Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan BMT Bina

Pada variabel entered atau removed di atas tampak bahwa variabel yang dimasukan atau yang digunakan adalah variabel pembiayaan mudaharabah X sebagai variabel independent untuk dilihat pengaruhnya terhadap variabel dependentnya yaitu pendapatan BMT .

2. Penaksiran Koefisien Penentu Determinasi

Merupakan ukuran untuk menyatakan bahwa proporsi dalam variabel yang dijelaskan oleh variabel independen dan karenanya memberikan ukuran sejauh mana varian dalam suatu variabel menentukan dalam variabel lain. Tabel 4.6 Koefisien Penentu Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .757 a .573 .560 2906570.932 1.091 a. Predictors: Constant, Pembiayaan Mudharabah b. Dependent Variable: Pendapatan BMT Untuk menghitung seberapa besar pengaruh pembiayaan mudharabah X terhadap naik turunnya pendapatan BMT Y digunakan koefisien penentu atau determinan dengan melihat tabel output SPSS di atas. Berdasarkan print out dari tabel SPSS di atas, koefisien korelasi dalam perhitungan SPSSnya adalah sebesar 0,757. Ini artinya jumlah pembiayaan mudharabah X mempunyai hubungan yang positif dan kuat. Dimana hubungan yang positif artinya, jika pembiayaan mudharabah bertambah maka pendapatan BMT akan naik, atau sebaliknya jika pembiayaan mudharabah berkurang maka pendapatan BMT juga akan turun. Koefisien determinasinya r 2 R Square atau koefisien penentunya sebesar 0,573 = 57,3 artinya pendapatan BMT Y dapat dijelaskan oleh pembiayaan mudharabah X sebasar 57,3. Sedangkan sisahnya sebesar 42,7 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain seperti produk simpanan, produk pembiayaan selain mudharabah antara lain yaitu bai bitsamanajil, murabahah dan qardul hasan.

3. Koefisien Regresi

Setelah menganalisis koefisien penentu, maka selanjutnya penulis akan melanjutkan dengan koefisien regresi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT. Bilangan konstanta a adalah bilangan yang menunjukan pembiayaan mudharabah sebelum adanya pengaruh dari pendapatan BMT X=0 Koefisien regresi atau parameter b positif, maka menunjukan adanya pengaruh terhadap jumlah pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT. Bentuk umum persamaan regresi linier sederhana adalah Y = a + bX Keterangan : Y = Pendapatan BMT X = Pembiayaan Mudharabah a = Konstanta, yaitu nilai Y bila X=0 b = Koefisien regresi yaitu perubahan pada Y jika X berubah satu satuan Tabel 4.7 Regresi Pembiayaan Mudharabah Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficie nts t Sig. 95 Confidence Interval for B Collinearity Statistics B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound Tolera nce VIF 1 Constant 2.888E 6 821700.360 3.514 .001 1217713.628 4557505.719 Pembiayaan Mudharabah .058 .009 .757 6.751 .000 .040 .075 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Pendapatan BMT Berdasarkan hasil print out dari perhitungan SPSS yang terlihat pada tabel di atas dapat diketahui persamaan regresi adalah Y = 2888000+0,058 pembiayaan mudharabah sama dengan Y = 2888000 + 0,058X, artinya adalah: a = 2888000 artinya apabila X = 0 atau tidak ada pembiayaan mudharabah, maka pendapatan BMT Y sebesar 2888000. b = koefisien regresi hasil menunjukan sebesar 0,058 menyatakan bahwa setiap adanya peningkatan pembiayaan mudharabah naik sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan pendapatan BMT sebesar 0,058 atau setiap penurunan jumlah pembiayaan mudharabah sebesar satu satuan, maka akan menurunkan pendapatan BMT sebesar 0.058. Sebagai contoh pembiayaan mudharabah pada bulan Januari 2010 sebesar Rp 52.221.000,- Maka pendapatan akan naik sebesar 0,058. Sehingga pendapatan pada BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede akan bertambah sebesar Rp 3.028.818,-. Jadi jika pembiayaan mudharabah mengalami kenaikan maka pendapatan BMT akan mengalami kenaikan pula.

4. Analisis Pengujian Hipotesis

a. Uji T Statistik

Dengan menggunakan tabel coefisients di bawah ini penulis dapat menguji masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya disebut juga dengan uji t. Tabel 4.8 Uji T Statistik Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficie nts t Sig. 95 Confidence Interval for B Collinearity Statistics B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound Tolera nce VIF 1 Constant 2.888E 6 821700.360 3.514 .001 1217713.628 4557505.719 Pembiayaan Mudharabah .058 .009 .757 6.751 .000 .040 .075 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Pendapatan BMT diantaranya : 1 Uji terhadap konstanta atau intercept Signifikansi sebesar 0,000 dengan 0,05. Hasil tabel 0,001 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti data ini signifikan artinya variabel X yaitu pembiayaan mudharabah mempunyai pengaruh terhadap variabel Y yaitu pendapatan BMT. 2 Uji terhadap koefisien regresi b Signifikansi sebesar 0,000 dengan 0,05. Hasil tabel 0,000 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti data ini signifikan artinya variabel X yaitu pembiayaan mudharabah mempunyai pengaruh terhadap variabel Y yaitu pendapatan BMT.

b. Uji F Statistik

Uji F ini merupakan uji kelayakan model, apakah model regresi linear sederhana yang diajukan adalah model yang layak untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent secara bersama-sama. Tabel 4.9 Uji F Statistik ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3.851E14 1 3.851E14 45.581 .000 a Residual 2.872E14 34 8.448E12 Total 6.723E14 35 a. Predictors: Constant, Pembiayaan Mudharabah b. Dependent Variable: Pendapatan BMT Berdasarkan hasil print out tabel anova di atas disebut juga sebagai uji F statistik. Untuk menguji hipotesis apakah pendapatan BMT dapat dipengaruhi oleh pembiayaan mudharabah dengan cara membandingkan angka signifikansi sebesar 0,000 dengan 0,05. Hasil tabel 0,000 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti signifikan artinya secara bersama-sama variabel bebasnya pembiayaan mudharabah mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebasnya yaitu pendapatan BMT.

5. Analisis Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Semua data-data yang digunakan untuk melakukan analisis suatu masalah harus diuji validitasnya. Untuk memenuhi syarat validitasnya suatu model dapat diuji dengan memenuhi syarat asumsi klasik normalitas dengan menggunakan Normal Probabilitas Plot. Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Gambar 4.1 Uji Normalitas Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbuh diagonal dari grafik di atas dapat terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas artinya data ini terdistribusi normal.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan dalam fungsi regresi. Pengujian heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat scaterplotnya dari output SPSS di bawah ini. Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas Dilihat dari gambar di atas, sama halnya dengan prinsip normalitas uji heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik. Maka berdasarkan pada gamabar di atas, pada scatterplotnya dapat dilihat titi-titiknya menyebar di derah positif dan negatif serta tidak membentuk pola, sehingga dapat disimpulkan data tersebut tidak ada masalah heterokedastisitas Homokedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi terjadi ketika kesalahan pengganggu saling berkorelasi satu sama lain yang bertujuan menguji apakah dalam satu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Salah satu cara mendeteksikannya dengan melihat kolom Durbin-Watson yang terdapat pada tabel model summary. Tabel 4.10 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .757 a .573 .560 2906570.932 1.091 a. Predictors: Constant, Pembiayaan Mudharabah b. Dependent Variable: Pendapatan BMT Cara menghitung manual dengan asumsi tingkat kesalahan 5, variabel bebas K=1 dengan total df+1 = 35 + 1 = 36, nilai durbin lower dl sebesar 1,41 dan durbin upper du sebesar 1,53 data dl dan du bisa dilihat pada tabel statistik d Durbin-Watson, dengan alfa 5. Maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Tabel 4.11 Manual Perhitungan Durbin-Watson Berdasarkan print out pada model summary dapat dilihat nilai Durbin- Watson sebesar 1,091 artinya ada korelasi satu sama lain karena terletak di antara 0 dan durbin lower dl. Maka data ini berpengaruh pada pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan BMT. Korelasi + Tidak ada Korelasi Tidak tahu Tidak tahu Korelasi - Dl=1,41 Du=1,53 4-du=2,47 4-dl=2,59 4

D. Strategi BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede dalam Meningkatkan

Pendapatan Secara Umum, untuk mengembangkan usahanya guna meningkatkan pendapatan perusahaan, BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede menerapkan beberapa strategi diantaranya: 1. Kuantitas nilai pembiayaan Dari segi kuantitas pembiayaan BMT tidak terlalu besar seperti halnya korporasi. Pembiayaan mikro biasanya memiliki pembiayaan paling besar Rp 5.000.000,-. Saat ini BMT yang beroperasi memang belum berdistribusi terlalu besar. Faktanya dalam pembiayaan mudharabah yang diberikan BMT Bina Umat Sejahtera Pondok Gede mampu memberikan pembiayaan kepada salah satu anggotanya sebesar RP 10.000.000,-. Dengan memberikan nilai pembiayaan yang cukup besar sehingga dapat peningkatkan pedapatan yang diterima oleh BMT. 2. Strategi Fokus Pembiayaan Secara Khusus, strategi pembiayaan yang tengah dijalankan BMT lebih diarahkan pada sosial dari pada upaya mencari keuntungan. Strategi ini digunakan karena motif utamanya untuk kemaslahatan umat. BMT Bina Umat Sejahtera ini lebih mementingkan pemberian pembiayaannya pada kalangan gressroot atau kalangan yang paling bawah 1 . Hal ini disebabkan karena perbankan yang ada di Indonesia hanya ingin memberikan pembiayaan minimal Rp 10.000.000,-. Sedangkan satu tinggkat dibawa perbankan yaitu BPRS dapat memberikan pembiayaan mininal Rp 3.000.000,-. Maka BMT Bina Umat Sejahtera ini menempatkan posisi yang paling bawah untuk hal pemberian pembiayaan. Pembiayaan lebih di fokuskan pada sektor yang tidak berisiko tingggi dan menawarkan imbalan hasil yang tinggi seperti pada sektor mikro dan menengah UMKM. 3. Strategi Meminimalisir Non Performent Loan NPL Strategi lain yang dijalankan BMT dalam upaya peningkatan jumlah pendapatan dari penyaluran pembiayaan khususnya mudharabah adalah dengan meminimalisir angka pembiayaan bermasalah NPL. Hal ini dilakukan karena angka pembiayaan yang bermasalah akan berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh BMT. Secara umum strategi yang dijalankan sebagai upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat dikelompokkan menjadi 2 dua, yaitu: a. Stay Strategy adalah strategi saat BMT masih ingin mempertahankan hubungan bisnis dengan nasabah dalam konteks waktu jangka panjang. 1 Wawancara pribadi dengan bapak Kukuh Setiawan, Kasi Marketing Wiayah I, Jakarta 31 Januari 2011

Dokumen yang terkait

Kontak bisnis dalam pembiayaan mudharabah pada BMT bina ummat sejahtera ( BUS ) dan BMT husnayain

7 171 142

ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH pada KJKS BMT USAHA MANDIRI SEJAHTERA BREBES

1 14 70

STUDI PERBANDINGAN PENGARUH PEMBIAYAAN TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA DAN PENDAPATAN NASABAH DI BMT BINA Studi Perbandingan Pengaruh Pembiayaan Terhadap Perkembangan Usaha Dan Pendapatan Nasabah Di BMT Bina Umat Sejahtera Dan KKSP Mitra Tani Mandiri Kecamat

0 1 14

PENDAHULUAN Studi Perbandingan Pengaruh Pembiayaan Terhadap Perkembangan Usaha Dan Pendapatan Nasabah Di BMT Bina Umat Sejahtera Dan KKSP Mitra Tani Mandiri Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan.

0 1 8

STUDI PERBANDINGAN PENGARUH PEMBIAYAAN TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA DAN PENDAPATAN NASABAH DI BMT BINA Studi Perbandingan Pengaruh Pembiayaan Terhadap Perkembangan Usaha Dan Pendapatan Nasabah Di BMT Bina Umat Sejahtera Dan KKSP Mitra Tani Mandiri Kecamat

0 2 13

PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP PENDAPATAN :Suatu Kasus pada BMT “X”.

0 4 44

EFEKTIVITAS SISTEM PENDAMPINGAN USAHA PEMBIAYAAN MUDARABAH PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BMT BINA UMAT SEJAHTERA CABANG UTAMA TUBAN.

0 0 59

IMPLEMENTASI PENANGANAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH DI KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG MIJEN KUDUS - STAIN Kudus Repository

0 1 7

2. Sejarah Berdirinya KSPPS BMT Bina Ummat Sejahtera - IMPLEMENTASI PENANGANAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH DI KSPPS BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG MIJEN KUDUS - STAIN Kudus Repository

0 1 39

ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL KERJA DI BMT BINA UMAT SEJAHTERA LASEM TAHUN 2015

0 0 16