Pengaruh Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan Size Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan ( Studi pada : Perusahaan Otomoti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2009-2013)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERPUTARAN PERSEDIAAN, PERPUTARAN PIUTANG DAN SIZE PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN (STUDIPADA: PERUSAHAAN OTOMOTIF

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2009-2013)

OLEH :

EVA ZUHRIDHA 120522121

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN PERSEDIAAN, PERPUTARAN PIUTANG DAN

SIZE PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN

(STUDI PADA: PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2009-2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan Size Perusahaan terhadap Profitabilitas yang diukur melalui Return On Assets (ROA) baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2013.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2013. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara purposive sampling. Dari 12 perusahaan, telah didapatkan 9 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS 17.0

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan Size Perusahaan secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Assets (ROA) karena nilai F sebesar 4,419 dan nilai signifikansi di bawah 0,05. Variabel Perputaran Persediaan secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA karena nilai T sebesar 3,590 dan nilai signifikansi di bawah 0,05, sedangkan perputaran piutang dan Size

Perusahaan secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA karena nilai T dari masing-masing variabel bertanda negatif dan nilai signifikansi di bawah 0,05.

Kata kunci: Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang, Size Perusahaan dan


(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INVENTORY TURNOVER, RECEIVABLE TURNOVER AND FIRM SIZE ON PROFITABILITY (STUDY AT AUTOMOTIVE

COMPANIES LISTED AT INDONESIA STOCK EXCHANGE FOR THE YEAR 2009-2013)

This study aims to determine how the influence of variables Inventory Turnover, Receivable Turnover dan Firm Size on Profitability as measured by Return on Assets (ROA) either partially or simultaneously at automotive companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2009-2013.

The population in this study are automotive companies listed at Indonesia Stock Exchange for the year 2009-2013. The samples in this study are determined by purposive sampling taken of 12 companies and there are 9 companies that meet the criteria for the research sample. The data used in this study is secondary data. The data analysed by multiple linear regression analysis using SPSS 17.0.

The result of this study showed that the inventory turnover, receivable turnover and firm size simultaneously influenced to Return On Assets (ROA) because of the F value was 4.419 and the significant valiue was less than 0.05. The variable of inventory turnover partially had positive and siginificant influenced to ROA because of the T value was 3,590 and the significant valiue was less than 0.05 , but receivable turnover and firm size partially had negative and significant influenced to ROA because of the T value of each variables were negative and the significant value were less than 0.05.

Keywords: Inventory Turnover, Receivable Turnover, Firm Size and Return On Assets (ROA)


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah yang Insya Allah akan selalu diberikan pada setiap hamba-Nya. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa alam kegelapan kea lam terang benderang.

Penulisan skripsi ini merupakan satu diantara syarat penyelesaian pendidikan Strata 1 pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum., Mec. Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera. 3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera.


(5)

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, M.M., Ak., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan masukan yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., selaku dosen pembanding yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku dosen penguji yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Teristimewa terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda tercinta Drs. Sulaiman Ahmad, M.Hum. dan Ibunda tersayang Dra. Jamilah yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih saying dan kesabaran. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk Ilmi, Ashrafida, dan Hanna selaku saudara kandung penulis.

Penulis telah berusaha dengan maksimal untuk menghasilkan skripsi yang terbaik. Namun untuk perbaikan pengembangan ilmu penulis tetap menerima kritik dan saran. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Medan, Oktober 2014 Penulis,

NIM 120522121 Eva Zuhridha


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1 Teori Pesinyalan (Signaling Theory) ... 11

2.1.2 Laporan Keuangan ... 12

2.1.3 Analisis Laporan Keuangan ... 13

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan ... 14

2.1.5 Profitabilitas ... 18

2.1.6 Return On Assets (ROA) ... 18

2.1.7 Persediaan ... 19

2.1.8 Perputaran Persediaan ... 21

2.1.9 Piutang ... 23

2.1.10 Perputaran Piutang ... 24

2.1.11 Size Perusahaan ... 26

2.1.12 Hubungan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas ... 27

2.1.13 Hubungan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas ... 28

2.1.14 Hubungan Size Perusahaan Terhadap Profitabilitas ... 29

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 30

2.3 Kerangka Konseptual ... 35

2.4 Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 39

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

3.2.1 Populasi Penelitian ... 39


(7)

3.3 Jenis Data ... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 42

3.5.1 Variabel Dependen (Variabel Y) ... 42

3.5.2 Variabel Independen (Variabel X) ... 42

3.6 Metode Analisis Data ... 45

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 45

3.6.2 Analisis Regresi Berganda ... 49

3.6.3 Uji Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.1.1 Analisis Deskriptif ... 53

4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 60

4.1.3 Analisis Linier Berganda ... 65

4.2 Pembahasan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Beberapa Penelitian Terdahulu ………. 32

3.1 Daftar Sampel Perusahaan Otomotif yang Memenuhi Kriteria ……… 40

3.2 Ringkasan Definisi Operasional Variabel……….. 44

4.1 ROA Perusahaan Otomotif di BEI Periode 2009-2013 ………. 53

4.2 Perputaran Persediaan Perusahaan Otomotif Di BEI Periode 2009-2013 ……… 55

4.3 Perputaran Piutang Perusahaan Otomotif di BEI Periode 2009-2013 ……….……… 57

4.4 Size Perusahaan Otomotif di BEI Periode 2009- 2010 ……….…….. 59

4.5 Uji Normalitas ……… 61

4.6 Uji Glejser ………. 63

4.7 Uji Autokorelasi ……… 64

4.8 Uji Multikolinearitas ………. 65

4.9 Model Summary ……… 65

4.10 ANOVA ……… 66


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ……… 35

4.1 Normal P-P Plot ……… 60


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Input Pengolahan Data Skripsi ………. 78 2 Output SPSS Analisis Linear Berganda

Dan Uji Asumsi Klasik ………. 90


(11)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN PERSEDIAAN, PERPUTARAN PIUTANG DAN

SIZE PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN

(STUDI PADA: PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2009-2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan Size Perusahaan terhadap Profitabilitas yang diukur melalui Return On Assets (ROA) baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2013.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 – 2013. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara purposive sampling. Dari 12 perusahaan, telah didapatkan 9 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS 17.0

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan Size Perusahaan secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Assets (ROA) karena nilai F sebesar 4,419 dan nilai signifikansi di bawah 0,05. Variabel Perputaran Persediaan secara parsial memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA karena nilai T sebesar 3,590 dan nilai signifikansi di bawah 0,05, sedangkan perputaran piutang dan Size

Perusahaan secara parsial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA karena nilai T dari masing-masing variabel bertanda negatif dan nilai signifikansi di bawah 0,05.

Kata kunci: Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang, Size Perusahaan dan


(12)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INVENTORY TURNOVER, RECEIVABLE TURNOVER AND FIRM SIZE ON PROFITABILITY (STUDY AT AUTOMOTIVE

COMPANIES LISTED AT INDONESIA STOCK EXCHANGE FOR THE YEAR 2009-2013)

This study aims to determine how the influence of variables Inventory Turnover, Receivable Turnover dan Firm Size on Profitability as measured by Return on Assets (ROA) either partially or simultaneously at automotive companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2009-2013.

The population in this study are automotive companies listed at Indonesia Stock Exchange for the year 2009-2013. The samples in this study are determined by purposive sampling taken of 12 companies and there are 9 companies that meet the criteria for the research sample. The data used in this study is secondary data. The data analysed by multiple linear regression analysis using SPSS 17.0.

The result of this study showed that the inventory turnover, receivable turnover and firm size simultaneously influenced to Return On Assets (ROA) because of the F value was 4.419 and the significant valiue was less than 0.05. The variable of inventory turnover partially had positive and siginificant influenced to ROA because of the T value was 3,590 and the significant valiue was less than 0.05 , but receivable turnover and firm size partially had negative and significant influenced to ROA because of the T value of each variables were negative and the significant value were less than 0.05.

Keywords: Inventory Turnover, Receivable Turnover, Firm Size and Return On Assets (ROA)


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru, dan dengan demikian manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut untuk mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besar keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2010:122).

Ada beberapa alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas, antara lain: Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM),

Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Dalam penelitian ini profitabilitas akan diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA).

Sudana (2011:22) menyatakan bahwa:

ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan


(14)

atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang besar, dan sebaliknya.

Dari pengertian yang dikemukakan oleh Sudana di atas mendorong peneliti untuk menggunakan ROA sebagai variabel dependen karena ROA digunakan sebagai tolak ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan assets yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba dan mendorong tercapainya tujuan perusahaan.

Usaha yang sering dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas adalah meningkatkan penjualan persediaan sehingga perputaran barang juga meningkat. Persediaan merupakan salah satu pos aktiva yang cukup penting karena persediaan merupakan pos aktiva lancar yang cukup besar nilainya. Pada perusahaan dagang, persediaan merupakan barang dagangan, sedangkan pada perusahaan industri persediaan tersebut dapat berupa bahan mentah (raw material), barang dalam proses (work in process), maupun barang jadi (finished good). Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik.

Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah, dan kemudian dijual kepada konsumen. Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta mendistribusikannya kepada pelanggan. Dengan adanya pengelolaan persediaan yang baik, maka


(15)

perusahaan dapat dengan segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi laba melalui penjualan.

Menurut Horngren et al (2007:250), “Perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut”. Untuk mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi tidaklah semudah yang dibayangkan, banyak hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan itu sendiri, salah satunya adalah menjual produk-produknya secara kredit kepada pelanggan.

Penjualan kredit semacam ini sering dilakukan perusahaan dalam rangka meningkatkan jumlah penjualan hasil produksinya di pasar. Transaksi penjualan kredit seperti ini pada umumnya disebut piutang. Menurut Warren, et all (2005:356) “Istilah piutang (Receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”.

Masalah piutang ini menjadi penting manakala perusahaan harus menilai dan mempertimbangkan berapa besarnya jumlah piutang yang optimal. Mengingat pentingnya suatu piutang tersebut, piutang perusahaan harus dikelola secara efisien dengan biaya-biaya yang ditimbulkan karena adanya piutang. Semakin besar piutang semakin besar pula biaya-biaya (carrying cost) yang dikeluarkan perusahaan sehingga setiap perusahaan mengambil kebijaksanaan untuk memberikan kredit yang sudah ditetapkan dan diharapkan untuk para konsumen


(16)

atau pelanggan agar mereka membayar utang tepat pada waktu yang ditentukan. Mengingat bahwa piutang merupakan suatu bentuk investasi yang cukup besar bagi perusahaan dan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, maka diperlukan adanya manajemen piutang yang lebih baik sehingga keuntungan-keuntungan yang didapatkan lebih meningkat.

Piutang juga dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana atau modal yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dan menghasilkan keuntungan atau laba yang besar bagi perusahaan.

Menurut Horngren et.al (2007:170), “Perputaran piutang usaha (account receivable turnover) mengukur kemampuan menagih kas dari pelanggan kredit. Semakin tinggi rasionya, semakin cepat penagihan kas. Namun perputaran piutang usaha terlalu tinggi itu mengindikasikan bahwa pemberian kredit terlalu ketat, yang mengakibatkan hilangnya penjualan kepada pelanggan terbaiknya”.

Menurut Riyanto (2008:85), “Makin besarnya jumlah perputaran piutang berarti semakin besar resikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga akan memperbesar profitabilitas”.

Kedua definisi tersebut mengindikasikan bahwa perputaran piutang secara langsung mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan melalui penjualan, tetapi perputaran piutang yang tinggi belum tentu mencerminkan tingkat profitabilitas yang tinggi.

Size atau ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva (Sigit dalam Hana Tiara, 2012:2). Penentuan


(17)

perusahaan dalam penelitian ini didasarkan pada total asset perusahaan. Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih dalam Istiningdiah, 2012:15). Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil.

Laporan keuangan menjadi salah satu sumber informasi keuangan di pasar modal, yang dibuat manajemen untuk mempertanggungjawabkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu kepada pemilik perusahaan. Dengan memanfaatkan informasi laporan keuangan diharapkan investor dapat melakukan klasifikasi terhadap kinerja perusahaan, sehingga angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen dapat digunakan sebagai sinyal. Akibatnya, ketika profitabilitas dalam hal ini Return On Assets, perputaran persediaan, perputaran piutang, dan ukuran perusahaan mengalami perubahan, hal itu membawa informasi investor yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Asumsi inilah yang disebut dengan Signaling Theory.

Penelitian ini mengambil data pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena peneliti melihat fenomena yang terjadi di Indoneia yaitu semakin ramainya jalanan kota dan lalu lintas yang semakin padat oleh


(18)

kendaraan bermotor. Data yang didapatkan dari bahwa jumlah kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, terutama sepeda motor yang mengalami peningkatan yang cukup drastis. Jumlah kendaraan sepeda motor tahun 2009 sebanyak 52.767.093 unit dan jumlah sepeda motor pada tahun 2012 sebanyak 76.381.183 unit. Pendapatan bersih salah satu perusahaan otomotif yaitu Astra International Tbk, juga mengalami kenaikan mencapai Rp 188,1 triliun pada tahun 2012, meningkat 16% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp 162,6 triliun. Hal ini mendorong kenaikan laba bersih Astra sebesar 9% dari Rp 17,8 triliun menjadi Rp 19,4 triliun pada tahun 2012. Data tersebut membuktikan bahwa pada jaman yang semakin maju ini, alat transportasi yang dapat menghubungkan mobilitas manusia dari satu tempat ke tempat lain menjadi semakin penting dan dapat dikatakan sebagai faktor utama penggerak aktifitas perekonomian karena salah satu tujuan perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal.

Penjelasan di atas mendorong peneliti untuk membuat penelitian tentang pengaruh perputaran persediaan, perputaran piutang dan size perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan, selain itu perbedaan variabel independen yang akan diteliti dan adanya perbedaan data yang akan dihitung untuk mengukur perbedaan nilai waktu pada data yang diperoleh. Data yang akan diperoleh adalah data terbaru yakni dari tahun 2009 sampai 2013 selama lima tahun.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan pengaruh


(19)

perputaran persediaan, perputaran piutang dan size perusahaan terhadap profitabilitas menggunakan rasio Return On Asset.

Penelitian Erwin (2013) yang meneliti tentang pengaruh perputaran aktiva Tetap, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Erwin mengatakan bahwa secara parsial hanya Perputaran Persediaan yang berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) sedangkan Perputaran Aktiva Tetap dan Perputaran Piutang tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA).

Hastuti (2010) melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Periode Perputaran Persediaan, Periode Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar,

Leverage, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Perusahaan pada perusahaan manufaktur periode 2006-2008. Hasilnya, ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROA sedangkan Periode Perputaran Persediaan berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA.

Sari dan Budiasih (2014) yang meneliti tentang Pengaruh Debt to Eqiuty Ratio, Firm Size, Inventory Turnover dan Assets Turnover terhadap Profitabilitas pada perusahaan wholesale and retail trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012. Hasilnya hanya Debt to equity ratio yang berpengaruh terhadap ROA, sedangkan variabel Firm Size, Inventory Turnover

dan Assets Turnover tidak berpengaruh terhadap ROA.

Deni (2012) yang meneliti tentang pengaruh tingkat perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode


(20)

2009-2011. Deni mengatakan bahwa secara parsial perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap profitabilitas (ROA), sedangkan secara simultan perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap ROA.

Dilihat dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas termasuk perputaran persediaan, perputaran piutang dan size perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas dan adanya ketidak konsistenan beberapa hasil penelitian terdahulu maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lanjutan dengan judul: “Pengaruh Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan Size Perusahaan terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi Pada: Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2009-2013)”. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel terhadap profitabiilitas perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui kebijakan yang harus diambil untuk kelangsungan usaha.

1.2 Perumusan Masalah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi profitabilitas suatu perusahaan. Faktor-faktor tersebut dapat diukur dengan rasio keuangan. Rasio keuangan seperti periode perputaran persediaan, periode perputaran piutang dan ukuran perusahaan, dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variable terhadap profitabilitas perusahaan.


(21)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti merumuskan masalah, yaitu:

1. Apakah perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 20013?

2. Apakah perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013?

3. Apakah Size perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013?

4. Apakah perputaran persediaan, perputaran piutang dan Size Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan, perputaran piutang dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara simultan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian


(22)

1. Bagi peneliti

Bagi peneliti hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara ilmiah dengan berdasar pada disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah khususnya lingkup manajemen keuangan, dan menerapkannya pada data yang diperoleh dari objek yang diteliti.

2. Bagi Kalangan Kalangan Akademik dan Pembaca

Bagi kalangan akademik dan pembaca hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah perpustakaan dengan tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya, dengan melihat variable manakah yang sesuai dengan teori dan bersifat signifikan. Variabel yang demikian layak menjadi variable penelitian pada penelitian selanjutnya.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Pesinyalan (Signaling Theory)

Signaling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat untuk mengambil keputusan investasi.

Menurut Jama’an dalam Wijaya (2010) Signaling Theory

mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa sinyal yang dilakukan manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Teori sinyal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan.


(24)

2.1.2 Laporan Keuangan

Pada dasarnya, laporan keuangan merupakan proses akuntansi yang meliputi pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dengan cara setepat-tepatnya sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dengan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Soemarso (2005:34), “Laporan keuangan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan”. Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan digunakan sebagai bahan informasi

(screen) bagi analisis dalam proses pengambilan keputusan.

Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No.1 Paragraf 07 (Revisi 2009):

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemiliki dan arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas di masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.


(25)

Berikut adalah komponen-komponen laporan keuangan lengkap menurut PSAK No.1 Paragraf 39 (Revisi 2009):

a. neraca,

b. laporan laba rugi,

c. laporan perubahan ekuitas, d. laporan arus kas,

e. catatan atas laporan keuangan. 2.1.3 Analisis Laporan Keuangan

Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya untuk melihat prospek dan resiko perusahaan. Prospek untuk mengetahui tingkat keuntungan (profitabilitas) sedangkan resiko untuk mengetahui perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan keuangan atau tidak.

Berikut adalah tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein dalam Harahap (2011:18):

a. Screening

Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.

b. Understanding

Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya. c. Forcasting

Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

d. Diagnosis

Analisis dimaksudkan untuk melihat kemingkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.

e. Evaluation

Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.

Dengan dilakukannya analisis laporan keuangan, maka informasi yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam. Hubungan satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi indikator tentang


(26)

posisi dan prestasi keuangan perusahaan serta menunjukkan bukti kebenaran penyusunan laporan keuangan.

Berikut beberapa teknik analisis laporan keuangan menurut Harahap (2011:215):

1. Perbandingan laporan keuangan (perubahan tahun ke tahun) 2. Seri Trend/Angka Indeks (horizontal)

3. Laporan keuangan common size (bentuk awam), biasanya dibuat secara vertikal.

4. Analisis Rasio a. Likuiditas

b. Profitabilitas/Rentabilitas c. Solvabilitas

d. Leverage e. Aktivitas

f. Market Baseed Ratio

5. Analisis Khusus a. Ramalan kas

b. Analisis perubahan posisi keuangan c. Laporan variasi gross margin

d. Analisis Break Even

e. Analisis Du Pont

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan

Rasio finansial atau rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.

Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang karena rasio keuangan ini hanya


(27)

menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini investor atau kreditor dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

Rasio keuangan dikelompokkan dengan istilah yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan analisisnya. Menurut Harahap (2011:301), rasio keuangan yang sering digunakan adalah:

1) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos aktiva lancar dan utang lancar. Berikut adalah beberapa rumus rasio likuiditas:

• Rasio Lancar = Aktiva Lancar Utang Lancar

x 100%

Quick Ratio = Kas + Surat Berharga + Piutang

Utang Lancar

x 100%

• Rasio Kas atas Aktiva Lancar = Kas x 100% Aktiva Lancar

• Rasio Kas atas Utang Lancar = Kas x 100%

Utang Lancar

• Rasio Aktiva Lancar dan Total Aktiva = Aktiva Lancar Total Aktiva

x 100%

• Aktiva Lancar dan Total Utang = Aktiva Lancar x 100% Total Utang J. Panjang

2) Rasio Solvabilitas/Leverage

Rasiosolvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang. Rumus rasio solvabilitas antara lain:


(28)

• Rasio Utang atas Modal = Total Utang Modal

x 100

Debt Service Ratio = Laba bersih + Bunga + Penyusutan + (Rasio Pelunasan Utang) Beban Non Kas

Pembayaran Bunga dan Pinjaman • Rasio Utang atas Aktiva = Total Utang

Total Aktiva

x 100%

3) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas

Rasio Rentabilitas atau disebut juga Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Beberapa jenis rasio profitabilitas yang dirumuskan adalah sebagai berikut: • Profit Margin = Pendapatan Bersih

Penjualan

x 100%

Return On Assets = Laba Bersih Total Aktiva

x 100%

Return On Equity = Laba Bersih x 100% Rata-rata Modal

Basic Earning Power = Laba Sebelum Bunga dan Pajak Total Aktiva

x 100%

Earning Per Share = Laba bagian saham bersangkutan Jumlah Saham

x 100%

Contribution Margin = Laba kotor Penjualan

x 100%

4) Rasio Aktivitas

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Rumus rasio aktivitas antara lain: • Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan

Rata-rata Persediaan

x 1 kali

Receivable Turnover = Penjualan Bersih Rata-rata Piutang


(29)

Fixed Asset Turnover = Penjualan x 1 kali Aktiva Tetap Bersih

Total Asset Turnover = Penjualan Total Asset

x 1 kali

Menurut Harahap (2011:298), analisis rasio mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut adalah:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca atau ditafsirkan,

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit,

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain,

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan,

5. Menstandarisir size perusahaan,

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan secara periodik,

7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Selain keunggulan, analisis rasio juga memiliki kelamahan, yaitu: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini, seperti:

a. bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau

subjektif,

b. nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar,

c. klasifikasi dalam laporan keuangan bias berdampak pada angka rasio,

d. metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

5. Dua perusahaan dibandingkan bias saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bias menimbulkan kesalahan.


(30)

2.1.5 Profitabilitas

Pengertian profit merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha, sehingga memperoleh laba adalah tujuan utama dari setiap badan usaha, dalam hal ini adalah perusahaan.

Pengertian profitabilitas menurut Harahap (2011 : 304), adalah sebagai berikut:

”Menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba.”

Pada dasarnya tujuan utama suatu perusahaan adalah menghasilkan laba yang optimal dari penggunaan aktiva (kekayaan) suatu perusahaan, dimana dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan suatu perusahaan sehingga dapat menghasilkan laba. Laba dapat menjamin eksistensi perusahaan baik dalam operasi maupun dalam kemampuan untuk memberikan deviden yang memuaskan kepada para pemegang sahamnya.

2.1.6 Return on Assets (ROA)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio profitabilitas

Return on Assets (ROA). Hal ini dikarenakan yang menjadi bahan penelitian yaitu persediaan, piutang dan size perusahaan yang merupakan bagian dari aktiva. ROA mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan


(31)

ini digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari seluruh assets yang dimiliki perusahaan.

Return on Assets (ROA) didasarkan pada pendapat bahwa karena aktiva didanai oleh para pemegang saham dan kreditor, maka rasio ini juga harus dapat memberikan ukuran produktivitas aktiva dalam pengembalian kepada para penananm modal tersebut sehingga ROA sering disamakan dengan rasio Return on Investment atau ROI (Sawir, 2000:20).

Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah rasio

Return on Assets (ROA) dihitung dengan menggunakan rumus: Return on Total Assets = Pendapatan bersih Total Aktiva

x 100%

2.1.7 Persediaan

Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi.

Sebuah perusahaan harus menyimpan persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Kegagalan untuk melakukan hal tersebut bisa mengakibatkan hilangnya penjualan. Di sisi lain, terlalu banyak menyimpan persediaan akan menambah beban seperti penyimpanan, asuransi dan pajak properti. Persediaan yang berlebihan akan meningkatkan


(32)

risiko kerugian akibat penurunan harga, kerusakan dan perubahan pola pembelian pelanggan.

Pengertian persediaan menurut Warren, et al (2005 : 440) adalah sebagai berikut:

“Persediaan digunakan untuk mengindikasikan:

1. Barang dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan

2. Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.”

StandarAkuntansi Keuangan (SAK) melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 (Revisi 2008) memberikan pengertiaan persediaan yaitu:

“Persediaan adalah aktiva:

1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; 2. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.”

Persediaan bagi perusahaan manufaktur, termasuk di dalamnya yaitu, bahan baku, barang-barang dalam proses dan termasuk barang-barang yang telah selesai diproses. Tidak sampai di sana saja, persediaan juga diartikan sebagai semua persediaan barang untuk keperluan menghasilkan barang-barang akhir atau untuk digunakan dalam proses produksi. Berbeda halnya


(33)

dengan perusahaan dagang, persediaan terdiri atas semua barang dagangan yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan untuk dijual kepada para pelanggan.

Dalam PSAK No. 14, Paragraf 07 lebih rinci lagi, yaitu:

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali, misalnya barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan property lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa seperti diuraikan dalam paragraph 18, di mana entitas belum mengakui pendapatan yang terkait. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:14.2)

Paragraf tersebut telah merinci disertai dengan contoh agar persediaan dapat dibedakan dengan aktiva-aktiva lainnya.

2.1.8 Perputaran Persediaan

Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual kepada konsumen. Menurut Harahap (2011:308), “Semakin besar rasio perputaran persediaan maka akan semakin baik karena dianggap kegiatan penjualan berjalan cepat”. Pada prinsipnya perputaran persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta mendistribusikannya kepada pelanggan. Besarnya hasil perhitungan perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan perputaran persediaan menjadi kas atau piutang dagang. Tingkat perputaran persediaan


(34)

menunjukkan berapa kali persediaan tersebut berputar (dibeli hingga dijual kembali). Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah.

Definisi perputaran persediaan menurut Warren et al (2005 : 462) adalah sebagai berikut:

“Perputaran persediaan (inventory turnover) adalah suatu alat untuk mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. Rasio ini dihitung sebagai berikut:

Perputaran persediaan = Harga pokok pejualan

Persediaan rata-rata

x 1 kali

Rasio perputaran persediaan dapat dikonversikan ke hari dengan rumus sebagai berikut:

Periode Perputaran Persediaan =

Rasio Perputaran Persediaan 360 hari _

Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan angka-angka mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Untuk menyederhanakannya kita menentukan persediaan rata-rata dengan membagi jumlah persediaan pada akhir dan awal tahun dengan dua. Selama jumlah persediaan yang dimiliki sepanjang tahun stabil, rata-rata ini akan cukup akurat bagi analisis peneliti. Untuk mencapai tingkat perputaran tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat dan semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko


(35)

terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau selera konsumen dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

2.1.9 Piutang

Piutang terjadi karena adanya penjualan secara kredit. Banyak perusahaan yang menjual barang dagang atau jasa mereka secara kredit dengan upaya untuk meningkatkan (atau untuk mencegah penurunan) penjualan. Dengan penjualan secara kredit meningkat maka piutang pun meningkat dan diharapkan laba juga meningkat.

Beberapa definisi piutang menurut para pakar:

1. Menurut Warren (2005:404) mengatakan “piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang kepada pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”.

2. Horne (2005:258) mengatakan “piutang meliputi jumlah uang yang dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang secara kredit”.

3. Smith (2005:286) mengatakan “piutang dapat didefinisikan dalam arti luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas”.

Pengertian piutang secara umum adalah tuntutan atau klaim antara pihak yang akan memperoleh pembayaran dengan pihak yang akan


(36)

membayar kewajibannya, atau dapat disebut sebagai tuntutan kreditur kepada debitur yang pembayarannya biasanya dilakukan dengan uang. Pengelolaan piutang secara efisien sangat diperlukan karena akan berpengaruh langsung kepada pendapatan. Meningkatnya proporsi piutang dalam laporan keuangan perusahaan akan membuat piutang menjadi bagian yang harus ditangani secara seksama.

Piutang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, berikut ini menurut Suharli (2006 : 202) mengenai pengklasifikasian piutang yaitu:

1. Piutang dagang yaitu jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena transaksi penjualan barang dan jasa.

2. Piutang wesel/wesel tagih/Aksep (Promes) yaitu surat pernyataan berhutang atau janji pelunasan secara tertulis.

3. Piutang lainnya yang meliputi piutang yang berasal bukan dari perdagangan.

Selanjutnya ketiga jenis piutang tersebut dikelompokkan lagi menjadi piutnag afiliasi atau tidak afiliasi. Piutang afiliasi artinya piutang dari perorangan atau organisasi yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Sedangkan piutang tak terafiliasi artinya piutang dari perorangan atau entitas bisnis yang bukan pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan, yang kita sebut dengan pihak ketiga.

2.1.10 Perputaran Piutang

Piutang usaha dan piutang lain-lain diharapkan dapat tertagih dalam satu atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar,


(37)

kadang-kadang seluruh piutang usaha digolongkan sebagai aktiva lancar tanpa memandang jangka waktu tertagihnya. Dalam kasus demikian jumlah piutang usaha yang jangka waktu penagihannya lebih satu tahun atau siklus usaha normal harus diungkapkan dalam catatan atau laporan keuangan. Dengan demikian, piutang adalah hak perusahaan untuk menuntut pihak lain sehubungan dengan adanya penjualan barang atau jasa secara kredit, dan pihak lain harus memenuhi kewajiban untuk membayar.

Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas.

Perhitungan perputaran piutang menurut Riyanto (2008:90) adalah sebagai berikut:

“Perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata-rata piutang. Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dapat dihitung dengan menggunakan rasio perputaran piutang. Perputaran piutang dihitung dengan rumus:

Perputaran Piutang = Penjualan bersih

Piutang rata-rata

x 1 kali

Periode perputaran piutang juga dapat dikonversikan ke hari dengan rumus sebagai berikut:

Periode Perputaran Piutang =

Rasio Perputaran Piutang 360 hari


(38)

Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Di sisi lain, syarat pembayaran kredit juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang, dimana tingkat perputaran piutang menggambarkan berapa kali modal yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien.

2.1.11 Size Perusahaan

Size perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan profitabilitas (Ammar, 2003). Semakin besar ukuran perusahaan akan mengakibatkan biaya yang lebih besar, sehingga dapat mengurangi profitabilitas. Perusahaan besar cenderung memiliki skala dan keleluasaan ekonomis yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga akan lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan (Priharyanto, 2009).

Menurut Kusuma (2005:83), ada tiga teori secara implisit menjelaskan hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan, antara lain:

a. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economics of scale, dan lingkup sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas.

b. Teori organisasi, menjelaskan hubungan profitabilitas dengan ukuran perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, di dalamnya terdapat teori critical resources.


(39)

c. Teori institusional, mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor seperti sistem perundang-undangan, peraturan anti-trust, perlindungan paten, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan.

2.1.12 Hubungan Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas Waren et al (2005:452) menyatakan bahwa:

persediaan merupakan salah satu pos modal kerja yang cukup penting karena kebanyakan modal usaha berasal dari persediaan. Persediaan merupakan bagian aktiva lancar yang cukup besar. Persediaan merupakan investasi yang dibuat untuk tujuan memperoleh pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Untuk mempercepat pengembalian kas melalui penjualan maka diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik. Sebaliknya, perputaran persediaan yang kurang baik sehingga persediaannya akan menumpuk, perusahaan akan dihadapkan pada biaya penyimpanan, asuransi dan pajak properti yang cukup besar.

Hubungan perputaran persediaan terhadap profitabilitas menurut Hongren et al (2007:250) adalah sebagai berikut:

Perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat profitabilitasnya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Perusahaan manufaktur selalu berhubungan dengan persediaan karena kegiatan produksi yang dilakukan selalu membutuhkan adanya barang yang siap digunakan sepanjang waktu. Perputaran persediaan perlu diperhatikan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghabiskan persediaan dalam proses produksinya. Hal ini dikarenakan semakin lama periode perputaran persediaan, maka semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk menjaga agar persediaan di gudang tetap baik sehingga diperlukan adanya tingkat perputaran persediaan


(40)

yang tinggi untuk mengurangi biaya yang timbul karena kelebihan persediaan.

Dilihat dari segi biaya, apabila perputaran persediaan semakin lama, maka persediaan menumpuk, semakin biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan semakin tinggi hal ini akan semakin memperkecil laba. Karena laba merupakan hasil dari pendapatan dikurangi biaya. Sehingga semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan, semakin kecil laba yang akan didapat.

2.1.13 Hubungan Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas

Perusahaan dapat menjual produknya dengan dua cara yaitu dapat dilakukan secara tunai dan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Dari penjualan secara tunai maka perusahaan akan mendapatkan pendapatan secara cepat, sedangkan penjualan yang dilakukan secara kredit tersebut menimbulkan piutang. Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar di kemudian hari atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut dengan kredit. Dari penjualan kredit tersebut maka terjadilah piutang. Ini berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa berpiutang.


(41)

Dengan adanya manfaat (dalam bentuk diterimanya uang tunai, aktiva lain atau jasa) yang diharapkan dapat diperoleh di masa yang akan datang, maka piutang dianggap sebagai aktiva.

Adapun teori penghubung mengenai hubungan perputaran piutang terhadap profitabilitas menurut Riyanto (2008:85) ialah “Makin besarnya jumlah perputaran piutang berarti semakin besar resikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga akan memperbesar profitabilitas”.

Piutang merupakan aktiva lancar, dimana dalam menentukan jumlah atau tingkat aktiva lancar pihak manajemen harus mempertimbangkan keuntungan dan kelebihan antara profitabilitas dan risiko, jika sebuah perusahaan dapat mengelola aktiva lancarnya dengan lebih efisien sehingga beroperasi dengan investasi yang lebih kecil pada modal kerja, maka hal ini akan meningkatkan profitabilitas karena piutang perusahaan akan mengakibatkan penerimaan kas pada masa mendatang. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa piutang dapat memperbesar tingkat profitabilitas (return on assets) namun rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas itu disebut dengan perputaran piutang. Jadi perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas (return on assets).

2.1.14 Hubungan Size Perusahaan terhadap Profitabilitas

Rajan dan Zingales dalam Kusuma (2005:85) menyebutkan bahwa menurut teori critical, semakin besar skala perusahaan maka profitabilitas juga akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah tertentu ukuran


(42)

perusahaan akhirnya akan menurunkan laba (profit) perusahaan. Teori

critical menekankan pada pengendalian oleh pemilik perusahaan terhadap pengendalian oleh pemilik perusahaan terhadap sumber daya perusahaan seperti asset, teknologi, kekayaan intelektual sebagai faktor-faktor yang menentukan ukuran perusahaan.

Dengan adanya sumber daya yang besar, maka perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar. Dengan adanya penjualan yang semakin meningkat, perusahaan dapat menutup biaya yang keluar pada saat proses produksi. Dengan begitu, laba perusahaan akan meningkat.

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Padachi (2006) melakukan penelitian untuk mengetahui tren modal kerja dan dampaknya pada kinerja perusahaan dengan obyek penelitian perusahaan manufaktur kecil di Maurisia. Variabel dependen yang digunakan antara lain: Ln_Sales, Gearing, Assets Management (CA/TA), Assets Management and Financing of Working Capital (CL/TA), Current Assets Turnover, Inventory Period, Account Receivable Period, Account Payable Period, dan Cash Conversion Cycle. Hasil dari penelitian ini adalah Inventory berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan Account Receivable berpengaruh negatif terhadap ROA.

Falope dan Ajilore (2009) melakukan penelitian tentang modal kerja dan profitabilitas perusahaan di Nigeria. Hasil dari penelitian ini adalah Inventory


(43)

Turnover dan Account Payable dalam hari berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.

Alia (2011) yang melakukan penelitian tentang perputaran piutang, perputaran persediaan, perputaran modal, ROE, DAR, dan DER terhadap ROA pada perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Hasil penelitian ini adalah secara parsial hanya perputaran modal, ROE, DAR, dan DER berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA) sedangkan perputaran piutang, perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap ROA.

Samiloglu dan Demirgunes (2008), melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan di Turki. Variabel dependen yang digunakan adalah ROA. Variabel independen yang digunakan antara lain Account Receivable Period (ACRP), Inventory Period

(INVP), Cash Conversion Cycle (CCC), Size Growth, Leverage, dan Fix Financial Assets. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Dan penelitian ini diketahui bahwa ACRP dan INVP berpengaruh negatif terhadap ROA. Sedangkan growth memiliki pengaruh positif terhadap ROA. Leverage

memiliki pengaruh negatif terhadap ROA. Namun CCC, size dan Fix Financial Assets tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Dari penelitian di atas, dapat diketahui terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan adanya inkonsistensi hasil penelitian. Untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian-penelitian tersebut, pada tabel 2.1 dapat dilihat ringkasan dari penelitian terdahulu.


(44)

Tabel 2.1

Beberapa Penelitian Terdahulu

No Penelitian Variabel Metode

Analisis

Hasil Penelitian 1. Kesseven

Padachi.2006.

Trends in Working Capital Management and Its Impact on Firm’s Performance: An Analysis of Mauritian Small Manufacturing Firms Dependen: ROTA Independen: Ln_Sales, Gearing, CA/TA, CA_Turn, INV_DAYS, AR_DAYS, AP_DAYS, CCC Analisis Regresi

a. Inventory period

berpengaruh positif

tetapi tidak signifikan terhadap

ROA

b.Account Payable,

berpengaruh negatif terhadap ROA.

2. Olufemi I. Falope dan Olubanjo T. Ajilore. 2009.

Working Capital Management and Corporate

Profitabilitty : Evidence from Panel Data analysis of Selected Quoted Companies in Nigeria Dependen: ROA Independen: Account Receivable, Inventory, Account

Payable, CCC, SIZE, GROW, DEBT, GDP Growth

Panel data

a. Account payable

berpengaruh positif signifikan terhadap ROA b.Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap ROA

c. Firm Size

berpengaruh negatif terhadap ROA sedangkan growth berpengaruh positif pada ROA

3. Pedro Juan Garcia Teruel dan Pedro Martinez Solano. 2007. Effects of Working Capital Management on SME profitability. Dependen: ROA Independen: Account Receivable, Inventory, Account

Payable, CCC, ASSET, SIZE, GROW, DEBT, GDP Growth

Data panel

a. Size berpengaruh signifikan positif terhadap ROA

b.Account receivable

dan inventory

berpengaruh negatif terhadap ROA c. Account payable

berpengaruh negatif terhadap ROA.


(45)

No Penelitian Variabel Metode Analisis

Hasil Penelitian 4. F. Samiloglu dan K.

Demirgunes. 2008.

The Effect of Working Capital Management on Firm Profitability: Evidence from Turkey Dependen: ROA Independen: ACRP, INVP, CCC, Size, Growth,

Leverage, Fixed Financial Asset

Analisis Regresi

a. ACRP dan INVP berpengaruh negatif terhadap ROA

b.Growth dan

Leverage,

berpengaruh positif dan negatif

c. Size tidak

berpengaruh

signifikan pada ROA.

5. Rosita Alia. 2011. Analisis Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan,

Perputaran Modal, ROE, DER dan DAR terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI Periode 2007-2009. Dependen: ROA Independen: Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, Perputaran Modal, ROE, DAR dan DER

Regresi Linear Berganda

a. Secara parsial hanya perputaran modal, ROE, DAR

dan DER berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan perputaran piutang, perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

b. Secara simultan perputaran piutang, perputaran

persediaan,

perputaran modal, ROE, DAR dan DER berpengaruh terhadap ROA.

6. Ni Made Veronika Sari dan I G.A.N. Budiasih. Pengaruh

Debt to Equity Ratio, Firm Size, Inventory Turnover dan Assets

Turnover pada

Profitabilitas.

Dependen: ROA

Independen: DER, firm size,

perputaran persediaan, perputaran asset. Regresi Linear Berganda

a. DER berpengaruh terhadap ROA, sedangkan firm size, perputaran persediaan dan perputaran asset tidak berpengaruh terhadap ROA.

7. Irman Deni. 2012. Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dependen: ROA Independen: perputaran kas, Regresi Linear Berganda

a. Secara parsial variabel perputaran

piutang dan perputaran


(46)

No Penelitian Variabel Metode Analisis Hasil Penelitian dan Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. perputaran piutang dan perputaran persediaan. b. persediaan berpengaruh positif terhadap ROA.

c. Perputaran kas berpengaruh negatif terhadap ROA. Secara simultan perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap ROA. 8. Keulana Erwin.

2013. Pengaruh Perputaran Aktiva Tetap, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaann Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Otmotif yang Terdapat di

Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011 Dependen: ROA Independen: Perputaran Aktiva Tetap, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Regresi Linear Berganda

a. Secara pasrial hanya perputaran persediaan berpengaruh sigifikan terhadap profitabilitas (ROA) sedangkan b.perputaran aktiva

tetap, perputaran piutang tidak berpengaruh

signifikan terhadap ROA

c. Secara simultan perputaran aktiva tetap, perputaran piutang dan perputaran persediaan tidak berpengaruh

terhadap ROA. 9. Niken Hastuti. 2010.

Analisis Pengaruh Periode Perputaran Persediaan, Periode Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage, Pertumbuhan

Penjualan dan Ukuran Perusahaan Dependen: ROA Independen: Perputaran Persediaan, Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage, Pertumbuhan Regresi Liniear

a. Periode perputaran hutang dagang,

leverage dan

ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA. b. Variabel perputaran persediaan, rasio


(47)

No Penelitian Variabel Metode Analisis Hasil Penelitian terhadap Profitabilitas Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008. Penjualan dan Ukuran Perusahaan. lancar dan pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh terhadap ROA.

10. Ni Made Vironika Sari dan I G.A.N. Budiasih. 2014. Pengaruh Debt to Equity Ration, Firm Size, Inventory Turnover dan Assets

Turnover pada

Profitabilitas.

Dependen: ROA

Independen:

Debt to Equity Ration, Firm Size, Inventory Turnover dan

Assets Turnover

Regresi Linear Berganda

a. Debt to Equity

Ratio berpengaruh terhadap

profitabilitas. b. Variabel Firm Size,

Inventory Turnover

dan Assets

Turnover tidak berpengaruh

terhadap ROA.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan yang telah diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini.


(48)

H1

H2

H3 H4

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Perputaran persediaan terhadap profitabilitas perusahaan harus memperhatikan persentase laba karena semakin besar laba maka perputaran persediaan terhadap laba meningkat. Perputaran persediaan adalah suatu ukuran yang menunjukkan berapa kali persediaan berputar dalam satu periode. Apabila tingkat perputaran persediaan tinggi maka tingkat penjualannya akan tinggi, sehingga pendapatan dapat meningkat serta laba operasi juga akan meningkat, tetapi dengan syarat harga jual di atas harga pokok. Apabila tingkat perputaran persediaan rendah artinya tingkat penjualannya juga rendah, sehingga pendapatan mengalami penurunan dalam hal tersebut akan menimbulkan penurunan laba operasi yang diperoleh karena biaya-biaya tembahan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan seperti biaya pemeliharaan dan biaya penyimpanan persediaan barang dagang.

Tingkat perputaran piutang akan menggambarkan berapa kali modal yang tertanam berputar dalam satu periode. Kecepatan piutang untuk dapat ditagih kembali ditunjukkan oleh perputaran piutangnya. Semakin tinggi perputaran

Perputaran Persediaan X1

Perputaran Piutang X2

Size Perusahaan X3

Profitabilitas (ROA)


(49)

piutang menunjukkan masuknya kas kepada perusahaan berjalan lancar, maka dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk aktivitas lain yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Hal ini memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaannya.

Size perusahaan mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (ROA) karena suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah menuju ke pasar modal. Karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal maka flesksibilitas lebih besar dan tingkat kepercayaan investor juga lebih besar karena mempunyai kinerja operasional yang lebih besar. Perusahaan besar mampu menarik minat investor yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena mempunyai fleksibilitas penempatan investasi yang lebih baik. Dengan semakin banyaknya investor, maka perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar. Dengan adanya penjualan yang semakin meningkat, perusahaan dapat menutup biaya yang keluar pada saat proses produksi sehingga laba perusahaan akan meningkat.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikembangkan maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap ROA

H2 : Perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap ROA


(50)

H4 : Perputaran persediaan, perputaran piutang dan size perusahaan


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kusal. Menurut Sugiyono (2007:30) desain kausal ialah “penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)”. Penelitian ini menguji pengaruh perputaran persediaan, perputaran piutang dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas.

1.2 Populasi dan Sampel Penelitian 1.2.1 Populasi Penelitian

Populasi menurut Ridwan dan Kuncoro dalam Erlina (2011:81) ialah “wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Populasi penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2009-2013 yang berjumlah 12 perusahaan daftar perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.2.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan


(52)

kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan

(judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu (Jogiyanto, 2004:79). Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah:

1. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013.

2. Selama periode penelitian perusahaan membuat laporan keuangan tahunan per 31 Desember dan telah diaudit.

3. Laporan keuangan yang disajikan selama periode 2009-2013 dalam

Currency Rupiah (Rp).

Berdasarkan kriteria penarikan sampel tersebut, diperoleh 9 perusahaan otomotif sebagai sampel pada penelitian ini. Daftar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1

Daftar Sampel Perusahaan Otomotif yang Memenuhi Kriteria

No. Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 ASII Astra International Tbk 1

2 AUTO Astra Otoparts Tbk 2

3 BRAM Indo Kordsa Tbk × -

4 GDYR Goodyear Indonesia Tbk × -

5 GTJL Gajah Tunggal Tbk 3

6 IMAS Indomobil Sukses International Tbk 4

7 INDS Indospring Tbk 5

8 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 6

9 MASA Multi Strada Arah Sarana Tbk × -


(53)

No. Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

11 TURI Tunas Ridean Tbk 8

12 UNTR United Tractor Tbk 9

1.3 Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahun oleh pihak-pihak berkompeten yang terdapat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2009-2013 dan dari www.idx.co.id . Data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah informasi yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu:

1. Informasi mengenai perputaran persediaan 2. Informasi mengenai perputaran piutang 3. Informasi total asset

4. Informasi mengenai Return On Asset

1.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data eksternal. Pola penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah dilakukan melalui studi pustaka, yaitu melalui jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tahap kedua, pengumpulan data sekunder yaitu dari laporan keuangan


(54)

tahunan yang ada di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.

1.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1.5.1 Variabel Dependen (variabel Y)

Yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel terikat dari penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan menggunakan ROA (Return On Asset), yang dinotasikan dengan Y. ROA merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian asset.

Pada penelitian ini, ROA dihitung dengan menggunakan rumus: ROA = Net Income

Total Asset

x 100%

1.5.2 Variabel Independen (variabel X)

Yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Ada beberapa variabel yang dipergunakan untuk mengukur pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap profitabilitas perusahaan. Variabel-variabel tersebut antara lain:

1. Perputaran Persediaan

Perusahaan yang bergerak dibidang produksi seperrti perusahaan otomotif tidak bisa sepenuhnya terlepas dari ppersediaan. Untuk memperlancar proses produksi perlu dilakukan penghitungan seberapa cepat


(55)

perputaran persediaaan pada perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mengukur periode perputaran persediaan adalah sebagai berikut:

Perputaran persediaan = Harga Pokok Penjualan Rata-rata Persediaan

x 1 kali

2. Perputaran Piutang

Perputaran piutang adalah rasio yang mengukur berapa kali secara rata-rata piutang berhasil ditagih dalam satu periode. Rumus untuk menghitung lamanya perputaran piutang pada perusahaan adalah sebagai berikut:

Perputaran piutang = Penjualan Bersih

Rata-rata Piutang

x 1 kali

3. Size Perusahaan

Size/ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar perusahaan dilihat dari total asset yang dimiliki. Untuk memberikan criteria yang pasti mengenai ukuran suatu perusahaan, digunakan rumus:

Ukuran Perusahaan = ln����� ����� �

Berikut ini dijabarkan ringkasan definisi operasional variabel penelitian dalam bentuk tabel 3.1 :


(56)

Tabel 3.1

Ringkasan Definisi Operasional Variabel Nama

Variabel

Defenisi Variabel

Parameter Skala

Pegukuran Variabel Independen Perputaran Persediaan Perputaran persediaan adalah rasio yang menunjukkan

berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam satu periode.

Perputaran persediaan = Harga Pokok Penjualan Rata-rata Persediaan

x 1 kali

Rasio Perputaran Piutang Perputaran piutang adalah rasio yang mengukur berapa

kali secara

rata-rata piutang berhasil ditagih dalam satu periode.

Perputaran piutang = Penjualan Bersih Rata-rata Piutang

x 1 kali

Rasio Size Perusahaan Ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan Total Asset. Ukuran Perusahaan = ln Total Assets

Nominal

Variabel Dependen

Profitabilitas Profitabilitas

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi

perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

ROA = Net Income Total Asset

x 100%


(57)

1.6 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang dilakukan dengan analisis statistik dan menggunakan software SPSS 17.0. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan tahapan analisis sebagai berikut:

1. Menghitung besarnya rasio perputaran persediaan, rasio perputaran piutang dan size perusahaan dan rasio profitabilitas (ROA) perusahaan otomotif yang dijadikan sampel.

2. Melakukan uji lolos kendala linier atau tidak sering disebut dengan uji asumsi klasik, untuk melihat apakah model regresi berganda layak atau tidak digunakan dalam penelitian ini.

3. Melakukan uji hipotesis yaitu analisis regresi linier berganda, yang harus memenuhi kriteria yaitu uji determinan, uji F-test dan uji T-test.

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu menganalisa apakah terdapat penyimpangan asumsi klasik pada model yang digunakan dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolineritas, heterkosedasitas dan uji autokorelasi.

3.6.1.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujuan ini diperlukan karena uji t dan uji F


(58)

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Erlina, 2011:101).

Dasar pengambilan keputusannya menurut Priyatno (2013:59) adalah:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S), yang dijelaskan oleh Priyatno (2013:58). “kriteria pengambilan keputusan yaitu jika Signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal, dan jika Signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal”.

Menurut Erlina (2011:101), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi data yang tidak normal, yaitu:

1. Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya. Pelanggaran asumsi normalitas biasanya disebabkan bentuknya menceng (skew), sehingga untuk mengubah bentuk yang menceng tersebut dapat mengubah nilai atau mentransformasikan nilai ke dalam bentuk log. Dengan mentransformasikan nilai-nilai


(59)

observasi data ke dalam bentuk log diharapkan dapat membentuk distribusi yang normal.

2. Lakukan Trimming. Trimming adalah membuang data yang outlier. Nilai outlier bias juga ditentukan dengan kriteria nilainya lebih kecil dari µ - 2 α atau lebih besar dari µ + 2 α. 3. Lakukan Winsorizing, yaitu mengubah nilai observasi yang

outlier menjadi nilai maksimum yang diizinkan. Nilai observasi yang lebih kecil dari µ - 2 α akan diubah menjadi µ - 2 α dan nilai observasi yang lebih besar dari µ + 2α akan diubah menjadi µ + 2 α.

3.6.1.2 Uji Heterokedasitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Priyatno (2013:60) “keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi”. Ada tidaknya heterokedasitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot atau nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heterokedasitas, antara lain:

1) Jika ada pola teretantu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidikasikan telah terjadi heterokedasitas,


(60)

2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titk-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas atau terjadi homoskedastisitas.

3.6.1.3 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series.

Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilali uji Durbin Watson dengan ketentuan:

• bila nilai DW (Durbin Watson) terletak antara batas atas (DU) dan 4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol artinya terjadi autokorelasi

• bila nilai DW<DL (batas bawah) maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol artinya autokorelasi positif

• bila nilai DW>4-DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol artinya ada autokorelasi negative

• bila nilai DW terletak antara DU dengan DL atau DW terletak di antara 4-DU dan 4-DL, maka nilainya tidak dapat diputuskan ada autokorelasi atau tidak.


(61)

3.6.1.4 Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna (Priyatno, 2013:59). Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama dengan nol. Multikolonieritas dideteksi dengan menggunakan nilai tolerance dan variance inflasion factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance

mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih, yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya meltikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10

atau sama dengan VIF ≥ 10. 3.6.2 Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini terdapat tiga variabel independen, yaitu perputaran persediaan, perputaran piutang dan size perusahaan, dan satu variabel


(62)

dependen yaitu profitabilitas perusahaan (ROA). Untuk menguji hipotesis yang memperlihatkan pengaruh antara variabel-variabel tersebut, maka digunakan analisis regresi berganda (multiple regression) dengan menggunakan alat bantu SPSS 17.0 (Statistical Program for Social Science

17.0). Dalam analisis regres, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukka arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun model penelitian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ℮

Keterangan:

Y = Profitabilitas (ROA) α = Konstanta

bi = Koefisien regresi variabel independen (i=1,2,3) X1 = Perputaran persediaan

X2 = Perputaran piutang

X3 = Size perusahaan

e = error

3.6.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Priyatno (2013:56) “Koofisien R2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen”. Nilai koofisien determinasi adalah 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti


(1)

(2)

Autokorelasi:

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.14268

Cases < Test Value 22

Cases >= Test Value 23

Total Cases 45

Number of Runs 24

Z .003

Asymp. Sig. (2-tailed) .997

a. Median

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .494a .244 .189 4.01636 2.082

a. Predictors: (Constant), Size, Receivables Turnover, Inventory Turnover


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 45

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 3.87702352

Most Extreme Differences Absolute .068

Positive .068

Negative -.061

Kolmogorov-Smirnov Z .459

Asymp. Sig. (2-tailed) .984

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 16.047 7.293 2.200 .033

Inventory Turnover .382 .247 .617 1.545 .130

Receivables Turnover -.168 .094 -.619 -1.791 .081

Size -.465 .266 -.392 -1.746 .088

a. Dependent Variable: Absut

Multikolinieritas:

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

Inventory Turnover .213 4.699

Receivables Turnover .385 2.598


(5)

KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .494a .244 .189 4.01636 2.082

a. Predictors: (Constant), Size, Receivables Turnover, Inventory Turnover

b. Dependent Variable: ROA

Uji F (Simultan):

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 213.828 3 71.276 4.419 .009a

Residual 661.378 41 16.131

Total 875.206 44

a. Predictors: (Constant), Size, Receivables Turnover, Inventory Turnover


(6)

Uji T (Parsial):

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 40.964 12.666 3.234 .002

Inventory Turnover 1.543 .430 1.309 3.590 .001

Receivables Turnover -.489 .163 -.946 -2.997 .005

Size -1.181 .462 -.524 -2.554 .014


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas (ROA) Perusahaan (Studi Pada: Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2010-2013)

15 212 73

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada Perusahaan Dagang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

18 94 84

Pengaruh Perputaran piutang dan Perputaran persediaan Terhadap Rentabilitas ekonomis Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

20 278 94

Analisis pengaruh efektifitas komponen modal kerja,leverage, umur perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang go public Indonesia : studi kasus pada perusahaan manufaktur go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009

1 8 100

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

3 7 126

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

10 68 112

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang dan Size Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan ( Studi pada : Perusahaan Otomoti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2009-2013)

0 0 10

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG, DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2010 SAMPAI 2013

0 0 10

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMIS PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 11

PENGARUH PERPUTARAN KAS, PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP LABA USAHA PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 22