Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Pemeriksaan Pajak Dan Implikasinya Terhadap Penagihan Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Badan Di KPP Pratama Bandung Karees)

(1)

(2)

THE INFLUENCE OF FINANCIAL REPORTING QUALITY

TO TAX AUDIT AND IT

S

IMPLICATION TO TAX COLLECTION

(Survey on The Corporate Taxpayers in KPP Pratama Bandung Karees)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi Disusun oleh :

Nety Wiparti 21108034

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

(4)

vi

keuangan perusahaan, diawasi dengan adanya pemeriksaan pajak khususnya mengenai pajak perusahaan. Untuk itu peningkatan kualitas pelaporan keuangan diperlukan untuk efektifitas pemeriksaan pajak, sehingga penagihan pajak pun akan lebih berkualitas. Karena dasar dari penagihan pajak adalah hasil dari pemeriksaan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas pelaporan keuangan, pemeriksaan pajak , penagihan pajak, juga untuk mengetahui pengaruh pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak, dan pemeriksaan pajak terhadap penagihan pajak pada wajib pajak badan KPP Pratama Bandung Karees.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif untuk mengetahui gambaran variabel kualitas pelaporan keuangan, variabel pemeriksaan pajak, dan variabel penagihan pajak, sedangkan verifikatif untuk mengetahui hubungan antara variabel kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak, dan pemeriksaan pajak terhadap penagihan pajak. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak dan implikasinya terhadap penagihan pajak (Survey pada wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees) digunakan pengujian statistik. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan adalah perhitungan korelasi pearson, koefisien determinasi, uji hipotesis dengan menggunakan software SPSS 18 for windows.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa cukup berkualitasnya pelaporan keuangan yang dilakukan wajib pajak, membuat cakupan pemeriksaan pajak yang dilakukan menjadi cukup sempit. Dan dengan cukup baiknya pemeriksaan pajak yang dilakukan membuat penagihan pajak pun menjadi cukup tinggi.

Kata kunci : Kualitas Pelaporan Keuangan, Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak Wajib Pajak Badan.


(5)

v

Financial reporting as the entire process of submitting the company’s financial information is observed by tax audit procedure especially concerned on the company’s tax itself. Increasing the improvement of financial reporting quality is needed to make the most effective tax audit. So the tax collection would have a certain quality, because the tax collection is based on the result of the audit.

The purpose of this research is to know the financial reporting quality, tax audit, tax collection, the financial reporting quality to tax audit, and tax audit to tax collection on corporate taxpayers at KPP Pratama Bandung Karees)

Research methodology in used is verified and descriptive method. Descriptive method used to know the illustration of tax reporting quality variable, while the verified method is used to know the relation between tax reporting quality variable and tax audit, also the relation between tax audit and tax collection. To explain the impact of tax reporting quality to tax audit and its implication to the tax collection (The survey is held on corporate taxpayers at KPP Pratama Bandung Karees), the writer used statistical calculation. The statistical calculation method which in used is Pearson’s correlation calculation, determination coefficient, hypothesis test by using SPSS 18 for window’s software.

the result of this research shows that sufficiency to the quality of financial reporting that taxpayer done, makes the coverage of tax audit that has been done to be quite small. and with the sufficient of tax audit that has been done makes the tax collection to sufficient.


(6)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu: “PENGARUH KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN

TERHADAP PEMERIKSAAN PAJAK DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PENAGIHAN PAJAK (Survey pada Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Bandung Karees)”.

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan Ibu Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak. Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan usulan penelitian ini, akhirnya dengan doa, semangat ikhtiar penulis mampu melewatinya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih terutama kepada Amih dan Apih yang selalu mendoakan dan memberi dukungan baik secara moril maupun materil serta kasih sayang yang tiada henti kepada penulis


(7)

sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini hingga selesai. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Hj. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universita Komputer Indonesia dan penguji.

3. Ibu Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si selaku Penguji.

4. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Bapak Eri Rahmat selaku pegawai Seksi Fungsional Pemeriksaan KPP Pratama Bandung Karees selaku pembimbing.

6. Dosen serta seluruh staf dan karyawan Universitas Komputer Indonesia. 7. Kakakku Riky Rusyana Pratama dan adeku Najib Djulpikar, terimakasih

sudah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

8. Seluruh keluarga besarku terimakasih atas semangat dan dukungannya. 9. Muhammad Aziz Rafsanjani Kusuma yang selalu memberikan semangat,

dorongan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10.Kimmi, dan poii kucing-kucing yang selalu menemani dan menghibur penulis.

11.Teman-teman : Erna, Mutiara, Adinda, Evi, dan yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

12.Teman-teman satu bimbingan yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.


(8)

13.Teman-teman di AK 1 yang selama ini telah berjuang bersama-sama dengan penulis melewati suka dan duka.

14.Teman-teman akuntansi perpajakan, kalian sungguh tidak terlupakan.

15.Seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik demi kemajuan serta penambahan wawasan penulis di masa yang akan datang.

Akhir kata semoga amal baik semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat dari Allah SWT dan penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak-pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Bandung, Juli 2012 Penulis


(9)

x

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 6

1.2.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan Akademis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9


(10)

Hal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN HIPOTESIS... 11

2.1 Kajian Pustaka ... 11

2.1.1 Kualitas Pelaporan Keuangan ... 11

2.1.1.1 Pengertian Kualitas Pelaporan Keuangan ... 11

2.1.1.2 Pelaporan Keuangan dan Laporan Keuangan ... 12

2.1.1.3 Pembukuan ... 13

2.1.1.4 Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan ... 13

2.1.1.5 Syarat-Syarat Pembukuan ... 14

2.1.1.6 Dimensi dan Indikator Kualitas Pelaporan Keuangan ... 15

2.1.2 Pemeriksaan pajak ... 17

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak ... 17

2.1.2.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak ... 18

2.1.2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak... 19

2.1.2.4 Jenis dan Prioritas Pemeriksaan Pajak ... 21

2.1.2.5 Dimensi dan Indikator Pemeriksaan Pajak ... 22

2.1.3 Penagihan Pajak ... 23

2.1.3.1 Pengertian Penagihan Pajak ... 23

2.1.3.2 Dimensi dan Indikator Penagihan Pajak ... 24

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 25


(11)

Hal. 2.2.1 Keterkaitan antara Kualitas Pelaporan Keuangan

dengan Pemeriksaan Pajak ... 30

2.2.2 Keterkaitan antara Pemeriksaan Pajak dengan Penagihan Pajak ... 30

2.3 Hipotesis ... 31

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Objek Penelitian ... 32

3.2 Metode Penelitian ... 32

3.2.1 Desain Penelitian ... 35

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 39

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 43

3.2.3.1 Sumber Data ... 43

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 44

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.2.4.1 Uji Validitas ... 47

3.2.4.2 Uji Reliabilitas... 51

3.2.4.3 Uji MSI ... 53

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 55

3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 55

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 60

BAB IV PEMBAHASAN ... 63


(12)

Hal.

4.1.1 Struktur Organisasi ... 64

4.1.2 Job description ... 65

4.1.3 Aktivitas Perusahaan ... 69

4.1.4Wilayah Penyebaran Perusahaan ... 73

4.2 Karakteristik Reponden ... 73

4.3 Analisis Deskriptif ... 75

4.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Pelaporan Keuangan ... 75

4.3.2 Analisis Deskriptif Variabel Pemeriksaan Pajak ... 87

4.3.3 Analisis Deskriptif Variabel Penagihan Pajak ... 99

4.4 Analisis Verifikatif ... 107

4.4.1 Analisis Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Pemeriksaan Pajak dan Implikasinya Terhadap Penagihan Pajak ... 107

4.4.2 Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan dan Pemeriksaan Pajak Secara Parsial ... 118

4.4.3 Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak ... 117

Secara Parsial ... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 123

5.1 Kesimpulan ... 123

5.2 Saran ... 125


(13)

Hal.

KUESIONER ... 133 LAMPIRAN-LAMPIRAN LAIN ... 143


(14)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penagihan pajak merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan agar penanggung pajak dapat melunasi utang pajak (Mardiasmo, 2009:119). Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan tidak membayar pajak, hal ini dimaksudkan agar kepastian penerimaan pajak dapat dijamin (Soemarso, 2007:60). Maka dari itu langkah aktif penagihan pajak terus dilakukan Direktorat Jenderal Pajak secara konsisten dengan penagihan persuasif maupun secara aktif. Penagihan secara persuasif dilakukan dengan cara menghimbau atau konsultasi kepada penunggak pajak agar melunasi utang pajaknya (Dedi Rudaedi, 2011). Selain itu juga dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) (Early Suandi, 2000:34).

Sedangkan, penagihan secara aktif, merupakan serangkaian kegiatan melalui sumber data eksternal, pemblokiran rekening penunggak pajak, melakukan cegah dan tangkal (cekal) terhadap penunggak pajak, dan tindakan paksa badan (gijzeling) terhadap penunggak pajak dengan kondisi tertentu (Dedi Rudaedi, 2011). Penagihan pajak aktif ini merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti


(15)

dengan tindak sita, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang (Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, 2007:43).

Langkah penagihan pajak dengan penagihan pajak pasif dan aktif ini sesuai dengan prosedur penagihan pajak yang termasuk diantaranya adalah menegur dan memperingatkan, penagihan seketika dan sekaligus, surat paksa, pencegahan, penyitaan, lelang, penyanderaan (Paca kurniawan dan bagus pamungkas, 2006:1).

Tetapi menurut Mohammad Ibrahim Adib (2012) upaya penagihan pajak dengan surat paksa sebagai langkah penagihan aktif bagi penunggak pajak bukanlah alternatif untuk meningkatkan pendapatan. Upaya penagihan paksa tidak akan berjalan efektif, jika data yang menjadi dasar penagihan pajak tidak akurat.

Fenomena mengenai penagihan pajak yang terjadi adalah adanya korupsi yang terjadi atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dengan modus memenangkan wajib pajak dengan menerima keberatan yang di ajukan Wajib Pajak atas SKPKB yang diterimanya (Ahmad sobari, 2011). Meningkatnya kekuatan tawar menawar yang tersebut menurut Libman dan Feld (2009) dapat mempengaruhi penagihan pajak (tax collector) dan dapat memanipulasi pemeriksaan pajak (Tax audit). Lebih lanjut Ponomareva dan Zhuravskaya (2004) dalam Libman dan Feld (2009) mengungkapkan bahwa dalam penagihan pajak yang buruk akan berdampak pada penurunan anggaran pemerintah karena potensi kerugian melebihi manfaat penagihan.

Penerbitan Surat Tagihan Pajak maupun Surat Ketetapan Pajak merupakan hasil dari pemeriksaan pajak yang berasal dari laporan pemeriksaan pajak (Siti


(16)

Kurnia Rahayu, 2010:323). Demikian pula menurut Anang Mury Kurniawan yang menyebutkan bahwa produk pemeriksaan dapat berupa penerbitan surat ketetapan pajak (SKP), dan surat tagihan pajak ( 2011:86).

Fenomena mengenai penagihan pajak ditunjukan dengan pernyataan ahmad Sobari (2011) bahwa terdapat modus menerima keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar melalui kasus Gayus. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak yang dilakukan sebelumnya kurang efektif , dan menjadi kelemahan dalam proses pemeriksaan pajak (Robert Pakpahan, 2010) Padahal salah satu tujuan dari pemeriksaan pajak adalah sebagai dasar dari penagihan pajak (delinquency audit) (Hanata Bwoga dkk., 2005:2). Oleh karena itu, proses pemeriksaan dan penagihan harus terintegrasi agar efektifitas pemeriksaan dapat menjamin kebenaran data sebagai dasar penagihan pajak (Imam Arifin, 2012). Sehingga jika data yang menjadi dasar penagihan pajak yang berasal dari pemeriksaan pajak tersebut tidak akurat maka upaya penagihan tidak akan berjalan efektif (Mohammad Ibrahim Adib, 2012).

Pemeriksaan pajak merupakan proses pemeriksaan pajak yang dilakukan secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka self assessment system

merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:245). Tetapi sebagai salah satu bentuk penegakan hukum perpajakan menjadi bertolak belakang jika yang terjadi sekarang mengindikasikan bahwa proses pemeriksaan pajak belum sepenuhnya efektif ditandai dengan adanya manipulasi pemeriksaan pajak dengan adanya peran aparat pajak yang tidak professional, kurang kemampuan dan integritas (Melchias Markus Mekeng, 2011). Selain itu dalam


(17)

temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengindikasikan pelanggaran prosedur dalam pemeriksaan pajak. Pelanggaran tersebut adalah adanya dugaan penyelewengan dalam restitusi pajak (Sasmito Hadi Negoro, 2011).

Kurang berkualitasnya pemeriksaan pajak berdasarkan survey pendahuluan menurut salah satu pegawai fungsional pemeriksaan pajak di KPP Pratama Karees (2012) disebabkan karena kurang rutinnya kegiatan pelatihan dan hanya diadakan berdasarkan golongan saja tidak menyeluruh, dan masih banyaknya wajib pajak yang kurang patuh bahkan melakukan pelanggaran dengan segala cara melakukan manipulasi agar beban pajak berkurang dan berusaha menyuap pemeriksa pajak membuat resiko penyelewengan pajak semakin besar. Oleh karenanya standar pemeriksaan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-9/PJ/2010 mengenai pendidikan dan pelatihan pemeriksa pajak harus dilaksanakan cukup, serta pentingnya peningkatan kompetensi dalam pemeriksaan pajak dan standar khusus terkait perpajakan (Mikail Jam’an, 2011).

Kewajiban wajib pajak dalam melakukan pembukuan sebagai proses pelaporan akuntansi keuangan secara andal juga dituntut untuk dapat mempersiapkan diri untuk memenuhi ketentuan perpajakan yang berlaku (Mikail

Jam’an, 2011). Karena dengan semakin baik atau semakin berkualitasnya

pembukuan seorang wajib pajak maka semakin lancar dan efektif proses pemeriksaan pajak (Early Suandi, 2008:94).

Masih banyaknya wajib pajak yang kurang patuh bahkan melakukan pelanggaran dengan segala cara melakukan manipulasi agar beban pajak berkurang dan berusaha menyuap pemeriksa pajak berdasarkan survey


(18)

pendahuluan juga ditunjukan oleh pernyataan Dedi Rudaedi (2011) bahwa terdapat wajib pajak badan yang diduga melakukan tindak pidana perpajakan melalui penggunaan faktur pajak fiktif yang tidak sesuai dengan transaksi sebenarnya sebagai bukti manipulatif untuk memperleh restitusi PPN.

Faktur pajak merupakan dokumen penting dalam pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Masa Pengusaha Kena Pajak (Early Suandi, 2008:95) dan merupakan bukti pungutan yang dibuat oleh PKP karena penyerahan BKP/JKP. (Siti Kurnia Rahayu, 2010). Faktur pajak juga merupakan bukti transaksi dalam tahap pencatatan suatu siklus akuntansi (Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini, 2009:22).

Surat Pemberitahuan merupakan laporan mengenai jumlah pajak terutang pajak selama periode tertentu (Tahunan atau Masa) sebagai laporan hasil dari mekanisme pembukuan (Early Suandi, 2008:95). Istilah pembukuan pada perpajakan merupakan system pencatatan akuntansi sebagai dasar menghasilkan informasi keuangan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:217). Oleh karenanya jika proses pelaporannya fiktif maka informasi yang disampaikan dalam pelaporan keuangan yang disampaikan tidak reliable. (Zaki Baridwan, 2008:5,6). Karena penyajian informasi merupakan proses/ kegiatan pelaporan keuangan yang dilakukan (IAI, 2007:1).

Untuk itu berdasarkan fenomena dan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul “ Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan terhadap Pemeriksaan Pajak dan Implikasinya terhadap Penagihan Pajak ”.


(19)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Belum efektifnya upaya penagihan pajak dengan surat paksa bagi penunggak pajak.

2. Belum efektifnya pengawasan dalam proses penyampaian SKPKB kepada wajib pajak.

3. Belum tercapainya pelaksanaan pemeriksaan pajak yang baik terlihat dengan adanya pelanggaran prosedur dalam pemeriksaan pajak.

4. Belum profesional aparat pemeriksa pajak. Penyebabnya, kurangnya kemampuan pemeriksa pajak.

5. Belum berkualitasnya pelaporan keuangan yang dilakukan wajib pajak badan terlihat dengan adanya permasalahan terkait faktur pajak fiktif .

6. Belum rutinnya kegiatan pelatihan dan hanya di adakan berdasarkan golongan saja tidak menyeluruh.

7. Masih banyaknya wajib pajak yang kurang patuh bahkan melakukan pelanggaran dengan segala cara melakukan manipulasi agar beban pajak berkurang dan berusaha menyuap pemeriksa pajak.

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kualitas pelaporan keuangan yang dilakukan Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Bandung Karees.


(20)

2. Bagaimana pemeriksaan pajak yang dilakukan wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees

3. Bagaimana proses penagihan Pajak pada Wajib Pajak Badan di KPP Pratama

Karees.

4. Seberapa besar pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan

pajak Wajib Pajak badan di KPP Pratama Bandung Bandung Karees.

5. Seberapa besar pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penagihan pajak di KPP

Pratama Bandung Karees.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data, menganalisis dan memperoleh pemahaman mengenai kualitas pelaporan keuangan berpengaruh terhadap pemeriksaan pajak serta implikasinya terhadap penagihan pajak pada Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana kualitas pelaporan keuangan yang dilakukan pada Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pemeriksaan pajak yang dilakukan pada Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.


(21)

3. Untuk mengetahui bagaimana proses penagihan pajak yang dilakukan pada Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. 4. Untuk mengetahui pengaruh kualitas keuangan terhadap pemeriksaan pajak

Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. 5. Untuk mengetahui pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penagihan pajak

Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis

1. Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan untuk menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung tentang Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan terhadap Pemeriksaan Pajak serta Implikasinya pada Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama kota Bandung Karees.

2. Bagi Instansi

Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan terhadap Pemeriksaan Pajak serta Implikasinya pada Penagihan Pajak Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu mengenai Pengaruh


(22)

Pelaksanaan Kualitas Pelaporan Keuangan terhadap Pemeriksaan Pajak serta Implikasinya pada Penagihan Pajak Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan terhadap Pemeriksaan Pajak dan Implikasinya terhadap Penagihan Pajak pada Wajib Pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees, sehingga akan menjadi lebih baik dan berkembang.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada wajib pajak badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees yang berlokasi di Jalan Ibrahim Ajdi Nomor 372 Bandung.

Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai dengan Agustus 2012.

Tabel 1.1 Waktu Penelitian Taha

p Prosedur

Bulan Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012 I Tahap Persiapan

1.Mengambil formulir penyusunan usulan penelitian

2.Bimbingan dengan dosen pembimbing 3.Membuat outline dan usulan penelitian 4.Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan

1. Mengajukan outline dan usulan penelitian 2. Meminta surat pengantar ke perusahaan


(23)

3. Penelitian di perusahan 4.Penyusunan skripsi

III

Tahap Pelaporan

1. Menyiapkan draf skripsi 2. Sidang akhir skripsi

3.Penyempurnaan laporan skripsi 4. Penggandaan skripsi


(24)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kualitas Pelaporan Keuangan (Financial Reporting)

2.1.1.1 Pengertian Kualitas Pelaporan Keuangan (Financial Reporting)

Pelaporan keuangan menyangkut laporan keuangan utama yang terdiri atas neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, dan laporan perubahan modal. Selain itu pelaporan keuangan mencakup keseluruhan penyampaian informasi keuangan termasuk laporan keuangan diluar laporan keuangan resmi. Laporan selain laporan keuangan utama dibutuhkan karena keputusan atau pengumuman resmi, aturan yang berkaitan dengan hukum, atau pelanggan, atau kerena manajemen perlu menjelaskan secara sukarela (1995:2).

Sementara Ahmed Riahi-Belkaoui yang diterjemahkan Marwata dkk. (2001:144) tujuan pelaporan keuangan tidak bersifat tetap. Tujuan dipengaruhi oleh ekonomi, hukum, politik dan lingkungan sosial tempat pelaporan keuangan dilakukan, juga dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan jenis informasi yang disediakan dalam pelaporan keuangan. Selain itu, di tambahkan bahwa fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang earning dan komponennya. Informasi tentang earning perusahaan didasarkan pada akuntansi actual yang secara umum menyediakan indikasi yang lebih baik atas kemampuan perusahaan sekarang dan selanjutnya untuk menghasilkan aliran kas daripada informasi terbatas tentang efek keuangan dari penerimaan kas dan pembayaran kas.


(25)

2.1.1.2 Pelaporan Keuangan dan Laporan Keuangan

Dalam konsep Statement Nomor 1, FASB menggunakan istilah pelaporan keuangan dan bukannya laporan keuangan. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan IAI dipakai istilah laporan keuangan. Pelaporan keuangan meliputi laporan keuangan dan cara-cara lain untuk melaporkan informasi. Dengan demikian, pelaporan keuangan mempunyai pengertian yang lebih luas dari laporan keuangan. Apabila laporan keuangan terdiri dari neraca, laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas, maka dalam pelaporan keuangan termasuk juga prospectus peramalan oleh manajemen dan berbagai pengungkapan informasi lainnya (Zaki Baridwan, 2008:3).

Perbedaan antara pelaporan keuangan dan laporan keuangan ini timbul dari kegunaan masing-masing. Informasi keuangan tertentu akan lebih baik bila disajikan dalam laporan keuangan, tetapi informasi tertentu lainnya akan lebih baik bila dilaporkan dalam laporan lain. Walaupun demikian, laporan keuangan merupakan unsur utama pelaporan keuangan. Karenanya tujuan laporan keuangan akan sama dengan tujuan pelaporan keuangan (Zaki Baridwan, 2008:3).

Lebih jelas mengenai perbedaan laporan keuangan dan pelaporan keuangan adalah bahwa pelaporan keuangan merupakan keseluruhan penyampaian informasi keuangan termasuk laporan keuangan diluar laporan keuangan resmi. Salah satu yang utama adalah laporan keuangan (financial statement), laporan untuk pajak dalam bentuk Surat pemberitahuan Tahunan (SPT)pajak, dan laporan lainnya (Soemarso, 2004:24).


(26)

2.1.1.3 Pembukuan

Sistem pencatatan suatu aktivitas bisnis atau akuntansi dalam dunia pajak lebih dikenal dengan nama pembukuan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:217). Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir (Early Suandi, 2008:93).

Selain itu menurut Siti Kurnia Rahayu Pembukuan yang disusun secara rapi dan teratur dapat menghasilkan informasi mengenai pajak yang terutang atas jumlah seluruh objek pajak yang diterima, diperoleh, diserahkan dan dilakukan selama masa pajak (bulanan.tahunan) tertentu ( 2010:217 ).

Dan ditambahkan Soemarso (2007:51,56) bahwa Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan laba rugi.

2.1.1.4 Kewajiban Menyelenggarakan Pembukuan

Ketentuan pembukuan sebagaimana diatur dalam UU KUP dinyatakan bahwa pada prinsipnya semua wajib pajak wajib menyelenggarakan pembukuan, kecuali wajib pajak tertentu yang menurut undang-undang perpajakan diperkenankan untuk tidak menyelenggarakan pembukuan, tetapi harus menyelenggarakan pencatatan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:219).

Pasal 28 ayat 1 UU KUP mewajibkan kepada wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di


(27)

Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan. Jadi pada prinsipnya semua wajib pajak wajib pembukuan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:219).

2.1.1.5 Syarat-Syarat Pembukuan

Pembukuan yang diselenggarakan wajib pajak sesuai dengan ketentuannya haruslah memenuhi syarat antara lain sebagai berikut :

1. Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing atau satuan mata uang selain rupiah yang di izinkan oleh Menteri Keuangan.

2. Pembukuan harus meliputi seluruh kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang dilakukan wajib pajak

3. Pembukuan harus dilakukan secara teratur dan diselenggarakan dengan prinsis taat asas

4. Pembukuan harus didukung dengan bukti-bukti transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya.

5. Pembukuan harus dapat ditelusuri kembali apabila diperlukan.

6. Pembukuan harus ditutup dengan membuat neraca dan perhitungan laba/rugi pada setiap akhir tahun pajak

7. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari cararan mengenai harta, utang atau kewajiban, modal, penghasilan, biaya, penjualan, dan pembelian sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak-pajak yang terutang (Siti Kurnia Rahayu, 2010:220).


(28)

2.1.1.6 Dimensi dan Indikator Kualitas Pelaporan Keuangan (Financial Reporting Quality)

Dari beberapa definisi mengenai pelaporan keuangan (Financial reporting), dapat di jelaskan pelaporan keuangan merupakan suatu proses pengungkapan informasi keuangan yang meliputi :

1. Dimensi Proses Pelaporan

 Pencatatan

Pencatatan transaksi berarti mengumpulkan data secara kronologis.

 Penggolongan

Transaksi perusahaan digolongkan dalam kelompok atau kategori yang berhubungan. Penggolongan transaksi penting agar penyajian dapat diringkas.

 Pengikhtisaran

Pengikhtisaran (summarizing) adalah menyajikan informasi yang telah di golong-golongkan ke dalam bentuk laporan seperti yang di inginkan pemakai (Soemarso, 2004:20,21).

2. Dimensi Kualitas/ karakteristik kualitatif

Merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :

 Dapat dipahami

Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah dan segera dapat dipahami oleh pemakainya.


(29)

Informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai, yaitu dengan cara dapat berguna untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Relevansi informasi bermanfaat dalam peramalan (predictive) dan penegasan kinerja masa depan serta hal launnya seringkali didasarkan pada informasi posisi keuangan dan kinerja masa lalu.

 Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi mempunyai kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan . Selain itu keandalan informasi dipengaruhi oleh pertimbangan sehat, kelengkapan.

 Dapat dibandingkan

Pemakai harus membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungn (trend) posisi dan kinerja keuangan, Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karenanya pengukuran dan penyajian transaksi yang sama harus dilakukan secara konsisten. Daya banding tidak berarti keseragaman, sehingga menghalangi penggunaan standar akuntansi yang lebih baik (Zaki Baridwan, 2008:5).


(30)

2.1.2 Pemeriksaan Pajak

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak (Tax Audit)

Menurut Soemarso, pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh kantor pajak terhadap wajib pajak untuk mencari dan mengumpulkan data atau keterangan lainnya guna penetapan besarnya pajak yang terutang dan / atau tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (2007:60).

Selain itu ditambahkan oleh Muda Markus dan Lalu H. mengenai pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan /atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan material peraturan perundangan perpajakan (2005:385).

Pemeriksaan pajak sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap wajib pajak, selain mempunyai tujuan lain untuk menguji tingkat kepatuhan wajib pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, juga mempunyai tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan (Hananta Bwoga, dkk. , 2005:2). Senada dengan tujuan pemeriksaan pajak yang diungkapkan oleh John Hutagaol, pemeriksaan pajak dilakukan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dan tujuan lain. Dalam kerangka

self assesment, pemeriksaan pajak merupakan salah satu bentuk penegakkan hukum (law enforecement) yang dilakukan pemerintah (2007:88).


(31)

2.1.2.2 Tujuan Pemeriksaan Pajak

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan laian dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan dapat di lakukan dalam hal :

a. Surat Pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak

b. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukan rugi

c. Surat Pemberitahuan tidak disampaian atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan

d. Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Dirjen Pajak

e. Ada Indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Surat Pemberitahuan tidak dipenuhi.

2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka : a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan

b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak d. Wajib Pajak mengajukan keberatan

e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto


(32)

f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan

g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah terpencil

h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai

i. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk tujuan laian selain nomor a sampai h (Early Suandi, 2008:94).

2.1.2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan pajak dapat dibedakan berdasarkan ruang lingkup cakupannya, yaitu terdiri dari pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor.

1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak ditempat kebudukan/kantor, tempat usaha (pabrik), atau pun pekerjaan bebas, domisili atau tempat tinggal. Pemeriksaan lapangan dapat meliputi 1 jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya.

a. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL)

 Pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap WP untuk 1 atau leih jenis pajak secara terkordinasi antar seksi

 Terkodonasi antara fungsional dan AR dikantor unit pelaksana pemeriksa

 Dalam tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya.

 Menggunakan teknik pemeriksaan yang dianggap perlu menurut keadaan tujuan pemeriksaan

b. Pemeriksaan Lengkap

 Dilakukan satu atau lebih jenis pemeriksaan


(33)

 Konsorium

 Teknik yang lazim dalam pemeriksaan Jangka waktu pemeriksaan :

 4 bulan

 Sejak terbit SP2 (Surat perintah pemeriksaan) sampai dengan tanggal LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan)

 Dapat diperpanjang menjadi 8 bulan

2. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak dikantor unit pemeriksaan (DJP)

Jangka waktu pemeriksaan kantor :

3 bulan

Sejak Wajib pajak harus dating memenuhi panggilan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

Dapat diperpanjang menjadi 6 bulan.

Mekanisme perpanjangan jangka waktu pemeriksaan dalam hal kondisi regular dan adanya indikasi transfer pricing :

a. Perpanjangan hanya bias dilakukan 1 kali

b. Dilakukan dengan surat pemberitahuan perpanjangan pemeriksaan

c. Surat Pemberitahuan tersebut dapat disampaikan secara manual atau surat biasa atau melalui elektronik (e-mail)

d. Memperhatikan jangka waktu SPT LP (Lebih bayar)

e. Surat Pemberitahuan maksimal disampaikan 1 minggu sebelum berakhirnya jangka waktu


(34)

f. Disampaikan kepada yang menerbitkan persetujuan (Kepala Kantor)

Kurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap pajak maka pemeriksaan kantor dapat dialihkan menjadi pemeriksaan lapangan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:262 ).

2.1.2.4 Jenis dan Prioritas Pemeriksaan Pajak

Jenis pemeriksaan terdiri atas :

1. Pemeriksaan Rutin , yaitu pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak yang bersangkutan

2. Pemeriksaan khusus, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak berkenaan dengan adanya masalah dan/atau keterangan yang secara khusus berkaitan dengan Wajib Pajak yang bersangkutan.

3. Pemeriksaan Bukti Permulaan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan.

4. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap cabang, perwakilan, pabrik, atau tempat usaha dari Wajib Pajak Domisili, yang lokasinya berada di luar wilayah Unit Pelksana Pemeriksaan Wajib Pajak Domisili

5. Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu dan untuk mengumpulkan data dan atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya.


(35)

1. Pemeriksaan rutin terhadap SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang menyatakan lebih bayar dan/atau SPT Tahunan PPh Pasal 21 yang menyatakan lebih bayar dan/atau SPT Masa PPN yang menyatakan meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak

2. Pemeriksaan Bukti Permulaan 3. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi 4. Pemeriksaan Khusus

5. Pemeriksaan Rutin selain Pemeriksaan Rutin sebagaimana dimaksud pada angka 1

6. Pemeriksaan Tahun Berjalan (Early Suandi, 2008:98)

2.1.2.5 Dimensi dan Indikator Pemeriksaan Pajak (Tax Audit)

Dari pengertian yang di sebutkan di atas penulis mengambil dimensi mengenai pemeriksaan pajak (tax audit), yaitu :

1. Dimensi Kualitas auditor

Kualitas pemeriksa (auditor) sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan.

Sedangkan Indikatornya :

 Integritas

 Pelatihan

 Pendidikan (Siti Kurnia Rahayu, 2010:255). 2. Dimensi Pelaksanaan tahapan pemeriksaan


(36)

Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa dan meliputi :

 Memeriksa di tempat Wajib Pajak

 Melakukan penilaian atas sistem pengendalian intern

 Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen.

 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib pajak

 Melakukan sidang penutup (Closing Conference) (Siti Kurnia Rahayu, 2010:292).

2.1.3 Penagihan Pajak (Tax Collector)

2.1.3.1 Pengertian (Tax Collector)

Penagihan yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan undang-undang khususnya mengenai pembayaran pajak (Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, 2006:174).

Menurut Mardiasmo, penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan , melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan melaksanakan penyitaan , melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah di sita (2009:119).

Sedangkan menurut Paca Kurniawan dan Bagus Pamungkas, penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan dan sekaligus, memberitahukan surat


(37)

paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang disita (2006:1).

2.1.3.2 Dimensi Indikator Penagihan Pajak

1. Dimensi Penagihan Pajak Pasif

Penagihan pajak pasif terdiri dari indikator:

 Surat Tagihan Pajak (STP)

adalah surat yang dikeluarkan untuk menagih pajak dengan mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.

 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.

 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan (dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan sebelumnya) (Early Suandi, 2000:34).

2. Dimensi Penagihan Pajak Aktif

Penagihan pajak aktif terdiri dari indikator:

 Surat Teguran

Merupakan surat peringatan untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran yang tercantum dalam surat


(38)

ketetapan pajak. Penerbitan Surat Teguran dalam undang-undang tidak diatur secara khusus dalam satu bagian tersendiri.

 Surat Paksa

Merupakan surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Ada 3 (tiga) hal yang menyebabkan diterbitkannya Surat Paksa (SP) yaitu :

 Apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo dan telah diterbitkan Surat Teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis.

 Bahwa terhadap Penanggung Pajak telah dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.

 Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Surat Paksa akan disampaikan kepada Penanggung Pajak paling lambat setelah 21 (dua pulu satu) hari setelah Surat Teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan. Apabila Surat Paksa diterbitkan kurang dari 21 (dua puluh satu) hari setelah Surat Teguran diterbitkan maka Surat Paksa menjadi batal demi hukum (Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, 2007:43).

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini dapat disajikan penelian terdahulu agar dapat membedakan keorijinalitasan penelitian ini.


(39)

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Judul : Strategic Tax Collection and Fiscal Decentralization: The Case of Russia

Penulis : Alexander Libman, Lars P. Feld (2009)

Meningkatnya kekuatan tawar menawar yang terpusat tampaknya

mempengaruhi penagihan pajak (tax collector) badan di daerah untuk memanipulasi pemeriksaan

pajak (Tax audit) dalam mendukung federal pusat

Variabel Y yaitu pemeriksaan pajak, dan variable Z yaitu Penagihan Pajak Tidak ada perbedaan 2 Judul : Taxpayers’ tax and financial reporting decisions and auditing in a game theoretical model

Penulis : Tao Zeng (2010)

analisis teoritisnya mengenai pelaporan keuangan (financial reporting) dan pemeriksaan pajak

(tax audit) mengarah ke tiga kesimpulan; (1) Otoritas pajak lebih

mungkin untuk mengaudit wajib pajak yang melaporkan laba akuntansi sebagai penghasilan kena

pajak (PKP) tinggi namun pajak penghasilannya rendah kemudian

yang tidak adanya laporan akuntansi pajak tangguhan. (2)

Otoritas pajak lebih mungkin mengaudit Wajib Pajak yang melaporkan Penghasilan kena pajak

(PKP) rendah dan pendapatan akuntansinya rendah juga dengan

biaya pelaporan keuangannya rendah ataupun mereka yang biaya pelaporan keuangan yang tinggi. (3)

Tingkat hubungan antara penghasilan kena pajak yang benar

dan pendapatan akuntansi yang mendasari mempengaruhi strategi pelaporan keuangan Wajib pajak.

Variabel X yaitu Kualitas Pelaporan Keuangan, dan variable Y yaitu pemeriksaan pajak Tidak ada perbedaan 3 Judul : Do Auditor-Proveided Tax Services Impair The Value Relevance of Earning Penulis :  Gopal V.

Krishnan  Gnanakumar

Visvanathan  Wei Yu (2012)

Bahwa rata-rata, investor merasakan manfaat auditor yang disediakan pelayanan pajak, yaitu

dengan ditingkatkan kualitas pelaporan keuangan karena

spillover pengetahuan untuk lebih besar dari ancaman kemungkinan independensi auditor disebabkan

oleh auditor yang disediakan layanan pajak. Variabel X yaitu kualitas Pelaporan keuangan dan variable Y yaitu pemeriksaan pajak Tidak ada perbedaan 4 Judul :

The Effect of Tax Authority

Data yang memberikan bukti bahwa penegakan pajak yang lebih tinggi

dikaitkan Variabel X yaitu kualitas pelaporan Variabel Y Penegakan hukum pajak


(40)

Monitoring and Enforcement on Financial Reporting Quality Penulis :  Michelle Hanlon  Jeffrey L.

Hoopes

 Nemit O. Shroff ( 2011)

dengan kualitas pelaporan keuangan yang lebih tinggi dan bahwa relasi umumnya kuat ketika

lainnya mekanisme pemantauan lebih lemah. Secara keseluruhan,

konsisten bahwa otoritas pajak memberikan mekanisme pemantauan orang dalam

perusahaan.

keuangan

5

Judul :

Tax Audit : Bangladesh Panorama

Dilip Kumar Sen,

S. kumar Bala (2002)

Audit pajak mencakup apa yang seorang pejabat pajak dapat dicari

ketika bertujuan untuk menyelesaikan penilaian pajak.

mencakup juga pengungkapan semua praktek akuntansi yang digunakan dalam organisasi, laporan tentang rekening keuangan.

yaitu akun neraca, laba rugi dan lain yang patut akun yang bersangkutan dan jadwal yang merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan. Selanjutnya,

informasi yang diperlukan untuk menghitung penghasilan wajib

pajak serta untuk memastikan bahwa kepatuhan hukum pajak dan

peraturan layak. Variabel Y yaitu variable pemeriksaan pajak. Tidak ada perbedaan 6 Judul : Economic innovation challenges of financial and tax auditing

Penulis : Jarunee Wonglimpiyarat (2010)

Pemeriksaan pajak (Tax audit) akan memberikan audit kualitas tinggi untuk proses pelaporan keuangan (Financial Reporting) untuk tujuan hukum, meningkatkan kemampuan negara untuk penagihan pajak (tax

collection) dan meningkatkan kinerja dari sistem pajak.

Variabel X yaitu kualitas pelaporan keuangan , variable Y yaitu pemeriksaan pajak dan variable Z yaitu penagihan pajak Tidak ada perbedaan 7 Judul : Quality of Financial reporting: measuring: qualitative characteristicsPen ulis :

 Ferdy van Beest  Geert Braam  Suzanne

Boelens (2009)

Alat pengukuran kontribusi untuk penilaian tingkat kualitas informasi

pelaporan keuangan, harus memenuhi permintaan baik dari

FASB dan IASB (2008) untuk membuat operasional karakteristik

kualitatif langsung terukur.

Variabel X yaitu Kualitas

Pelaporan Keuangan.

Tidak ada perbedaan


(41)

Transforming the tax collector: reengineering the Inland Revenue Authority of Singapore

Penulis : Siew Kien Sia and Boon Siong Neo (1998)

Ordonansi Pajak Penghasilan diberlakukan. Sejak saat itu, IRA

(Inland

Pendapatan Departemen ) telah berkembang sebagai kendaraan utama melalui pemerintah dalam penagihan pajak dan menerapkan

kebijakan ekonomi.

yaitu penagihan

Pajak

perbedaan

2.2 Kerangka Pemikiran

Perubahan system perpajakan di Indonesia dari Official Assesment System

menjadi Self assessment System sebagai langkah reformasi perpajakan di Indonesia untuk perbaikan system administrasi perpajakan. Self assessment system

adalah suatu system perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dengan Self assessment system mengharuskan wajib pajak untuk mendaftar, menyetor, dan melapor mengenai kewajiban perpajakannya sendiri. Walaupun demikian, kewajiban perpajakan yang dilakukan tetap dalam pengawasan Direktorat Jenderal Pajak dalam penegakan hukum perpajakannya yang di antaranya adalah pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pajak.

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan sebagai subjek pajak yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan. Dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, wajib pajak seperti di terangkan dalam Pasal 28 ayat 1 UU KUP wajib pajak orang pribadi ataupun wajib pajak badan dituntut untuk menyelenggarakan pembukuan atau dalam


(42)

bahasa akuntansinya lebih dikenal dengan nama pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan disini mencakup keseluruhan penyampaian informasi keuangan termasuk juga mengenai masalah perpajakan perusahaan (wajib pajak badan) terkait SPT (Tahunan/Masa).

Pemeriksaan pajak merupakan kegiatan yang dilakukan Fiskus / Direktorat Jenderal Pajak dalam hal mengumpulkan bukti atau pun keterangan lainnya untuk penetapan jumlah pajak yang terutang ataupun untuk menguji kepatuhan wajib pajak. Pemeriksaan pajak dilakukan untuk melihat seberapa patuh wajib pajak terhadap peraturan pajak yang berlaku, sehingga jika terbukti ada kewajiban perpajakan dari wajib pajak yang belum terpenuhi nantinya akan di tetapkan jumlah pajak terutang yang masih harus di bayar wajib pajak. Objek pemeriksaan pajak merupakan SPT (Tahunan/masa) yang berupa gambaran terkait pajak perusahaan yang dihasilkan dari proses pembukuan. Untuk itu pembukuan / pelaporan keuangan yang berkualitas dari wajib pajak akan menentukan proses pemeriksaan pajak yang dilakukan.

Sementara penagihan pajak dilakukan jika ternyata wajib pajak tidak mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku dan juga terdapat utang pajak yang masih harus dibayar. Penagihan pajak juga di lakukan sebagai tujuan lain dari pemeriksaan pajak (delinquency audit). Hal ini terkait atas dasar dari penagihan pajak merupakan produk hukum yang dikeluarkan setelah proses pemeriksaan pajak berupa STP (Surat Tagihan Pajak) dan SKP (Surat Ketetapan Pajak) yang nantinya dilakukan penagihan atas jumlah pajak yang terutang.


(43)

Sehingga pembukuan atau pelaporan keuangan wajib pajak akan menentukan bagaimana proses pemeriksaan pajak yang dilakukan untuk selanjutnya dilakukan penagihan pajak.

2.2.1 Keterkaitan antara Pelaporan Keuangan dengan Pemeriksaan Pajak

Karena objek pemeriksaan pajak merupakan Surat Pemberitahuan (SPT Tahunan atau Masa) yang disampaikan oleh Wajib Pajak sebagai sinopsis yang dihasilkan dari suatu mekanisme pembukuan atau pelaporan keuangan . Oleh karena itu penyempurnaan di bidang pemeriksaan tidak dapat dipisahkan dengan penyempurnaan pembukuan. Semakin baik atau semakin berkualitas pembukuan atau pelaporan keuangan seorang wajib pajak maka semakin lancar dan efektif pekerjaan pemeriksa (Early Suandi, 2008:94).

Selain itu juga disampaikan oleh Mikail Jam’an (2011) yang menyebutkan dikarenakan hanya opini wajar tanpa pengecualian yang dapat membebaskan wajib pajak dari pemeriksaan, maka wajib pajak selain dituntut untuk dapat melakukan pembukuan dan pelaporan akuntansi keuangan secara andal juga dituntut untuk dapat mempersiapkan diri untuk memenuhi ketentuan perpajakan yang berlaku.

2.2.2 Keterkaitan antara Pemeriksaan Pajak dengan Penagihan Pajak

Anang Mury Kurniawan (2011:19) menyebutkan bahwa salah satu tujuan lain pemeriksaan pajak adalah dalam rangka penagihan pajak (delinquency audit).

Selain itu juga di ungkapkan dari perspektif hubungan fiscal menurut Ponomareva dan Zhuravskaya (2004) dalam Libman dan Feld (2009) penagihan pajak yang buruk akan berdampak pada penurunan anggaran pemerintah karena


(44)

potensi kerugian melebihi manfaat penagihan. Maka dalam hal ini kebijakan pemeriksaan pajak dapat bertindak sebagai instrument redistribusi spasial atau bisnis subsidi.

Dari uraian di atas maka secara sistematis paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees telah melakukan pelaporan keuangan yang berkualitas.

2. Diduga pemeriksaan pajak yang dilakukan pada wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees telah dilakukan efektif

3. Diduga proses penagihan pajak yang dilakukan pada wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees telah dilakukan dengan berkualitas.

4. Diduga dengan pelaporan keuangan yang berkualitas akan mempengaruhi pemeriksaan pajak di KPP Pratama Bandung Karees menjadi lebih efektif.

Y Pemeriksaan

Pajak

X Kualitas Pelaporan Keuangan

Z Penagihan

Pajak

Tao Zeng: 2010

Alexander Libma&Lars


(45)

5. Diduga dengan efektifitas pemeriksaan pajak akan mempengaruhi kualitas penagihan pajak pada wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees.


(46)

32

BAB III

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Husein Umar dalam Umi Narimawati dkk. (2010:29) mengemukakan objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambah hal-hal lain jika perlu.”

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian adalah sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data. Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kualitas pelaporan keuangan, pemeriksaan pajak, dan penagihan pajak.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak lepas dari ilmu tentang penelitian yang sudah dicoba dan diatur menurut aturan serta urutan secara menyeluruh dan sistematis.

Adapun pengertian metode penelitian menurut Sugiono (2002:1) adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu


(47)

Sedangkan menurut Umi Narimawati dkk. (2010:29) pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk

mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu.”

Berdasarkan pengertian di atas maka metode penelitian adalah teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer maupun sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah yang kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang di inginkan.

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode penulisan survey dan metode deskriptif analisis dengan pendekatan verifikatif. Dengan manggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variable yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiono dalam Umi Narimawati dkk. (2010:29) adalah sebagai berikut :

”Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan


(48)

dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri dalam Umi Narimawati dkk. (2010:29) menyatakan bahwa :

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah

dilaksanakan ditempat lain dengan mangatasi masalah yang serupa.” Dalam penelitian ini metode deskriptif dan verifikatif di maksudkan untuk menguji pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak dan implikasinya terhadap penagihan pajak pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah di terima atau di tolak.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap Y, dan variabel Y terhadap Z yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis).


(49)

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan penelitian sangat perlu adanya desain penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik.

Menurut Jonathan Sarwono (2006:27)

“Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan

proses penentuan instrument pengambilan data, penentuan sampel, koleksi data dan analisisnya”.

Lebih jelasnya lagi Jonathan Sarwono (2006:79) mengibaratkan bahwa :

“Desain penelitian, seperti sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun

serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan suatu cara bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian dengan baik dan benar. Untuk melakukan penelitian diperlukan langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati dkk. (2010:30), yaitu sebagai berikut :

(1) Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian.

(2) Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi (3) Menetapkan rumusan masalah

(4) Menetapkan tujuan penelitian

(5) Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori. (6) Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable penelitian yang


(50)

(7) Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data.

(8) Melakukan analisis data.

(9) Melakukan pelaporan hasil penelitian.

Dari pengertian dan langkah-langkah yang disebutkan diatas, desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi pada Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Bandung Karees.

(2) Menetapkan judul dari fenomena yang didapat, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti kemudian menentukan identifikasi masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi difokuskan pada kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak dan implikasinya pada penagihan pajak.

(3) Merumuskan masalah.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Bagaimana kualitas pelaporan keuangan yang di lakukan pada Wajib Pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees.

 Bagaimana proses pemeriksaan pajak yang dilakukan pada Wajib Pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees.

 Bagaimana proses penagihan pajak yang dilakukan pada Wajib Pajak


(51)

 Seberapa besar pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak dan implikasinya terhadap penagihan pajak pada Wajib Pajak badan di KPP Pratama Bandung Bandung Karees.

(4) Menetapkan hipotesis berdasarkan fenomena dan teori yang ada.

(5) Memilih serta memberi pengukuran variable. Pengukuran variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas pelaporan keuangan (variable X) sebagai variable bebas/ independen, pemeriksaan pajak (Y) yang menjadi variable intervening, dan penagihan pajak (variable Z) yang menjadi variable terikat/dependen. Dengan pengukuran menggunakan skala ordinal karena data yang diukur berupa tingkatan.

(6) Memilih prosedur dan teknik yang digunakan. (7) Menyusun alat serta teknik pengumpulan data-data.

(8) Melakukan analisis berdasarkan data-data yang diterima dan dikumpulkan. (9) Melaporkan hasil dari penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta

interprestasi data,

(10) Menyimpulkan penelitian, sehingga akan diperoleh penyelesaian dan jawaban atas identifikasi masalah dalam penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diuraikan desain dari penelitian ini, seperti pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan

Penelitian

Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang

digunakan

Unit Analisis Time Horizon

T-1 Descriptive Descriptive dan Survey

Wajib Pajak Badan

Cross Sectional T-2 Descriptive Descriptive dan

Survey

Wajib Pajak Badan


(52)

T-3 Descriptive Descriptive dan Survey

Wajib Pajak Badan

Cross Sectional T-4 Descriptive &

verifikatif

Descriptive dan eksplanatory Survey

Wajib Pajak Badan

Cross Sectional

Dari table di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kualitas pelaporan keuangan pada wajib pajak badan pada KPP Pratama Bandung Karees, digunakan metode deskriptif analysis dan survey dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan dengan waktu yang dijadwalkan.

2. Untuk mengetahui pemeriksaan pajak pada wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees digunakan metode deskriptif analysis dan survey dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan dengan waktu yang dijadwalkan

3. Untuk mengetahui penagihan pajak pada wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees digunakan metode deskriptif analysis dan survey dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan pada KPP Pratama Bandung Karees dengan waktu yang dijadwalkan.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelaporan keuangan terhadap pemeriksaan pajak dan implikasinya terhadap penagihan pajak pada wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees, digunakan metode deskriptif analysis dan verifikatif.


(53)

3.2.2 Operasional Variabel

Pengertian variable menurut Sugiyono (2002:20) adalah sebagai berikut :

“Sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya.”

Sugiyono (2002:20) juga menyatakan bahwa :

“Variable di dalam penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut.”

Variabel mempunyai bermacam-macam bentuk menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, dibawah ini macam-macam variabel menurut Sugiyono (2002:21), yaitu sebagai berikut :

(1)Variabel independent

Variable ini sering disebut sebagai variable stimulus, predictor, antecedent. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variable bebas. Variable bebas adalah merupakan variable yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat).

(2)Variabel dependent

Sering disebut sebagai variable output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variable terikat. Variable terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas.


(54)

Adalah variable yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variable independen dan dependen. Variable ini disebut juga sebagai variable independen kedua.

(4)Variabel intervening,

Adalah variable yang secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara variable independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diukur.

(5)Variabel Kontrol,

Adalah variable yang dikendalikan dibuat konstan sehingga peneliti dapat melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.

Sedangkan didalam variabel penelitian ini terdiri atas tiga variabel pokok yang meliputi variable bebas (variable independent) dengan simbol X, variabel

intervening dengan simbol Y, dan variabel terikat (variable dependent) dengan simbol Z, yaitu sebagai berikut :

(1) Variabel independent atau variabel bebas (variable X) adalah kualitas pelaporan keuangan

(2) Variabel intervening (variable Y) adalah pemeriksaan pajak dan

(3) Variable dependent atau variabel terikat (Variabel Z) adalah variabel penagihan pajak.

Variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut : Variabel independent (Variabel X) :

Variabel X = variable kualitas pelaporan keuangan Variabel intervening (Variabel Y) :


(55)

Variabel Y = variable pemeriksaan pajak Variabel dependent (Variabel Z) :

Variabel Z = variabel penagihan pajak

Penjelasan tentang masalah variabel independent, intervening dan dependent

dapat dilihat pada tabel operasional variabel dibawah ini :

TABEL 3.2

OPERASIONAL VARIABEL

Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala

No. Pertanya an Kualitas Pelaporan Keuangan (Variabel X)

Pelaporan keuangan (Financial Reporting) adalah penyajian dan penyampaian informasi keuangan suatu entitas ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. (Efraim Ferdinan Giri, 1995:2).

Proses Pelaporan

Pencatatan

Ordinal

1-2

Pengggolongan 3-4

Pengikhtisaran 5-6

Kualitas / Karakteristik Kualitatif

Dapat di pahami

Ordinal

7-9

Relevan 10-12

Keandalan 13-16

Dapat

dibandingkan 17-18

Pemeriksaan Pajak (Variabel

Y)

Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh kantor pajak terhadap wajib pajak untuk mencari dan mengumpulkan data atau keterangan lainnya guna penetapan besarnya pajak yang terutang dan / atau tujuan lain dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Soemarso, 2007:60).

Kualitas auditor

Integritas

Ordinal

19-21

Pendidikan 22-23

Pelatihan 24-25

2.Pelaksanaa n tahapan pemeriksaan

Memeriksa di tempat Wajib Pajak

Ordinal

26-27 penilaian sistem

pengendalian intern

28-29 Pemeriksaan

buku, catatan, dan dokumen.

30-31 Hasil pemeriksaan

kepada WP 32-33

Sidang penutup 34-35

Penagihan Pajak (Variabel Z)

Penagihan yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan undang-undang khususnya mengenai pembayaran pajak (Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu,

2006:174)

Pasif

Surat Tagihan

Pajak ordinal 36-37

SKPKB 38-39

SKPKBT

ordinal

40-41

Aktif Surat teguran 42-43


(56)

Dalam operasionalisasi variable ini semua variable menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Umi Narimawati (2007:23) adalah sebagai berikut :

“Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relative

karakteristik berbeda yang dimiliki oleh objek atau individu tertentu.” Dari pengertian diatas tujuan dari penggunaan skala ordinal adalah memperoleh informasi berupa nilai pada jawaban. Variable-variable tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.

Menurut Sugiyono skala likert (2002:73) adalah sebagai berikut :

“Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pertanyaan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Pilihan Jawaban Kuesioner Positif

JAWABAN RESPONDEN SKOR

A 5

B 4

C 3

D 2

E 1


(57)

Sedangkan atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan negatif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Pilihan Jawaban Kuesioner Negatif

JAWABAN RESPONDEN SKOR

A 1

B 2

C 3

D 4

E 5

Sumber : Sugiyono, 2002:75

3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu :

3.2.3.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian mengenai “Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan terhadap Pemeriksaan pajak dan implikasinya terhadap Penagihan Pajak” adalah data primer, adapun pengertian dari data primer menurut Sugiyono dalam Umi Narimawati dkk. (2010:37) adalah sebagai berikut :

“Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data.”

Berdasarkan pengertian diatas data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek baik dari informasi maupun pihak lain, maka penulis dalam melakukan penelitian ini jenis data primer yang digunakan adalah menggunakan kuesioner. Dimana kuesioner ini disebarkan kepada responden


(58)

untuk mengetahui tanggapan mengenai penelitian yang akan di teliti, yaitu Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Bandung Karees.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Untuk mengetahui jumlah populasi dan sampel yang terdapat di KPP Pratama Bandung Karees, yaitu dengan menggunakan metode penarikan sampel. Tentang populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada keterangan berikut :

1. Populasi.

Populasi menurut Sugiyono (2002:57) adalah :

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas ; obyek/subyek. Yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dari pengertian di atas tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sasaran populasinya adalah 63 wajib pajak badan di KPP Pratama Bandung Karees.

2. Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2002:57) adalah sebagai berikut :

“Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.”

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Sampling incidental dilakukan secara acak berdasarkan unit lokasi wajib pajak dan jumlah responden masing-masing tanpa memperhatikan strata, karena untuk


(59)

menghilangkan kemungkinan bias. Menurut Sugiono (2011:867) sampling incidental adalahsebagai berikut :

Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.”

Hakekat dari pengambilan sampel berdasarkan kebetulan (Sampling Insidental) ini adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel, apabila anggota populasi bertemu secara kebetulan dengan peneliti dan bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel oleh peneliti adalah pendekatan Slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Sumber : Umi Narimawati, 2010:38 Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%, 5%, 10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut :

= + .

= .

= . >


(1)

128

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sobari. (2011). Hukuman Maruli Pandapotan Manurung Tetap. Di akses pada 10 april 2012 pada situs suara merdeka :http://www.suarapembaruan.com/home/hukuman-maruli-pandapotan-manurung-tetap/6634

Anang Mury Kurniawan. (2011). Upaya Hukum Terkait dengan Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak. Jakarta : Graha Ilmu.

Bambang Susatyo. (2011). Mafia Pajak Memaksa Negara Cari Utang. Diakses tanggal 23 November 2011 pukul 13.00 dari situs Bambang Soesatyo : http://bambangsoesatyo.com/content/mafia-pajak-memaksa-negara-cari-utang.

Beest, Ferdy van; Braam, Geert & Boelens, Suzanne. (2009). Quality of Financial Reporting: measuring qualitative characteristics. NiCE Working Paper 09-108 Electronic copy available at: http://www.ru.nl/nice/workingpapers Dedi Rudaedi. (2011). Dua pengusaha dituntut terkait faktur pajak fiktif. Di akses

pada tanggal 20 November 2011, pukul 17.50 pada situs resmi Direktorat Jenderal Pajak http://www.pajak.go.id/content/dua-pengusaha-dituntut-terkait-faktur-pajak-fiktif

Dedi Rudaedi. (2011). Piutang Pajak Rp. 72,3 Triliun tak akan dibiarkan hangus. Di akses pada tanggal 20 November 2011, pukul 17.50 pada situs Kompas : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/11/12/2152122/Piutang.Pajak. Rp.72.3.Triliun.Tak.Akan.Dibiarkan.Hangus

Early Suandi. (2000). Hukum Pajak. Jakarta : Salemba Empat. Early Suandi. (2008). Manajemen pajak. Jakarta : Salemba empat.

Efraim Ferdinan Giri. (1995). Akuntansi keuangan 1 Edisi ke-1. Yogyakarta : Bagian penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Ely Suhayati dan Sri Dewi Anggadini. (2009). Akuntansi Keuangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.


(2)

Ginting, Riskon. (2006). Pengaruh Pemberian Surat Penagihan Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan di Tiga Kantor Pelayanan Pajak. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,Vol 5, Nomor 1, Maret 2006:11-20.

Gopal V. Krishnan, et al. (2012). Do Auditor-Proveided Tax Services Impair The Value Relevance of Earning. Working Paper Series Electronic copy available athttp://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2001718 Hadi Purnomo. (2003). Gertakan Buat Pengemplang. Di akses pada 10 April 2012

pukul 10. 30 pada situs majalah tempo interaktif : http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2003/04/07/HK/mbm.20030407. HK86418.id.html

Hananta Bwoga, Yoseph Agus BBN, dan Tony Maryahrul. (2005). Pemeriksaan pajak di Indonesia. Jakarta : Grasindo.

Hanlon,Michelle et al. (2011). The Effect of Tax Authority Monitoring and Enforcement on Financial Reporting Quality. MIT Sloan School Working Paper 4849-10 Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=1691158

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

Imam Arifin. (2012). Pembukaan DTSS Manajemen Pemeriksaan Angkatan I.

Diakses pada tanggal 15 april 2012 pada pukul 16.30 dari situs resmi

Departemen Keuangan :

http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak/index.php/component/frontpage/?vi

ew=article&catid=1%3Aterbaru&id=102%3Ahasil-diklat-dtsd-pajak-i&tmpl=component&print=1&layout=default&start=5

John Hutagaol. (2007). Perpajakan : Isu-isu konteporer. Jakarta : Graha ilmu. Jonathan Sarwono. (2006). Panduan Cepat dan Mudah SPSS 14. Yogyakarta: Andi. Larsman, P., 2006. On The Relation between Psychosocial Work Environment and

Musculoskeletal Symptoms: A Structural Equation Modeling Approach. Arbete Och Hälsa. National Institute for Working Life

Libman, Alexander, and Feld, Lars P. (2009). Strategic Tax Collection and Fiscal Decentralization: The Case of Russia. Discussion Paper No. 59 CDSE University f Mannheim.


(3)

Mardiasmo. (2009). perpajakan edisi revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Melchias Markus Mekeng. (2011). 12 Titik Rawan Penyalahgunaan Wewenang Pajak. Di akses pada tanggal 20 November 2011, pukul 17.50 pada situs Vivanews : http://bisnis.vivanews.com/news/read/201322-12-titik-rawan-penyalahgunaan-wewenang-pajak

Melchias Markus Mekeng. (2011). BPK Audit Pajak 6 Perusahaan, Apa Hasilnya.

Diakses pada 19 Maret 2012 pukul 17.00 pada situs Vivanews : http://fokus.vivanews.com/news/read/201320-bpk-audit-pajak-6-perusahaan-triliunan-rupiah

Mikail Jam'an. (2011). Bebas Pemeriksaan Pajak dan Opini Auditor Independen, Meningkatkan Peran Akuntan Publik dan Voluntary Compliance Wajib Pajak . Diakses pada tanggal 3 Januari 2012 pukul 20.40 dari Situs Kompasiana : http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/02/14/bebas- pemeriksaan-pajak-dan-opini-auditor-independen-meningkatkan-peran-akuntan-publik-dan-voluntary-compliance-wajib-pajak/

Muda Markus dan Lalu H. (2005). Perpajakan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Mohammad Ibrahim Adib. (2012). Dewan : Kurang Bijak Penagihan Melalui Surat Paksa. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012 pada pukul 13.30 dari situs

resmi DPRD provinsi Jawa Timur :

http://dprd.jatimprov.go.id/?NEWZ=453&CB=6

Paca Kurniawan dan Bagus Pamungkas. (2006). Penagihan pajak di Indonesia.

Malang : Banyumedia Publishing.

Riahi, Ahmed & Belkaoui. (2001). Accounting theory : Buku satu. Jakarta :Salemba empat.

Richard Burton. (2011). Lumpuhnya Hukum Pajak. Diakses pada tanggal 15 April 2012 pada pukul 20.15 dari situs resmi tax center pajak : http://tax-center.pajak.go.id/opini/lumpuhnya-hukum-pajak

Robert Pakpahan. (2010). Ditjen Pajak Rumuskan Standar Audit Wajib Pajak.

Diakses pada tanggal 20 Maret 2012 pada pukul 20.10 pada situs Koran Antara News online : http://www.antaranews.com/news/240015/ditjen-pajak-rumuskan-standar-audit-wajib-pajak


(4)

Sasmito Hadi Negoro. (2011). Restitusi pajak nakal dilaporkan ke KPK. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012 pada pukul 16.05 pada situs Ikatan Konsultan

Pajak Indonesia (IKPI) :

http://www.ikpi.or.id/content/restitusi-pajak-nakal-dilaporkan-ke-kpk

Sen, D. Kumar and Bala S. Kumar. (2002). Tax Audit : Bangladesh Panorama.

Managerial Auditing Journal 17/8 (2002) 464-477 ISSN 0268-6902.

Sia, Siew Kien and Siong, Boon. (1998). Transforming the tax collector : reengineering the inland revenue authority of Singapore. Journal Of Organizational Change Management, Vol 11 No. 6, 1998 pp 496-4814. Siti Kurnia Rahayu. (2010). Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu. (2006). Perpajakan teori dan isu. Bandung : Prenada Media Grup.

Soemarso. (2004). Revisi Akuntansi Suatu pengantar. Jakarta : Salemba empat. Soemarso. (2007). Perpajakan Pendekatan komprehensif . Jakarta : Salemba Empat. Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono (2009). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, dan Lina Ismawati. (2010). Penulisan Karya Ilmiah . Jakarta:.Genesis.

Umi Narimawati, (2007). Riset Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta : Agus Media

Wirawan B Ilyas dan Richard Burton. (2007). Hukum Pajak (Edisi 5). Jakarta : Salemba Empat.

Wonglimpiyarat, Jarunee. (2010). Economic innovation challenges of financial and tax Auditing. Journal of Economics and International Finance. Vol. 2(12), pp. 290-298, December 2010. ISSN 2006-9812.


(5)

Zeng, Tao. (2010). Taxpayers’ tax and financial reporting decisions and Auditing in a game theoretical model. Working Paper Series Electronic copy available at : http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=277901


(6)

186 DATA PRIBADI

Nama Lengkap : NETY WIPARTI

NIM : 21108034

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 23 September 1989

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jln. Gambir Sawit No. 10 Sukaluyu Bandung

Email : cineth.wiparti@gmail.com

DATA PENDIDIKAN Pendidikan Formal

SDN Manggunreja VI Tasikmalaya 1996-2002

SMPN 1 Singaparna Tasikmalaya 2002-2005

SMAN 1 Singaparna Tasikmalaya 2005-2008

UNIKOM Bandung 2008-2012

Pendidikan Informal


Dokumen yang terkait

Pengaruh kualitas pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak, dan pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak : (survey pada WPOP yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees)

6 32 59

Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Self Assessment System dan Implikasinya terhadap Administrasi Pajak (Survey Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

9 86 55

Pengaruh pengetahuan pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak : (survey di KPP Pratama Bandung Karees)

0 5 1

Self Assessment System Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada KPP Pratama Bandung Karees)

1 15 74

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

11 50 87

Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Pemeriksaan Pajak Dan Implikasinya Terhadap Tax Evasion (Survey Pada wajib Pajak Badan Di KPP Madya Bandung)

0 2 1

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Badan Di KPP Pratama Bandung Tegallega)

0 9 44

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Badan Di KPP Pratama Bandung Cicadas)

3 75 107

Pengaruh Kualitas Laporan Keuangan Wajib Pajak terhadap Pemeriksaan Pajak pada Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Bandung Karees.

0 1 22

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

1 4 21