Buah Mengkudu Pengawetan Bahan Makanan Secara Fisik

Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.1.1 Buah Mengkudu

Terdapat sekitar 80 spesies tanaman yang termasuk dalam genus Morinda. Menurut H.B. Guppy, ilmuwan Inggris yang mempelajari Mengkudu sekitar tahun 1900, kira-kira 60 persen dari 80 spesies Morinda tumbuh di pulau-pulau besar maupun kecil, di antaranya Malaysia dan pulau-pulau yang terletak di Lautan India dan Lautan Pasifik. Untuk saat ini penelitian ilmiah yang terbilang paling monumental terhadap tanaman “mengkudu” adalah yang dilakukan Prof. Neil Solomon, MD., Phd dari John Hopkins Medical Institution, Amerika di tahun 1997- 1998. Penelitian ini melibatkan 40 doktor dan 8000 pesakit pengguna sari buah mengkudu. Kesimpulannya, 78 dari pengguna sari buah mengkudu telah merasakan manfaatnya untuk mengatasi penyakit yang dideritanya. Yaitu : kanser, kolesterol tinggi, jantung, gangguan pencernaan, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Tabel 1. Komposisi kimia buah mengkudu dalam 100 g bagian yang dapat dimakan. Jenis bahan Kandungan Protein 2,90 Lemak 0,60 Air 89,10 Abu 1,20 Serat 3 Karbohidrat 2,20 Lain-lain 1 Sumber : Jones 2000. Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim Tabel 2. Kandungan nutrisi hasil analisa dari 100 g sari buah mengkudu Jenis nutrisi Jumlah kandungan Vitamin A IU 395,83 Vitamin C mg 2,6 Niasin mg 2,50 Thiamin mg 0,70 Riboflavin mg 0,33 Besi mg 9,17 Kalsium mg 325 Natrium mg 335 Kalium mg 1,12 Protein g 0,75 Lemak g 1,5 Karbohydrat g 51,67 Kalori kal 167 Sumber : Jones, 2000

II.1.2 Proses Pencoklatan

Pencoklatan browning pada hasil pertanian merupakan problem khusus dalam pengolahan. Ada lima faktor yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna yaitu : a. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan, misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging. b. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna coklat, misalnya warna coklat pada kembang gula caramel atau roti dibakar. c. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard, yaitu antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi, misalnya susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap. d. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna hitam, atau coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim, misalnya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong. Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim e. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan Winarno,1992 Masing-masing pigmen tersebut mempunyai kestabilan yang berlainan terhadap berbagai kondisi seperti terlihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 3 Beberapa Sifat Pigmen Alami Jenis pigmen Jumlah senyawa Warna Sumber Dapat larut dalam Kestabilan Antosianin Flavonoid Leukoantosianin Tanin Betalain Kuinon 120 600 20 20 70 200 Jngga, merah, biru Tak berwarna, kuning Tak berwarna Tak berwarna, kuning Kuning, merah Kuning sampai Tanaman Umumnya tanaman Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman bakteri Air Air Air Air Air Air Peka pada perubahan pH panas Tahan panas Tahan panas Tahan panas Peka terhadap panas Tahan panas Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim Xanton Karotenoid Klorofil Pigmen heme 20 300 25 6 hitam Kuning Tak berwarna, kuning, merah Hijau. coklat Merah, coklat alga Tanaman Tanaman Tanaman Hewan Air Lemak Lemak Air Tahan panas Tahan panas Peka terhadap panas Peka terhadap panas Sumber : Clydesdale and Francis 1976 Pada umumnya proses pencoklatan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu proses pencoklatan yang enzimatik dan yang non enzimatik. Winarno,1992

II.1.2.1 Pencoklatan Enzimatis

Pencoklatan enzimatik terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Ada banyak sekali senyawa fenolik yang dapat bertindak sebagai substrat dalam proses pencoklatan enzimatik pada buah-buahan dan sayuran. Disamping katekin dan turunannya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat proses pencoklatan. Winarno,1992 Dengan demikian, terjainya reaksi pencoklatan enzimatis harus didukung kondisi-kondisi untuk dapat berlangsungnya aktivitas enzim, termasuk di antaranya adalah bahan pangan, serta Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim suhu yang sesuai untuk dapat terjadinya aktivitas enzim, yaitu berkisar antara 20-40 o C. Terjadinya reaksi pencoklatan diperkirakan melibatkan perubahan dari bentuk kuinol menjadi kuinon.

II.1.2.2 Pencoklatan Non Enzimatis

Pencoklatan ini bukan disebabkan adanya enzim, melainkan akibat reaksi gula pereduksi dengan gugus amina primer atau pemakaian suhu tinggi pada sukrosa. Pada berbagai komoditi, pencoklatan non enzimatik ini sengaja dibuat karena menimbulkan bau dan citra rasa yang dikehendaki. Secara umum, ada tiga macam reaksi pencoklatan non enzimatik, yaitu reaksi Maillard, Karamelisasi dan pencoklatan akibat vitamin C a. Reaksi Maillard Reaksi Maillard dapat terjadi pada bahan pangan yang mengandung gula pereduksi dan protein, dalam kondisi yang memungkinkan bereaksi, yaitu tergantung pada suhu, pH dan lama penyimpanan bahan pangan tersebut. b. Karamelisasi Karamelisasi adalah proses mencapainya gula jika dipanaskan terus sehingga suhunya melampaui titik lebur yaitu 160 o C. Gula karamel sering dipergunakan sebagai bahan pemberi citra rasa makanan. Reaksi yang terjadi bila mula-mula setiap molekul sukrosa dipecah menjdai sebuah molekul glukosa dan sebuah molekul glukosa dan sebuah molekul fruktosan fruktosa yang kekurangan satu molekul air. Suhu yang tinggi mampu mengeluarkan sebuah molukul air dari setiap molekul gula sehingga terjadilah glukosan, suatu molekul yang analog dengan fruktosan. Proses pemecahan dan dehidrasi diikuti dengan polimerisasi dan beberapa jenis asam timbul dalam campuran tersebut. Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim c. Pencoklatan akibat vitamin C Vitamin C asam askorbat merupakan suatu senyawa reduktor dan juga dapat bertindak seperti precursor untuk pembentukan warna coklat non enzimatik. Asam-asam askorbat berada dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai secara irreversibel dengan membentuk suatu senyawa diketogulanot, kemudian berlangsunglah proses pencoklatan. Degrasi asam askorbat dihasilkan senyawa asam dehidroaskorbat, 2, 3 diketagulonat, disertai dengan pembebasan CO 2 . Pembentukan dehidroaskorbat diduga berlangsung selama tahap akhir proses pengeringan dan mampu menyebabkan perubahan warna menjadi coklat. C =O C =O OH-C=O HO- C - H -2H O=C +H 2 O O=C HO- C – H O O=C O O=C H - C +2H H-C H-C-OH HO- C - H HO-C-H HO-C-H CH 2 OH CH 2 OH CH 2 OH Asam askorbat Asam dehidroaskorbat Asam diketogulonat

II.1.3 Pengawetan Bahan Makanan Secara Fisik

Yang paling umum dilakukan dengan pengawetan secara fisik adalah : a. Pengeringan desikasi, yaitu dengan mengurangi menurunkan kandungan air di dalam bahan makanan sehingga air yang tersisa tidak dapat digunakan untuk hidup serta pertumbuhan mikroba. Cara ini banyak dilakukan terhadap buah-buahan anggur, kismis, kesemek, pisang dan sebagainya b. Temperatur rendah, umumnya di bawah 1 o C, tetapi dengan temperatur rendah bukan berifat “mengawetkan” karena mikroba hanya dihambat Program Studi S - 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri - UPN “Veteran” Jatim pertumbuhannya. Cara ini banyak digunakan untuk menyimpan daging, telur, sayuran sebelum dipasarkan ataupun selama pemasaran. c. Temperatur tinggi, umumnya di atas 65 o C dalam jangka waktu antara 5-6 jam, cara ini banyak dilakukan untuk pengawetan bahan-bahan berbentuk tepung dan sejenisnya. Imam Supardi,1999

II.1.4 Natrium Bisulfit NaHSO