Pencoklatan Enzimatis Pencoklatan Non Enzimatis

Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim Xanton Karotenoid Klorofil Pigmen heme 20 300 25 6 hitam Kuning Tak berwarna, kuning, merah Hijau. coklat Merah, coklat alga Tanaman Tanaman Tanaman Hewan Air Lemak Lemak Air Tahan panas Tahan panas Peka terhadap panas Peka terhadap panas Sumber : Clydesdale and Francis 1976 Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu proses pencoklatan yang enzimatik dan yang non enzimatik. Winarno,1992

II.1.2.1 Pencoklatan Enzimatis

Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Ada banyak sekali senyawa fenolik yang dapat bertindak sebagai substrat dalam proses pencoklatan enzimatik pada buah-buahan dan sayuran. Disamping katekin dan turunannya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat proses pencoklatan. Winarno,1992 Dengan demikian, terjainya reaksi pencoklatan enzimatis harus didukung kondisi-kondisi untuk dapat berlangsungnya aktivitas enzim, termasuk di antaranya adalah bahan pangan, serta Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim suhu yang sesuai untuk dapat terjadinya aktivitas enzim, yaitu berkisar antara 20-40 o C. Terjadinya reaksi pencoklatan diperkirakan melibatkan perubahan dari bentuk kuinol menjadi kuinon.

II.1.2.2 Pencoklatan Non Enzimatis

Pencoklatan ini bukan disebabkan adanya enzim, melainkan akibat reaksi gula pereduksi dengan gugus amina primer atau pemakaian suhu tinggi pada sukrosa. Pada berbagai komoditi, pencoklatan non enzimatik ini sengaja dibuat karena menimbulkan bau dan citra rasa yang dikehendaki. Secara umum, ada tiga macam reaksi pencoklatan non enzimatik, yaitu reaksi Maillard, Karamelisasi dan pencoklatan akibat vitamin C a. Reaksi Maillard Reaksi Maillard dapat terjadi pada bahan pangan yang mengandung gula pereduksi dan protein, dalam kondisi yang memungkinkan bereaksi, yaitu tergantung pada suhu, pH dan lama penyimpanan bahan pangan tersebut. b. Karamelisasi Karamelisasi adalah proses mencapainya gula jika dipanaskan terus sehingga suhunya melampaui titik lebur yaitu 160 o C. Gula karamel sering dipergunakan sebagai bahan pemberi citra rasa makanan. Reaksi yang terjadi bila mula-mula setiap molekul sukrosa dipecah menjdai sebuah molekul glukosa dan sebuah molekul glukosa dan sebuah molekul fruktosan fruktosa yang kekurangan satu molekul air. Suhu yang tinggi mampu mengeluarkan sebuah molukul air dari setiap molekul gula sehingga terjadilah glukosan, suatu molekul yang analog dengan fruktosan. Proses pemecahan dan dehidrasi diikuti dengan polimerisasi dan beberapa jenis asam timbul dalam campuran tersebut. Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim c. Pencoklatan akibat vitamin C Vitamin C asam askorbat merupakan suatu senyawa reduktor dan juga dapat bertindak seperti precursor untuk pembentukan warna coklat non enzimatik. Asam-asam askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai secara irreversibel dengan membentuk suatu senyawa diketogulanot, kemudian berlangsunglah proses pencoklatan. Degrasi asam askorbat dihasilkan senyawa asam dehidroaskorbat, 2, 3 diketagulonat, disertai dengan pembebasan CO 2 . Pembentukan dehidroaskorbat diduga berlangsung selama tahap akhir proses pengeringan dan mampu menyebabkan perubahan warna menjadi coklat. C =O C =O OH-C=O HO- C - H -2H O=C +H 2 O O=C HO- C – H O O=C O O=C H - C +2H H-C H-C-OH HO- C - H HO-C-H HO-C-H CH 2 OH CH 2 OH CH 2 OH Asam askorbat Asam dehidroaskorbat Asam diketogulonat

II.1.3 Pengawetan Bahan Makanan Secara Fisik