PENGARUH LEVERAGE, GROWTH, DAN SIZE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013)

(1)

COMPANY PERFORMANCE

(Study at Telecommunication Company Listed in Indonesia Stock Exchange period 2009-2013)

By

ANASTASIA NOOR WIDIASTUTI

This research aims to analyze the influence of leverage, growth, and size

towards the performance of company. In this research, ratio leverage measured

by debt to equity ratio, growth measured by growth sales, size measured by total

asset, and the performance of company by return on assets (ROA). The sample

which is used in this research is Telecommunication Company listed in Indonesia

Stock Exchange period 2009-2013. Data analysis techniques using multiple linear

regression.

The results of this research are leverage (debt to equity ratio) significantly

affect the performance of company (return on assets), meanwhile growth (growth

sales) and size (total assets) did not significantly affect the performance of

company (return on assets). The result of simultaneously test there is significantly

affect between leverage (debt to equity ratio), growth (growth sales) and size

(total assets) towards the performance of company (return on assets).


(2)

KINERJA PERUSAHAAN

(Studi pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013)

Oleh

ANASTASIA NOOR WIDIASTUTI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh leverage, growth,

dan size terhadap kinerja perusahaan. Rasio leverage diukur menggunakan debt to equity ratio, growth diukur menggunakan growth sales, size diukur menggunakan total asset, dan kinerja perusahaan diukur menggunakan return on assets. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda.

Hasil dari penelitian ini adalah leverage (debt to equity ratio) berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (return on assets), sedangkan growth

(growth sales) dan size (total assets) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan (return on assets). Hasil uji secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage (debt to equity ratio), growth (growth sales) dan

size (total assets) terhadap kinerja perusahaan (return on assets).


(3)

PERUSAHAAN

(Studi pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013)

Oleh

Anastasia Noor Widiastuti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Ilmu Adiministrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Anastasia Noor Widiastuti dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 September 1993, merupakan anak bungsu dari empat (4) bersaudara pasangan Bapak Susilo Sunarko dan Ibu Ir. Tuti Sofia.

Penulis memulai jenjang pendidikan di TK Al-Kautsar Bandar Lampung selesai pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Bandar Lampung yang selesai pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sri Gading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur.


(8)

Dengan Mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Kupersembahkan Karyaku Ini Kepada:

Kedua Orang Tuaku

“ Susilo Sunarko dan Ir. Tuti Sofia (Almh)” Yang Selalu Memberikan Dukungan, Motivasi Dan Berdoa Untuk Kesuksesanku,

Ketiga Saudaraku yang Telah Memberikan Kasih Sayang, Perhatian dan Dukungan Untuk Keberhasilanku,

Dosen Pembimbing dan Penguji yang Berjasa

Almamater Tercinta, Tempat yang Telah Memberi Sedikit Pengalaman Hidup Untukku.


(9)

“Barang Siapa Menginginkan Kebahagiaan didunia dan diakhirat Maka Haruslah Memiliki Banyak Ilmu.”

(HR. Ibnu Asakir)

“Anda Tidak Bisa Mengubah Orang Lain, Anda Harus

Menjadi Perubahan yang Anda Harapkan .”

(Mahatma Gandhi)

“Jangan Menilai Seseorang Dari Masa Lalunya, Karena Kita Semua Sudah Tidak Hidup disana. Semua Orang Bisa

Berubah, Biarkan Mereka Membuktikannya.” (Mario Teguh)

“Kewajiban Sebagai Seorang Anak Adalah Mengangkat Harga Diri Keluarga.”


(10)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pengaruh

Leverage, Growth, dan Size Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. A. Efendi, M.M. selaku pembantu dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku pembantu dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H. selaku pembantu dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus


(11)

6. Ibu Mediya Destalia, S.A.B., M.A.B. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah sabar dalam memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Dian Komarsyah D, M.S. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Seluruh dosen dan staf Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis (Ibu Merta) yang

tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan, ilmu dan nasihatnya.

9. Kedua orang tua kandungku tercinta, Ibunda Ir. Tuti Sofia (Almarhumah), terimakasih telah melahirkan, membesarkan, dan memberikan kasih sayangnya, tak henti-hentinya doa baya panjatkan untuk ibu, juga Ayahanda Susilo Sunarko terimakasih atas doa dan kasih sayangnya semoga baya kelak mampu membahagiakan keluarga.

10.Ketiga Kakak kandungku tercinta. Aa’ Abit, Aa’ Gilang, Aa’ Binar yang selalu memberi doa, dukungan baik materil maupun moril selama ini, sehingga menjadi motivasi baya dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Keluarga besarku, Bude Warsih, Makwo Nila, Makwo Iin, Makwo Nur, dan Bicik Lilis, terimakasih atas doa dan nasihatnya yang akan selalu baya ingat. Untuk Adik-adik sepupuku tersayang (Elia, Dwi, Icad) terimakasih selalu menghibur dengan canda tawanya.

12.Sahabat-sahabatku tersayang sedari SMP hingga saat ini OMG (Annisa Mbul, Ivone, Dinda, Trisa, Sinta, Anun, Ane, Zuy, dan Piping). Terimakasih telah


(12)

13.Sahabat-sahabat SOS annisa mbul (lagi), hotma, vivi, linda dan ivone (lagi). Terimakasih atas segala kenangan semasa kuliah. Terimakasih karena tidak bosan-bosannya memberikan dukungan dan bantuannya selama ini. Semoga kita menjadi orang yang sukses dan bermanfaat untuk semua orang. Dan semoga persahabatan kita selalu ada di hati.

14.Sahabatku seru (!) nisambul, hotma, vivi, ivone, linda, damar, oci, ronok, vito, heral, jupri, danis, yayi, niko, rafi. Terimakasih atas bantuan dan motivasinya. Terimakasih atas segala cerita yang sudah kita ukir bersama semasa kuliah. I’ll miss you guysss!

15.Keponakanku tersayang Rezi Jumako. Terimakasih atas dukungan, bantuan dan kasih sayangnya. Semoga kita menjadi orang yang sukses dan bermanfaat untuk bagi semua orang.

16.Teman-teman seperjuanganku di Ilmu Administrasi Bisnis angkatan 2011, Sendy, Made, Paksi, Wili, Tomi, Agung, Bekti, Laelatul, Rohani, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

17.Keluarga KKN Desa Sri Gading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Alisa, Anggun, Angga, Amin, Andi, Nanda, dan Alfian. Terimakasih untuk 40 hari yang indah, penuh perjuangan, bermakna dan berharga.

18.Keluarga Besar Universitas Lampung yang telah membantu saya selama saya belajar di Universitas Lampung.


(13)

Semoga Allah SWT berkenan memberikan imbalan pahala yang setimpal dan semoga ilmu yang telah penulis peroleh bermanfaat adanya, Amin.

Bandar Lampung, 1 Juli 2015 Penulis,


(14)

ABSTRACT ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 10

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori ... 12

B.Kinerja Perusahaan ... 14

C.Leverage ... 21

D.Pertumbuhan Perusahaan (Growth) ... 25

E. Ukuran Perusahaan (Size) ... 29

F. Penelitian Terdahulu ... 33

G.Kerangka Pemikiran ... 36

H.Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43


(15)

E. Jenis dan Sumber Data ... 46

F. Metode Pengumpulan Data ... 47

G. Definisi Konseptual ... 47

H. Definisi Operasional ... 48

I. Teknik Analisis ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 58

B. Hasil Analisis Data ... 63

C. Regresi Data Panel ... 65

D. Pembahasan ... 73

E. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

TABEL HALAMAN

1.1 Sampel Data Perusahaan Jasa Telekomunikas BEI 2010-2013 ... 4

2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian ... 35

3.1 Daftar Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar Di BEI 2010-2013 ... 46

3.2 Ringkasan Definisi Operasional Variabel ... 49

3.3 Pedoman memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi ... 55

4.1. Analisis Deskriptif ... 64

4.2. Hasil Pengujian Common ... 66

4.3. Hasil Uji Chow ... 67

4.4. Hasil Uji Hausman ... 68

4.5. Hasil Data Panel Fixed Effect ... 69

4.6 Hasil Uji R Square (R2) ... 71

4.7. Hasil Uji t (parsial) ... 71


(17)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi dewasa ini berbagai aspek kehidupan mengalami perkembangan dan perubahan, termasuk sektor ekonomi bisnis di dunia. Perubahan yang begitu cepat menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan. Persaingan ini memaksa perusahaan-perusahaan di dunia meningkatkan kinerja perusahaannya agar tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai.

Di Indonesia sendiri, sektor jasa telekomunikasi merupakan sektor bisnis yang mengalami perkembangan yang sangat pesat hal ini dipengaruhi antara lain karena perkembangan teknologi, dan juga disebabkan terjadinya perubahan model pengelolaan sektor telekomunikasi yang di lakukan Indonesia sejak tahun 1999, melalui UU No.36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Diawali dari Undang-Undang tersebut maka pengelolaan sektor telekomunikasi di Indonesia mengalami perubahan dari monopoli menjadi persaingan atau kompetisi. Sejak saat itulah beberapa perusahaan telekomunikasi bermunculan dan beradu memperebutkan pasar Indonesia.


(19)

Persaingan yang tinggi dalam sektor bisnis jasa telekomunikasi dapat dilihat dari banyaknya perusahaan telekomunikasi yang bermunculan dan jatuh bangun. Salah satunya Operator telekomunikasi pemilik brand Esia, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) yang juga menjadi salah satu pemain di dunia telekomunikasi Indonesia, kondisinya sedang berada diujung tanduk, sebagaimana di beritakan dalam www.merdeka.com Bakrie Telecom membukukan kerugian hingga Rp 1,52 triliun hingga September 2013 atau melonjak 53 persen dari posisi sama tahun lalu sebesar Rp 988,3 miliar. Bakrie Telecom hanya mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp 1,6 triliun hingga September 2013 atau turun 10 persen dibandingkan tahun lalu Rp 1,78 triliun. Kini, dengan hampir tidak adanya pembangunan jaringan baru dan inovasi layanan baru, maka Esia seperti tinggal menghitung hari saja, untuk merger atau mati perlahan. Permasalahan yang dihadapkan pada perusahaan Bakrie Telecom Tbk ini yang mendasari peneliti melakukan penelitian terkait dengan kinerja perusahaan.

Salah satu dasar yang dijadikan pertimbangan sebagai acuan dalam mengukur kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang penting bagi perusahaan, maka perlu dilakukan sebuah analisis kinerja keuangan perusahaan salah satunya dengan menggunakan metode

Du Pont System. Metode Du Pont ini memberikan informasi mengenai berbagai faktor yang menyebabkan naik turunnya kinerja keuangan sebuah perusahaan. Tujuan analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas perusahaan dalam memutar modalnya, sehingga analisis ini mencakup berbagai rasio. Du Pont System ini didalamnya menggabungkan rasio aktivitas / perputaran aktiva dengan rasio laba / Profit margin atas penjualan dan menunjukkan


(20)

bagaimana keduanya berinteraksi dalam menentukan Return On Assets (ROA), yaitu Profitabilitas atas aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio laba atas penjualan (profit margin) dipengaruhi oleh tingkat penjualan dan laba bersih yang dihasilkan. Berarti profit margin ini mencakup pula seluruh biaya yang digunakan dalam operasional perusahaan. Rasio aktivitas sendiri dipengaruhi oleh penjualan dan total aktiva. Dapat dikatakan bahwa analisis ini tidak hanya menfokuskan pada laba yang dicapai, tetapi juga pada investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Kemampuan perusahaan memperoleh laba (profitabilitas) merupakan salah satu penilaian kinerja suatu perusahaan. Profitabilitas adalah rasio yang sangat diperhatikan dalam dunia bisnis karena rasio ini menggambarkan efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja perusahaan, hal ini dilakukan mengingat daya tarik bisnis (business attractiveness) merupakan salah satu indikator penting dalam persaingan usaha, sedangkan indikator daya tarik bisnis dapat diukur dari profitabilitas usaha seperti,

Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Net Profit Margin

(NPM). Semakin tinggi rasio-rasio ini mengartikan bahwa perusahaan dalam posisi keuangan yang baik, aman dan menguntungkan.

Return On Assets (ROA) dalam analisis manajemen keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif. Menurut Munawir (2002), rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva


(21)

yang akan digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Nilai ROA yang semakin besar menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Berikut adalah tabel Return On Assets (ROA) perusahaan jasa telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2013:

Tabel 1.1 Sampel Data Perusahaan Jasa Telekomunikas BEI 2010-2013

No Perusahaan Rasio

Tahun

2009 2010 2011 2 012

2013 1 Bakrie Telecom

Tbk ROA

0.86% 0.08% -6.76% -36.32% -28.98%

2 XL Axiata Tbk ROA

6.24% 10.61% 9.08% 7.74% 2.62%

3 Smartfren Tbk ROA

-15.23% -31.27% -19.52% -10.9% -15.97%

4 Inovisi Infracom

Tbk ROA

15.13% 11.17% 15.02% 15.1% 12.67%

5 Indosat Tbk ROA

2.72% 1.25% 1.79% 1.59% 4.85%

6 Telekomunikasi

Indonesia Tbk ROA

11.62% 11.56% 15.02% 16.51% 15.95%

Jumlah 21.34% 3.4% 14.63% -6.28% -8.86%

Rata-Rata ROA 3.5566% 0.5666% 2.4383% -1.0466% -1.4766%

Sumber : IDX (data diolah, 2015)

Tabel 1.1 Menunjukkan rasio perbandingan laba bersih yang dimiliki dengan total aset perusahaan (ROA). Nilai ROA Bakrie Telecom Tbk mengalami penurunan tiap tahun nya bahkan mengalami kerugian tiga tahun terakhir, dan nilai rasio ROA pada perusahaan Smartfren Tbk selalu menunjukkan nilai negatif, hal ini berarti perusahaan mengalami kerugian dari tahun ke tahun. Lain halnya yang terjadi dengan perusahaan XL Axiata Tbk, Inovisi Infracom Tbk, Indosat Tbk dan


(22)

Telekomunikasi Indonesia Tbk, nilai ROA ke-empat perusahaan tersebut menunjukkan nilai ROA yang fluktuatif naik turun. Nilai rata-rata ROA dari ke-enam perusahaan tersebut cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, bahkan dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2012 dan 2013 menunjukkan nilai ROA negatif, hanya rata-rata ROA pada tahun 2011 yang mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.

Kinerja perusahaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa leverage keuangan merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan laba. Penggunaan hutang dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan, karena aktiva perusahaan digunakan untuk menghasilkan laba. Dengan demikian laba yang tersedia untuk pemegang ekuitas menjadi lebih besar. Adapun keuntungan lain yang diperoleh dari hutang yaitu pembayaran bunga hutang dapat mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Selain itu para pemegang saham tidak perlu mengurangi atau membagi porsi laba apabila operasi dari pembiayaan dana pinjaman berjalan dengan sukses, tetapi penggunaan leverage yang semakin besar menyebabkan beban bunga semakin besar (Brigham dan Gapenski 1997). Jika beban bunga sangat besar sedangkan laba operasi tidak cukup besar maka akan timbul masalah kesulitan keuangan yang menyebabkan kinerja menurun.

Dengan kata lain leverage keuangan memiliki dampak baik dan buruk bagi perusahaan, dapat menyebabkan perusahaan menjadi berkembang lebih baik (kinerja baik), akan tetapi juga dapat mengakibatkan kemunduran bagi perusahaan


(23)

(kinerja buruk) bahkan dapat berakibat pada kondisi kepailitan atau bangkrut. Untuk itu rasio leverage perlu diperhatikan antara manfaat yang diperoleh dengan pengorbanan yang diambil sehingga penggunaan leverage bisa meningkatkan keuntungan perusahaan dan akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan.

Jensen & Meckling, 1976 adalah yang pertama kali membahas keterkaitan antara

leverage dan kinerja perusahaan, yang menunjukkan bahwa besarnya leverage

dalam struktur modal perusahaan memengaruhi agency conflict antara manajer dengan pemegang saham, karena di satu sisi leverage merupakan alternatif pendanaan bagi manajer dalam kerangka peningkatan kinerja perusahaan, namun di sisi lain ini merupakan risiko bagi para pemegang saham. Tulisan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa struktur modal dapat memengaruhi kinerja perusahaan.

Temuan-temuan selanjutnya terkait dengan penggunaan utang dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan yang dinilai menggunakan rasio profitabilitas menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian yang dilakuan oleh Widodo (2001), yang meneliti asosiasi likuiditas, struktur modal dan kualitas aktiva produktif terhadap profitabilitas bank, hasilnya struktur modal (diwakili rasio debt to asset) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yogantara & Wijaya (2010) didalam penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan antara struktur modal dan kinerja perusahaan. Namun demikian leverage atau penggunaan hutang bisa berpengaruh negatif atau tidak signifikan terhadap profitabilitas, hal ini diteliti oleh Martono


(24)

(2002), yang menghasilkan leverage dan intensitas modal berpengaruh negatif terhadap Return on Equity.

Disamping unsur leverage, terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan khususnya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profitabilitas). Sebagaimana pernyataan yang dikemukakan oleh Sartono (1998) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Berdasarkan dari pernyataan tersebut, penulis beranggapan bahwa pertumbuhan perusahaan (growth) yang diukur dari pertumbuhan penjualannya dan ukuran perusahaan (size) yang dilihat dari total aktiva yang dimiliki perusahaan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Pagano dan Schlvardi (dalam Hansen dan Juniarti 2014) Pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan dan nilai perusahaan. Dimana pertumbuhan penjualan yang ditandai dengan peningkatan market share yang akan berdampak pada peningkatan penjualan dari perusahaan sehingga akan meningkatkan profitabilitas dari perusahaan.

Pertumbuhan penjualan yang meningkat tiap tahunnya, membuat para investor percaya bahwa perusahaan akan memberikan keuntungan dimasa depan karena pertumbuhan penjualan berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (profitabilitas). Hal ini sejalan dengan fakta yang di gambarkan oleh perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang dimana berhasil membukukan pertumbuhan kinerja keuangan


(25)

yang mengesankan sepanjang Triwulan III-2012 yang ditandai dengan peningkatan pendapatan usaha sebesar Rp 56,9 triliun, meningkat sebesar Rp 4,0 triliun atau 7,6 persen sedangkan laba bersih mencapai Rp 10 triliun atau naik 19,3 persen. Peningkatan pendapatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan pelanggan seluler dan penjualan tinggi dalam Layanan Data, Internet dan Information Technology (www.telkom.co.id). Dapat diketahui bahwa dengan meningkatnya penjualan perusahaan maka laba yang diperoleh perusahaan akan meningkat pula. Namun Hansen dan Juniarti (2014) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda, dimana sales growth tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan. Dengan kata lain masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait dengan permasalahan pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kinerja perusahaan.

Ukuran perusahaan (size) juga diduga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan khususnya dalam kemampuannya memperoleh laba, sebagaimana yang dikemukakan oleh Bhattacharyya dan Saxena (dalam Hansen dan Juniarti, 2014) perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar mempunyai pengaruh terhadap peningkatkan profitabilitas perusahaan sehingga akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar memiliki beberapa keuntungan kompetitif, antara lain market power dimana perusahaan yang besar dapat menetapkan harga yang tinggi untuk produknya, adanya economics of scale

yang berdampak pada penghematan biaya karena ukuran perusahaan yang besar menghasilkan bargaining power terhadap supplier dan ketika produk dapat diproduksi secara massal, maka perusahaan yang besar dapat lebih efisien. Dengan adanya berbagai keuntungan kompetitif tersebut, maka hal ini akan


(26)

berdampak pada peningkatan profitabilitas dari perusahaan, sehingga kinerja perusahaan dianggap baik.

Tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan, antara lain dapat dilihat dari total penjualan, dan total aset. Ukuran perusahaan yang dilihat dengan menghitung seberapa besar total aset lebih dapat mencerminkan ukuran perusahaan, karena total aset dianggap lebih stabil (Machfoedz, 1994). Investor yang bersikap hati-hati (risk adverse) cenderung melakukan investasi saham pada perusahaan besar karena mempunyai tingkat risiko lebih kecil. Penelitian terdahulu yang mengaitkan antara ukuran perusahaan dan kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang beragam, Lin serta Wright et al (dalam Fachrudin, 2011) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih menjanjikan kinerja yang baik. Tetapi Huang (dalam Fachrudin, 2011) menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan Taiwan yang berada di China. Maka dari hasil temuan yang bervariasi ini dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kaitan yang sebenarnya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang disajikan di atas, diketahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kinerja perusahaan pada sejumlah perusahaan penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia, selanjutnya dengan judul “Pengaruh Leverage, Growth dan Size Terhadap Kinerja Perusahaan” (Studi Kasus Pada Perusahaan Jasa Telekomunikasi Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013).


(27)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan permasalahan secara parsial dan simultan adalah sebagai berikut:

1. Secara Parsial

a. Apakah leverage yang diproksikan oleh Debt To Equity Ratio

berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan ?

b. Apakah pertumbuhan perusahaan (growth) yang diproksikan oleh

Growth Sales berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan? c. Apakah ukuran perusahaan (size) yang diproksikan oleh Total Assets

berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan? 2. Secara Simultan

a. Apakah Debt To Equity Ratio, Growth Sales dan Total Assets

berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Perusahaan ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Parsial

a. Untuk mengetahui pengaruh leverage yang diproksikan dengan Debt To Equity Ratio terhadapKinerja perusahaan

b. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perusahaan (growth) yang diproksikan dengan Growth Sales terhadapKinerja Perusahaan

c. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan (size) yang diproksikan dengan Total Assets terhadapKinerja Perusahaan


(28)

2. Secara Simultan

a. Untuk mengetahui pengaruh Debt To Equity Ratio, Growth Sales dan Total Assets terhadapKinerja Perusahaan

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan literatur bidang manajemen keuangan, khususnya dalam hal mendalami masalah tentang pengaruh leverage, growth dan size

terhadap kinerja perusahaan, serta memperkaya wawasan bagi pembacanya.

2. Bagi pihak manajemen

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan leverage, pertumbuhan perusahaan (growth), dan ukuran perusahaan (size) dalam upaya memaksimalkan kinerja perusahaan

.

3. Bagi investor, calon investor, ataupun kreditur

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan rasional yang berkaitan dengan leverage, pertumbuhan perusahaan (growth) dan ukuran perusahaan (size) terhadap kinerja perusahaan telekomunikasi yang menjadi objek penelitian ini


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Trade-Off Theory

Teori ini membahas tentang hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan. Model trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Esensi

trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan utang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan.

Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal telah mempertimbangkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kebangkrutan terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu :


(30)

a. Biaya Langsung

Yaitu, biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, biaya pengacara atau biaya lainnya yang sejenis.

b. Biaya Tidak Langsung

Yaitu, biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya suplier tidak akan mau memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak akan membayar.

Biaya lain dari tingginya utang adalah peningkatan biaya keagenan (agency cost) antara pemegang utang dengan pemegang saham karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang utang dalam meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan dalam bentuk biaya-biaya monitoring

(Persyaratan yang lebih ketat) dan bisa dalam bentuk kenaikan tingkat bunga.

Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak.

Teori trade-off memprediksi hubungan positif antara struktur modal dengan nilai perusahaan dengan asumsi keuntungan pajak masih lebih besar dari biaya


(31)

kepailitan dan biaya keagenen. Pada intinya teori trade-off menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan hutang akan semakin meningkat dengan meningkatnya pula tingkat hutang. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru menurunkan nilai perusahaan.

B. Kinerja Perusahaan

1. Pengertian Kinerja Perusahaan

Perusahaan merupakan suatu bentuk entitas tempat terjadinya suatu kesatuan dari berbagai fungsi dan kinerja operasional yang bekerja secara sistematis untuk mencapai sasaran tertentu. Sasaran dari suatu perusahaan merupakan tujuan yang ingin dicapai semua pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (stakeholder and shareholder). Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan harus bekerja sama secara sistematis demi menghasilkan kinerja yang optimal. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tujuan adalah dengan mengetahui dari kinerja perusahaan tersebut. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak eksternal maupun internal.

Kinerja didefinisikan sebagai keberhasilan personel dalam mewujudkan sasaran strategik di empat perspektif: keuangan, customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi, 2007). Kinerja (performance) dapat diartikan juga sebagai hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati dan dapat diukur (Irawan, 2002).


(32)

Dari pengertian di atas maka dapat terlihat bahwa kinerja perusahaan merupakan hasil keputusan-keputusan manajemen untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Sistem pengukuran kinerja hanyalah suatu mekanisme yang memperbaiki kemungkinan bahwa organisasi tersebut akan mengimplementasikan strateginya dengan baik.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajiban para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Kinerja perusahaan secara umum biasanya akan direpresentasikan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut bermanfaat untuk membantu investor, kreditor, calon investor dan para pengguna lainya dalam rangka membuat keputusan investasi, keputusan kredit, analisis saham serta menentukan prospek suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Melalui penilaian kinerja, maka perusahaan dapat memilih strategi dan struktur keuangannya. Karena penilaian kinerja perusahaan didasarkan pada laporan keuangan, maka untuk melakukan penilaian kinerja ini menggunakan rasio-rasio keuangan. Menurut Kasmir (2009), analisis rasio keuangan dibagi menjadi empat bagian, yaitu:


(33)

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun didalam perusahaan. Jenis-jenis dari rasio likuiditas antara lain: rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio kas (cash ratio), rasio perputaran kas, inventory to net working capital.

b. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain: debt ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity, times interest earned, fixed charge coverage.

c. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dari modal sendiri dan modal pinjaman. Rasio ini dapat juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Jenis-jenis rasio profitabilitas antara lain: profit margin on sales, return on assets (ROA), return on equity (ROE).

d. Rasio Aktivitas

Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Jenis-jenis rasio


(34)

aktivitas antara lain: perputaran piutang, inventory turnover, perputaran modal, fixed assets turnover dan total assets turnover.

Rasio-rasio inilah yang nantinya akan memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dan prospeknya dimasa yang akan datang.

2. Rasio Profitabilitas sebagai Alat Pengukuran Kinerja Perusahaan

Ada berbagai metode penilaian kinerja yang digunakan selama ini sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu mencari laba, maka hampir semua perusahaan mengukur kinerja perusahaannya dengan ukuran keuangan. Rasio Profitabilitas termasuk salah satu rasio yang dapat menjadi penilaian kinerja perusahaan, tingkat profitabilitas akan menggambarkan posisi laba perusahaan. Para investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan meningkatkan laba, hal ini merupakan daya tarik bagi investor dalam melakukan jual beli saham, oleh karena itu manajemen harus mampu memenuhi target yang telah ditetapkan.

Menurut Kasmir (2009) Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan . Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi suatu perusahaan.

Maka dapat diketahui rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode


(35)

tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu atau untuk beberapa periode. Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari kebijakan manajemen. Jelasnya, semakin lengkap jenis rasio yang digunakan semakin sempurna hasil yang akan dicapai. Artinya pengetahuan tentang kondisi dan posisi profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna. Dalam prakteknya, menurut Kasmir (2009) jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah :

a. Profit margin (profit margin on sales)

b. Return on Assets (ROA)

c. Return on equity (ROE)

d. Laba per lembar saham.

3. Return On Assets (ROA) sebagai Alat Pengukuran Rasio Profitabilitas a) Pengertian Return On Assets (ROA)

Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun


(36)

dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai indikator performance atau kinerja perusahaan.

ROA menunjukkan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan mengoptimalkan aset yang dimiliki. Semakin tinggi ROA maka menunjukkan semakin efektif perusahaan tersebut, karena besarnya ROA dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan perusahaan. ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukkan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan (kerugian). Return on Asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut (Weston dan Brigham, 1998) :

ROA =

………....2.1

Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada perusahaan (Wild et.al, 2005).


(37)

b) Keunggulan Return On Assets (ROA)

Keunggulan ROA menurut Halim dan Supomo (2001) adalah :

 Perhatian manajemen di titik beratkan pada maksimalisasi laba atas modal yang diinvestasikan.

 ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan divisinya. Selanjutnya dengan ROA akan menyajikan perbandingan berbagai macam prestasi antar divisi dalam memperoleh aktiva yang diperkirakan dapat meningkatkan Return On Asset tersebut.  Analisa ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari

masing-masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

c) Kelemahan Return On Assets (ROA)

Di samping beberapa kelebihan ROA di atas, ROA juga mempunyai kelemahan di antaranya: Menurut Halim dan Supomo (2001) kelemahan seperti yang dijabarkan oleh berikut ini :

 ROA lebih menitikberatkan pada maksimalisasi rasio laba dibandingkan jumlah absolut laba.

 Manajer divisi enggan menambah investasi yang menghasilkan ROA rendah dalam jangka panjang.

 Manajer divisi mungkin mengambil investasi yang menguntungkan divisinya dalam jangka pendek tetapi dalam jangka panjang bertentangan dengan keputusan perusahaan.

 Kurang mendorong divisi untuk menambah investasi, jika ROA yang diharapkan untuk divisi itu terlalu tinggi.


(38)

C. Leverage

1. Pengertian Leverage

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio leverage menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap aset maupun modal. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal lebih besar dibandingkan dengan hutang (Harahap, 2009).

Dengan hadirnya leverage di dalam struktur modal sebuah perusahaan menandakan perusahaan tersebut menghimpun pendanaan dari luar perusahaan dengan harapan untuk meningkatkan laba dari perusahaan kedepannya. Leverage

itu sendiri menyangkut suatu kondisi yang baik dimana biaya stabil dan mengarah kepada sederetan besar tingkat keuntungan. Keputusan – keputusan tentang penggunaan leverage seharusnya menyeimbangkan hasil pengembalian yang lebih tinggi yang diharapkan dengan bertambahnya resiko dan konsekuensi yang dihadapi perusahaan jika mereka tidak dapat memenuhi pembayaran bunga atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.

Menurut Horne dan Wachowicz (2007) leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan profitabilitas. Leverage juga dapat didefinisikan merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam hal menginvetasikan dana atau memperoleh sumber dana yang disertai dengan adanya beban/biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan (Irawati, 2006).


(39)

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa leverage adalah penggunaan sejumlah aset atau dana oleh perusahaan yang diperoleh dari pihak luar, dimana dalam penggunaan aset atau dana tersebut, perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap. Penggunaan aset pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston (2006) seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang (financial leverage) akan memiliki 3 (tiga) implikasi penting yaitu:

a. Dengan memperoleh dana melalui hutang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.

b. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor.

c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit (leverage).

2. Rasio Leverage

Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, Menurut Sawir (2003) ada dua jenis rasio


(40)

a. Rasio Hutang terhadap Aktiva atau Debt to Total Asset Ratio (DAR)

Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham. Rumus untuk menghitung debt to asset ratio (DAR) adalah sebagai berikut:

DAR

=

………....2.2

Sumber : Agnes Sawir (2003)

b. Rasio Hutang terhadap Modal atau Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Besarnya debt to equity ratio

menunjukkan tingkat risiko finansial perusahaan yang semakin tinggi. Penggunaan hutang perusahaan yang besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak dapat membayar hutang. Rumus untuk menghitung debt to equity ratio (DER) adalah sebagai berikut:

DER =

………....2.3

Sumber : Agnes Sawir (2003)

Dalam penelitian ini jenis rasio leverage yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio. Husnan et.al (2004) menjelaskan bahwa debt to equity ratio menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Kreditur melihat ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai batas pengaman. Dengan


(41)

menghimpun dana melalui hutang maka pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas.

Maka dapat diketahui bahwa debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar atau memenuhi kewajibannya dengan modal sendiri. DER menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa semakin besar pula struktur modal yang berasal dari hutang yang digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada. Semakin kecil rasio DER, semakin baik kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi yang buruk. Rasio DER yang kecil menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu memenuhi kewajibannya kepada kreditur.

DER yang besar juga mencerminkan resiko perusahaan relatif tinggi karena perusahaan dalam operasi relatif tergantung terhadap hutang dan perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga hutang akibatnya para investor cenderung menghindari saham – saham yang memiliki nilai DER yang tinggi.

Adapun alasan mengapa penulis menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai alat pengukuran leverage keuangan pada suatu perusahaan karena, rasio ini mampu menilai kemampuan perusahaan untuk menggunakan modal berasal dari pinjaman dalam menunjang kegiatan perusahaan, terutama untuk meningkatkan laba perusahaan.


(42)

D. Pertumbuhan Perusahaan (Growth) 1. Pengertian Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan (Growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang sama (Machfoedz, 1994). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Menurut Susanto (1997) pada umumnya perusahaan yang tumbuh dengan cepat memperoleh hasil positif dalam artian pemantapan posisi dipersaingan, menikmati penjualan yang meningkat secara signifikan dan diiringi adanya peningkatan pangsa pasar. Perusahaan yang tumbuh juga akan mendapat keuntungan lain yaitu citra positif.

Suatu perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang positif akan dipandang positif juga oleh investor, karena dinilai memiliki aspek yang menguntungkan. Sehingga juga akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi cenderung mampu menghasilkan dana dengan lebih baik dari waktu ke waktu. Sehingga apabila tingkat pertumbuhan perusahaan tinggi, yang artinya perusahaan mampu meningkatkan laba dan memiliki dana internal yang lebih banyak, maka kinerja perusahaan dianggap baik.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh banyak pihak baik internal maupun eksternal, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang


(43)

menguntungkan, karena dianggap mampu menghasilkan keuntungan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan pengaruh iklim industri lokal. Terdapat tiga bentuk pertumbuhan perusahaan:

a. Pertumbuhan dari luar (external growth) yang menyangkut faktor-faktor dari luar yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, seperti harga, keadaan politik, karakteristik masyarakat, dan sebagainya. Semakin baik kondisi dari luar, maka pertumbuhan perusahaan juga akan semakin meningkat.

b. Pertumbuhan dari dalam (internal growth) yang menyangkut produktivitas perusahaan. Semakin baik produktivitas perusahaan, maka pertumbuhan perusahaan tersebut juga semakin semakin meningkat.

Pertumbuhan karena pengaruh iklim usaha dan situasi usaha lokal. Artinya pertumbuhan perusahaan akan meningkat apabila berada dalam iklim usaha yang baik, tersedianya infrastruktur pendukung kegiatan usaha, dan faktor-faktor pendukung lainnya.

2. Rasio Pertumbuhan Perusahaan (Growth)

Pertumbuhan sebuah perusahaan dapat dilihat dari peningkatan aset perusahaan tersebut dari waktu ke waktu (Mouamer, dalam Pradana, 2013). Dan menurut Hidayat (dalam Pradana, 2013), pertumbuhan perusahaan juga dapat diukur dengan pertumbuhan jumlah penjualannya.


(44)

a) Assets Growth Ratio

Assets Growth menunjukkan pertumbuhan aset dimana aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktiva operasional perusahaan. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang diikutin peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan kedalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahaan (Ang, dalam Windiarti 2011).

Menurut Halim (2005) tingkat pertumbuhan aktiva dihitung dengan proporsi perubahan aktiva dari suatu periode tahunan ke periode tahunan berikutnya. Bila persentase perubahan total aktiva dari suatu periode ke periode berikutnya tinggi, maka semakin besar risiko yang akan ditanggung oleh pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Growth =

………....2.4

Sumber: Abdul Halim (2005)

b) Sales Growth Ratio

Armstrong (2005), mengemukakan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan per tahun. Sales growth yang tinggi memberi indikator perusahaan yang bersangkutan dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaannya dan diharapkan dapat meningkatkan laba yang dihasilkan. Oleh karena itu sales growth harus selalu dipertahankan oleh perusahaan.


(45)

Hatta (2002) menyatakan bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi maka ada kecenderungan perusahaan membagikan dividen lebih konsisten dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah karena perusahaan tersebut mampu meningkatkan laba perusahaan.

Horne dan Wachowicz (2007) mengemukakan teori bahwa tingkat pertumbuhan penjualan adalah hasil perbandingan antara selisih penjualan tahun berjalan dan penjualan di tahun sebelumnya dengan penjualan di tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan penjualan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Growth =

x 100 ………....2.5

Sumber: Horne dan Wachowicz (2007)

Dalam penelitian ini pertumbuhan penjualan digunakan sebagai proksi dari pertumbuhan perusahaan karena pertumbuhan penjualan menunjukkan aktivitas penjualan, dengan mengetahui seberapa besar pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan didapatkan. Pertumbuhan penjualan juga mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang (Barton et al dalam Deitiana, 2011). Maka dapat diketahui bahwa pertumbuhan penjualan merupakan indikator penilaian kinerja perusahaan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba (profitabilitas).


(46)

E. Ukuran Perusahaan (Size)

1. Pengertian Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan adalah nilai yang menunjukkan besar-kecilnya suatu perusahaan. Menurut Hilmi dan Ali (2008) Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar aktiva suatu perusahaan maka akan semakin besar pula modal yang ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal masyarakat. Menurut Sartono (2010), perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri.

Menurut Sawir (2003) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda:

a. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan


(47)

akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan. b. Ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak

keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan-kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang.

Ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu sistem manajemen.

2. Rasio Ukuran Perusahaan (Size)

Berdasarkan definisi ukuran perusahaan Menurut Hilmi dan Ali (2008) besar kecilnya suatu perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Ukuran perusahaan dalam


(48)

penelitian ini dilihat berdasarkan dari besarnya total aset yang dimiliki perusahaan. Aset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, dimungkinkan pihak kreditor tertarik menanamkan dananya ke perusahaan (Weston dan Brigham, 1998).

Total aset dipilih sebagai proksi dari variabel ukuran perusahaan dikarenakan total aset lebih stabil dan representatif dalam menunjukkan ukuran perusahan dibanding kapitaliasi pasar dan penjualan yang sangat dipengaruhi oleh demand and supply (Sudarmadji dan Sularto, 2007).

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam 4 kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Pengklasifikasian ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada total aset yang dimiliki dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut. UU No. 20 Tahun 2008 tersebut mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil usaha menengah, dan usaha besar, dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah


(49)

atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

d. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Variabel ukuran perusahaan perusahaan diukur dengan logaritma natural (Ln) dari total aktiva. Hal ini dikarenakan besarnya total aktiva masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka dari total aset perlu di Ln kan. Menurut (Hartono, 2000) variabel ukuran perusahaan dapat dinyatakan dengan rumus sbb:

Size = Ln ( Total Assets )………....2.6

Sumber: Jogiyanto Hartono (2000)

Semakin besar total aset maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aset maka semakin besar modal yang ditanam. Selain itu jika


(50)

perusahaan memiliki total aset yang besar, maka pihak manajemen akan lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan itu tentunya dimanfaatkan untuk dapat mencapai tujuan perusahaan, meningkatkan kegiatan operasional perusahaan, dan tentu saja untuk meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.

F. Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya yaitu:

1. Samiloglu dan Demirgunes (2008), melakukan penelitian untuk mengatahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan di BEJ. Variabel dependen yang digunakan adalah ROA. Variable independen yang digunakan antara lain ACRP, INVP, CCC, Size, Growth, Leverage, Fix . Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Dari penelitian ini diketahui bahwa ACRP dan INVP berpengaruh negatif terhadap ROA. Sedangkan growth memiliki pengaruh positif terhadap ROA. Leverage

memiliki pengaruh negatif terhadap ROA. Namun CCC, size dan fix tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

2. Khaira Amalia Fachrudin (2011) yang menganalisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan. Populasi adalah perusahaan-perusahaan dalam industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009. Dari populasi ini dipilih populasi sasaran yang semuanya menjadi sampel penelitian. Metode statistika yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif struktur modal terhadap agency cost dan pengaruh signifikan


(51)

negatif ukuran perusahaan terhadap agency cost; tidak terdapat pengaruh signifikan struktur modal, ukuran perusahaan, dan agency cost terhadap kinerja perusahaan; serta tidak terdapat pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai intervening variable.

3. Syarief Dienan Yahya (2011) yang menganalisis Pengaruh Leverage

Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI. Didapat kesimpulan bahwa Leverage Keuangan (DAR) mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap profitabilitas perusahaan – perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan koefisien korelasi dengan menggunakan analisis korelasi. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi yang positif yaitu sebesar 0,539. Sedangkan dari hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai sebesar 29,1% yang menunjukan bahwa tingkat Leverage

Keuangan (DAR) berpengaruh sebesar 29,1% terhadap profitabilitas perusahaan –perusahaan telekomunikasi yang terdaftar pada BEI.

4. Verawati Hansen dan Juniarti ( 2014 ) menguji Pengaruh Family Control, Size, Sales Growth dan Leverage Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Pada Sektor Perdagangan Jasa dan Investasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana untuk menguji hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menganalisis hubungan antara dependent variable dan independent variable. Profitabilitas dan Nilai Perusahaan sebagai dependent variable, Profitabilitas perusahaan diukur dengan ROA dan nilai perusahaan diukur dengan Tobin’s Q. Family control


(52)

(FC), Size (SZ), Sales Growth (GR), dan Leverage (LV) sebagai independent variable. Didapatkan kesimpulan Family control berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas namun tidak memiliki pengaruh untuk nilai perusahaan; Firm size memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan; Sales growth tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan; Leverage tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas namun memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian

No. Nama dan Tahun

Penelitian

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1. F Samigloglu

dan K

mirgunes (2008),

Analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas

perusahaan di BEJ

Dependen : ROA

Independen : ACRP, INVP, CCC, Size, Growth, Leverage, Fix

ACRP dan INVP berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Leverage memiliki pengaruh negatif terhadap ROA.

2. Khaira Amalia Fachrudin (2011)

Analisis Pengaruh struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan

Dependen : Discretionary expense, ROE Independen : leverage, size

Terdapat pengaruh signifikan positif struktur modal terhadap agency cost dan pengaruh signifikan negatif ukuran perusahaan terhadap agency cost; tidak terdapat pengaruh signifikan struktur modal, ukuran perusahaan, dan agency cost terhadap kinerja perusahaan; serta tidak terdapat pengaruh tidak langsung struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan melalui agency cost sebagai intervening variable. 3. Syarief

Dienan Yahya (2011)

Analisis Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap

Profitabilitas Pada Perusahaan

Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI.

Dependen: ROA Independen: DAR

Leverage Keuangan (DAR) mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap profitabilitas perusahaan – perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI


(53)

4. Verawati Hansen dan Juniarti ( 2014 )

Pengaruh Family Control, Size, Sales Growth dan Leverage Terhadap

Profitabilitas dan Nilai Perusahaan

Pada Sektor

Perdagangan Jasa dan Investasi

Dependen:

ROA dan

Tobin’s Q

Independen: Family control (FC), Size (SZ), Sales Growth (GR), dan Leverage (LV)

Family control berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas namun tidak memiliki pengaruh untuk nilai perusahaan; Firm size memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan; Sales growth tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan; Leverage tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas namun memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Terdapat beberapa perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu, penelitian ini berjudul pengaruh leverage, growth, dan size terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan sebagai variabel terikat (dependen) diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Assets

(ROA). Sedangkan Variabel bebas (independen) leverage, growth dan size

masing-masing secara berurutan diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER),

Growth Sales, dan Log Natural of Total Assets. Studi kasus penelitian ini difokuskan meneliti perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2009-2013. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis penelitian ini menggunakan analisis statistik regresi linier berganda dengan software eviews 7.

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Penelitian ini difokuskan menganalisis laporan keuangan pada perusahaan jasa telekomunikasi yang terdaftar di BEI periode tahun 2009-2013.


(54)

Kinerja perusahaan secara umum akan direpresentasikan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut berguna untuk membantu investor, kreditor, calon investor dan para pengguna lainnya dalam rangka membuat keputusan investasi, keputusan kredit, analisis saham serta menentukan prospek suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Karena penilaian kinerja perusahaan didasarkan pada laporan keuangan, maka untuk melakukan penilaian kinerja ini menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan untuk untuk penilaian kinerja perusahaan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas. Sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan akhir suatu perusahaan menjalankan bisnis adalah untuk memperoleh keuntungan (profit) maka, rasio profitabilitas dianggap sangat tepat untuk mewakilkan penilaian atas kinerja perusahaan.

Kinerja perusahaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam hal ini peneliti akan mengaitkan kinerja perusahaan dengan leverage, pertumbuhan perusahaan (growth) dan ukuran perusahaan (size) karena berdasarkan teori dan penelitian terdahulu variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Leverage yaitu dana pinjaman dapat mempengaruhi kinerja perusahaan karena pada dasarnya dana pinjaman atau hutang dapat memberikan keuntungan dan juga kerugian bagi perusahaan. Keuntungan yang di dapat yaitu pembayaran bunga pinjaman dapat mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah, selain itu para pemegang saham tidak perlu mengurangi atau membagi porsi keuntungan apabila operasi dari pembiayaan hutang berjalan dengan sukses, sedangkan kerugian yang dihadapkan pada perusahaan yang menggunakan sumber pendanaan dari peminjaman adalah ketika rasio hutang


(55)

semakin tinggi, maka perusahaan memiliki risiko yang lebih tinggi apabila operasional perusahaan tidak berjalan seperti yang diharapkan, bunga hutang akan membebani perusahaan dan dapat mengakibatkan kebangkrutan bagi perusahaan itu. Maka porsi hutang perlu diperhatikan antara manfaat yang diperoleh dengan pengorbanan yang diambil sehingga penggunaan hutang bisa meningkatkan profitabilitas perusahaan dan akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan.

Dengan meningkatnya kinerja perusahaan dalam hal ini meningkatnya profitabilitas berhubungan dengan penjualan. Penjualan yang meningkat tentunya akan meningkatkan laba yang akan di dapatkan oleh perusahaan, begitu pula sebaliknya apabila penjualan menurun. Penjualan yang meningkat berarti perusahaan tersebut sedang mengalami pertumbuhan, namun suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar, maka perusahaan lebih cenderung menahan sebagian besar labanya untuk ekspansi bisnis. Semakin besar laba yang ditahan dalam perusahaan, berarti semakin rendah deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham, sehingga membuat perusahaan dinilai tidak menarik lagi bagi calon investor.

Ukuran perusahaan (size) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan karena ukuran perusahaan dapat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian bisnis dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Perusahaan dengan ukuran besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil dan perusahaan dengan ukuran kecil pada umumnya mempunyai tingkat efisiensi yang rendah dan leverage financial yang lebih tinggi. Investor yang bersikap hati-hati (risk adverse) cenderung melakukan


(56)

investasi saham pada perusahaan besar karena mempunyai tingkat risiko lebih kecil.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti beranggapan bahwa variabel-variabel seperti

leverage, pertumbuhan perusahaan (growth) dan ukuran perusahaan (size) dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio profitabilitas. Dalam penelitian ini Debt To Equity Ratio (DER), pertumbuhan penjualan (Growth Sales), dan Total Assets digunakan sebagai variabel indikator dari leverage, growth dan size, sedangkan Return On Assets (ROA) sebagai variabel indikator kinerja perusahaan. Maka dari penjelasan deskriptif diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Pengaruh Leverage, Growth dan Size Terhadap Kinerja Perusahaan

Return On Assets(y) Debt To Equity

Ratio (x1)

IDX

Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI

Laporan Keuangan

Size (x3) Growth Sales


(57)

Debt To Equity Ratio (DER) merupakan analisis rasio yang menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan yaitu perbandingan antara jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan perusahaan tersebut. Rasio ini menggambarkan besarnya hutang yang digunakan oleh perusahaan, semakin besar rasio yang dihasilkan maka menunjukkan tingkat hutang perusahaan yang besar sehingga semakin besar pula risiko kegagalan perusahaan memperoleh laba yang optimal. Apabila perolehan laba menurun mengakibatkan tingkat pengembalian perusahaan ikut menurun. Sehingga dapat diketahui semakin tingginya Debt To Equity Ratio (DER) maka dapat mengakibatkan Return On Assets (ROA) menurun.

Pertumbuhan penjualan perusahaan (growth sales) adalah hasil perbandingan antara selisih penjualan tahun berjalan dan penjualan ditahun sebelumnya dengan penjualan ditahun sebelumnya. Dengan mengetahui growth sales, perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan di dapatkan karena apabila penjualan meningkat maka laba yang akan di dapatkan perusahaan akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Sehingga semakin tinggi rasio growth sales

maka Return On Assets (ROA) pun ikut meningkat.

Ukuran perusahaan (size) dapat dilihat dari besarnya total aset yang dimiliki perusahaan, semakin besar total aset berarti semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar dapat lebih mudah mengakses pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan tersedianya dana akan memberi kemudahan perusahaan untuk melaksanakan peluang investasi yang ada, sehingga laba atau keuntungan yang akan di dapat perusahaan pun akan semakin


(58)

besar. Perusahaan yang berukuran besar dianggap lebih stabil menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil maka para investor lebih memilih berinvestasi di perusahaan yang berukuran besar karena lebih menjanjikan. Sehingga semakin besar rasio ukuran perusahaan (size) maka Return On Assets (ROA) akan meningkat.

Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling disoroti karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. ROA merupakan perbandingan laba bersih dengan total aset perusahaan. Semakin besar rasio yang dihasilkan mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan mampu memaksimalkan penggunaan aset perusahaan sehingga menghasilkan laba yang maksimal bagi perusahaan. Sehingga semakin besar nilai Return On Assets (ROA) menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar.

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hal-hal yang telah diungkapkan di awal, maka peneliti menetapkan hipotesis untuk masalah yang diteliti yaitu :

: Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Assets (ROA)

: Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets (ROA)


(59)

: Growth Sales berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Assets

(ROA)

: Growth Sales berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets (ROA) : Size berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Assets (ROA) : Size berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA)

: Debt To Equity Ratio (DER), Growth Sales, dan Size berpengaruh tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA)

: Debt To Equity Ratio (DER), Growth Sales, dan Size berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA).


(1)

82

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada penelitian yang telah dilakukan dan menghasilkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis tentang Pengaruh Leverage, Growth Sales dan Size terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara parsial leverage (debt to equity ratio) berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (Return On Assets).

2. Secara parsial growth (growth sales) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan (Return On Assets).

3. Secara parsial size (total assets) berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan (Return On Assets).

4. Secara simultan leverage (debt to equity ratio), growth (growth sales), size (total assets) berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (Return On Assets).

B. Saran

Berdasarkan pada hasil analisis serta kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:


(2)

82

a. Bagi Perusahaan

Struktur modal adalah salah satu faktor terpenting yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mampu mengoptimalkan dan menyeimbangkan rasio leverage agar kinerja perusahaan lebih baik.

b. Bagi investor

Sebaiknya lebih mempertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan agar dapat mendapatkan keputusan yang rasional untuk menanamkan sahamnya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor dan memperpanjang periode penelitan. Selain itu, penelitian selanjutnya juga sebaiknya menambah variabel independen yang turut mempengaruhi kinerja perusahaan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ajija, R Shochrul dan Dyah W Sari, 2011, Cara Cerdas Menguasai EViews, Salemba Empat, Jakarta.

Armstrong, Michael. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Elexmedia Komputindo, Jakarta.

Brigham, E. F. dan Gapenski. 1997. Financial Management: Theory and Practice. Eight Edition. New York: The Dryden Press.

Brigham, E. F dan Houston. 2001. Manajemen Keuangan II. Jakarta: Salemba Empat.

Brigham, E. F dan Houston, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Sepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto, Penerbit Salemba Empat, Jilid I, Jakarta.

Deitiana, Tita. 2011. “Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen terhadap Harga Saham”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.13, No.1. hlm 57-66.

Djalal, N Nachrowi dan Hardius Usman, 2006, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Fachrudin, Khaira Amalia. 2011 “Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.13, No.1 Mei, hlm. 37-46).

Ghozali, Imam, 2005, Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hilmi dan Ali. 2008.”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Laporan Keuangan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2 No.22. Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Salemba Empat. Jakarta

Halim dan Supomo, Bambang 2001. Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta.

Hansen dan Juniarti. 2014. Pengaruh Family Control, Size, Sales Growth dan Leverage Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Pada Sektor Perdagangan Jasa dan Investasi. Jurnal Business Acounting. Vol. 2 No.1. Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Hartono M, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.


(4)

Hatta, Atika Jauhari 2002. “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan. Dividen: Investigasi Pengaruh Stakeholder”, JAAI Vol. 6, No 2

Horne, James C. and John M. Wachowicz. 2007. Fundamentals of Financial Management, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. UPPAMP YKPN, Yogyakarta.

Irawan, Handi. 2002. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, PT. Elex Media Komputindo. Jakarta

Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Pustaka: Bandung.

Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. “Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.

Kasmir. 2009. Analisis laporan keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Kuncoro, Mudrajad, 2003, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga,

Jakarta.

Kusumawati, Ivana Teddy dan Juniarti “Pengaruh Family Control Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Pada Industri Dasar dan Kimia”.

BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 1, 2014.

Ludijanto, Shella Ekawati,S R Handayani,R R Hidayat “Pengaruh Analisis

Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Listing Di BEI Tahun 2010-2012)”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014.

Martono, C. 2002. “Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage

Keuangan Tertimbang Dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap ROA dan ROE Perusahaan Manufaktur yang Go-Public di Indonesia”.Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No.2.

Mulyadi. 2007. Akuntansi biaya. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Munawir, S, 2002. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, YPKN, Yogyakarta. Pradana, Indra Wahyu. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hutang Jangka Pendek, Hutang Jangka Panjang, dan Total Hutang (Studi Kasus pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Selama Tahun 2007-2011)”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang.


(5)

Raharja, Iqbal Bukhori., 2012, Pengaruh Good Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja perusahaan ( Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2010). Diponegoro Journal of Accounting.

Samiloglu, F., & K. Demirgunes. 2008. “The Effect of Working Capital Management on Firm Profitability: Evidence from Turkey. The International Journal of Applied Economics and Finance, Finance, 2:44-50. Sartono, Agus. 1998. Manajemen Keuangan. Edisi ketiga, BPFE Yogyakarta. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:

BPFE-YOGYAKARTA

Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi kempat. Yogyakarta: BPFE

Sawir, Agnes. 2003. Analisis kinerja keuangan dan perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia pustaka utama.

Sudarmadji, A. M. dan Lana Sularto, 2007. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan keuangan Tahunan. Jurnal PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil),Volume 2, Universitas Gunadarma, Jakarta.

Susanto, A.B. 1997. Gerbang Pemasaran. Penerbit Gramedia, Jakarta

Syarief Dienan Yahya. 2011. “Analisis Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI”. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Hasanuddin. Makassar

Soliha, E., Taswan. (2002). Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, STIE Stikubank Semarang, 1-18.

Triton. 2006. SPSS 13.0: Terapan Riset Statistik Parametik. Jogyakarta.

Weston J. F. dan Brigham, 1998. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan, Erlangga.

Widodo. 2001. “Penggunaan Rasio Keuangan untuk Prediksi Probablilitas Kebangkrutan Bank”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.

Windiarti. 2011. “Pengaruh Assets Growth, Size, Dan Return On Asset Terhadap Kebijakan Deviden (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2009)”. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Yogantara, I.M. & Wijaya, L.I. 2010. “Hubungan Struktural Modal dan Kinerja Keuangan: Studi Empiris pada Industri Perbankan di BEI”. Manajemen & Bisnis, 9(1): 40-53.


(6)

http://www.merdeka.com http://www.telkom.co.id http://www.sahamok.com http:// www.idx.co.id


Dokumen yang terkait

Pengaruh Size, ROA dan Leverage terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

13 101 83

Pengaruh Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan Size Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan ( Studi pada : Perusahaan Otomoti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2009-2013)

4 89 98

Analisis Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 50 99

Pengaruh Size, ROA dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 46 93

Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

13 104 77

Pengaruh struktur kepemilikan manajerial, leverage, growth opportunities dan ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi : Studi pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

3 44 121

Pengaruh Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009-2014)

0 7 1

PENGARUH IT SPENDING TERHADAP KINERJA PERUSAHAANPADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI PENGARUH IT SPENDING TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK SELURUH ASIA TENGGARA PADA TAHUN 2009-2011.

0 5 16

PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SUBSEKTOR TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)TAHUN 2009-2013.

0 2 30

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MISCELLANEOUS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

4 7 58