STUDI PERBANDINGAN SIKAP SOSIAL SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTAIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

i ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN SIKAP SOSIAL SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTAIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 1 GADINGREJO

TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

Helita Multisari

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pencapaian ranah afektif yang masih kurang dan ranah afektif yang sering kali diabaikan, serta untuk mengkaji tentang perbandingan sikap social siswa dengan menggunakan model PBL dan Model PjBL pada mata pelajaran Ekonomi kelas X. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas X yang berjumlah 128 siswa dan sampel berjumlah 64 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Teknik pengambilan data dengan dokumentasi dan observasi. Pengujian hipotesis menggunakan rumus Multivariat Analisis Varians dan t-test dua sampel independen. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Ada perbedaan sikap sosial siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe PBL dan PjBL, (2) Sikap jujur siswa pada model PBL lebih tinggi dibandingkan pada model PjBL, (3) Sikap tanggungjawab siswa pada model PjBL lebih tinggi dibandingkan pada model PBL (4) Sikap kerjasama siswa pada model PBL lebih tinggi dibandingkan pada model PjBL (5) Sikap santun siswa pada model PBL lebih tinggi dibandingkan pada model PjBL dan (5) Sikap percayadiri siswa pada model PBL lebih tinggi dibandingkan pada model PjBL.


(2)

ABSTRACT

COMPARATIVE STUDY OF SOCIAL ATTITUDES OF STUDENTS WITH LEARNING MODEL KOOPERTAIF PROBLEM BASED LEARNING AND TYPE OF PROJECT BASED LEARNING ON THE SUBJECT ECONOMY

CLASS X SMA NEGERI 1 GADINGREJO YEAR 2014/2015 STUDY By

Helita Multisari

This research is motivated by the achievement of affective domain is still lacking and the affective domain that is often overlooked, as well as to learn about the social attitudes comparison students using PBL models and PjBL model on subjects

Economy class X. The method used in this study is an experimental research method with a comparative approach. The population in this study all students of class X, amounting to 128 students and the sample amounted to 64 students. The sampling technique in this research is purposive sampling. Data collection techniques with documentation and observation. Hypothesis testing using the formula Multivariate analysis of variance and t-test of two independent samples. The results showed that: (1) There are differences in students' social attitude using PBL learning model type and PjBL, (2) an honest attitude on the PBL model students is higher than in the PjBL model, (3) Attitude responsibility of the students on the PjBL model is higher than PBL model (4) The attitude of cooperation on the PBL model students is higher than in the PjBL model (5) Attitude mannered students on PBL models higher than in the PjBL model and (5) confident attitude on the PBL model students is higher than in the PjBL model.


(3)

STUDI PERBANDINGAN SIKAP SOSIAL SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN PROJECT BASED LEARNING

(PjBL) PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X IPS DI SMA NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

Helita Multisari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Desa Parerejo, Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu pada tanggal 28 Desember 1992 dengan nama lengkap Helita Multisari. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Putri dari pasangan Bapak Sarmani dan Ibu Khamilah.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis.

1. SD Negeri 2 Parerejo diselesaikan pada tahun 2005 2. SMP Negeri 2 Gadingrejo diselesaikan pada tahun 2008 3. SMA Negeri 1 Gadingrejo diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama kuliah penulis menerima beasiswa Bidikmisi. Pada tahun 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Bali, Jogjakarta, Bandung dan Jakarta. Serta pada bulan Juli-September mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Way Empulau Ulu Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Liwa.


(8)

Persembahan

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji untuk Mu Allah SWT

atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau

berikan selama ini

.

Dengan Bangga Kupersembahkan Karya Ini Untuk

Kedua Orang Tuaku

Kakak dan Adik

.

Para Pendidik

Sahabat

sahabatku

Seseorang yang Kelak Akan Mendampingi Hidupku

Almamater Tercinta Universitas Lampung


(9)

Moto

Kesuksesan Adalah Hadiah Dari Sebuah Perjuangan, dan Jangan Beraharap Menikmati Kesuksesan Jika Kamu Tidak Pernah

Merasakan Perjuangan (Helita Multisari)

Orang-orang yang Beriman dan Hati Mereka Menjadi Tenteran dengan Mengingat Alloh. Ingatlah Hanya dengan Mengingat

Alloh-lah Hati Menjadi Tenteram. Orang-orag yamg Beriman dan Beramal Shaleh, Bagi Mereka Kebahagiaan dan Tempat Kembali

yang Baik.

(Qs Ar-Ra’d 28-29)

Setiap orang Adalah Guru, Dan Setiap Rumah Adalah Perguruan (K.H Dewantara)

Once You Learn to Quit, it Becomes a Habit (Sekali Saja Kamu Belajar Untuk Berputus Asa Maka Akan Menjadi Kebiasaan)


(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning dan Project Based Learning Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015”. Shalawat beserta salam tetap

tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu


(11)

selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku pembimbing I dan pembimbing

akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Penguji skripsi penulis yang telah

membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih untuk ilmu dan pengalamannya yang telah diberikan kepada penulis.

10. Bapak Drs. Jumani Darjo, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Gadingrejo, terima kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan SMA Negeri 1 Gadingrejo sebagai tempat penelitian skripsi ini. 11. Ibu Wuryaningsih, S.Pd., Ibu Rini Widyastuti S.Pd., Ibu Dra. Hermin

Budiarsih, M.Pd., Bapak Drs. Hasan Basri Ami dan Dra. Hartinah selaku guru mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1 Gadingrejo, terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan motivasi serta informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dalam skripsi ini.

12. Ibu Yulita Hayani, S.Pd. dan Ibu Setijani Rahayu, S.Pd., guru ekonomi di SMA Negeri 1 Liwa terimakasih untuk bimbingan dan motivasi selama penulis melakasanakan PPL di SMA Negeri 1 Liwa.


(12)

Serta siswa – siswi di SMA Negeri 1 Liwa terima kasih untuk kerjasamanya selama penulis melakukan PPL di SMA Negeri 1 Liwa.

14. Kedua orang tuaku, Bapak Sarmani dan Ibu Khamilah beriburibu kata terima kasih karena telah mendoakanku dalam pengharapan-pengharapan yang pasti. Kesabaran, senyuman, air mata, tenaga dan pikiran tercurah di setiap perjuangan dan doamu menjadi kunci kesuksesanku di kemudian hari. Tidak ada doa yang terkabulkan selain doa dari orangtua yang ikhlas.

15. Kakak ku Dewi Veni Astuti dan Adik ku Nanda Reza Adelia terima kasih buat dukungan dan motivasi sepanjang umur ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kalian. Amin Ya Rabbal A’lamiin.

16. Sahabat-sahabatku Opi, Endah, Novita, Lia dan Ani. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini, selalu menerima dan membantuku disetiap kesulitan menghadapi semester demi semester.

17. Rekan seperjuangan ku Mareta terimakasih untuk masukannya, sarannya dan saling bertukar pikiran dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.

18. Teman – teman di kontrakkan yang selalu ramai, Nora, Ayu, Digus, Dian Tri, dan dedek Yanti, terimakasih untuk kebersamaannya, canda tawa kalian yang selalu menghibur ku saat lelah mengerjakan skripsi.

19. Teman-teman penerima beasiswa Bidikmisi, terima kasih atas semua bantuan yang kalian berikan selama ini.


(13)

ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT.

21. Kakak dan adik tingkatku semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya.

22. Kak Dani dan Om Herdi terima kasih telah memberikan masukan dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini.

23. Sahabat KKN PPL yang tak akan pernah terlupa, Indah, neneng Arta, Dina, Dedeh, Veni, Kadek, Ana, Sister Yuni, Dwi, Meri, Ical, dan kak Lukman, terima kasih telah memberikan banyak pengalaman dan kebahagiaan, serta keluarga besar SMA N 1 Liwa Kabupaten Lampung Barat.

24. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Perumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Kegunaan Penelitian ... 15

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka... 17

1. Sikap Sosial ... 17

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PBL ... 27

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PjBL ... 31

B. Penelitian yang Relevan ... 33


(15)

D. Hipotesis ... 47

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 49

1. Desain eksperimen ... 50

2. Prosedur Penelitian ... 51

B. Populasi dan Sampel ... 54

C. Variabel Penelitian ... 55

D. Definisi Konseptual Variabel ... 56

E. Definisi Operasional Variabel ... 57

F. Teknik Pengumpulan Data ... 59

G. Uji Persyaratan Instrumen... 60

1. Uji Validitas Instrumen ... 60

2. Uji Realibiitas Instrumen ... 62

H. Analisis Data ... 63

1. Uji Normalitas ... 64

2. Uji Homogenitas ... 64

I. Teknik Analisis Data ... 65

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data ... 69

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gadingrejo ... 69

2. Visi SMA Negeri 1 Gadingrejo ... 70

3. Misi SMA Negeri 1 Gadingrejo ... 71

4. Situasi dan Kondisi Sekolsh ... 71

5. Proses Belajar Mengajar di SMA Negeri Gadingrejo ... 73

B. Implementasi Proses Pembelajaran ... 73

1. Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif Tipe Problem Based Learning Kelas Eksperimen ... 73

2. Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif Tipe Project Based Learning pada kelas control ... 74

C. Deskripsi Data Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 76

1. Deskripsi Data pada Kelas Eksperimen ... 76

a. Data hasil sikap jujur pada kelas eksperimen ... 76

b. Data hasil sikap tanggungjawab pada kelas eksperimen ... 78

c. Data hasil sikap kerjasama pada kelas eksperimen ... 80

d. Data hasil sikap santun pada kelas eksperimen ... 81

e. Data hasil sikap percaya diri pada kelas eksperimen ... 83

2. Deskripsi Data pada Kelas Kontrol... 85

a. Data hasil sikap jujur siswa pada kelas control ... 85

b. Data hasil sikap tanggung jawab siswa kelas control ... 87

c. Data hasil sikap kerjasama siswa pada kelas control ... 88

d. Data hasil sikap santun siswa pada kelas control ... 90

e. Data hasil sikap percaya diri siswa kelas control ... 91


(16)

E. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 96

1. Uji normalitas... 97

2. Uji homogenitas ... 97

3. Uji homogenitas matriks varian/covarians ... 99

F. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 100

1. Analisis MANOVA multivariate analis of varians ... 100

2. Pengujian Hipotesis ... 103

G. Pembahasan ... 107

1. Terdapat perbedaan sikap sosial siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran PBL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model PjBL ... .107

2. Rata – rata sikap jujur siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model PBL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model PjBL ... 108

3. Rata – rata sikap tanggung jawab siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model PBL lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model PjBL ... 109

4. Rata – rata sikap kerjasama siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model PBL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model PjBL ... 112

5. Rata – rata sikap santun siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model PBL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model PjBL ... 113

6. Rata – rata sikap santun siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model PBL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model PjBL ... 115

V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 117

B. Saran... 119 DAFTAR PUSTAKA


(17)

Daftar Lampiran

1. Silabus ekonomi Kelas X

2. RPP model pembelajaran Problem Based Leraning 3. RPP model pembelajaran Project Based Leraning 4. Instrumen untuk mengamati sikap social siswa 5. Rubrik penilaian sikap sosial siswa

6. Lembar observasi sikap sosial siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol 7. Daftar nama siswa kelas eksperimen

8. Daftra nama siswa kelas kontrol

9. Daftar kelompok siswa kelas eksperimen 10.Daftar kelompok siswa kelas kontrol

11.Rekap nilai sikap sosial siswa kelas eksperimen 12.Rekap nilai sikap sosial siswa kelas kontrol 13.Hasil uji validitas

14.Hasil uji reliabilitas

15.Hasil uji normalitas kelas eksperimen 16.Hasil uji normalitas kelas kontrol 17.Hasil uji analisis MANOVA

18.Hasil Uji t-test dua sampel independent 19.Surat izin penelitian pendahuluan 20.Surat izin penelitian lanjutan


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan mampu merubah pola hidup mausia dari pola tradisional menjadi pola yang

modern. Seiring berkembangnya jaman, dunia pendidikan juga semakin

berkembang pesat yang telah banyak merubah pola pikir pendidik dari yang awam dan kaku menjadi lebih modern dan professional. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan dunia pendidikan, sehingga diperlukan cara agar tujuan

pendidikan dapat dicapai.

Pentingnya pendidikan dalam kehidupan yakni guna membangun sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga pendidikan harus dilakukan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan investasi, yang akan menjadikan seseorang memiliki kualitas dan mampu mengembangkan potensi seseorang, sehingga akan menjadikan manusia yang berguna bagi dirinya, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif megembangkan potensi


(19)

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakt, bangsa dan negara. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab .

Persoalan pendidikan berkaitan dengan rendahnya ketersediaan sarana belajar dan hasil pembelajaran. Persolan tersebut salah satunya disebabkan oleh rendahnya kreativitas dan dedikasi guru dalam menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan hasil yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Secara prinsip kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup manusia.

Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan dengan persoalan kurikulum, persoalan tersebut berkenaan dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013. Implementasi kurikulum 2013 hasil belajar lebih ditekankan ke ranah afektif (sikap). Untuk dapat mengukur ketercapaian ranah afektif, guru dapat melakukan penilaian melalui observasi, jurnal, penilaian diri, dan penilaian teman sebaya. Penggunaan strategi


(20)

dirancang yang nantinya akan menghasilkan output yang mandiri, bertanggung jawab, disiplin, santun, kerjasama, toleran, dan jujur.

Pembelajaran dilakukan dengan tahapan-tahapan yaitu tahapan perencanaan, tahapan pembuatan perangkat pembelajaran termasuk memilih pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran serta tahapan evaluasi. Tahapan-tahapan pembelajaran tersebut saling berkaitan sehingga tidak dapat berdiri sendiri.

Pemilihan model-model pembelajaran yang tepat akan sangat mendukung

ketercapaian hasil belajar yang ditekankan ke ranah afektif di dalam implementasi kurikulum 2013.

Proses pembelajaan yang diterapkan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan proses saintifik dan siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang meraka hadapi, guru menilai siswa kedalam tiga ranah, yaitu mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Semua mata pelajaran harus mencakup ketiga ranah tersebut. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, ketermpilan, dan pengetahuan secara proporsional.

Mata pelajaran Ekonomi/Akuntansi pada jenjang pendidikan menengah

merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa di sekolah khususnya siswa pada kelas peminatan Ilmu-ilmu Sosial (IIS), tidak hanya bagi siswa kelas peminatan Ilmu-ilmu Sosial saja yang mempelajari ekonomi, siswa-siswi dari peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam banyak yang memilih mata pelajaran ekonomi sebagai program lintas minat mereka.


(21)

Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas sedangkan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Pengertian ini menandakan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu sepanajang hayat artinya ilmu yang digunakan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Setiap siswa memiliki potensi dan hambatan-hanbatan yang berbeda dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, guru perlu melakukan upaya agar hambatan-hambatan yang dihadapi oleh siswa menjadi peluang sebagai dorongan dan semangat dalam belajar. Berdasarkan penelitian

pendahuluan dan wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi akuntansi di SMA Negeri 1 Gadingrejo, model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran ekonomi adalah metode langsung sedangkan metode belajar kelompok merupakan salah satu variasi dalam proses pembelajaran.

Pencapaian hasil belajar pada implementasi kurikulum 2013 lebih ditekankan kedalam ranah afektif yaitu sikap sosial yang meliputi sikap jujur, tanggung jawab, kerjasama, santun dan percaya diri. Penilaian pencapaian ranah afektif dapat dilakukan oleh guru melalui lembar observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya dan jurnal, dalampenelitian ini peneliti meggunakan lembar observasi untuk menilai sikap sosial siswa.

Guru tidak hanya memberikan pengetahuan dan pembelajaran kepada siswa disini guru biasa memasukan sisi-sisi sikap yang baik kepada peserta didik sebagai contoh kecil, guru mencontohkan kepada siswa bagaimana cara bertutur kata yang baik dan sopan kepada teman sekelompoknya pada saat pembelajaran dan


(22)

persentasi serta saling bekerjasama antar teman sehingga antara murid dengan yang lain akan peduli dengan teman sekelompoknya.

Penilaian sikap sosial siswa selama proses pembelajaran dapat dilakukan oleh guru melalui observasi di dalam kelas pada setiap kali pertemuan. Pencapaian hasil belajar ekonomi kelas X IPS di SMA Negeri 1 Gadingrejo dalam ranah afektif dapat ditunjukan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penilaian Sikap pertemuan ke-12 Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi kelas X IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo

Kelas

Sikap Sosial

Jml Tanggung Jawab Jujur Peduli Kerjasama

K C B SB K C B S

B K C B S

B K C B S B X

IPS 1 18 14 19 13 18 14 19 10 3 32 X

IPS 2 19 13 19 13 18 14 17 12 3 32 X

IPS 3 20 12 21 11 21 11 20 12 32 X

IPS 4 22 10 22 10 22 10 22 10 32 Perse

ntase 62 38 63 37 62 38 61 34 5 128

Kelas

Sikap Sosial

Jumlah Santun Percaya Diri Disiplin

K C B SB K C B SB K C B SB X IPS 1 17 10 4 15 10 7 2 17 13 32 X IPS 2 18 12 2 16 9 7 2 18 12 32 X IPS 3 20 12 20 9 3 4 18 10 32 X IPS 4 19 13 19 11 2 5 17 10 32

Persentase 58 37 5 55 30 15 10 55 35 128

Sumber: guru mata pelajaran ekonomi kelas X IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai sikap sosial siswa tergolong rendah. Hal ini terlihat dari persentasi jumlah siswa yang memiliki kriteria tanggung jawab “cukup” lebih besar yaitu 62% dibanding dengan jumlah siswa


(23)

yang memiliki kriteria tanggung jawab “baik” yang hanya 38%. Begitupula dengan sikap Jujur, siswa yang memiliki kriteria sikap jujur “cukup” memiliki persentasi 63 %, lebih besar dibanding dengan siswa yang memiliki kriteria sikap

jujur “baik”. Hal serupa juga terjadi pada penilaian sikap kerjasama, percaya diri,

santun dan disiplin. Pada sikap kerjasama siswa yang memiliki kriteria kerjasama

“cukup” memilik persentasi 61% dan siswa yang memiliki kriteria kerjasama

“baik” 34% jumlah ini lebih sedikit dibanding dengan siswa yang memiliki

kriteria “cukup” dan ada bebarapa siswa yang telah mencapai kriteria “sangat baik” yaitu sebesar 5%. Sedangkan pada evaluasi sikap sosial santun siswa yang

memiliki kriteria “cukup” jumlahnyapun lebih besar dibanding siswa yang telah

mencapai kriteria baik. Dengan memperhatikan Tabel 1 dapat diamati bahwa semua aspek sikap sosial siswa masih pada kategori cukup, walaupun ada beberapa siswa yang rasa percaya diri dan disiplinnya kurang.

Berdasarkan keadaan tersebut, pencapaian evaluasi sikap siswa didominasi pada kriteria cukup saja, bahkan masih dijumpai sikap yang masih masuk ke dalam kategori kurang, misal pada pencapaian sikap disiplin yaitu sebesar 10%. Hal ini menunjukan bahwa pencapaian penilaian sikap dalam proses pembelajaran harus lebih ditekankan dan ditingkatkan lagi, agar siswa memiliki karakter dan

kepribadian yang unggul serta mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang sering dihadapi oleh peserta didik. Kurang ketercapaiannya tujuan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh penggunaan model dan metode pembelajaran yang kurang efektif. Keadaan ini dapat dilihat dari metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode langsung atau metode


(24)

ceramah. Metode ceramah banyak digunakan oleh pengajar di SMA Negeri 1 Gadingrejo, termasuk mata pelajaran ekonomi.

Metode ceramah dianggap lebih sederhana dan mudah dilaksanakan, walaupun memiliki banyak kelemahan. Pada metode langsung, pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran techer centered membuat siswa pasif karena dalam kegiatan pembelajaran siswa hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampiakan oleh guru. Selain itu metode ini juga dianggap membosankan. Jika metode langsung digunakan secara terus menerus,

dikhawatirkan dapat menghambat kreativitas siswa yang nantinya berdampak pada kurangnya sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan keadaan tersebut, untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa yang berdampak pada semakin tumbuhnya sikap sosial siswa selama proses

pembelajaran maka digunakan metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.

Penerapan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang

bermuatan akademik”. Model pembelajaran ini dapat membuka kesempatan siswa untuk ikut berpartisipasi dan berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok


(25)

diterapakan pada pembelajaran ekonomi karena dalam mempelajari ekonomi tidak hanya mengetahui dan menghafal konsep saja, tetapi juga dibutuhkan pemahaman serta kemampuan menyelesaikan masalah yang terkait dengan ekonomi.

Sebagai salah satu upaya dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi dan untuk membangun sikap sosial siswa agar menjadi pribadi yang unggul, peneliti memilih model pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL) karena model pembelajaran ini dapat

meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir dan bersikap sosial serta menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning merupakan varian dari diskusi kelompok. Menurut Arends dalam Sani (2013: 138) pembelajaran berbasis masalah (PBL) akan dapat membantu peserta didik untuk

mengembangkan keterampilan berpikir dan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan memjadi pembelajar mandiri. Teknis pembelajaran berbasis masalah dimulai dari guru memaparakan permasalahan yang akan dikaji (permasalahan dapat di ambil dari pengalaman pribadi siswa), siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil, siswa melakukan kajian secara independent terkait permasalahan yang akan diselesaikan, melakukan tukar informasi, menyajikan solusi yang mereka temukan, dan tahap yang paling akhir siswa dibantu oeh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran PBL sangat cocok untuk diterapkan pada jenjang pendidikan menengah atas dan perguruan tinng tinggi, tetapi kurang tepat untuk ditrapkan


(26)

pada jenjang SD dan sekolah menengah pertama, karena di dalam penerapan model pemelajaran PBL akan membutuhkan waktu yang cukup lama, dan membutuhkan wawasan yang luas yang harus dimiliki peserta didik,

membutuhkan penalaran yang logis dalam proses pengidentifikasian masalah serta mampu memberikan solusi-solusi yang tepat dalam pemecahan masalah,

berdasarkan data-data yang akurat.

Pembelajaran kooperatif tipe Probem Based Learning yang diterapkan peneliti pada kelas eksperimen dilakukan sebanyak enam kali pertemuan. Siswa dikelompokan menjadi lima kelompok, kemudian setiap kelompok diberikan permasalahan yang berbeda, terkait Bank, OJK, LKBB, dan Kredit. Peserta didik dituntut untuk mampu berkerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan yang diberikan kemudian menyajikan solusi yang mereka dapatkan dalam peyelelesaian masalah tersebut.

Model pembelajaran koperatif tipe Project Based Learning merupakan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dngan materi ajar dan komptensi yang diharapkan dimiliki peserta didik (Sani, 2013: 26). Metode PjBL ini mencakup kegiatan menyelesaikan masalah, pengambilan keputusan, keterampilan melakukan investigasi, dan keterampilan mebuat karya. Tipe Project Based Learning memberdayakan potensi siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya terhadap materi yang diajarkan.

Model pembelajaran koopertaif tipe Project Based Learning sangat cocok


(27)

kurang cocok untuk diterapakan pada jenjang sekolah dasar dan sekolah menegnah pertama. Implementasi model PjBL peserta didik harus mampu

mengembangkan ide yang kreatif, ketarampilan dan gagasan – gagasan baru untuk mencipatakan suatu proyek dan mampu mempertanggungjawabkan proyek yang ditugaskan oleh guru, mengumpulkan data dan informasi sebaik - baiknya, karena hasil karya yang dihasilkan oleh peserta didik akan disajikan di dalam kelas bahkan pada khalayak ramai. Siswa pada jenjang sekolah dasar dan menengah pertama masih banyak memerlukan bimbingan tutorial yang intensif dari guru dalam penyelesaian tugas, mereka belum mampu bertanggung jawab untuk dirinya sendiri apalagi untuk kepentingan bersama.

Tugas proyek yang diberikan kepada peserta didik ialah setiap kelompok diminta untuk berkunjung ke Bank (Mandiri, BNI, BRI, BCA dan Muamalat) untuk melakukan wawancara dengan salah satu petugas bank. Wawancara yang dilakukan ialah wawancara mengenai produk dan jasa apa saja yang ditawarkan oleh masing-masing bank tersebut di atas. Hasil wawancara akan disajikan dalam bentuk kliping dan dilaporakan dalam bentuk lisan.

Berdasarkan hal di atas, untuk menemukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat diterapkan pada setiap kondisi siswa dikelas serta untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Penulis berkeinginan menerapakan model pembelajaran kooperatif yang diharapakan dapat menumbuhkan sikap sosial siswa dalam proses kegiatan mengajar yang harus menjadi tujuan dalam pembelajaran dan harus dikembangkan oleh setiap guru bidang studi sikap social siswa kan terwujud melalui tingkah laku dan perbuatannya di dalam berinteraksi dengan


(28)

lingkungan sosial, meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, serta menumbuhkan sikap positif siswa dalam belajar. (Huda, 2013: 135).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning dan Project Based Learning Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasi permasalahan sebagai berikut.

1. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

2. Minat siswa terhadap mata pelajaran ekonomi masih rendah. 3. Orientasi siswa dalam belajar cenderung ke aspek kognitifnya saja

4. Pencapaian sikap sosial siswa dalam proses pembelajaran masih tergolong rendah, kerena masih dalam kategori cukup.

5. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. 6. Pembelajaran masih berpusat pada guru.


(29)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan. Penelitian ini hanya membatasi pada perbandingan antara sikap sosial siswa pada mata pelajaran ekonomi yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe PBL dan model pembelajaran kooperatif tipe PjBL pada pokok bahasan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah.

1. Apakah ada perbedaan sikap sosial siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan yang pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning (PjBL)

2. Manakah yang lebih tinggi sikap jujur siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan yang pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning (PjBL)

3. Manakah yang lebih tinggi sikap tanggungjawab siswa yang


(30)

Learning (PBL) dan yang pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning (PjBL)

4. Manakah yang lebih tinggi sikap kerjasama siswa yang pemebelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan yang pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning (PjBL)

5. Manakah yang lebih tinggi sikap santun siswa yang pemebelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan yang pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning (PjBL)

6. Manakah yang lebih tinggi sikap percaya diri siswa yang

pemebelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan yang pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning (PjBL)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk.

1. Mengetahui perbedaan sikap sosial siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning dibandingkan model

pembelajaran Koperatif Tipe Project Based Learning pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo.

2. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap jujur siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning


(31)

dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Project Based Learning pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo 3. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap tanggung jawab

siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Project Based Learning pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo. 4. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap kerjasama siswa

pada model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning

dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Project Based Learning pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo. 5. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap percaya diri pada

model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning

dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Project Based Learning pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo. 6. Mengetahui manakah yang lebih tinggi rata-rata sikap santun siswa model

pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning dibandingkan model pembelajaran Koperatif Tipe Project Based Learning pada mata pelajaran ekonomi kelas X IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo.


(32)

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi.

1. Secara Teoritis

a. Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran kepada guru mata pelajaran ekonomi tentang alternatif strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar khususnya pada ranah Afektif (sikap)

b. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang menekankan ada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran ekonomi

2. Secara Praktis

a. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka memberikan pembelajaran ekonomi khususnya

b. Bagi guru mata pelajaran ekonomi dapat meningkatkan dan memperbaiki system pembelajaran di kelas.


(33)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah.

1. Objek penelitian

Objek penilitian ini adalah sikap sosial siswa, model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning dan model pembelajaran kooperati tipe Project Based Learning.

2. Subjek Penellitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPS semester ganjil 3. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gadingrejo 4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015 5. Metode Penelitian


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Sikap Sosial

Menurut Bell Gredler dalam Udin (2007: 15) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skill dan attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Sedangkan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Gagne, Brigs, dan Wager dalam Udin (2007: 1.19). Hasil dari proses pembelajaran kita kenal dengan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, (sudjana, 2005: 22).

Proses belajar yang dialami setiap individu terjadi dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan belajar manusia akan


(35)

mengalami suatu perubahan. Selain itu, belajar juga dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat dimanfaatkan bagi diri sendiri dan masyarakat. Hal ini didukung oleh pendapat M. Dalyono

(2009: 49) yang menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan

yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan

sebagainya”. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan. Perubahan yang terjadi bersifat konstan dan membekas.

Hasil belajar dari proses pembelajaran dapat terbagi menjadi tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Pada implementasi kurikulum 2013 hasil belajar lebih ditekankan ke dalam ranah afektif. Menurut Udin (2007: 21) pengembangan karakteristik afektif memerlukan upaya secara sadar dan sistematis, terjadinya proses belajar mengajar dalam ranah afektif dapat diketahui dari tingkah laku murid yang menunjukan adanya kesenangan belajar.

Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan berinteraksi di lingkungan sosial yaitu masyarakat, sekolah maupun lembaga. Menurut Triandis dalam Slameto (2010: 188) sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini selalu disertai dengan perasaan positif atau negatif.


(36)

Menurut Slameto (2010: 191), ada beberapa metode yang dipergunakan untuk mengubah sikap antara lain:

1. Dengan mengubah komponen kognitif dari sikap yang bersangkutan,. caranya dengan memberi informasi-informasi baru mengenai objek sikap, sehingga komponen kognitif menjadi luas. Hal ini akhirnya diharapakan akan merangsang komponen afektif dan komponen tingkah lakunya.

2. Dengan cara mengadakan kontak langsung dengan objek sikap. Dalam cara ini komponen afektif turut pula dirangsang. Cara ini paling sedikit akan merangsang orang-orang yang bersikap anti untuk berpikir lebih jauh tentang objek sikap yang tidak mereka senangi itu.

3. Dengan memaksa orang menampilkan tingkah laku-tingkah laku baru yang tidak konsisten dengan sikap-sikap yang sudah ada. Kadang-kadang ini dapat dilakukan melalui kekutan hukum. Dalam hal ini kita berusaha langsung mengubah komponen tingkah lakunya.

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu,

membawa diri sesuai dengan penilaian, (Dimyanti dan Midjiono 2006: 239). Jadi sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial. Sikap social dapat

dipengaruhi oleh lingkungan sekolah peserta didik. Sikap social berpengaruh terhadap kecapaian tujuan pembelajaran.

Sikap merupakan sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap social. Sikap social yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Sikap sosial (Imas dan Berlin Sani 20013: 68) dapat berupa sikap sebagai berikut

1. Sikap Jujur

Jujur adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indicator pada sikap jujur misalnya siswwa tidak mencontek pada saat ulangan, selalu mencantumkan sumber data dan


(37)

informasi/tidak melakukan plagiat dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, melaporkan informasi sesuai dengan data yang dikumpulkan dan berani mengakui kekurangan yang dimiliki. 2. Tanggungjawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, lingkunan social, Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Indikator dalam sikap tanggungjawab misalnya berani menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, mampu menyelesaikan tugas individu maupun kelompok dengan baik, mengakui kesalahan yang dilakukan, dan tidak menyalahkan orang lain dalam mengerjakan tugas kelompok.

3. Kerjasama

Kerjasama adalah sikap bersedia bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas. Indicator dari sikap kerjasama, misalnya terlibat aktif dalam kerja kelompok, bersedia menolong teman yang mengelami kesulitan dalam belajar, bersedia melakukan tugas sesuai kesepakatan dan tidak mendahulukan kepentingan pribadi.

4. Santun

Santun adalah sikap baik dalam pergaulan, baik dalam berbahasa, maupun bertingkah laku. Indicator dari sikap santun ialah tidak

mengobrol saat jam pelajaran berlangsung, menggunakan bahasa yang santun saat menyampaikan pendapat, mengkritik pendapat dengan menggunakan bahasa yang santun dan memperhatikan teman yang sedang berpresentasi.

5. Percaya diri

Percaya diri adalah sikap yang berhubungan dengan kondisi mental atau psikologis seseorang yang member keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak. Indicator dari sikap percaya diri ialah berani presentasi di depan kelas, berani berpendapat, bertanya atau menjawab

pertanyaan, berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu serta berani mengkritik pendapat orang lain dengan pendapat yang logis.

Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (banyak orang-orang dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan, yang di kenal sebagai lingkungan social siswa.


(38)

Dalam lingkungan social tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Dalam kehidupan trsebut terjadi pergaulan, seperti hubungan social tertentu seperti, kerjasama dan berkompetisi.

Pengaruh lingkungan social pada diri peserta didik menurut Dimyanti dan Midjiono (2009: 253) dapat berupa hal-hal sebagai berikut.

1. Pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang akan berakibat memperkuat atau memperlemah konsentrasi belajar.

2. Suasana social mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun dan damai. Suasana belajar tersebut berpengaruh pada semangat dan proses belajar siswa

3. Lingkungan belajar siswa di sekolah atau juga di kelas dapat berpengaruh pada semangat belajar di dalam kelas. Sikap positif dan negative terhadap guru akan berpengaruh pada kewibawaan guru. Akibatnya apabila guru menegakan kewibawaan maka ia akan dapat mengelola proses belajar dengan baik, dan sebaliknya.

M. Ngalim Purwanto berpendapat pengertian sikap sosial adalah cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu, sikap adalah suatu perbuatan/tingkah laku sebagai reaksi respon terhadap suatu rangsangan stimulus yang disertai dengan pendirian dan atau perasaan itu sendiri. Pembelajaran yang menimbulkan interaksi belajar-mengajar antara guru-siswa mendorong perilaku belajar siswa

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap

1. Faktor intern yaitu faktor dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor intern berupa selectivity atas adanya pilihan seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

2. Faktor ekstern faktor yang terdapat diluar pribadi seseorang . faktor berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misal interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan yang sampai padanya melalui alat-alat

komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya.


(39)

Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.

Menurut Slameto (2010: 189), sikap terbentuk melalui berbagai macam cara antara lain:

1. Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman traumatik

2. Melalui imitasi, peniruan dapat terjadi tanpa disengaja, dapat pula dengan sengaja. Dalam hal terakhir individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap mode, di samping itu diperlukan pula pemahaman dan kemampuan untuk mengenal dan mengingat model yang hendak ditiru, peniruan akan terjadi lebih lancar bila dilakukan secara kolektif daripada perorangan.

3. Melalui sugesti, di sini seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya.

4. Melalui identifikasi, disini seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya meniru dalam hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai. Identifikasi seperti ini sering terjadi antara anak dengan ayah, pengikut dengan pemimpin, siswa dengan guru, antara anggota suatu kelompok dengan anggota lainnya dalam kelompok tersebut yang dianggap paling mewakili kelompok yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa aspek afektif pada diri siswa besar perananannya dalam pendidikan, dan karenanya tidak dapat kita abaikan begitu saja. Pengukuran terhadap aspek ini sangat berguna dan lebih dari itu kita harus memanfaatkan pengetahuan kita mengenai karakteristik-karakteristik afektif siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.

Perubahan zaman akan membawa perubahan dalam hal-hal yang dibutuhkan dan diinginkan oleh orang-orang pada saat tertentu, juga akan terjadi


(40)

perubahan dalam sikap mereka terhadap berbagai objek, ini menunjukan bahwa usaha mengubah sikap perlu dikaitkan pula dengan kebutuhan dan keinginan dari orang-orang yang akan diusahakan perubahan sikapnya. Merangsang perubahan sikap pada diri seseorang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, karena ada kecenderungan sikap-sikap untuk bertahan.

Menurut Slameto (2013: 190) ada banyak hal yang menyebabkan sulitnya mengubah suatu sikap, antara lain:

1. Adanya dukungan dari lingkungan terhadap sikap yang bersangkutan, manusia selalu ingin mendapatkan respon dan penerimaan dari

lingkungan, karena itu ia akan berusaha menampilkan sikap-sikap yang dibenarkan oleh lingkungannya, keadaan semacam ini membuat orang tidak cepat mengubah sikapnya.

2. Adanya peranan tertentu dari suatu sikap dalam kepribadian seseorang (misalnya egodefensive).

3. Bekerjanya asas elektifitas, seseorang cenderung untuk tidak mempersepsi data-data baru yang mengandung informasi yang bertentangan dengan pandangan-pandangan dan sikap-siapnya telah ada, kalaupun sampai dipersepsi, biasanya tidak bertahan lama, yang bertahan lama adalah informasi yang sejalan dengan pandangan atau sikapnya yang sudah ada.

4. Bekerjanya prinsip mempertahankan keseimbangan, bila kepada seseorang disajikan informasi yang dapat membawa suatu perubahan dalam dunia psikologisnya maka informasi itu akan dipersepsi sedemikian rupa, sehingga hanya akan menyebabkan perubahan-perubahan yang seperlunya saja.

5. Adanya kecenderungan seseorang untuk menghindari kontak dengan data yang bertentangan dengan sikap-sikapnya yang telah ada (misalnya tidak mau menghadiri ceramah mengenai hal yang tidak disetujuinya). 6. Adanya sikap yang tidak kaku pada sementara orang untuk

mempertahankan pendapat-pendapatnya sendiri.

Lemahnya pendidikan afektif di sekolah disebabkan oleh berbagai factor. Salah satu factor penyebab tersebut ialah guru-guru merasa kurang mantap dalam merumuskan afektif. Sebab yang lain tujuan afektif lebih sulit diukur daripada tujuan kognitif, (Udin 2007: 21). Kegiatan pembelajaran pada implementasi


(41)

kurikulum 2013 lebih menekankan ke pendidikan afektif, khususnya pendidikan nilai dan sikap.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar dan mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai beberapa model

pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternative bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran dikelas berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Jhonson dalam (Rusman , 2012: 204) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai upaya mengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal mereka yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan jumlah empat sampai enam orang untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Heterogen yang dimaksud adalah siswa memiliki kemampuan akademik, agama, ras, ataupun jenis kelamin yang berbeda. Seperti yang dikatakan Slavin

(dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah


(42)

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6

orang dengan struktur kelompok heterogen”.

Menurut Ibrahim dkk (2000: 7) model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang terdiri dari.

a) Hasil belajar akademik.

b) Penerimaan terhadap keragaman. c) Pengembangan keterampilan sosial.

Senada dengan Widyantini (2006: 4), tujuan pembelajaran kooperatif adalah

“hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai

keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial”. Penerapan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sebenarnya dapat membantu guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran di beberapa aspek, namun keberhasilan tersebut juga tergantung pada usaha setiap

anggotanya. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilakukan dan interaksi yang terjadi antar siswa akan lebih intensif. Interaksi yang intensif tersebut dapat dipastikan komunikasi antar siswa berjalan dengan baik

Menurut Lie dalam Huda (2013: 56) menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif merupakan system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

terstruktur”.

Menurut Sani (2013: 131) tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.


(43)

2. Bersikap sopan terhadap teman 3. Mengkritik ide orang lain

4. Berani mempertahankan pikiran yang logis dan

5. Berbagai keterampilan yang bermanfaat untuk menjamin hubungan interpersonal

Hasil belajar yang diperoleh menggunakan model pembelajaran kooperatif menurun Arends dalam sani (2013: 132) ialah, (1) Prestasi akademis, (2) Toleransi, (3) Keterampilan sosial.

Adapun prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut Huda (2013: 78), meliputi.

a. Tujuan perumusan pelajaran siswa harus jelas

b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan pembelajaran c. Ketergantungan yang bersifat positif

d. Interaksi yang bersifat terbuka e. Tanggung jawab individu f. Kelompok bersifat heterogen

g. interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif h. Tindak lanjut (follow up)

i. Kepuasan dalam belajar

Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk Berdasarkan beberapa prinsip-prinsip pembelajaran di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerjasama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar.

Pembelajara kooperatif ini dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelejaran. Falsafah yang mendasari belajar cooperatif learning (pembelajaran gotong royong dalam pembelajaran adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial). Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik dan juga afektif untuk mengembangkan kecakapan siswa.


(44)

3. Model pembelajaran kooperatif tipe PBL

Pembelajaran kooperatif tipe PBL merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan keterampilan berpikir dan mengatasi masalah-masalah autentik. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) membahas situasi kehidupan yang ada di sekitar dengan penyelesaian yang tidak sederhana.

Problem Based Learning (PBL) pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970an di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai salah satu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada. Pembelajaran ini lebih melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka

menginterprestasikan dan penjelasan fenomena dunia nyata dan membangunan pemahamnnya tentang fenomena itu.

Menurut Tan dalam (Rusman, 2012: 229) Problem Based Learning (PBL) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa benar - benar dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara

berkesinambungan.

Menurut Arends dalam Trianto (2007: 68) model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun


(45)

pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri.

Menurut Sanjaya (2006: 212) ada tiga ciri utama dari PBL yakni: 1. PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam

pembelajaran ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa 2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah,

artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran atau masalah merupakan kata kunci dari proses pembelajaran 3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berpikir secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis (tahapan-tahapan) dan empiris (berdasarkan data dan fakta yang jelas)

Dari pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwa Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar, dengan membangun cara berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah, serta mengkonstruksi pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Problem Based Learning tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak - banyaknya kepada peserta didik.

Peran guru dalam PBL adalah menyodorkan berbagai masalah autentik, memfasilitasi penyelidikan, dan mendukung pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori pieget dan Vigotsky (kontruktivisme), (sani 2013: 139). Tahap pertama yang perlu dilakukan dalam pembelajaran adalah memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah sehingga mereka akan bertindak aktif membangun pengetahuannya. Sintaks model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.


(46)

Tabel 2. Sintaks model pembelajaran berbasis masalah

Fase Kegiatan Guru

Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik

Membahas tujuan pembelajaran, memaparkan kebutuhan logistic untuk pembelajaran, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif Mengorganisasikan

peserta didik untuk penyelidian

Membantu peserta didik dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar/penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan

Pelaksanaan investigasi

Mendorong peserta didik untuk memperoleh informasi yang tepat, melaksanakan

penyelidikan, dan mencari penjelasan solusi Mengembangkan dan

menyajikan hasil

Membantu peserta didik merencanakan produk yang tepat dan relevan, seperti laporan, rekaman video, dan sebagainya untuk keperluan

penyampaian hasil

Tahapan-tahapan model pembelajaran Problem Based Learning (Sani 2013: 141) sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan komptensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2. Guru menjelaskan logistic yang dibutuhkan, prosedur yang harus

dilakukan, dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

3. Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain).

4. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, emecahan masalah.

5. Guru membantu peserta didik dalam merencanakana karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan

temannnya.

6. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Variasi tahapan PBL yang dikemukakan oleh Moust dan kawan-kawan dalam sani (2013: 142)

1. Mengklarifikasi konsep yang belum jelas 2. Mendefinisikan permasalahan

3. Menganalisis permasalahan 4. Diskusi


(47)

6. Belajar mandiri 7. Evaluasi

Implementasi model PBL tentunya memiliki kelebihan dan kelemahannya. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari PBL.

Kelebihan PBL antara lain.

1. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata

2. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar

3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu saat itu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi 4. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok

5. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi

6. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri 7. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah

dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka

8. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching

Kekurangan PBL antara lain.

1. PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah

2. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas

3. PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja dalam kelompok. PBL sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi atau paling tidak sekolah menengah 4. PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga

dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh konten yang diharapkan walapun PBL berfokus pada masalah bukan konten materi

5. Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik

6. Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap (http://wacanawebsite.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-kooperatif-problem-based-learning.htm)


(48)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran problem based learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengguanakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah dalam kelompok, disiplin dalam mengerjakan tugas dan percaya diri dalam menyampaikan pendapat, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran.

4. Model Pembelajaran Tipe Project Based Learning (PjBL)

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang dilakukukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik, (Sani 2013: 226). Proyek yang dibuat sebaiknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat membantu masyarakat. Proyek yang di buat dapat berupa prototype atau produk sederhana.

Metode PjBL ini mencakup kegiatan menyelesaikan masalah (problem solving), pengambilan keputusan, keterampilan melakukan investigasi, dan keterampilan membuat karya. Peserta didik harus fokus menyelesaikan

masalah atau pertanyaan yang memandu mereka untuk memahami konsep dan prinsip yang terkait dengan proyek. Masing-masing kelompok belajar

mengajukan proyek yang berbeda. Untuk menyelesaikan masalah yang ditemui. Pembuatan proyek mungkin berlangsung lama dan juga perlu melakukan penguasaan beberapa materi mata pelajaran yang berbeda antar


(49)

mata pelajaran. Guru berperan dalam membantu peserta didik untuk melakukan pengerjaan proyek, menganalisis sketsa atau rancangan proyek jika diminta oleh kelompok, mengurus kebutuhan kerjasama yang mungkin diperlukan, dan sebagainya. Namun, tidak memberikan arahan tentang bagaimana

menyelesaikan proyek yang direncanakan oleh peserta didik. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang konsep dan prinsip merupakan sasaran yang dikehendaki dalam melibatkan mereka mengerjakan sebuah proyek.

Tahap pertama dalam pembelajaran PjBL ini adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, kompetensi yang harus dimilki oleh peserta didik, dan materi ajar yang harus dikuasai. Selanjutnya peserta didik membuat kelompok ajar dan mengidentifikasi permasalahan yang ada di lingkungan atau masyarakat yang terkait dengan tujuan pembelajaran atau materi pembelajaran. Kelompok belajar membuat rencana atau rancangan karya untuk mengatasi permasalahan atau menjawab pertanyaan yang diidentifikasi. Kemudian mereka mengerjakan proyek dan berupaya memahami konsep serta prinsip yang terkait dengan materi ajar secara mendalam. Tahap terakhir berbasis proyek adalah menampilkan atau memamerkan proyek yang telah di buat pada khalayak ramai. Peserta didik diberi kesempatan untuk menjelaskan tentang proses pembuatan proyek, deskripsi dan manfaat proyek yang di buat.

Langkah-langkah model pembelajaran PjBL (Sani, 2013: 227) adalah sebagai berikut:

1. Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan pembelajaran, motivasi dan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Peserta didik mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topic yang dikaji. Pertanyaan juga dapat diajukan oleh guru.


(50)

3. Kelompok membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian permasalahan yang diidentifikasi.

4. Kelompok membuat proyek atau karya dengan memahami konsep atau prinsip yang terkait dengan materi pelajaran.

5. Guru atau sekolah memfasilitasi pameran atas pekerjaan/karya yang dihasilkan oleh peserta didik.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding atau acuan dalam melakukan kajian penilitian. Penelitian yang relevan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Penelitian yang Relevan

Tahun Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

2010 Teny Octavia

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Kecakapan Kolabaratif dan Kemampuan Pemecahan Masalah mata pelajaran Fisika/ (PTK pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Bandar Lampung)

1. Rata-rata kecakapan kolaboratif siswa pada siklus 1 sebesar 83, 81% siswa dengan kategori baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 9,04 % menjadi 92, 85%. Pada siklus III mengalami

penngkatan sebesar 4, 15% menjadi 97,00%. Suatu pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan dari siklus pertama hingga siklus akhir. 2. Rata-rata kemampuan

pemecahan masalah siswa pada siklus I sebesar 70,53% dengan kategori baik, pada siklus II terjadi peningkatan sebesar


(51)

5,38% menjadi 75, 91%dengan kategori baik, pada siklus III mengalami

peningkatan sebesar 90,96% menjadi 85,86% dengan kategori sangat baik. Pada siklus II siswa sudah dimulai dari siklus I. 2010 Eka Sry Mustiawati Saputi Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Dengan Teknik Bertanya Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika

1. Melalui kegiatan diskusi dan percobaan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan teknik bertanya persentase rata-rata aktivitas siswa meningkat dari siklus II ke Ssiklus III terjadi peningkatan dari 76, 87% menjadi 79,60%.

2. Melalui kegiatan diskusi dan percobaan dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan teknik bertanya persentase rata-rata nilai

kemampuan kognitif siswa meningkat siklus I (62,93%) ke siklus II (69,14%). Sedangkan dari siklus III meningkat dari 69,14% menjadi 77,76%.

2013 Ery Purwanty Study Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi dengan Menggunakan model Pembelajaran Koperatif Tipe Group Investigation

1. Ada perbedaan hasil belajar ekonomi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tipe Lanjutan Tabel 3 Penelitian yang Relevan


(52)

(GI) dan Tipe Problem Based Learning (PBL) di SMA Negeri 1 Kalirejo Tahun Pelajaran 2012/2013 Group Investigation dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning 2. Rata-rata hasil

belajar ekonomi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) lebih tinggi disbandingkan dengan yang pembelajarnnya menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe Problem Based Learning

2009 Umi Thohijibah Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan keterampilan

Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-7 SMAN 1 Malang

Hasil peneleitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran model PBL telah terlaksana dengan baik.

Kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat menjadi 67% ,

sedangkan keterampila proses sains siswa meningkat menjadi 85% jadi ketarampilan berpikir kreatif siswa dan keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan melalui penerapan model pembelajaran PBL Lanjutan Tabel 3. Penelitian yang Relevan


(53)

C. Kerangka Pikir

Penerapan model pembelajaran yang tepat pada materi pelajaran membantu siswa dalam menunjang keberhasilan. Guru-guru di sekoah masih banyak yang menggunakan metode langsung sehingga guru dituntut untuk menguasai materi pelajaran (teacher centered) sehingga siswa menjadi pasif dan kreativitasnya terbatas. Namun, adanya model-model pembelajaran kooperatif yang mulai digunakan, membuat kreativitas dan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran menjadi motivasi siswa dalam mencapai keberhasilan. Guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa. Terdapat banyak model pembelajaran kooperatif tipe PBL dan PjBL.

Variabel bebas (Independent) dalam penenlitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning dan Project Based Learning. Variable terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah hasil belajar Ekonomi kelas X IPS yang lebih di tekankan ke penilaian Afektif yaitu sikap. Untuk merumuskan hipotesis maka perlu dilakukan argumentasi sebagai berikut:

1. Perbedaan Sikap Sosial Siswa Pada Mata Pelajara Ekonomi Yang Menggunakan Model Kooperatif Tipe PBL dibandingkan Tipe PjBL Model pembelajaran merupakan proses atau cara untuk menempuh

pembelajaran, dengan model pembelajaran yang kreatif akan menimbulkan kesan yang menyenangkan bagi para siswa dan akan mempermudah para siswa untuk mengatasi kesulitan belajar yang ia hadapi. Problem Based


(54)

Learning dan Project Based Learning merupakan model pembelajaran kooperatif atau berkelompok.

Langkah-langkah penerapan model PBL sebagai berikut.

1. Guru menjelaskan komptensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2. Guru menjelaskan logistic yang dibutuhkan, prosedur yang harus

dilakukan, dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

3. Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain).

4. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, emecahan masalah.

5. Guru membantu peserta didik dalam merencanakana karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannnya. 6. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Langkah-langkah model pembelajaran PjBL (Sani, 2013: 227) adalah sebagai berikut.

1. Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan pembelajaran, motivasi dan kompetensi yang ingin dicapai.


(55)

2. Peserta didik mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topic yang dikaji. Pertanyaan juga dapat diajukan oleh guru.

3. Kelompok membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian permasalahan yang diidentifikasi.

4. Kelompok membuat proyek atau karya dengan memahami konsep atau prinsip yang terkait dengan materi pelajaran.

5. Guru atau sekolah memfasilitasi pameran atas pekerjaan/karya yang dihasilkan oleh peserta didik.

Dari uraia rata-rata di atas terdapat perbedaan karakteristik antara kedua model tersebut, sehingga dimungkinkan adanya perbedaan sikap sosial siswa antara siswa yan di ajar menggunakan model Problem Based Learning dengan siswa yang diajar menggunakan model Project Based Lerning. Pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas X program IPS di SMA Negeri 1 Gadingrejo.

2. Rata-rata Sikap jujur Siswa Pada Mata Pelajara Ekonomi Yang Menggunakan Model Kooperatif Tipe PBL Lebih Tinggi

dibandingkan Tipe PjBL

Model pembelajaran merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa, pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat

memaksimalkan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan meskipun ada factor lain yang ikut menentukan. Belajar yang terbaik adalah mengalami sendiri, dalam mengalami sendiri itu si pelajar menggunakan panca indera.


(56)

Adapun hal-hal yang pokok dalam belajar adalah bahwa belajar membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual, maupun potensial,bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, bahwa perubahan itu terjadi karena usaha sengaja atau disengaja). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah menemukan ide-ide, serta mampu berpikir kritis.

Setiap siswa harus mampu membangun sendiri pengetahuan dalam

benaknya, sedangkan guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan dan menetapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Teory ini berkembang dari kerja Pieget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, teori berpikir kritis, dan teori psikologi kognitif lain. Model pembelajaran yang dapat dipilih adalah kooperatif, salah satunya model ini adalah menekankan adanya kerjasama kelompok atau interaksi kelmpok. Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, dua diantaranya adalah tipe PBL dan PjBL. Kedua model pembelajaran ini memiliki langkah-langkah yang sedikit berbeda.

Model kooperatif tipe PBL guru membentuk kelompok yang anggotanya heterogen, kemudian guru menjelaskan kompetensi yang ingin di capai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan serta


(57)

Guru juga menjelaskan logistic yang dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan, dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Lalu guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topic, tugas, jadwal, dan lain-lain).

Guru juga harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. Selanjutnya guru membantu peserta didik dalam merencanakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. Langkah terakhir ialah guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Pembelajaran model ini juga menuntut sumbangan pikiran dari setiap siswa di dalam kelompok sehingga siswa tidak

tergantung pada anggotanya dan akan menimbulkan rasa tanggung jawab belajar pada diri siswa. Tipe ini juga melibatkan siswa untuk bekerjasama karena melibatkan seluruh siswa dalam memecahkan masalah. Setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki kesempatan yang sama untuk saling berbagi ide atau pendapat sehingga dapat menghindari dominasi oleh beberapa siswa saja.

Sedangkan, model pembelajaran tipe PjBL, guru memaparkan topic yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan kompetensi yang akan dicapai. Kemudian peserta didik di minta untuk mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topic yang dikaji, pertanyaan juga dapat


(58)

diajukan oleh guru. Lalu setiap kelompok membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian permasalahan yang diidentifikasi, selanjutnya

kelompok membuat proyek atau karya dengan memahami konsep atau prinsip yang terkait dengan materi pelajaran. Langkah terakhir guru atau sekolah memfasilitasi pameran atas pekerjaan/proyek yang dihasilkan oleh peserta didik. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk memperdalam pengetahuan keterampilan yang diperoleh dengan cara membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik.

Jika dikaitkan atas teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori Piaget dan Vygotsky (kontruktuvisme), maka model pembelajaran tipe PBL dapat menumbuhkan kecakapan peserta didik untuk terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan dapat mengaplikasiannya, selain itu juga dapat meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam memecahkan permasalahan serta dapat mengingat konsep secara lebih lama. Menurut Djamarah (2006: 84) menjelaskan bahwa metode atau model yang berbeda akan menyebabkan perbedaan motivasi belajar siswa dan nantinya akan menimbulkan hasil belajar.

3. Rata-rata Sikap Tanggung Jawab Siswa Pada Mata Pelajaran

Ekonomi yang Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Tipe PBL lebih tinggi dibandingkan PjBL

Sikap social tanggung jawab siswa pada kelas PBL akan berbeda dengan kelas PjBL. Perbedaan hasil belajar pada sikap tanggung jawab siswa


(59)

terjadi karena dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajaran yang berbeda pada kelas eksperiman dan kelas kontrol, pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran tipe Problem Based Learning dan pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Project Based Learning selama 6 kali pertemuan pada masing-masing kelas.

Melalui model pembelajaran Problem Based Learning siswa dituntut untuk mampu berinteraksi dengan lingkungan social dalam penyelidikan dan mencari solusi dari permasalahan yang diberikan kepadanya. Penerapan model problem based lerning dengan cara mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang tepat dalam penyelesaian masalah tersebut pada

praktiknya tidak banyak menumbuhkan sikap tanggung jawab siswa karena di dalam kerja kelompok jika ditemukan kesalahan dalam pemecahan masalah mereka tidak mampu mempertanggung jawabkan pekerjaannya secara bersama-sama. Model pembelajaran PBL berlandaskan atas teori kontruktivisme social, belajar diperoleh melalui interaksi sosial

Berbeda dengan model Project Based Learning, mereka ditugaskan untuk membuat suatu proyek, yang nantinya proyek tersebut akan dipamerkan pada khalayak ramai, hal ini membuat peserta didik semakin terpacu untuk membuat proyek yang sesuai dengan materi ajar karena mereka akan mempertanggung jawabkan produk yang mereka cipatkan pada khalayak ramai jadi mereka tidak bisa sembarangan dalam mengerjakan proyek tersebut.


(1)

jujur siswa akan meningkat secara signifikan jika menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.

3. Rata – rata sikap tanggung jawab siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning. Maka dapat disimpulakn bahwa hipotesis kedua tidak terbukti. Penerapan model Project Based Learning, mereka ditugaskan untuk membuat suatu proyek, yang nantinya proyek tersebut akan dipamerkan pada khalayak ramai, hal ini membuat peserta didik semakin terpacu untuk membuat proyek yang sesuai dengan materi ajar karena mereka akan mempertanggung jawabkan produk yang mereka cipatkan pada khalayak ramai jadi mereka harus

bersungguhbersungguh dalam mengerjakan proyek tersebut.

4. Rata – rata sikap kerjasama siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning siswa dituntut untuk mampu berinteraksi dengan lingkungan social, bekerja bersama-bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama-bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menoling secara ikhlas dalam penyelidikan dan mencari solusi dari permasalahan yang diberikan kepadanya.

5. Rata – rata sikap santun siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning.


(2)

119

Dengan model pembelajaran Problem Based Learning siswa dituntut untuk mampu berkomunikasi yang baik, menggunakan bahasa yang baku dan santun, sangat diperlukan untuk menginformasikan solusi yang mereka temukan dalam pemecahan masalah.

6. Rata – rata sikap percaya diri siswa pada kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning siswa dituntut untuk mampu menemukan solusi dari permasalahan yang mereka temukan, kemudian mampu menginformasikan masalah dan solusi yang mereka temukan kepada kelompok lain dengan penuh percaya diri dan tanpa ragu-ragu dalam menyampaikan solusi, meyakini bahwa solusi yang mereka temukan adalah solusi yang paling tepat.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis mengenai “ Studi

Perbandingan Sikap Sosial Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi yang Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Problem Based Learning dan Model Pembelajaran Project Based Learning pada Siswa Kelas X IIS di SMA Negeri 1 Gadingrejo”, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Guru sebagai pendidik,tidak hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi harus mampu mengembangkan sikap social peserta didik dalam proses


(3)

pembelajaran. Hasil pembelajaran sebaiknya jangan hanya ditekankan ke dalam ranah kognitif saja, tetapi ranah afektif juga harus menjadi tujuan penting dalam proses pembelajaran, agar peserta didik dapat menumbuhkan sikap sosialnya serta mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakat.

2. Siswa sebagai peserta didik hendaknya tidak hanya berorientasi pada nilai kognitif yang tinggi, tetapi mereka juga harus mampu menyadari bahwa tujuan pendidikan itu salah satunya ialah membentuk kepribadian peserta didik, menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang beriman, bertakawa, berakhlak mulia, dan mampu bertanggung jawab dengan lingkungan social.

3. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang merupakan alat untuk mencapai tujuan harus dapat memfasilitasi seluruh perangkat disekolah, agar tujuan pemnelajaran dapat tercapai,mendukung ketercapaiannya tujuan afektif, misalnya dengan membuat peraturan yang tegas yang dapat mengembangkan tujuan afektif.

4. siswa sebagai peserta didik, hendaknya dapat menumbuhkan sikap social untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarkat. Hal ini dimaksudkan agar mereka menyadari untuk menjadi seseorang yang memiliki kepribadian unggul dan berguna bagi masyarakat setidaknya ada beberapa sikap social yang harus mereka kembangkan, sikap social itu ialah, jujur, tanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan santun.

5. Setiap guru bidang studi harus mampu mengembangkan kemampuan afektif siswa pada setiap mata pelajaran. Menenkankan kemampuan afektif yang perlu dikembangkan oleh setiap peserta didik, agar peserta didik tidak hanya


(4)

121

berorientasi kepada hasil belajar kognitif sebagai hasil dari proses belajar tetapi ada tujuan lain yang harus dicapai setiap peserta didik yaitu tujuan afektif. 6. Guru sebagai pendidik harus mampu menciptakan inovasi dalam proses

pembelajaran, memilih metode dan model yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan oleh guru harus mampu untuk meningkatkan seluruh aspek (kognitif, afektif dan psikomotorik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S. B dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Imas dan Berlin. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kata pena

Isjoni, H. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antara Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ridwan Abdullah Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Robert E Slavin. 2005. Cooperatif Learning. Bandung: Nusa Media

Rusman.2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo.


(6)

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana

Slameto. 2010. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo

Sudjana. 2005. Metode Statistika.Bandung: Tarsito

Sudjarwo, dkk. 2009. Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: CV. Mandar Maju Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan Kualitatif, Kuantitatif

dan R dan D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Udin S Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Universitas Terbuka

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta: Depdiknas

(http://wacanawebsite.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-kooperatif-problem-based-learning.htm)


Dokumen yang terkait

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI ) DAN TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DI SMA NEGERI 1 KALIREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 79

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2

0 2 108

STUDI KOMPARATIF HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN MEMPERHATIKAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2

0 5 107

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEBANGSAAN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 32 77

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIDOMULYO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 5 89

STUDI PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN DISCOVERY LEARNING DAN HUBUNGAN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 PAGELARAN TAHUN PELAJ

0 6 76

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 58

STUDI PERBANDINGAN SIKAP SOSIAL SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTAIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 5 92

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 METRO TAHUN AJARAN 2014/2015

0 6 87

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 GADING REJO TAHUN PELAJARAN 20152016

1 0 9