B. Titik-titik Taut
Titik taut adalah faktor-faktor atau fakta-fakta khusus di dalam suatu peristiwa hukum atau persoalan hukum yang menunjukkan pertalian khusus
dengan sistem aturan atau sistem hukum tertentu. Di dalam suatu peristiwa hukum, senantiasa akan dapat dijumpai adanya fakta -fakta penting yang
membentuk pertalian pertautan antara persoalan yang dihadapi dengan suatu aturan di dalam sistem hukum tertentu. Titik taut adalah fakta di dalam perkara
yang mengaitkan perkara tersebut kepada suatu sistem aturan atau sistem hukum tertentu
2
. Hukum perselisihan membedakan pengertian titik taut ke dalam titik taut
primer dan titik taut sekunder. a.
Titik taut primer disebut juga sebagai titik taut pembeda Sudargo Gautama memaknai titik taut primer ini sebagai hal-hal yang
merupakan tanda akan adanya persoalan hukum antargolongan. Pengertian ini tidak hanya dapat diterapkan di dalam hukum antar
golongan, tetapi juga pada bidang-bidang hukum perselisihan pada umumnya. Titik taut primer adalah fakta yang membedakan kasus yang
dihadapi tersebut dari kasus yang sepenuhnya tunduk pada satu aturan sistem aturan sistem hukum dan karena itu menunjukkan bahwa kasus
tersebut adalah kasus hukum perselisihan. Ciri yang membedakan adalah bahwa dengan adanya titik taut tersebut, kita mengetahui terlibatnya
2
Ibid.,
h. 64.
lebih dari satu aturan hukum atau sistem hukum di dalam perkara tersebut
3
. b.
Titik taut sekunder disebut juga titik taut penentu Titik taut sekunder adalah fakta yang digunakan untuk menentukan
hukum apa atau hukum mana yang seharusnya diberlakukan terhadap perkara yang melibatkan lebih dari satu sistem hukumkaidah
hukumperaturan. Yang dianggap sebagai titik taut sekunder dalam hukum perselisihan adalah faktor-faktor penentu, seperti:
1. Pilihan hukum yang secara tegas dinyatakan oleh para pihak di
dalam perjanjian. Titik taut ini hanya diakui di bidang hukum kekayaan dan perikatan.
2. Pilihan hukum yang disimpulkan oleh hakim pilihan hukum secara
diam-diam tidak tegas. Hal ini dapat disimpulkan dari: Bentuk dan isi perjanjian yang dipilih para pihak.
Suasanalingkunganmilieutempat terjadinya perbuatan hukum.
Kedudukan salah satu pihak yang lebih pentinglebih dominanlebih menentukan.
3. Pembebanan
hukum atau
pilihan hukum
yang diperintahkandiwajibkan pemberlakuannya oleh negarapenguasa
melalui perundang-undangan, yang mengakibatkan berlakunya suatu sistem hukum tertentu terhadap seseorang yang seharusnya tidak
terikat pada sistem hukum tersebut.
3
Ibid.,
h. 65.
4. Fakta-fakta khusus yang oleh kaidahasas hukum perselisihan negara
tersebut ditetapkan sebagai titik taut terpenting untuk menentukan hukum yang berlaku dalam masalah hukum perselisihan tertentu.
4
Titik-titik taut dalam HPI
Sebutan lain untuk titik-titik taut di dalam pelbagai literatur HPI adalah
connecting factors
Inggris,
aanknüpfungspunkte
Jerman,
points of contact
Inggris,
aanknopingspunten
Belanda, dan titik-titik pertalian.
5
Secara sederhana, titik-titik taut dalam HPI dapat didefinisikan sebagai: “Fakta-fakta di dalam sekumpulan fakta perkara HPI yang menunjukkan
pertautan antara perkara itu dengan suatu tempat dalam hal ini negara tertentu, dan karena itu menciptakan relevansi antara perkara yang bersangkutan dengan
kemungkinan berlakunya sistematuran hukum intern dari tempat itu.”
6
2 dua jenis titik taut: 1.
Titik-titik Taut Primer
Primary Points of Contact
Yaitu fakta-fakta di dalam sebuah perkara atau peristiwa hukum, yang menunjukkan peristiwa hukum ini mengandung unsur-unsur asing
foreign elements
dan karena itu peristiwa hukum yang dihadapi adalah peristiwa HPI dan bukan peristiwa hukum interndomestik semata.
7
4
Ibid.,
h. 66-68.
5
Ibid.,
h. 84.
6
Ibid.
7
Ibid.,
h. 86.
2. Titik-titik Taut Sekunder
Secondary Points of Contact
8
Yaitu fakta-fakta dalam perkara HPI yang akan membantu penentuan hukum manakah yang harus diberlakukan dalam menyelesaikan persoalan
HPI yang sedang dihadapi. Titik taut sekunder seringkali disebut titik taut penentu karena fungsinya akan menentukan hukum dari tempat manakah
yang akan digunakan sebagai
the applicable law
dalam menyelesaikan suatu perkara.
Jenis-jenis pertautan yang umumnya dianggap menentukan dalam HPI, antara lain:
Tempat penerbitan izin berlayar sebuah kapal bendera kapal kewarganegaraan para pihak;
Domisili, tempat tinggal tetap, tempat asal orang, atau badan hukum; Tempat benda terletak
situs
; Tempat dilakukannya perbuatan hukum
locus actus
; Tempat timbulnya akibat perbuatan hukumtempat pelaksanaan perjanjian
locus solutionis
; Tempat pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum resmi
locus celebrationis
; dan Tempat gugatan perkara diajukan tempat pengadilan
locus forum
.
8
Ibid.,
h. 87.
C. Teori-teori Kualifikasi