2. 2 Uji Kualitas Data 2. 2. 1 Uji Normalitas 2. 3 Uji Asumsi Klasik 2. 3. 1 Uji Multikolinearitas

4. 2. 2 Uji Kualitas Data 4. 2. 2. 1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Berdasarkan Tabel 4.3 Uji Normalitas yang terbentuk sebagai berikut: Tabel 4.3 Uji Normalitas `Unstandardized Residual N Normal Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogrov-Smirnov Z Asymp. Sig. 2-tailed 56 25.0207 13.87394 .128 .128 -.101 .956 .321 Sumber; Lampiran 1 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dikatakan data dipastikan dari populasi yang berdistribusi normal jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 5. Dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa semua variable Perubahan Laba berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga dapat disimpulkan memenuhi asumsi berdistribusi normal. Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa data diambil dari data yang berdistribusi normal.

4. 2. 3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi berganda. Dari hasil perhitungan sampel rata-rata rasio keuangan selama empat tahun, maka dalam penelitian ini perlu dilakuakan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu yang meliputi: uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi yang dilakukan sebagai berikut:

4. 2. 3. 1 Uji Multikolinearitas

Untuk menditeksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen yang digunakan, dapat diketahui melalui variance inflation faktor VIF Deteksi adanya Multikolinier : Besarnya VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. - Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinieritas. Gujarati Table 4.4 Uji Variance Inflation Factor VIF Model Collinearity Statistic Tolerance VIF 1 Constans X1 = CR X2 = DER X3 = GPM X4 = OPM X5 = ROE .683 .523 .224 .180 .486 1.464 1.913 4.471 5.556 2.059 Sumber; Lampiran 2 Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini menunjukkan tidak adanya gejala multikolinieritas dimana nilai VIF pada variabel tidak lebih besar dari 10 maka variabel ini disimpulkan terdapat gejala multikolinieritas dengan variabel independen lainnya. Dengan nilai VIF untuk CR X 1 = 1,464, DER X 2 = 1,913, GPM X 3 = 4,471, OPM X 4 = 5,556, dan ROE X 5 = 2,059 Syarat terjadi multikolinieritas jika nilai VIF Variance Inflation Factor  10. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. 2. 3. 2 Uji Heteroskedastisitas Untuk menentukan heteroskedastisitas, varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain mempunyai varian yang berbeda. Jika sama namanya Homoskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mempunyai Heteroskedastisitas. Deteksi Adanya Heteroskedastisitas : a. Dari Scatter Plot Residual: jika ada pola tertentu seperti titik-titik point-point yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, menyebar kemudian menyempit b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. c. Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank Spearman adalah : r s = 1 – 6   1 N N d 2 2 i   Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Keterangan : d i = perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i N = banyaknya data Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dengan hasil analisis sebagai berikut: Table 4.5 Correlations Rank Spearman Sumber; Lampiran 3 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel untuk untuk CR X 1 , DER X 2 , GPM X 3 , OPM X 4 , dan ROE X 5 TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya, maka hasil analisis ini dapat disimpulkan semua variabel penelitian Tidak terjadi Heteroskedastisitas. sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variable penelitian memenuhi asumsi Non Heteroskedastisitas. 4. 2. 2. 4 Uji Autokorelasi Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian ini diuji dengan uji Durbin-Watson DW-test. Dimana autokorelasi yang memiliki arti adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 sebelumnya. Catatan: Autokorelasi pada sebagian besar data time series. Deteksi Autokorelasi: a. Besarnya Angka Durbin Watson Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi positif Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi negatif Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi Jadi disimpulkan data tidak terdapat autokorelasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini. Gambar 4.1 Kurva Autokorelasi T idak ada autokorelasi positif dan t idak ada autokorelasi negatif dL dU 4 - dU 4 - dL 4 ad a au to k o re la si p o si ti f daerah keragu raguan ad a au to k o re la si n eg at if daerah keragu raguan Sumber; Lampiran 4 a. Koefisien determinasi berganda R square tinggi b. Koefisien korelasi sederhananya tinggi. c. Nilai F hitung tinggi signifikan d. Tapi tak satupun atau sedikit sekali diantara variabel bebas yang signifikan. Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,910, hal ini menunjukkan Tidak adanya gejala autokorelasi Berdasarkan normal, atau bandingkan dengan tabelnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Table 4.6 Durbin - Watson Model R Square Durbin - Watson 1 .222 1.910 Sumber ; Lampiran 5 4. 2. 4 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis pengaruh rasio keuangan CR, DER, GPM, OPM dan ROE terhadap Perubahan Laba Δ Laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia BEI dapat dilihat dari hasil analisis regresi berganda. Pengujian koefisien regresi bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel independen X dengan variabel dependen Y secara kecocokan model dengan ui F maupun secara parsial dengan uji t serta dengan uji koefisien determinasi. Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan meliputu; uji signifikan kecocokan model F-test, uji secara parsial t-test, uji koefisien determinasi R². 4. 2. 4. 1 Persamaan Regresi Linier Berganda

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

1 5 16

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 16

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 28

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 4 15

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 14

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2007-2009).

0 0 15

PENGARUH ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PENGARUH ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA.

0 0 10

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta).

0 0 12

SKRIPSI PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

0 0 22