianalisis dengan menggunakan GC-MS, harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya Hermanto, 2008: a. dapat diuapkan hingga suhu ~400°C b. secara termal stabil, yaitu tidak terdekomposisi pada suhu ~400°C c. sampel-sampel lainnya dapat dianalisis setelah melalui tahapan preparasi yang khusus. GC-MS adalah teknik analisis yang menggabungkan dua metode analisis, yaitu kromatografi gas dan spektroskopi massa. Dalam kromatografi gas, fase geraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi tidak mudah menguap yang terikat pada zat padat penunjangnya. Sedangkan spektrometer massa adalah suatu instrumen yang dapat 23 menyeleksi molekul-molekul gas bermuatan berdasarkan massa atau beratnya Khopkar, 2008. Dalam sebuah spektrometer, suatu sampel dalam keadaan gas dibombardir dengan elektron yang berenergi cukup tinggi untuk mengalahkan potensial ionisasi pertama senyawa tertentu. Tabrakan antara sebuah molekul organik dan salah satu elektron berenergi tinggi menyebabkan lepasnya sebuah elektron dari molekul tersebut dan terbentuknya suatu ion organik. Ion organik yang dihasilkan oleh pembombardir elektron berenergi tinggi ini tidak stabil dan pecah menjadi fragmen kecil, baik berbentuk radikal bebas maupun ion-ion lain Fessenden Fessenden, 2006. Proses ionisasi menghasilkan partikel-partikel bermuatan positif, dimana massa yang terdistribusi adalah spesifik terhadap senyawa induk. Selain untuk penentuan struktur molekul, spektrum massa digunakan untuk penentuan analisis kuantitatif Khopkar, 2008. Adapun unsur-unsur penting yang harus diperhatikan dalam sistem GC- MS, antara lain: 1. Gas pembawa Gas pembawa yang umum digunakan adalah helium He, nitrogen N 2 , hidrogen H 2 , dan argon Ar, tetapi untuk detektor konduktivitas termal, He lebih disukai karena konduktivitas termalnya yang tinggi Khopkar, 2008. Gas pembawa harus memenuhi sejumlah persyaratan, antara lain harus inert tidak bereaksi dengan sampel, pelarut sampel, material dalam kolom, murni, dan mudah diperoleh Harnani, 2010. 24 2. Kolom Ada dua macam kolom, yaitu kolom kemas dan kolom kapiler. Kolom kemas adalah pipa yang terbuat dari logam, kaca, plastik yang berisi penyangga padat yang inert sedangkan pada kolom kapiler terdapat rongga pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa Harnani, 2010 . Fungsi kolom adalah sebagai tempat terjadinya pemisahan molekul-molekul dalam sampel Hermanto, 2008 . 3. Suhu Suhu merupakan salah satu faktor utama penentu hasil analisis kromatografi gas dan spektrometri massa. Parameter yang sangat menentukan adalah pengaturan suhu injektor dan kolom Harnani, 2010 . 4. Sistem injeksi GC-MS memiliki dua sistem pemasukan sampel, yaitu secara langsung ke dalam ruang pengion direct inlet dan melalui sistem kromatografi gas indirect inlet Harnani, 2010 . 5. Detektor Spektrometer massa pada sistem GC-MS berfungsi sebagai detektor itu sendiri yang terdiri dari sistem ionisasi dan sistem analisis Harnani, 2010 . Electron Impact EI adalah teknik ionisasi dengan menggunakan elektron energi tinggi, yaitu 70 eV. EI memiliki kelebihan bila digunakan untuk identifikasi senyawa, karena pemisahan molekul yang terjadi cukup baik Hermanto, 2008. 6. Sistem pengolahan data dan identifikasi senyawa Analisis GC-MS memberikan dua informasi dasar yaitu hasil analisis kromatografi gas dalam bentuk kromatogram dan hasil analisis spektrometri massa dalam bentuk spektrum massa Harnani, 2010 . 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan selama delapan bulan, dari bulan Juni 2010 – Februari 2011 di Bidang Teknologi Proses dan Katalisis Pusat Penelitian Kimia – LIPI, Serpong.

3.2. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah labu leher tiga 100 mL dan 250 mL, corong pisah 100 mL dan 500 mL, kondensor, hotplate, magnet stirrer, waterbath, termometer, FTIR Shimadzu IR Prestige 21, GC-MS Shimadzu QP 5050A, timbangan digital, pipet ukur 1 mL; 5 mL; 10 mL; dan 25 mL, pipet gondok 25 mL, pipet tetes, buret, statif, dan peralatan gelas pirex lainnya, seperti labu Erlenmeyer 250 mL, labu ukur, beaker glass, dan gelas ukur. Sedangkan bahan kimia utama yang digunakan pada penelitian adalah asam asetat glasial 100 Merck, 1-heksena 97 Sigma-Aldrich, H 2 SO 4 98 Merck, dan zeolit ZSM-5 Zeolyst. Bahan kimia lainnya yang digunakan untuk keperluan analisa adalah H 2 SO 4 0,5 N, KOH 0,1 N dan 0,4 N.

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Esterifikasi asam asetat dengan 1-heksena

Proses esterifikasi dilakukan dengan menggunakan peralatan refluks dan labu leher tiga yang ditempatkan pada waterbath dengan rasio mol reaktan 1:1