Pengujian Beda Nilai Rata-rata Uji ANOVA

4.2.3 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Uji ANOVA

Pengujian beda nilai rata-rata kadar kalsium dan besi pada sampel bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata kadar kadar kalsium dan besi antara daun singkong biasa dan daun singkong keriting dengan perlakuan direbus pada suhu 60 o C, 70 o C dan 80 o C. Teknik analisis komperatif dengan menggunakan uji “t” yakni dengan mencari perbedaan yang signifikan dari dua buah mean hanya efektif bila jumlah variabelnya dua. Namun, bila jumlah variabel lebih da ri dua penggunaan uji “t” tidak efektif lagi, karena langkah pengujian dilakukan satu persatu, sehingga sangat tidak efisien dari segi waktu, biaya, dan tenaga ditambah dengan peluang melakukan kesalahan juga semakin besar. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan analisis komperatif yang lebih baik yaitu Analysis of variances yang disingkat dengan ANOVA Hartono, 2009. Menurut Alhusin 2003 Uji ANOVA dapat dilakukan dengan cara membuat hipotesis terlebih dahulu: a. H : diduga bahwa ketiga dari rata-rata populasi adalah sama b. H 1 : diduga bahwa ketiga dari rata-rata populasi berbeda Untuk menentukan H dan H 1 yang diterima maka ketentuan yang harus diikuti: a. Bila F hitung sama dan atau lebih kecil dari F tabel maka H diterima dan H 1 ditolak. b. Bila F hitung lebih besar dari F tabel maka H ditolak dan H 1 diterima Hasil pengujian beda nilai rata-rata dengan uji ANOVA dapat dilihat pada Lampiran 25-27, halaman 91-96, serta pada Tabel 4.3 sampai Tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Hasil Uji Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium dan Besi antar Sampel Daun Singkong Biasa No. Kadar Sampel F hitung F tabel Hasil 1. Kalsium DSBS 4462,051 2,04 Beda DSBR 60 o C DSBR 70 o C DSBR 80 o C 2. Besi DSBS 235,789 2,04 Beda DSBR 60 o C DSBR 70 o C DSBR 80 o C Keterangan : DSBS = Daun Singkong Biasa Segar DSBR = Daun Singkong Biasa Rebus Setelah dilakukan uji ANOVA terhadap sampel dapat dilihat bahwa kadar kalsium dan besi yang terdapat pada daun singkong biasa dengan perlakuan direbus pada suhu 60 o C, 70 o C dan 80 o C mempunyai perbedaan yang signifikan F hitung lebih besar dari F tabel . Kadar kalsium dan besi pada daun singkong biasa segar lebih besar dibandingkan dengan kadar kalsium dan besi pada daun singkong biasa rebus. Hal ini kemungkinan terjadi karena proses perebusan. Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Nilai Rata-Rata Kadar Kalsium dan Besi antar Sampel Daun Singkong Keriting No. Kadar Sampel F hitung F tabel Hasil 1. Kalsium DSKS 1971,512 2,04 Beda DSKR 60 o C DSKR 70 o C DSKR 80 o C 2. Besi DSKS 2013,920 2,04 Beda DSKR 60 o C DSKR 70 o C DSKR 80 o C Keterangan : DSKS = Daun Singkong Keriting Segar DSKR = Daun Singkong Keriting Rebus Setelah dilakukan uji ANOVA terhadap sampel dapat dilihat bahwa kadar kalsium dan besi yang terdapat pada daun singkong keriting dengan perlakuan Universitas Sumatera Utara direbus pada suhu 60 o C, 70 o C dan 80 o C mempunyai perbedaan yang signifikan F hitung lebih besar dari F tabel . Kadar kalsium dan besi pada daun singkong biasa segar lebih besar dibandingkan dengan kadar kalsium dan besi pada daun singkong biasa rebus. Hal ini kemungkinan terjadi karena proses perebusan. Kadar kalsium dalam daun singkong biasa dan keriting segar mengalami penurunan dengan daun singkong biasa dan keriting yang direbus pada suhu 60 o C, 70 o C dan 80 o C. Semakin bertambahnya suhu perebusan maka penurunan kadar akan lebih besar, karena sifat kalsium oksalat yang merupakan bentuk kalsium yang terdapat pada singkong biasa yang sukar larut dalam air, namun kadar tetap berkurang karena terjadinya pelepasan kalsium karena proses pemanasan. Pada kadar besi di dalam daun singkong biasa dan keriting segar jauh lebih besar dari kadar besi pada daun singkong biasa dan keriting rebus pada suhu 60 o C, 70 o C dan 80 o C. Hal ini kemungkinan karena besi pada daun singkong biasa rebus banyak terlarut pada pada proses perebusan karena sebagian besar besi pada daun singkong biasa terikat dalam bentuk besi oksalat yang larut dalam air. Jadi, saat direbus maka kadar mineral besi yang terdapat di dalamnya berkurang. Terdapat perbedaan kandungan mineral kalsium dan besi pada penelitian yang saya lakukan dengan hasil dari Godam 2012, dimana kandungan kalsiumnya sebesar 165 mg dan besi 2,0 mg. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetik spesies tumbuhan, fase pertumbuhan dan dan fase eksternal habitat tumbuh, iklim, keadaan tanah, dan lain-lain. Tumbuhan uji daun singkong yang saya lakukan diambil dari daerah dataran tinggi kota Brastagi. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman bergantung pada faktor iklim dan faktor tanah. Lingkungan pertumbuhan adalah faktor penting lain yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi zat gizi tanaman. Suhu, kelembapan, cahaya, dan zat gizi tanaman secara menyeluruh berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Jika salah satu komponen menjadi pembatas, maka pertumbuhan tanaman terhambat. Polusi atmosfer, cara budidaya, persaingan antartanaman, dan pematangan tanaman juga merupakan faktor yang berpengaruh. Hama dan penyakit dapat menurunkan hasil, karena itu menurunkan juga kandungan zat gizi tanaman Rubatzky, 1998. 4.3 Validasi Metode 4.3.1 Deteksi Batas dan Batas Kuantitasi