6
5 Dehidrasi alkohol besar menjadi olefin murni
6 Penggunaan kembali olefin dari tahap 5 dengan asam asetat murni dan
kembali ke tahap 1 untuk proses esterifikasi.
2.2. Reaksi Esterifikasi
2.2.1. Esterifikasi asam karboksilat
Reaksi esterifikasi asam karboksilat adalah reaksi pembentukan ester dengan berbahan dasar asam karboksilat. Ester asam karboksilat ini merupakan
suatu senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan R yang berbentuk alkil maupun aril Fessenden Fessenden, 2006.
Katalis yang digunakan dalam esterifikasi dapat berupa katalis asam atau katalis basa dan berlangsung secara reversibel Supardjan, 2004. Untuk
memperoleh rendemen tinggi dari ester tersebut, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester dengan menambahkan salah satu pereaksi secara berlebih. Kuat
asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju pembentukan ester Fessenden Fessenden, 2006.
Kereaktifan asam karboksilat terhadap esterifikasi: R
3
CCO
2
H R
2
CHCO
2
H RCH
2
CO
2
H CH
3
CO
2
H HCO
2
H bertambahnya kereaktifan
Adapun metode
konvensional yang
dapat digunakan
untuk mengidentifikasi senyawa ester adalah dengan uji asam hidrosiamat. Senyawa
ester sebanyak 1 tetes ditambahkan dengan 1 mL hidroksilamin hidroklorida 0,5 N dalam etanol 95. Kemudian ditambahkan 0,2 mL NaOH 6 N dan
dipanaskan campuran sampai mendidih. Selanjutnya campuran didinginkan dan
7
ditambahkan 2 mL etanol 95 . Hasil positif ditunjukkan oleh perubahan warna larutan dan terbentuknya endapan merah bata saat ditambahkan dengan FeCl
3
5.
2.2.2. Variabel-variabel yang mempengaruhi reaksi esterifikasi
Reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel-variabel yang dimaksud antara lain
Hakim dan Irawan, 2010: 1
Waktu reaksi Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat
semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu
reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak memperbesar hasil. 2
Perbandingan zat pereaksi Dikarenakan sifatnya yang reversibel, maka salah satu reaktan harus
dibuat berlebih agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan. Pada penelitian ini, salah satu reaktan yang harus dibuat berlebih
adalah 1-heksena. 3
Pengadukan Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat
pereaksi dengan zat yang bereaksi semakin baik sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius :
k = A . e
-EaRT
Keterangan: k = konstanta laju reaksi
A = faktor frekuensi atau faktor pre-eksponensial Ea = energi aktivasi kJmol
R = tetapan gas universal 0,0821 atmmol.K atau 8,314 Jmol.K T = temperatur atau suhu K
8
Semakin besar tumbukan, maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi, sehingga reaksi dapat berjalan lebih optimal.
4 Suhu
Dikarenakan sifat dari reaksi yang eksotermis, maka suhu dapat mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi. Semakin tinggi suhu yang
dioperasikan maka semakin banyak konversi yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius, bila suhu naik maka harga k semakin besar,
sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar. 5
Katalisator Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalisator agar
berjalan lebih cepat. Katalisator berfungsi untuk mengurangi energi aktivasi pada suatu reaksi, sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan
reaksi semakin besar.
2.3. Bahan Baku Produksi Ester