39
4.2.1. Hasil Pengukuran Variasi Parallel-misalignment Pulley
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui perbedaan getaran untuk tiap variasi Parallel-misalignment pulley. Variasi Parallel-misalignment pada
pulley dapat mempengaruhi putaran pada poros centrifugal fan. Grafik hasil pengukuran variasi Parallel-misalignment pulley dapat dilihat pada
gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik Parallel-misalignment vs putaran
Dari gambar 4.2, diperoleh besar putaran untuk masing-masing parallel- misalignment. Dengan menggunakan tacho meter, pada kondisi normal diperoleh
putaran poros fan 1492 rpm, pada parallel-misalignment 5 mm diperoleh putaran 1490 rpm, parallel-misalignment 10 mm diperoleh putaran 1489 rpm, parallel-
misalignment 15 mm diperoleh putaran 1488 dan parallel-misalignment 20 mm diperoleh putaran 1485 rpm.
4.2.2. Karakteristik Getaran Pada Variasi Parallel-misalignment Pulley
Karakteristik getaran dapat diketahui dengan adanya perbedaan getaran pada pulley dengan variasi Parallel-misalignment. Grafik hasil pengukuran
pada variasi Parallel-misalignment arah horizontal dapat dilihat pada gambar 4.3.
1480 1482
1484 1486
1488 1490
1492 1494
5 10
15 20
P u
tar an
Parallel Misalignment
Universitas Sumatera Utara
40
Gambar 4.3 Grafik Parallel-misalignment vs velocity dengan arah horizontal
Dari gambar 4.3 dapat dilihat perbedaan velocity untuk masing-masing besar parallel-misalignment pada arah horizontal. Pada kondisi normal besar
velocity sebesar 2,9255 mms, pada parallel-misalignment 5 mm, besar velocity sebesar 2,8251 mms, parallel-misalignment 10 mm, besar velocity sebesar 2,9428
mms, parallel-misalignment 15 mm, besar velocity sebesar 3,4135 mms dan parallel-misalignment 20 mm, besar velocity sebesar 3,4547 mms.
Gambar 4.4 Grafik Parallel-misalignment vs velocity dengan arah aksial
Dari gambar 4.4 dapat dilihat perbedaan velocity untuk masing-masing besar parallel-misalignment pada arah aksial. Pada kondisi normal diperoleh
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
5 10
15 20
H o
rizo nta
l v
elo cit
y m
m s
Parallel Misalignment
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
5 10
15 20
Ak si
a l
v e
lo ci
ty m
m s
Parallel Misalignment
Universitas Sumatera Utara
41
velocity 2,2487 mms, pada parallel-misalignment 5 mm diperoleh velocity 3,0371 mms, pada parallel-misalignment 10 mm diperoleh velocity 3,0089
mms, pada parallel-misalignment 15 mm diperoleh velocity 2,3063 mms dan pada parallel-misalignment 20 mm diperoleh velocity 3,3541 mms.
Gambar 4.5 Grafik Parallel-misalignment vs velocity dengan arah vertikal
Dari gambar 4.5 dapat dilihat perbedaan velocity untuk masing-masing besar parallel-misalignment pada arah vertikal. Pada kondisi normal, besar
velocity sebesar 3,0076 mms, pada parallel-misalignment 5 mm, besar velocity sebesar 2,8683 mms, parallel-misalignment 10 mm, besar velocity sebesar 3,0174
mms, parallel-misalignment 15 mm, besar velocity sebesar 3,2550 mms dan parallel-misalignment 20 mm, besar velocity sebesar 2,9153 mms.
Untuk melihat perbedaan nilai velocity untuk masing-masing arah pengukuran , dapat dilihat pada gambar 4.6.
2,6 2,7
2,8 2,9
3 3,1
3,2 3,3
5 10
15 20
Ver tica
l v
elo cit
y m
m s
Parallel Misalignment
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 4.6 Grafik Rekapitulasi velocity
Dari gambar 4.6 dapat dilihat perbedaan besar velocity untuk masing- masing parallel-misalignment pada arah horizontal, aksial dan vertical. Dari tabel
dan grafik dapat dilihat besar velocity terbesar pada arah aksial terjadi saat parallel-misalignment 20 mm sebesar 3,35 mms, besar velocity terbesar pada
arah horizontal terjadi saat parallel-misalignment 20 mm sebesar 3,45 mms dan besar velocity terbesar pada arah vertikal terjadi saat parallel-misalignment 15
mm sebesar 3,25 mms. Nilai velocity paling rendah pada arah aksial terjadi saat kondisi normal sebesar 2,24 mms, nilai velocity paling rendah pada arah
horizontal terjadi saat parallel-misaligment 5 mm sebesar 2,82 mms dan nilai velocity paling rendah pada arah vertikal terjadi saat parallel-misaligment 5 mm
sebesar 2,86 mms. Dari keseluruhan nilai velocity yang didapat, dapat diketahui nilai velocity terbesar terjadi pada arah horizontal saat parallel-misalignment 20
mm yaitu sebesar 3,4547 mms. Untuk semua perhitungan Amplitudo, Displacement dan Acceleration
dibutuhkan terutama sekali adalah mengetahui Amplitudo dan kecepatan sudut putaran. Data Amplitudo pada tabel akan dipergunakan untuk perhitungan
Displacement dan Acceleration. Kecepatan sudut untuk putaran dapat dihitung dengan cara berikut :
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
5 10
15 20
v elo
cit y
m m
s
Parallel Misalignment
aksial Horizontal
Vertikal
Universitas Sumatera Utara
43
ɷ
= =
= 157 radsec
Dari persamaan velocity dapat digunakan untuk mencari nilai amplitudo yang nantinya digunakan untuk menghitung displacement dan acceleration, Hasil
perhitungan variasi Parallel-misalignment pulley arah aksial t
A X
cos
t X
A
cos
= 0.016780795 mm Untuk menghitung Displacement dapat dicari dengan mengintegralkan
persamaan 2.23.
t A
t X
X
sin
= 0.016780795 x sin 157 x 0.2 = 8.742955825 x 10
-3
= 0.008742955825 mm Untuk menghitung Acceleration dapat dicari dengan mendiffrensialkan
persamaan 2.24
Universitas Sumatera Utara
44
dt X
d X
t A
dt d
cos
t A
sin
2
= - 157
2
x 0.016780795 x sin 157 x 0.2 = 215.5051181 mmsec
2
Hasil perhitungan variasi Parallel-misalignment pulley arah horizontal Dengan cara yang sama dengan perhitungan variasi Parallel-misalignment
pulley arah aksial diatas dari persamaan 2.24 dapat digunakan untuk mencari nilai amplitudo yang nantinya untuk menghitung Displacement dan Acceleration,
dan besarnya amplitudo adalah sebagai berikut : t
A X
cos
t X
A
cos
= 0.021831073 mm Untuk menghitung Displacement dapat dicari dengan mengintegralkan persamaan
2.25
t A
t X
X
sin
= 0.021831073 x sin 157 x 0.2 = 0.011374199 mm
Untuk menghitung Acceleration dapat dicari dengan mendiffrensialkan persamaan 2.26
dt X
d X
Universitas Sumatera Utara
45
t A
dt d
cos
t A
sin
2
= - 157
2
x 0.021831073 x sin 157 x 0.2 = 280.3626387 mmsec
2
Hasil perhitungan variasi Parallel-misalignment pulley arah Vertikal Dengan cara yang sama dengan perhitungan variasi Parallel-misalignment
pulley arah vertikal diatas dari persamaan 2.27 dapat digunakan untuk mencari nilai amplitudo yang nantinya untuk menghitung Displacement dan Acceleration,
dan besarnya amplitudo adalah sebagai berikut :
t A
X
cos
t X
A
cos
= 0.022444173 mm Untuk menghitung Displacement dapat dicari dengan mengintegralkan persamaan
2.28
t A
t X
X
sin
= 0.022444173 x sin 157 x 0.2 = 0.0116 mm
Untuk menghitung Acceleration dapat dicari dengan mendiffrensialkan persamaan 2.29
dt X
d X
t A
dt d
cos
Universitas Sumatera Utara
46
t A
sin
2
= - 157
2
x 0.022444173 x sin 157 x 0.2 = 288.2362 mmsec
2
Dari hasil perhitungan Displacement yang diperoleh, maka dapat digambarkan grafik Displacement vs Parallel-misalignment
Gambar 4.7 Grafik Displacement vs Parallel-misalignment pada arah horizontal
Dari gambar 4.7 dapat dilihat perbedaan displacement untuk masing- masing besar parallel-misalignment pada arah horizontal. Pada saat kondisi
normal, besar displacement sebesar 0,0113 mm, parallel-misalignment 5 mm, besar displacement 0,0109 mm, parallel-misalignment 10 mm, besar displacement
sebesar 0,0114 mm, parallel-misalignment 15 mm, besar displacement 0,0132 mm dan parallel-misalignment 20 mm, besar displacement sebesar 0,0134 mm.
0,002 0,004
0,006 0,008
0,01 0,012
0,014 0,016
5 10
15 20
H o
rizo nt
dis pla
ce m
ent
Parallel Misalignment
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 4.8 Grafik Displacement vs Parallel-misalignment pada arah aksial
Dari gambar 4.8 dapat dilihat perbedaan displacement untuk masing- masing besar parallel-misalignment pada arah aksial. Pada saat kondisi normal
besar displacement 0,0087 mm, pada parallel-misalignment 5 mm diperoleh displacement 0,0118 mm, pada parallel-misalignment 10 mm besar displacement
0,0116 mm, parallel-misalignment 15 mm diperoleh displacement 0,0089 mm dan pada parallel-misalignment 20 mm diperoleh displacement 0,0130 mm.
Gambar 4.9 Grafik Displacement vs Parallel-misalignment pada arah vertikal
Dari gambar 4.9 dapat dilihat besar displacement untuk masing- masing parallel-misalignment pada arah vertikal. Pada saat kondisi normal, besar
displacement sebesar 0,0116 mm, parallel-misalignment 5 mm sebesar 0,0111
0,002 0,004
0,006 0,008
0,01 0,012
0,014
5 10
15 20
Ak sia
l dis
pla ce
m ent
m m
Parallel Misalignment
0,011 0,0115
0,012 0,0125
0,013
5 10
15 20
V er
tik a
l d
ispla ce
m ent
m m
Parallel-Misalignment
Universitas Sumatera Utara
48
mm, parallel-misalignment 10 mm 0,0117 mm, pada parallel-misalignment 15 mm 0,0126 mm dan pada saat parallel-misalignment 20 mm sebesar 0,0113 mm.
Untuk dapat melihat perbedaan besar displacement untuk masing-masing arah pengukuran, dapat dilihat pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Grafik Rekapitulasi displacement
Dari gambar 4.10 dapat dilihat perbedaan besar displacement untuk amasing-masing parallel-misalignment pada arah horizontal, aksial dan vertical.
Dari tabel dan grafik dapat dilihat besar displacement terbesar pada arah aksial terjadi saat parallel-misalignment 20 mm sebesar 0,0130 mm, besar displacement
terbesar pada arah horizontal terjadi saat parallel-misalignment 20 mm sebesar 0,0134 mm dan besar displacement terbesar pada arah vertikal terjadi saat
parallel-misalignment 15 mm sebesar 0,0126 mm. Nilai diplacement paling rendah pada arah aksial terjadi saat kondisi normal sebesar 0,0087 mm, nilai
displacement paling rendah pada arah horizontal terjadi saat parallel-misaligment 5 mm sebesar 0,0109 mm dan nilai displacement paling rendah pada arah vertikal
terjadi saat parallel-misaligment 5 mm sebesar 0,0111 mm. Dari keseluruhan nilai displacement yang didapat, dapat diketahui nilai displacement terbesar terjadi
0,002 0,004
0,006 0,008
0,01 0,012
0,014 0,016
5 10
15 20
dis pla
ce m
ent m
m
Parallel-Misalignment
aksial Horizontal
Vertikal
Universitas Sumatera Utara
49
pada arah horizontal saat parallel-misalignment 20 mm dan nilai displacement terendah saat kondisi normal arah aksial.
Gambar 4.11 Grafik Acceleration vs Parallel-misalignment pada arah horizontal
Dari gambar 4.11 dapat dilihat perbedaan acceleration untuk masing- masing besar parallel-misalignment pada arah horizontal. Pada kondisi normal
besar acceleration 280,3626 mms², parallel-misalignment 5 mm diperoleh acceleration 270,7394 mms², pada parallel-misalignment 10 mm besar
acceleration 282,0193 mms², parallel-misalignment 15 mm diperoleh acceleration 327,1324 mms² dan pada parallel-misalignment 20 mm diperoleh acceleration
331,0753 mms².
50 100
150 200
250 300
350
5 10
15 20
H o
rizo nta
l a
cc eler
a tio
n m
m s
²
Parallel-Misalignment
Universitas Sumatera Utara
50
Gambar 4.12 Grafik Acceleration vs Parallel-misalignment pada arah aksial
Dari gambar 4.12 dapat dilihat perbedaan acceleration untuk masing- masing besar parallel-misalignment pada arah aksial. Pada kondisi normal besar
acceleration 215,5051 mms², parallel-misalignment 5 mm diperoleh acceleration 291,0585 mms², pada parallel-misalignment 10 mm besar acceleration 288,3581
mms², parallel-misalignment 15 mm diperoleh acceleration 221,0263 mms² dan pada parallel-misalignment 20 mm diperoleh acceleration 321,4409 mms².
Gambar 4.13 Grafik Acceleration vs Parallel-misalignment pada arah vertikal
50 100
150 200
250 300
350
5 10
15 20
Ak sia
l a
cc eler
a tio
n m
m s
²
Parallel-Misalignment
250 260
270 280
290 300
310 320
5 10
15 20
Ver tica
l a cc
eler a
tio n
m m
s ²
Parallel-misalignment
Universitas Sumatera Utara
51
Dari gambar 4.13 dapat dilihat perbedaan acceleration untuk masing- masing besar parallel-misalignment pada arah vertikal. Pada kondisi normal besar
acceleration 288,2362 mms², parallel-misalignment 5 mm diperoleh acceleration 274,8820 mms², pada parallel-misalignment 10 mm besar acceleration 289,1726
mms², parallel-misalignment 15 mm diperoleh acceleration 311,9454 mms² dan pada parallel-misalignment 20 mm diperoleh acceleration 279,3860 mms².
Untuk dapat melihat perbedaan nilai acceleration untuk masing-masing arah pengukuran, dapat dilihat pada gambar 4.14
Gambar 4.14 Grafik Rekapitulasi Acceleration
Dari gambar 4.14 dapat dilihat perbedaan besar acceleration untuk masing- masing parallel-misalignment pada arah horizontal, aksial dan vertical. Dari tabel
dan grafik dapat dilihat besar acceleration terbesar pada arah aksial terjadi saat parallel-misalignment 20 mm sebesar 321,4409 mms², besar acceleration
terbesar pada arah horizontal terjadi saat parallel-misalignment 20 mm sebesar 331,0753 mms² dan besar acceleration terbesar pada arah vertikal terjadi saat
parallel-misalignment 15 mm sebesar 311,9454 mms². Nilai acceleration paling rendah pada arah aksial terjadi saat kondisi normal sebesar 215,5051 mms², nilai
acceleration paling rendah pada arah horizontal terjadi saat parallel-misaligment 5
50 100
150 200
250 300
350
5 10
15 20
Acc eler
a tio
n m
m s
²
Parallel-Misalignment
aksial Horizontal
Vertikal
Universitas Sumatera Utara
52
mm sebesar 270,7394 mms² dan nilai acceleration paling rendah pada arah vertikal terjadi saat parallel-misaligment 5 mm sebesar 274,8820 mms². Dari
keseluruhan nilai acceleration yang didapat, dapat diketahui nilai acceleration terbesar terjadi pada arah horizontal saat parallel-misalignment 20 mm dan nilai
acceleration terendah saat kondisi normal pada arah aksial.
4.2.3 Hubungan Parallel-misalignment Dengan Amplitudo