Kasus Posisi Penetapan Ahli Waris Pengganti Dalam Penetapan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Hasil Penelitian

Dalam pembahasan dipaparkan tentang kasus posisi yang berkaitan dengan penetapan ahli waris pengganti dalam penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor 43Pdt.P2011PA.Wsb dan mengenai pelaksanaan pembagian warisan yang dilakukan oleh keluarga Hj.Ponijem.

1. Kasus Posisi Penetapan Ahli Waris Pengganti Dalam Penetapan

Pengadilan Agama Wonosobo Nomor 43Pdt.P2011PA.Wsb Pernikahan antara H. Hadi Pranoto dengan Hj. Ponijem dicatat oleh PPN Kantor Urusan Agama Pandak Kabupaten Bantul dengan kutipan Akta Nikah Nomor 27959 tanggal 03 Juli 1959. Dalam pernikahan tersebut mereka tidak dikarunia keturunan anak. Hj.Ponijem telah meninggal dunia pada hari Sabtu pahing tanggal 19 April 2008. Almarhumah ketika meninggal dunia meninggalkan dua orang ahli waris hubungan darah dan seorang ahli waris hubungan pernikahan. Dua orang ahli waris hubungan darah yaitu: 1 Daliyem telah meninggal dunia meninggalkan seorang anak laki-laki yang bernama Endardiyono, 2 Tikno Harjono yang merupakan saudara seibu. Seorang ahli waris hubungan pernikahan yaitu H. Hadi Pranoto. Almarhumah meninggalkan warisan berupa sawah, rumah dan kios pasar. Dalam pembahasan ini hanya akan difokuskan pada ahli waris hubungan darah dengan Hj. Ponijem karena dalam penulisan ini fokus pada pembagiaan yang dilakukan oleh keluarga Hj. Ponijem. Pihak dari keluarga Hj. Ponijem yang mengajukan permohonan penetapan ahli waris ke Pengadilan Agama adalah Tikno Harjono. Tikno Harjono meminta kepada Pengadilan Agama Wonosobo untuk menetapkan Tikno Harjono dan Daliyem sebagai ahli waris dari Hj. Ponijem. Daliyem merupakan saudara perempuam seibu Hj. Ponijem telah meninggal terlebih dahulu dari pewaris dan meninggalkan seorang anak laki-laki bernama Endardiyono. Tujuan Tikno Harjono mengajukan permohonan penetapan ahli waris dari Hj. Ponijem ke Pengadilan Agama Wonosobo untuk mendapatkan penetapan ahli waris secara hukum yang nantinya digunakan untuk pembagian secara kekeluargaan. Pertimbangan hakim untuk menetapkan ahli waris dari Hj. Ponijem adalah: a. Terdapat hubungan kekerabatan dari jalur almarhumah Hj Ponijem. b. Pertimbangan berdasarkan pada Pasal 171 huruf b dan c KHI yang menyatakan bahwa Pasal 171 b: “ Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan ”. Pasal 171 c: “ Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum menjadi ahli waris ”. c. Hakim mendasarkan pada bukti fotocopy akta nikah H. Hadi Pranoto dengan Hj. Ponijem serta silsilah keluarga yang menyatakan bahwa H. Hadi Pranoto menikah dengan Hj. Ponijem pada 03 Juli 1959 dan selama menikah tidak dikaruniai keturunan. d. Hakim dalam pertimbangannya juga mendasarkan pada bukti Surat Kematian Hj. Ponijem yang menyatakan bahwa telah meninggal dunia pada 14 Juli 2008 karena sakit dan dalam keadaan beragama Islam. e. Pertimbangan hakim menetapkan berdasarkan silsilah keluarga dan surat keterangan dari Kepala Desa Gilangharjo yang membuktikan bahwa almarhumah Hj. Ponijem meninggal dunia meninggalkan ahli waris seorang saudara seibu yang bernama Tikno Harjono, dan semuanya beragama Islam. Selain itu Hj. Ponijem juga mempunyai saudara perempuan seibu yang bernama Daliyem yang telah meninggal terlebih dahulu dari Pewaris berdasarkan bukti surat kematian dan memiliki satu- satunya ahli waris seorang anak laki-laki bernama Endardiyono, beragama Islam, berdasarkan pertimbangan Pasal 185 KHI untuk menetapkan Endardiyono sebagai ahli waris pengganti. Dalam penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor 43Pdt.P2011 PA.Wsb. menetapkan Tikno Harjono sebagai ahli waris Hj. Ponijem dan Endardiyono sebagai ahli waris pengganti menggantikan kedudukan ibunya Daliyem yang telah lebih dahulu meninggal dunia dari pewaris. Pertimbangan hakim dalam menetapkan Endardiyono sebagai ahli waris pengganti berdasar pada ketentuan Pasal 185 KHI, yang menyebutkan: “Ahl i waris yang meninggal lebih dahulu dari pada si pewaris, maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam Pasal 173”. Dalam ayat 2 nya disebutkan: “Bagian bagi ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti”.

2. Pembagian Warisan Yang Dilakukan Oleh Keluarga Hj. Ponijem