ANALISIS PERAN DINAS KOPERASI DAN UMKM DALAM PEMBINAAN DAN PELATIHAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN PRINGSEWU

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE ROLE OF THE COOPERATIVES AND SMALL MEDIUM ENTERPRISES IN COACHING AND TRAINING FOR MICRO

SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES IN PRINGSEWU REGENCY

By

FISCHA ANNISA

The role of institutional regency pringsewu in the autonomous region new is really needed in the sustainability economic development in the area especially at an institute of cooperative and msmes who handles direct efforts micro small that one of the empowerment of micro business small and medium that was found in plan strategy department of cooperatives, businesses.The purpose of this research is to see how the role of institutional government in enforcement pemberdayaan increase msmes in thousand pringsewu.The location of this research is in thousand pringsewu with a focal point around institutional department of cooperatives, msmes and msmes joined in training and building. Type of this research is a descriptive Quantitative approach. The focus of this issue is a matter of financial and nonfinansial faced by Principals of SMALL MEDIUM ENTERPRISES and the impact of the implementation of the training and empowerment, the results of this research are (1) the role carried out by the Department of cooperatives and SMALL MEDIUM ENTERPRISES have not maximal because still the limited data they had so that only the SMALL MEDIUM ENTERPRISES already incorporated are getting more attention, (2) the role carried out by the Department of cooperatives and SMALL MEDIUM ENTERPRISES have a positive value in increasing income and employment of SMALL MEDIUM ENTERPRISES in Pringsewu Regency is evident from the processed data that results with the training of HUMAN RESOURCES and the construction of offender can increase revenue, SMALL MEDIUM ENTERPRISES as well as the amount of labor that will increase the supply of production. Test results by using two average that t Count > t table.

Keywords: Government, Institutional empowerment of Micro small and medium enterprises.


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERAN DINAS KOPERASI DAN UMKM DALAM PEMBINAAN DAN PELATIHAN USAHA MIKRO KECIL

DAN MENENGAH DI KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh FISCHA ANNISA

Peran Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Pringsewu pada masa daerah era otonomi baru memang sangat diperlukan dalam keberlangsungan pembangunan ekonomi di daerah tersebut khususnya pada Lembaga Dinas Koperasi dan UMKM yang menangani langsung usaha-usaha mikro kecil yang salah satunya dalam pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang terdapat dalam Rencana Strategi Dinas Koperasi dan UMKM. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran kelembagaan pemerintah dalam pelaksanakan pemberdayaan meningkatkan UMKM di Kabupaten Pringsewu. Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten Pringsewu dengan titik fokus di kelembagaan Dinas Koperasi dan UMKM serta UMKM yang tergabung dalam pelatihan dan pembinaan. Jenis penelitian ini Deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif. Fokus permasalahan ini adalah masalah finansial dan nonfinansial yang dihadapi oleh Pelaku UMKM dan dampak dari pelaksanaan pelatihan dan pemberdayaan, hasil dari penelitian ini adalah (1) peran yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM belum makimal dikarenakan masih terbatasnya data yang mereka punya sehingga hanya UMKM yang sudah tergabung saja yang mendapatkan perhatian lebih, (2)peran yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM mempunyai nilai positif dalam meningkatkan pendapatan dan tenaga kerja UMKM yang ada di Kabupaten Pringsewu terbukti dari olahan hasil data bahwa dengan diadakan pelatihan dan pembinaan SDM pelaku UMKM dapat meningkatkan pendapatan, serta jumlah tenaga kerja yang akan meningkatkan pasokan produksi. Hasi ujinya dengan menggunakan dua rata-rata bahwa t Hitung > t Tabel.

Kata Kunci: Kelembagaan Pemerintah, Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.


(3)

ANALISIS PERAN DINAS KOPERASI DAN UMKM DALAM PEMBINAAN DAN PELATIHAN USAHA MIKRO KECIL

DAN MENENGAH DI KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh FISCHA ANNISA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu, Lampung pada tanggal 3 Mei 1992, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak H. Muhammad Ali, H.S.,B.A. dan Ibu Hj. Hapiah, S.Pd. dan adik dari Sepki Arizki, Amd serta kakak perempuan dari Muhammad Fatwa Ridho.

Pendidikan Taman Kanak-kana (TK) Aisyah II Pringsewu diselesaikan 20 Juni tahun 1995, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri II Pringsewu Timur, Kabupaten Pringsewu 21 juni pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Pringsewu, Kabupaten Pringsewu diselesaikan pada 23 Juni tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 2

Pringsewu, Kabupaten Pringsewu diselesaikan 26 April pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan dan sampai tahun 2014 bulan Juni penulis menyelesaikan studinya.


(8)

MOTO

“sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.

(Q.S Alam Nasyrah : 6:8)

Kenalilah dirimu, . . . maka engkau akan menghargai orang lain.


(9)

Skripsi ini Saya persembahkan untuk Allah SWT. Sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillaahirabbil’ alamiin.

Untuk kedua orang tuaku Papa dan Mama, terima kasih atas doa yang selama ini diberikan untuk kelancaran skripsi ini, kalian adalah harta dihidupku.

Kakak dan adikku yang luar biasa serta kakak ipar, abang Eki, Ridho, Alfa, keponakanku Aniqo terima kasih atas doa dan dukunganya.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan, dukungan dan doa yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini.

Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi dengan judul “Analisis Peran Dinas Koperasi dan UMKM dalam Pelatihan dan Pembinaan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kabupaten

Pringsewu”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan;

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan, Pembimbing Skripsi dan sekaligus Pembimbing Akademik selama saya menjadi Mahasiswi Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya serta kesediaannya untuk memberikan


(11)

skripsi ini sampai selesai;

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan pelajaran dengan baik.

6. Mama dan Papa yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat dan motivasi, berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kelimpahan Rahmat yang begitu besar untuk kedua orang tuaku.

7. Kakak dan adikku tercinta Sepki Arizki, Amd., M. Fatwa. Ridho, Alfa Hanum, Amd., keponakanku Aniqo Laila Arizki. Terima kasih telah memberikan dukungan moril maupun materil selama ini.

8. Terima kasih kepada seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku yang berjuang bersama-sama. Diah Asri Lestari, Erika Marsela S. Army Aftrastya , Enni Sumarni. Eindah Murwiati. Devi Meilina Ulfa. Terima kasih untuk segalanya. Hari – hari yang telah dilalui akan tersimpan sebagai kenangan termanis.

10. Teman-teman satu angkatan Ekonomi Pembangunan 2010. Hana Jamet, Ajeng, Tifa, Eci, Echy, Dania, Via, Citra, Ika, Hardia, Nova, Dani Chandra, Dania, Beni, Agus, Devi Ipul, Devi Paul, Devi Pepi, Ardan, Dina, wuri, Sonia, dan yang lainnya yang tidak dapat dituliskan satu persatu. Terima


(12)

11. Sahabat hidupku Irvan Rizky Saputra, S.T., Ranissa Delafini, S.Pd., Kiki Adelia, S.Pd., Debi Mei Saputri, S.Pd., Amalia Nur Asih, Amd. Keb, Nurul Zulaikha dan Damas Prasetyo Wibowo. Kalian selalu di hati.

12. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 10 Juni 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... ... iii

DAFTAR GAMBAR . ... iv

DAFTAR GRAFIK ... ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kerangka Pikir ... 7

F. Hipotesis ... 8

G. Sistematika Penulisan ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defini Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 10

B. Karakteristik dan Permasalahan UMKM ... 12

C. Kekuatan dan Kelemahan UMKM... 13

D. Peluang dan Tantangan UMKM ... 15

E. Teori Ekonomi Kelembagaan ... 16

1. Ekonomi Kelembagaan Baru... 18

2. Definisi Kelembagaan ... 20


(14)

F. Fungsi dan Peran Kelembagaan Pemerintah ... 22

1.Fungsi ... 22

2.Peran ... 22

3. Pemberdayaan ... 23

G. Strategi Pembinaan UMKM ... 25

H. Pengembangan Kelembagaan ... 26

I. Sumber Daya Manusia ... 29

1.Teori SDM ... 30

2.Pendidikan dan Pelatihan ... 31

3.Manfaat dan Dampak Diklat ... 32

J. Pembangunan Ekonomi ... 33

K. Profil Usaha Kecil di Indonesia ... 34

L. Penelitian Terdahulu ... 35

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 39

B. Populasi dan Sampel ... 40

C. Definisi Operasional Variabel ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Alat Analisis ... 42

F. Lokasi Penelitian ... 44

G. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu ... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 52

B. Pembahasan ... 59

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 75


(15)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. PDRB Kabupaten Pringsewu Menurut Lapangan Usaha... 66 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pringsewu ... 67 3. Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Pringsewu ... 74


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Bagan Kerangka Pikir ... 7 2.Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ... 51


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, memainkan peran yang sangat berpotensi dalam meningkatkan pasokan baru serta persaingan, mengembangkan teknologi, menciptakan ragam pasar baru, meningkatkan kesempatan kerja dan hasil produksi. Perekonomian berbasis Usaha Mikro Kecil dan Menengah lebih baik karena usaha ini banyak menyerap tenaga kerja, modal yang relative kecil. Selain dari itu Usaha Mikro Kecil dan Menengah juga mampu meningkatkan daya kreativitas bagi masyarakat yang ingin memiliki penghasilan lebih sekaligus juga bisa menjadi ciri khas identitas suatu daerah dari hasil produksinya.

Menurut (Partomo, 2004:2) dalam pembangunan ekonomi di Indonesia Usaha Mikro Kecil dan Menengah selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang sangat penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya

berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha baik di sektor tradisional maupun modern.

Menurut (Darwanto, 2008:22) beberapa alasan kuat mengapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) perlu dikembangkan di Indonesia. Pertama, usaha kecil


(18)

menyerap banyak tenaga kerja, adanya perkembangan usaha kecil menengah akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja dan pengurangan jumlah kemiskinan. Kedua, pemerataan dalam distribusi

pembangunan. Lokasi Usaha Kecil Menengah banyak di pedesaan dan menggunakan sumber daya alam lokal. Ketiga, pemerataan dalam distribusi pendapatan. Usaha Kecil Menengah sangat kompetitif dengan pola pasar hampir sempurna, tidak ada monopoli dan mudah dimasuki (barrier to entry).

Salah satu yang menjadi potensi di setiap daerah adalah keberadaan UMKM, karena usaha ini mempunyai peranan yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan daerah masyarakat lokal. Namun tidak tentu

berjalan dengan mulus, masalah yang dihadapi bukan berarti tidak bisa di atasi oleh para pelaku usaha ini tetapi hanya perlu bekerja sama dengan pemerintah, maka dari itu pemerintah sesuai dengan arah kebijakan fiskal 2014 yang salah satu tujuannya untuk membenahi usaha mikro kecil dan menengah menuju kearah yang lebih baik. Pemerintah juga menyadari pentingnya UMKM, bukan hanya sebagai salah satu sumber penting kesempatan kerja dan pendapatan, yang selanjutnya berarti salah satu sumber-sumber penting pengurangan kemiskinan di Kabupaten Pringsewu, tetapi juga sebagai sumber pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto.

Perkembangan UMKM di Kabupaten Pringsewu bukan berarti tidak ada masalah justru dihadapkan oleh berbagai masalah. Masalah-masalah tersebut bisa berbeda menurut wilayah, antar sektor, dan antar unit usaha di sektor yang sama. Namun


(19)

demikian, masalah-masalah yang sering disebut adalah keterbatasan modal, sumber daya manusia yang kurang memadai dan kesulitan dalam pemasaran. Hal-hal tersebut yang dialami oleh pelaku UMKM di kabupaten Pringsewu.

Tabel. 1. Daftar Usaha Mikro Kecil dan Menengah tahun 2013 NO KECAMATAN

JUMLAH UNIT USAHA JUMLAH JENIS USAHA (SEKTOR)

MIKRO KECIL MENENGAH JASA PERDAGANGAN INDUSTRI

1. ADILUWIH 188 19 1 14 170 38

2. AMBARAWA 160 66 0 30 119 99

3. BANYUMAS 304 114 0 20 312 86

4. GADINGREJO 587 202 9 63 567 217

5. PAGELARAN 278 19 1 17 276 27

6. PARDASUKA 101 35 0 23 113 22

7. PRINGSEWU 993 244 29 72 710 528

8. SUKOHARJO 178 57 2 30 181 52

Jumlah 2789 756 42 269 2448 1069

Sumber : Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan UMKM

Di Kabupaten Pringsewu, kelompok usaha yang mempunyai peranan terbesar pada sektor usaha adalah kelompok usaha makanan, minuman dan barang galian bukan logam. Dimana kebanyakan usaha yang ada di Kabupaten Pringsewu rata-rata bergerak di kedua kelompok ini, mulai dari usaha kecil dan kerajinan rumah tangga lalu usaha sedang sampai dengan beberapa usaha besar.

Kabupaten Pringsewu merupakan daerah otonomi baru. Pada era otonomi daerah saat ini mewujudkan pembangunan nasional pada bidang ekonomi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat tetapi juga pemerintah daerah. Dengan adanya UUD Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang luas dalam membangun potensi daerahnya. Diperlukan upaya yang lebih inovatif dan kreatif oleh pemerintah daerah


(20)

khusus-nya kelembagaan pemerintah daerah di Kabupaten Pringsewu dalam meningkatkan kesejahteraaan masyarakat daerahnya secara merata.

Menurut (Ahmad Erani, 2012:16-19) kelembagaan merupakan hal yang utama dalam setiap pembangunan dan pengembangan di sektor apapun. Sumber kemajuan ekonomi sebuah negara yaitu: modal,sumber daya manusia (human of capital), sumber daya alam (natural of resources), tingkat kepadatan penduduk, pandangan mutakhir terhadap teknologi. Namun karena banyak hal yang tidak sesuai dengan keadaan dimana pertumbuhan ekonomi suatu negara membaik bukan saja dari keempat faktor mutlak tersebut, tetapi ada faktor yang benar-benar harus diketahui, yaitu tentang kelembagaan pemerintah.

Melihat permasalahan yang dihadapi Usaha Mikro Kecil dan Menengah tersebut, dibutuhkan peran dari kelembagaan pemerintah daerah yaitu Dinas Koperasi dan UMKM yang berkewajiban untuk turut serta menyelesaikan permasalahan tersebut. Disinilah letak peran yang harus dimainkan oleh kelembagaan pemerintah dalam pemberdayaan UMKM yang ada di Kabupaten Pringsewu. Karena itu perlu dibuat kebijakan yang tepat untuk mendukung Usaha Mikro Kecil dan Menengah seperti antara lain: perizinan, teknologi, struktur, manajemen, pelatihan, dan pembiayaan/permodalan.

Dari fenomena di atas, sangat menarik untuk dicermati sebagai bahan pemikiran bagi penulis. Mencoba menelaah dan menganalisis bagaimana kondisi usaha kecil dan menengah di Kabupaten Pringsewu, setelah adanya campur tangan


(21)

kelembagaan pemerintah dengan harapan agar Usaha Mikro Kecil dan Menengah tidak hanya besar dari sisi jumlah tenaga kerjanya tetapi juga mampu bersaing dengan perusahaan besar lainya.

B. Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan Latar Belakang yang telah diungkap, peneliti menarik perumusan masalah secara garis besar yang terjadi di Kabupaten Pringsewu. Secara umum Usaha Mikro Kecil dan Menengah menghadapi dua masalah utama yaitu, masalah finansial dan permasalahan nonfinansial.

1. Pertama, finansial antara lain: kurangnya akses ke sumber dana formal, kurangnya kemampuan manajerial, kebijakan pemerintah

2. Kedua, nonfinansial antara lain : kurangnya pengetahuan atas teknologi dan produksi, kurangnya pengetahuan atas pemasaran karena terbatasnya

informasi, keterbatasan sumber daya manusia.

PERMASALAHAN

Dalam latar belakang dan rumusan masalah sudah dijelaskan sebagian besar masalah yang terdapat di UMKM, oleh karena itu penulis menarik sebuah permasalahan inti yaitu :

1. Apakah pendapatan Usaha Mikro kecil dan Menengah meningkat setelah adanya pelatihan dan pembinaan dari kelembagaan pemerintah Kabupaten Pringsewu?


(22)

2. Apakah tenaga kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah meningkat setelah adanya pelatihan dan pembinaan dari kelembagaan pemerintah Kabupaten Pringsewu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, tujuan penulis meneliti yaitu :

1. Untuk mengetahui adanya peran kelembagaan pemerintah dapat meningkatkan pendapatan setelah mengikuti pelatihan dan pembinaan UMKM di Kabupaten Pringsewu.

2. Untuk mengetahui adanya peran kelembagaan pemerintah dapat meningkatkan tenaga kerja setelah mengikuti pelatihan dan pembinaan UMKM di Kabupaten Pringsewu.

D. Manfaat Penelitian

Selain untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan manfaat lain yaitu :

1. Manfaat akademis

1.1.Sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran dalam pengembangan Ilmu Ekonomi yang selama ini didapat oleh penulis.

1.2.Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain apabila berminat mengulas permasalahan yang sama.


(23)

2. Manfaat praktis

1.1.Memberikan gambaran kepada Pemerintahan Kabupaten Pringsewu dalam melihat kondisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang ada di daerah tersebut.

1.2.Sarana sosialisasi mengenai pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah sebagai upaya perluasan kesempatan kerja yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pringsewu.

E. Kerangka Pikir

Gambar 1. Bagan Pemikiran

Melihat permasalahan yang dihadapi Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Pringsewu, sangat dibutuhkan peran dari pemerintah daerah yaitu

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN UMKM SESUAI DENGAN ARAH KEBIJAKAN

FISKAL 2014

PEMBERDAYAAN UMKM FISKAL

Regulasi Perda

Kelembagaan Dinas Koperasi dan UMKM

KINERJA UMKM


(24)

Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pringsewu yang berkewajiban untuk turut serta menyelesaikan permasalahan tersebut melalui pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta meningkatkan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Peran pemerintah sebagai fasilisator , sebagai pihak yang sangat berkepentingan dalam pembangunan perekonomian. Kehadiran kelembagaan dapat membantu mendorong kinerja pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah yaitu penambahan tenaga kerja, dan pendapatan.

F. Hipotesis

1. Diduga ada peningkatan pendapatan setelah mengikuti program pelatihan dan pembinaan UMKM di Kabupaten Pringsewu..

2. Diduga ada peningkatan tenaga kerja UMKM setelah mengikuti program pelatihan dan pembinaan.UMKM di Kabupaten Pringsewu.

G. Sistematika Penulisan

Secara garis besar penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

1. I. PENDAHULUAN, bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, kerangka pikir, hipotesis serta sistematika penulisan.

2. II. TINJAUAN PUSTAKA, bab ini menguraikan tentang teori- teori yang digunakan dalam pembahasan tema penelitian ini. Diantaranya meliputi peran kelembagaan pemerintah, konsep dasar Usaha Kecil Menengah.


(25)

3. III. METODE PENELITIAN, pada bab ini dikemukakan metode yang digunakan dalam penelitian yang meliputi : metode deskriptif untuk menganalisis data yang telah ada. Data yang digunakan merupakan data sekunder dan primer yang merupakan data yang dikeluarkan oleh BPS dan Dinas terkait dalam permasalahan ini. Penelitian ini menggunakan sumber-sumber penelitian sebelumnya sebagai bahan kepustakaan analisis. jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisa data.

4. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN, bersisi tentang penyajian data yang terkait dengan fokus penelitian, analisa data dan interpretasi data

mensinkronkan fokus, temuan data dan sejumlah teori yang ada.

5. V. SIMPULAN DAN SARAN , bab ini memuat kesimpulan dari keseluruhan hasil pembahasan dan juga saran.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Di Indonesia, terdapat beberapa definisi yang berbeda-beda tentang UMKM. Pendefinisian ini antara lain dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, Departemen Koperasi dan UKM, Bank Indonesia, dan juga oleh Bank Dunia. Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya (Muditomo, 2012;1).

1. Kementrian Menegkop & UKM bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. (Muditomo, 2012:1).


(27)

tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. (Muditomo, 2012:1). 3. KepMenKeu Nomor 316/KMK.016/1994 27 Juni 1994usaha kecil

didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun

setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1) badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa) (Muditomo, 2012:1).

4. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, 4 Juli 2004 yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha (Arief Rahmana, 2008) dalam kutipan


(28)

B. Karakteristik dan Permasalahan Usaha Mikro dan Kecil

Karakteristik umum permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil masih berkisar pada kebijakan yang tidak jelas, lemahnya manajemen sumber daya manusia dan organisasi, masalah bahan baku, laporan keuangan yang tidak teratur (bahkan tidak ada), kualitas tenaga kerja yang reletif rendah, dan mutu bahan baku yang rendah (Mudrajad Kuncoro, 2004;193).

Tabel 2. Analisis karakteristik dan Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

No Karakteristik Permasalahan

1

2

3

Iklim usaha

-Terhadap berbagai peraturan

biaya/pungutan resmi dan tidak resmi, usaha mikro dan kecil lebih memiliki kemauan untuk taat dan patuh

-Mempunyai ketahanana terhadap berbagai krisis karena adanya pasar yang sudah pasti

Manajemen dan Sumber Daya Manusia -Sejak berdiri, manajemen dan

kepemilikan dipegang anggota keluarga (turun-menurun)

-Mempunyai kemampuan spesifik atas produk yang dihasilkan

-Untuk mendukung kebutuhan ekonomi keluarga

-Sikap hidup yang merasa kecukupan atas hasil usaha yang saaat ini

Produksi

-Ketergantungan terhadap bahan baku lokal sangat tinggi

-Fleksibel terhadap perubahan atau pengantian produk dihasilkan sesuai kebutuhan konsumen dan bila menguntungkan

-Tidak memerlukan tingkat teknologi yang tinggi

-Menggunakan tenaga kerja dalam jumlah kecil

-Tidak terdapat peraturan dan kebijakan yang jelas dan transparan terdapat biaya dan pungutan pada Usaha Mikro dan Kecil

-Tidak mempunyai jaringan pasar yang kuat dengan indikasi

kualitas yang baik dan harga yang murah

-Tidak adanya pendelegasian tugas dan tanggung jawab yang jelas

-Tidak mempunyai perencanaan organisasi yang jelas

-Sulit maju dan berkembang jika tidak ada motivasi dari pemilik

-Harga tidak tentu, ketika terdapat kelangkaan pasokan bahan baku -Produksi tidak selalu terjaga kontinuitasnya

-Tingkat pendidikan pekerja relatif rendah

-Terbatasnya akses pada teknologi produksi berkualitas


(29)

No Karakteristik Permasalahan 4 5 6 7 8 Financial

-Mengandalkan pada modal yang ada pemilik

-Tidak mempunyai laporan keuangan yang lengkap

-Tidak mau meminjam pada institusi atau personal yang mempunyai syarat terlalu rumit

Birokrasi/perizinan

-Tidak memiliki badan hukum dan merupakan bisnis keluarga

Informasi dan peluang bisnis

-Mempunyai pasar yang sudah pasti atau pelanggan tetap

Efisiensi

-Jarang mencapai target produksi -Biaya produksi sangat rendah

Nilai tambah

-Mengunakan bahan baku baku local yang dapat membuka kesempatan baru untuk sebuah usaha

-Mengatasi permasalahan ketenaga kerjaan -Tidak melakukan pengembangan produk secara swadaya

-Sulit untuk melakukan

pengembangan usaha yang lebih luas lagi

-Laporan keuangan hanya berdasarkan perkiraan kasar pemilik

-Adanya ketentuan pinjaman yang tidak dapat dipenuhi oleh usaha kecil

-Tinggi nya biaya transaksi pinjaman kredit perbankan. -Adanya biaya dan pungutan resmi dan tidak resmi yang membebani usaha

-Keterbatasan modal dalam mengembangkan pasar yang lebih luas

-Mengandalkan pada kemampuan tenaga kerja manusia sangat sulit dijadikan ukuran

-Upah sangat rendah, karena pekerja yang berpendidikan rendah

-Kualitas bahan baku local yang rendah

-Lemahnya penelitian dan pengembangan atas produk yang dihasilkan

Sumber : soeratno, et al. (2001)

C. Kekuatan dan kelemahan Usaha Mikro dan Kecil

Dengan melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh setiap usaha kecil, maka strategi pengembangannya adalah memanfaatkan peluang dan


(30)

tersedia akan berdampak positif bagi kemajuan dan tumbuh kembangnya usaha mikro-kecil dengan cepat, sementara tantangan yang dihadapi harus diupayakan penyelesainnya secara sistemtis, efektif, efisien, dan optimal (Mudrajad Kuncoro, 2004:194).

Tabel 3. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah

Kekuatan Kelemahan

 Manaati peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah

 Mempunyai ketahanaan atas berbagai krisis ekonomi yang yang menimpa usaha

 Mempunyai kemampuan spesifik dalam mengelola usaha yang dijalani

 Dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi

 Meningkatkan pemanfaatan bahan baku lokal, sehingga menciptakan peluang usaha

 Sifat produksi yang padat karya, membantu pemerintah mengatasi penganguran

 Mengandalkan pada modal sendiri untuk memulai dan merintis usaha

 Tidak terlalu tergantung pada pinjaman utang/kredit

 Jumlah usaha mikro yang besar dan bahkan terbesar di seluruh Indonesia

 Mempunyai jaringan pasar (pelanggan) yang baik selama ini

 Biaya produksi yang rendah karena sifatnya kerja sama dan upah tenaga kerja dalam usaha mikro dan kecil berdasarkan hubungan keluarga

 Tidak mempuyai rencana produksi yang teratur dan jelas.

 Produk yang dihasilkan memberikan nilai tambah bagi perekonomian

 Tidak mempunyai badan hukum sehingga menjadi objek biaya dan pungutan tidak resmi

 Tidak mempunyai modal yang cukup untuk tetap bertahan dengan usaha yang dijalani, sehingga harus beralih ke usaha lain

 Tidak mempunyai perencanaan untuk mengembangkan usaha lebih maju

 Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah

 Ketersediaan dan kualitas bahan baku lokal masih kurang memadai

dibanding bahan baku impor

 Tingkat keahlian pekerja yang masih kurang dan rendah

 Tidak mampu berkembang dengan cepat karena keterbatasan modal

 Perkembangan usaha tidak dapat dilacak, karena tidak memiliki konsep dan strategi pemasaran

 Tidak mempunyai badan hukum, sehingga sukar diperoleh informasi yang tepat.

 Tidak mampu mengelola pasar yang sudah ada efektif dan efisiennya, karena tidak memiliki konsep dan strategi pemasaran.

 Sulit mencapai target produksi yang diinginkan dalam meningkatkan target penjualan

 Kinerja produksi sulit diukur karena tidak ada pembanding

 Tidak melakukan pengembangan atas produk yang telah dihasilkan.


(31)

D. Peluang dan Tantangan Usaha Mikro dan Kecil

Identifikasi dan pemilihan prioritas apa yang akan diambil tergantung pada analisis situasi yang akan dihadapi pihak pembuat kebijakan. Beberapa indikator kinerja yang dapat dipergunakan untuk dapat menentukan industri kecil

unggulan. Sebagai indikator tersebut adalah banyaknya unit usaha, produktifitas tenaga kerja, nilai tambah penyerapan tenaga kerja, dan kategori potensial untuk ekspor atau tidak (Mudrajad Kuncoro, 2004;194).

Tabel 4. Peluang dan Tantangan Usaha Mikro dan Kecil

Peluang Tantangan

 Membuat kebijakan yang lebih adil dan transparan bagi semua usaha yang bergerak di sektor apapun

 Membantu usaha dan upaya pemerintah dalam membangun pertumbuhan dan pemerataan ekonomi

 Meningkatkan kompetensi lokal dan nasional atas produk-produk unggulan yang berkualitas dan dapat bersaing dengan produk luar

 Memudahkan melakukan berbagai kebijakan baru yangberhubungan dengan usaha pemulihan,

perubahan, dan peningkatan kebijakan ekonomi

 Menyediakan dan membuka lapangan usaha dan kerja baru bagi masyarakat

 Mengatasi masalah pengangguran yang menjadi beban pemerintah

 Memperbanyak peraturan hukum disemua jenis sektor usaha secara adil dan

proporsional tanpa melakukan diskriminatif

 Meyediakan dana dalam jumlah yang relative besar bagi pengembangan usaha ini agar konsisten menjalankan usaha

 Menegakkan budaya formal-institusional dalam organisasi usaha mikro dan kecil yang menjalankan organisasi usaha secara tradisional

 Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dan pengetahuan kepada pemilik dan pekerja usaha mikro dan kecil

 Membuat kebijakan yang melindungi usaha mikro dan kecil dengan menjamin pasar lokal dari masuknya produk non lokal

 Meyediakan para penyidik yang

mempunyai kualitas dan kapabilitas yang memadai dibidangnya


(32)

Peluang Tantangan

 Adanya dorongan akselerasi kemandiarian terhadap

ketergantungan financial/utang pada pihak luar negeri

 Dapat bekerja sama dengan pihak ketiga dalam membantu masalah pendanaan usaha yang dikelola

 Tumbuhnya usaha mikro dan kecil secara cepat dan merata dalam meningkatkan pendapatan masyarakat

 Dapat membentuk jaringan pasar yang lebih luas secara lokal maupun regional

 Meningkatkan hubungan kerja sama yang lebih mencerminkan komponen biaya proses produksi dan hasil produksi yang lebih rill

 Melakukan kerja sama produksi antara usaha besar dengan usaha mikro dan kecil untuk memenuhi permintaan

 Memperbanyak jenis-jenis produksi yang dihasilkan oleh usaha mikro dan kecil dalam suatu industri.

 Memberikan kemudahan fasilitas institusional dan prosedural pinjaman dana usaha ini terhadap lembaga perbankan

 Melakukan usaha dan upaya pendidikan dan pelatihan pelaporan atas usaha yang dikelola dan manfaatnya

 Mempermudah usaha dan upaya untuk memiliki dan hokum usaha melalui kebijkan yang adil dan transparan

 Membentuk lembaga pengembangan produk yang menyediakan fasilitas dan informasi pasar yang dapat membuka peluang secara lebih luas dan beragam

 Membuat kebijakan yang menetapkan system dan modal pengupahan yang adil dan wajar bagi bagi setiap pelaku ekonomi

 Membuat kebijakan yang

memprioritaskan peningkatan produksi terhadap produk-produk usaha mikro dan kecil dalam suatu industry

 Menyediakan dana atau anggaran untuk membantu usaha mikro dan kecil dalam penelitian dan pengembangan produk

Sumber : soeratno, et al. (2001)

E. Teori Ekonomi Kelembagaan

Dalam kajian historis akar dari Teori Kelembagaan sendiri sesungguhnya sudah dimulai sejak lama, terutama ahli kelembagaan dari tradisi AS (American Institutionalist Tradition) seperti: Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, John R.


(33)

Commons, dan Clarence Ayres. Di samping itu, ada juga varian lain yang melekat pada ekonomi klasik semisal, Adam Smith dan John Stuart Mill; Karl Marx dan aliran Marxian lainnya; mahzab Austria seperti Menger, Von Wieser, dan Hayek; Schumpeter; dan tokoh Neoklasik khususnya Marshall. Tradisi yang pertama (American institutional tradition) kemudian dikenal sebagai “Ilmu Ekonomi Kelembagaan Lama” (old institutional economics), sedangkan yang berikut umumnya dipandang sebagai kelanjutan dan perluasan bagi elemen-elemen kelembagaan yang ditemukan dalam aliran Ekonomi Klasik, Neoklasik, Mazhab Austria; biasanya disebut sebagai “Ilmu Ekonomi Kelembagaan Baru (New institutional economics). Pengunaaan istilah “lama” dan “baru” tidak berarti yang lama telah mati atau tidak aplikatif lagi, melainkan lebih kepada konteks pembedaan tradisi berpikir dan konsentrasi isu (Erani, 2012:24).

Tabel 5. Ikhtisar Ekonomi Neoklasik dan Ekonomi Kelembagaan

Elemen Ekonimi Neoklasik Ekonomi kelembagaan -Pendekatan

-Satuan observasi -Tujuan individu -Hubungan dengan ilmu social lain

-Konsep nilai -Konsep ekonomi -Falsafah

-Tingkah laku social -Postulat -Focus -Metode ilmiah -Data -System -Ekonometrika -Visi ekonomi -Peranan -Sikap terhadap kegiatan kolektif -Tokoh -Matrealistik

-Komoditas dan harga Diri sendiri

-Hanya ilmu ekonomi -Nilai dalam pertukaran -Mirip ilmu-ilmu alam -Pra-Dewey

-Percaya -Keseimbangan -Sebagian

-Hampir pasti positif -Kebanyakan kuantitaitf -Tertutup

-Dipakai secara baik -Mengarah ke statis -Memberikan pilihan -Melawan

-Adam Smith, Alfred Marshall

-Idealistik -Transaksi

Diri sendiri dan orng lain -Hampir semua ilmu sosial -Nilai dalam penggunaan -Pendekatan budaya -Pasca-Dewey -Behaviorist -Ketidakseimbangan -Keseluruhan -Kebanyakan normative -Kebanyakan kualitatif Terbuka

-Tidak/kadang di pakai -Lebih kearah dinamis -Merekomendasi Pilihan -Tidak dapat dihindari -Thorstein Veblen, John R.Commons


(34)

Hal ini berarti bahwa kegiatan ekonomi merupakan transaksi manusia yang beroperasi pada dua level. Pertama, pengembangan dan spesifikasi kelembagaan. Kedua, kegiatan ekonomi yang mencangkup interaksi manusia didalam

kelembagaan yang sudah tersedia. Jika yang pertama menyangkut aturan main (rules of the game), maka yang kedua adalah permainan (game) itu sendiri (Pejovich, 1995:30) dalam (Erani, 2012;31). Hampir seluruh ilmuan sosial setuju bahwa pemahaman terhadap kelembagaan merupakan hal yang kritikal untuk dapat memahami pembangunan Ekonomi dan mengidentifikasi kinerja ekonomi dari sebuah perekonomian seperti yang dikemukakan oleh Alston (1996:25), dalam (Erani, 2012;31).

1. Ekonomi Kelembagaan Baru

Pada saat ini para ekonom memberikan perhatian besar kepada seperangkat ide

yang kemudian dikneal dengan istilah “ekonomi kelembagaan baru” (New

Institutional Economics/ NIE). Secara garis besar NIE merupakan perlawanan terhadap dan sekaligus perkembangan ide ekonomi neoklasik. Menurut Williamson sendiri, istilah NIE digunakan untuk memisahkan dengan istilah lain, yakni OIE (old institutional economics), yang dipelopori oleh Common dan Veblen Kherallah dan Kirsten, 2002;2; Coase, 1998:72; Nabli dan Nugent, 1989:3) dalam (Erani, 2012;34).

Oleh karena itu, NIE mencoba memperkenalkan pentingnya peran dari kelembagaan, namun tetap beragumentasi bahwa pendekatan ini bisa di pakai dengan menggunakan kerangka ekonomi neoklasik. Dengan kata lain dibawah NIE beberapa asumsi yang tidak realistik dari neoklasik (seperti informasi yang


(35)

tidak sempurna, tidak ada biaya transaksi, dan rasionalitas yang lengkap) diabaikan, tetapi asumsi individu yang berupaya untuk mencari keuntungan pribadi untuk memperolah kepuasan maksimal tetap diterima. Selebihnya, kelembagaan dimasukkan sebagai rintangan tambahan di bawah kerangka kerja NIE (Kherallah dan Kirsten, 2002:2) dalam (Erani, 2012;35).

Penting juga dicatat bahwa NIE beroperasi pada dua level, yakni lingkungan kelembagaan (level makro) dan kesepakatan kelembagaan (level mikro).

Wiliamson mendeskripsikan lingkungan kelembagaan (level makro) ini sebagai seperangkat struktur aturan politikal, sosial, dan legal yang memapankan kegiatan produksi, pertukaran, dan distribusi. Aturan mengenai tata cara kepemilihan, hak kepemilikan, dan hak-hak di dalam kontak merupakan beberapa contoh dari lingkungan/kebijakan ekonomi. Sebaliknya, level mikro berkutat dengan masalah tata kelola kelembagaan. Singkatnya merupakan kesepakatan antara unit ekonomi untuk mengelola dan mencari jalan agar hubungan antar unit tersebut bisa

berlangsung, baik lewat kerjasama maupunn kompetisi. Sebuah kesepakatan kepemilikan merupakan level mikro karena di dalamnya mengalokasikan hak-hak kepemilikan kepada individu, kelompok, atau pemerintah (Tian, 2001:387; Kherallah dan Kirsten, 2001:4; Groenewegen, et. al., 1995:5) dalam (Erani, 2012:36).

Secara eksplisit, Acemoglu dan Robinson (2012:74-76) dalam (Erani 2012 : 38) menyebutkan bahwa kelembagaan merupakan sumber penting yang menentukan suatu Negara/bangsa gagal atau maju perekonomiannya. Negara yang


(36)

kelembagaannya mapan dan inklusif (inclusive economic institutions) cenderung kinerja ekonominya bagus. Negara ini ditandai oleh kepemilikan hak privat yang aman, sistem hukum yang tidak bias dan penyediaan layanan publik yang luas. Sebaliknya Negara yang kelembagaan nya buruk atau ekstraktif (extractive economics institutions) mempunyai kinerja ekonomi yang jelek, misalnya pertumbuhan ekonomi yang tidak berlanjut, produktivitasnya rendah, dan kesejahteraan nya ekonomi terbatas. Disebut extraktiv karena peningkatan kesejahteraan/pendapatan oleh salah satu orang/kelompok diperoleh dengan cara menghisap kesejahteraan/pendapatan orang/kelompok lain. Karakteristik ini antara lain terjadi di Zimbabwe, korea utara, argentina dan kolumbia.Dalam jangka panjang kelembagaan tidak berhenti hanya menjadi fasilisator bagi pencapaian investasi dan kewirausahaaan (entrepreneurship). Tugas terpenting dari kelembagaan adalah menciptakan pasar (market-creating) yang bisa melindungi hak kepemilikan dan melaksanakan kontrak.

2. Definisi Kelembagaan

Menurut Vablen dalam (Erani, 2012:26) kelembagaan adalah kumpulan norma dan kondisi-kondisi ideal (sebagai subjek dari perubahan dramatis) yang

direproduksi secara kurang sempurna melalui kebiasaan pada masing-masing generasi individu berikutnya. Pembangunan adalah suatu proses pengembangan kelembagaaan akibatnya diperlukan perencanaan sistem dan kelembagaan yang mampu mengelola proses pembangunan. Secara ringkas menjelaskan

kelembagaan sebagai aturan main (rules of the game) dalam masyarakat. Aturan main tersebut mencangkup regulasi yang memapankan masyarakat.


(37)

3. Karakteristik dan Ciri Kelembagaan 3.1Karakteristik kelembagaan

Sebagai abstraksi, Challen (2000:13-14) dalam (Erani 2012) mengungkapkan beberapa karakteristik umum dari kelembagaan, yakni:

(a) Kelembagaan secara sosial di organisasi dan didukung (scott, 1989), yang biasanya kelembagaan membedakan setiap rintangan-rintangan atas perilaku manusia, misalnya halangan biologis dan rintangan fisik.

(b) Kelembagaan adalah aturan-aturan formal dan konvensi informal serta tata perilaku [North, 1990].

(c) Kelembagaan secara perlahan-lahan berubah atas kegiatan-kegiatan yang telah dipadu maupun dihalangi.

(d) Kelembagaan juga mengatur larangan dan persyaratan-persyaratan [North, 1990].

3.2Ciri kelembagaan

Menurut Acemoglu, 2003:27 dalam (Erani 2012:37) Kelembagaan yang baik dicirikan oleh tiga hal berikut:

(a) pemaksaan terhadap hak kepemilikan. Adanya hak kepemilikan dalam masyarakat akan memberi insentif bagi para individu untuk melakukan kegiatan ekonomi, misalnya investasi;

(b) Membatasi tindakan-tindakan politisi, elite, dan kelompok- kelompok berpengaruh lainnya yang berupaya untuk memperoleh

keuntungsn ekonomi tanpa prosedur yang benar, seperti perilaku mencari rent;


(38)

mengerjakan aktivitas ekonomi/investasi, khususnya dalam meningkatkan kapasitas individu maupun berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif.

F. Fungsi dan Peran Kelembagaan Pemerintah 1. Fungsi

Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah) memiliki fungsi penting dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai : a) Fungsi stabilisasi , yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan

ekonomi, social politik, hokum, pertahanan, dan keamanan;

b) Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa publik seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan dan telepon;

c) Fungsi distribusi, yaitu fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat.

2. Peran

Pengertian Peranan Menurut (Soekanto, 1990:3), peranan adalah aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang dan karena kedudukan itu ia melakukan suatu tindakan atau gerak perubahan dinamis dimana dari usaha itu diharapkan akan tercipta suatu keadaan atau hasil yang diinginkan. Tindakan tersebut dijalankan dengan memanfaatkan kewenangan, kekuasaan serta fasilitas yang dimiliki karena kedudukannya.


(39)

stabilisator, peran pemerintah sebagai stabilisator sangat penting dan harus dimainkan secara efektif. Kedua, selaku inovator, pemerintah sebagai

keseluruhan harus menjadi sumber dari hal-hal baru. Ketiga selaku modernisator, pemerintah bertugas untuk mengiringi masyarakat kearah kehidupan yang

modern. Keempat selaku pelopor, pemerintah harus menjadi panutan (role model) bagi masyarakat. Kelima, selaku pelaksana sendiri, pemerintah masih dituntut untuk berperan sebagai pelaksana sendiri berbagai kegiatan menurut Siagian (2012:142-149).

Peranan pemerintah daerah pada tingkat provinsi maupun distrik secara spesifik menurut Tambunan (2002, h.146) adalah pertama, Implementasi, elaborasi dan koordinasi dari kebijaksanaan KUKM pemerintah pusat. Kedua, formulasi dan implementasi kebijaksanaan oleh pemerintah daerah mengenai pembangunan KUKM, termasuk penyempurnaan administrasi pemerintah daerah, program dan fasilitas-fasilitas finansial serta pendidikan dan pelatihan. Ketiga, koordinasi dan integrasi dari perencanaan, program, dan aktivitas-aktivitas pengembangan KUKM. Keempat, Peningkatan partispasi masyarakat daerah dalam kegiatan-kegiatan KUKM. Kelima, Penyiapan laporan-laporan, syarat-syarat dan rekomendasi-rekomendasi terhadap implementasi dari langkah-langkah pemberdayaan KUKM untuk pemerintah pusat dan DPRD.

3. Pemberdayaan

Pengertian pemberdayaan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah pasal 1 ayat 8 menyatakan


(40)

pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masayarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha pembinaan, dan

pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Pendekatan pemberdayaan dapat dicapai melalui 5P menurut Suharto (2009:67), yaitu pertama, pemungkinan, menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masayarakat berkembang secara optimal. Kedua,

penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masayarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ketiga, perlindungan, melindungi masayarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat. Keempat, penyokongan, pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan. Kelima, pemeliharaan, memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.

Pemerintah melalui berbagai elemennya, seperti Departemen Koperasi, Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Bappenas serta BUMN juga institusi keuangan baik bank maupun nonbank, melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan melalui kebijakan maupun pengadaan fasilitas dan stimulus lain. Selain itu, banyak dukungan atau bantuan yang diperlukan berkaitan dengan upaya tersebut, misalnya bantuan berupa pengadaan alat produksi, pengadaan barang fisik lainnya juga diperlukan adanya sebuah metode, mekanisme dan


(41)

prosedur yang memadai, tepat guna, dan aplikatif serta mengarah pada kesesuaian pelaksanaan usaha dan upaya pengembangan dengan kemampuan masyarakat sebagai elemen pelaku usaha dalam suatu sistem perekonomian yang berbasis masyarakat (Mohammad JF, 2004) dalam (Darwanto, 2008:28).

G. Strategi Pembinaan UMKM

Menurut Mudrajad Kuncoro, 2004;15;307, strategi pembinaan yang telah diupayakan selama ini dapat di klasifikasikan dalam :

1) Aspek manajerial, meliputi : peningkatan produktifitas/omzet/tingkat utilitas/tingkat hunian, meningkatkan kemapuan pemasaran, dan pengembangan sumber daya manusia.

2) Aspek peemodalan, meliputi : bantuan modal (penyisihan 1-5% keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil

minimum 20% dari potofolio kredit Bank) dan kemudahan kredit (KUPEDE, KUK, KIK, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU).

3) Mengembangkan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat sistem bapak-anak angkat, PIR, keterkaitan hulu hilir, keterkaitan hilir-hulu, modal ventura, ataupun subkontrak.

4) Pengembangan sentra industry kecil dalam suatu kawasan berbentuk PIK (pemukiman industry kecil), LIK (lingkungan industri kecil), SUIK (sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (unit pelayanan teknis) atau (tenaga penyuluhan industri).

5) Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (kelompok usaha bersama), KOPINKRA (koperasi industry kecildan kerajinan).


(42)

H. Pengembangan Kelembagaan dan UMKM

Hal-hal yang perlu diupayakan dalam pengembangan UKM yaitu, pertama, penciptaan iklim yang kondusif, pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif. Kedua, bantuan permodalan, pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM. Ketiga, perlindungan Usaha, jenis-jenis usaha tertentu terutama jenis usaha tradisional yang terutama usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun paraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan. Keempat, pengembangan kemitraan, perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UKM, atau antara UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindari terjadinya monopoli dalam usaha. Kelima, pelatihan, pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan usahanya. Keenam, membentuk lembaga khusus, perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan semua kegiatan. Ketujuh, menetapkan asosiasi, asosiasi yang telah ada diperkuat. Kedelapan, mengembangkan promosi, guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dengan usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang dihasilkan. Kesembilan, mengembangkan kerjasama setara, perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi antara pemerintah dengan dunia usaha (UKM) (Hafsah 2004:34).


(43)

Menurut (Darwanto, 2008) Tugas utama negara terkait dengan UKM adalah fungsi pengaturan atau regulatory serta pemberdayaan secara selektif. Dalam hal pembangunan UKM fokus perhatian sebaiknya ditujukan pada:

1. Penertiban administrasi badan hukum UKM;

2. Menata pengawasan pengesahan badan hukum UKM baru;

3. Menyelenggarakan akreditasi atau penilaian badan hukum UKM secara teratur dan berlanjut sebagai bentuk perlindungan publik;

4. Memperkuat lembaga pengembangan SDM gerakan koperasi;

5. Memperkuat lembaga keuangan UKM dengan mempersiapkan kelembagaan simpan pinjam untuk UKM;

6. Perkuatan permodalan dilakukan selektif dan diarahkan untuk memperkuat sistem keuangan UKM.

Tablel 6. Lembaga Pendukung Pengembangan Usaha Kecil

Lembaga Peran yang dilakukan Program atau intervensi 1. Pemerintah

1.1 Deperindag

1.2 Depdiknas

a. Perumusan kebijakan

pengembangan implementasi program, dan penyediaan fasilitas.

a. Peningkatan SDM melalui semua jalur: formal, informal, dan nonformal

b. Konsep link and macth antara dunia pendidikan dengan dunia usaha

 Pendidikan dan pelatihan

 Penelitian dan pengembangan teknologi produksi

 Pelayanan teknis melalui UPT

 Pelayanan informasi dan konsultasi Perantara UK

 dengan Bapak Angkat

 Program magang

 Pelatihan melalui pendidikan masyarakat

 Pembinaan kursus-kursus informal Perhatian terfokus


(44)

Lembaga Peran yang dilakukan Program atau intervensi

1.3 Depnaker

1.4 Depsos

1.5 Depkeu

c. Orientasi pendidikan sangat bias

a. Pembinaan dan penempatan tenaga kerja

b. perumusan kebijakan ketenagakerjaan

a. pembinaanUK sebagai bagian pengentasan kemiskinan

a. merancang kebijakan ekonomi yang kondusif bagi

pengembangan UK

b. Mekanisme control terhadap implementasi kebijakan yang telah diambil masih sangat minimal

c. Control pelayanan finansial bagi UK

 pada usaha

 Menengah-besar-formal, belum ada program yang

berorientasi pada UK.

 Pelatihan melaui BLK

 Pengembangan pusat informasi

 Penetapan KUM dan pemantauan

 Pengembangan usaha kecil dan usaha mandiri lebih ditujukan mengatasi pengannguran ketimbang pengembangan usaha itu sendiri.

 Pelatihan – pelatihan

 Pembentukan dan pembinaan UK antara lain 1-5% dana keuntungan BUMN  Penyederhanaan prosedur pelayanan financial 2. Lembaga swasta dan perorangan 3. LSM

a. Peningkatan SDM melalui pemdidikan dan latihan

a. Lembaga pelayanan alternative bagi UK yang berfungsi sebagai lembaga perantara untuk menjembatani keterbatasan pemerintah dan swasta dalam menjangkau UK

b. Sangat berpotensi menjadi partner UK karena kedekatan hubungannya dengan UK c. Koordinasi antar LSM maupun

lembaga pendukung lainnya d. Lingkup kerja terbatas, serta ada

ketergantungannya financial dan

 Pengembangan SDM

 Perantara dalam pasar

 Pengembangan berbagai kelompok swadaya masyarakat

 Pelatihan teknis produksi dan

pengolahan/administra si

 Penelitian dan konsultasi

 Intervensi efektif hanya dalam wilayah kerja


(45)

4. Lembaga penelitian di perguruan tinggi negeri

teknisi ahli yang akan mengancam

e. keberlanjutan lemabaga

a. Penelitian dan pengembanhan teknologi, produksi, dan SDM

 Masih belum

menjangkau kelompok UK yang betul-betul marginal

 Pengembangan skema pelayanan

5. Asosiasi pengusaha kecil

a. Idealnya asosiasi seperti ini terlibat langsung dalam negoisasi, perumusan, kebijakan, pemantauan, dan evaluasi.

 Pelatihan dan tekis manajemen untuk pedagang kecil

 Konsultasi dan pembinaan

 Pengorganisasian usaha kecil harus dibangun dengan tujuan yang spesifik dan dikaitkan dengan pemberdayaan.

 Distribusi informasi Sumber : sjaifudian, et al. (1995: 62-63) dalam Mudrajad Kuncoro (2004)

I. Sumber Daya Manusia Dalam Konteks Pembangunan

Pembangunan manusia yang seutuhnya, kemampuan professional dan kematangan kepribadian saling memperkuat satu sama lain. Profesionalisme dapat turut membentuk sikap dan perilaku serta kepribadian yang tangguh, sementara kepribadian yang tangguh merupakan prasyarat dalam membentuk profesionalisme. Minimal ada empat kebijaksanaan pokok dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu : (1) peningkatan kualitas hidup seperti rohani, jasmani dan kejuangan maupun kualitas permukiman dan perumahan yang sehat; (2) peningkatan kualitas SDM yang produktif dan upaya pemerataan penyebarannya; (3) peningkatan kualitas SDM yang berkemampuan dalam pemanfaatan, mengembangkan dan menguasai iptek yang berwawasan


(46)

lingkungan; serta (4) pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan perangkat hukum yang mendukung upaya peningkatan kualitas SDM. (Mulyadi, 2003:2)

Secara umum peningkatan produktifitas tenaga kerja dilakukan dengan peningkatan kemampuan/keterampilan, disiplin, etos kerja produktif, sikap kerativ dan inovatif, dan membina lingkungan kerja yang sehat untuk memacu prestasi. Pelatihan tenaga kerja di arahkan kepada pengembangan usaha mandiri dan professional, sehingga dapat berkembang menjadi kader wirawasta yang mampu menciptakan lapangan kerja. (Mulyadi, 2003:3)

1. Teori Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori Klasik Adam Smith

Adam Smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Smith menganggap bahwa manusialah sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya kalu tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru dimulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.. (Mulyadi, 2003:4).


(47)

2. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan salah satu kunci manajemen tenaga kerja, merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab yang tidak dilaksanakan secara sembarangan. Artinya, agar efektivitas dan pendidikan dapat terjamin, perlu adanya penanganan yang serius dan baik yang menyangkut sarana maupun prasarana sehingga meningkatkan keahlian dan prestasi kerja karyawan.

Pendidikan dan pelatihan merupakan dua hal yang hampir sama maksud pelaksanaannya, namun ruang lingkup yang membedakannya.

Menurut Dr. B. Siswanto Sastrohadiwiryo (2005,hal :199) pendidikan merupakan tugas untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian atau sikap tenaga kerja

sehingga mereka dapat lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja mereka.

Menurut Simanjuntak (1985:32), pelatihan kerja melengkapi karyawan dengan keterampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja. Pada dasarnya pelatihan melengkapi pendidikan. Pendidikan hanya bersifat umum, sedangkan latihan bersifat khusus dan teknis oprasional. Selain itu Simanjuntak (1985:58) menjelaskan juga bahwa latihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian akan meningkatkan produktivitas kerja.

Menurut Simamora (2004:273) menjelaskan dalam bukunya bahwa pelatihan diarahkan untuk membentu karyawan untuk menunaikan pekerjaan mereka saat ini secara lebih baik, dan menjelaskan bahwa pelatihan mempunyai fokus yang


(48)

agak sempit dan harus memberikan keahlian yang bakal memberikan manfaat bagi organisasi secara cepat.

3. Manfaat dan Dampak Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Manfaat dan dampak yang diharapkan dari penyelenggaraan Diklat bagi karyawan/relawan suatu perusahaan/organisasi meliputi :

a) Peningkatan keahlian kerja

Meningkatkan keahlian bekerja tidak hanya terbatas melalui Diklat saja tetapi kebiasaan untuk melakukan tugas dan kebiasaan secara rutin pada setiap waktu dalam suatu tugas atau pekerjaan juga merupakan sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja.

b) Pengurangan Keterlambatan Tenaga Kerja

Berbagai alasan seringakali muncul dari tenaga kerja atas tindakan yang mereka lakukan meskipun sering sekali alasan itu tidak masuk akal, misalnya keterlambatan kerja karena faktor tempat tinggal, gangguan lalu lintas di perjalanan dan sebagainya.

c) Mengurangi Timbulnya Kecelakaan Kerja, Kerusakan Alat/Bahan inventaris organisasi atau perusahaan sebagai penunjang aktivitas kerja. Kecelakaan bekerja itu biasanya timbul atas kelalaian karyawan/relawan ataupun pihak perusahaan/organisasi, ketidaktahuan tenaga kerja tentang keselamatan kerja dan penggunaan peralatan didalam suatu pekerjaan.

d) Peningkatan Produktifitas Kerja

Tujuan setiap perusahaan/organisasi adalah memperoleh tingkat produktifitas tinggi, setiap proses mengalami setiap peningkatan sesuai dengan yang


(49)

diharapkan. Untuk memperoleh hal tersebut didukung beberapa faktor diantaranya adalah kondisi kerja para tenaga kerja. Peningkatan jumlah karyawan dan pendapatan perusahaan. Apabila tenaga kerja tidak memiliki gairah dan semangat bekerja, tentu produktifitas seperti peningkatan

pendapatan dan paroduksi ouput akan merosot atau rendah. Sebaliknya, apabila tenaga kerja memiliki semangat dan gairah kerja tinggi keluaran (produktifiatas kerja) akan tinggi pula.

e) Peningakatan Kecakapan Kerja

Perkembangan teknologi dan komputerisasi yang makin maju, menuntut tenaga kerja harus mampu menggunakannya. Untuk itu, tenaga kerja dituntut mengembangkan kemampuan dan kecakapan kerjanya baik secara manual maupun teknologi.

f) Meningakatkan Rasa Tanggung jawab

Masing-masing tenaga kerja sebenarnya memiliki tanggung jawab, hanya tingkatan dan kebutuhannya berbeda-beda bergantung pada beban tugas dan pekerjaan yang diserahkan padanya. Yang dimaksud tanggung jawab disini adalah kewajiban seorang tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Makin tinggi hierarki perusahaan/organisasi makin besar tanggung jawab yang diserahkan kepadanya.

J. Pembangunan Ekonomi

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu pembangunan meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan


(50)

(Todaro:2006). Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai pertumbuhan kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut (melalui

pertumbuhan produktivitas). Sedangkan pertumbuhan output per kapita

digunakan sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi (Bhinadi:2003).

K. Profil Usaha Kecil di Indonesia

Dari hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Kelembagaan Manajemen FE UI tahun 1987 dalam (T.S. Partomo, 2004:4) dapat dirumuskan profil usaha kecil di Indonesia sebagai berikut:

1. Hampir setengahnya dari perusahaan kecil hanaya mempergunakan kapasitas 60% atau kurang;

2. Lebih dari setangah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil-kecilan;

3. Masalah utama yang dihadapi:

a) Sebelum investasi masalah: permodalan, kemudahan, usaha (lokasi, izin); b) Pengenalan usaha: pemasaran, permodalan, hubungan usaha;

c) Peningkatan usaha: pengadaan barang/bahan;

4. Usaha menurunkan usaha: kurang modal, kurang mampu memasarkan, kurang keterampilan teknis, dan administrasi;


(51)

6. 60% menggunakan teknologi tradisional;

7. 70% melakukan pemasaran langsung ke konsumen;

8. Untuk memperolah bantuan perbankkan, dipandang terlalu rumit dan dokumen-dokumen yang harus disiapkan.

L. Penelitian Terdahulu

1. Abdullah Abidin, S.E.(2008) judul: Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sebagai Kekuatan Strategis Dalam Mempercepat Pembangunan Daerah metode yang digunakan analisis deskriptif hasil kesimpulan Pertama; potensi pengembangan UMKM di daerah sangat besar. Kedua, pengembangan UMKM harus dilaksanakan sesuai dengan budaya lokal dan potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Ketiga, Sektor UMKM ini sangat berperan dalam menanggulangi masalah sosial di daerah dengan penyerapan tenaga kerja yang sanagat tinggi. Keempat, peranan peningkatan SDM, pemanfaatan teknologi, akses permodalan, akses pemasaran, akses informasi, dan manajemen sangat penting dalam

mengembangkan usaha mikro. Kelima; Sumber daya alam dan sumber daya manusia serta pasar dunia yang semakin terbuka pada era global merupakan potensi besar jika disain dan strategi replikasi yang meliputi kerjasama jaringan (network) pemerintah, LSM, lembaga swasta dan individu maupun kelompok di kelola secara efektif dalam bentuk kemitraan.

2. Irdayanti (2012)Judul Peran Pemerintah dalam Pengembangan UKM Berorientasi Ekspor Studi Kasus: Klaster Kasongan dalam Rantai Nilai


(52)

Tambah Global metode yang digunakan deskriptif analiskesimpulan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa klaster industry kerajinan gerabah Kasongan telah banyak melakukan perkembangan, namun perkembangan ini belumlah dapat dikatakan berjalan secara menyeluruh, melainkan terhadap pada aspek-aspek tertentu saja (bersifat parsial). Meski telah melakukan strategi upgrading namun strategi ini dianggap belum berhasil dalam mereposisi UKM dalam rantai nilai. Kedua, program yang dilakukan oleh pemerintah belum mampu menyelesaikan permasalahan rente yang dihadapi klaster Kasongan dalam rantai GVC, hal ini terkait dengan pelaksanaan program yang kurang maksimal karena masih ditemukannya kekurangan dalam proses sinergi.

3. Darwanto Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang (2007) judul Membangun Daya Saing UKM Dalam Perekonomian Nasional Metode Penelitian dan penulisan paperini menggunakan metode deskriptif untuk menganalisis data yang telah ada. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang merupakan data yang dikeluarkan oleh BPS. Penelitian ini menggunakan sumber-sumber penelitian sebelumnya sebagai bahan kepustakaan analisis. Kesimpulan peran UKM sangat strategis dalam

perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang. Pemberdayaan UKM secara terstruktur dan berkelanjutan diharapkan akan mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi


(53)

sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat.

4. Ali Sadikin Wear (2012) Peran Pemerintah Daerah Dalam

Pemberdayaan UKM. Metode yang di gunakan tipe penelitian yang di pakai dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif. Kesimpulan Pemerintah daerah dapat memanfaatkan UKM untuk pengentasan kemiskinan. Untuk itu pemerintah daerah malalui kewenangan pembuatan peraturan bisa

memberdayakan UKM. Pemberdayaan dimaksudkan untuk menjadikan UKM sebagai usaha yang tangguh dan mandiri dalam perekonomian nasional. Dalam proses pemberdayaan melibatkan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Dalam hal ini pemerintah harus menciptakan iklim yang usaha yang kondusif dan melakukan pembinaan dan pengembangan berupa

bimbingan dan bantuan lainnya. Dalam hal ini pemerintah dapat mendorong agar dalam menilai UKM bisa dilihat dari kelayakan usaha dan bukan hanya atas dasar agunan. Pemerintah dapat mendorong agar UKM membangun kemitraan dengan usaha besar dalam semangat saling menguntungkan. Pemda harus mampu membuat sosialisasi dan penyadaran kepada berbagai unsur yang terlibat dalam dunia usaha di daerah mereka masing masing.. Dengan demikian, pendekatan pembangunan SDM akan diprioritaskan dalam upaya memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan khususnya dalam rangka pembinaan UKM.

5. Hesti Kusuma Wardani Ambar Pertiwi, Abdul Juli Andi Gani, Abdullah Said judul Peranan Dinas Koperasi Dan UKM Dalam Pmberdayaan Usaha


(54)

Kecil Menengah Kota Malang (Studi pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang) . Metode PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Kesimpulan Pelaksanaan

pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang masih belum berjalan maksimal dan merata. Sebagian UKM yang telah tergabung di Paguyuban Amangtiwi tersebut sudah tergolong UKM yang telah berdaya, akan tetapi Dinas Koperasi dan UKM Kota Malang ini dalam melakukan pemberdayaan lebih berfokus pada UKM yang tergabung dalam Paguyuban Amangtiwi dan UKM yang tidak tergabung dalam Paguyuban seperti terabaikan. Sementara itu, Faktor yang menjadi pendukung dari pelaksanaan kegiatan pemberdayaan UKM adalah adanya struktur organisasi yang terintegrasi pada Dinas Koperasi dan UKM, adanya paguyuban

Amangtiwi yang menaungi UKM, kesadaran pelaku UKM untuk bergabung dengan Paguyuban Amangtiwi, pembentukan Koperasi Amangtiwi,

pemanfaatan teknologi e-business, dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Faktor penghambat dari pelaksanaan kegiatan pemberdayaan UKM adalah keterbatasan sumber daya manusia, terbatasnya anggaran yang dimilki, kesulitan permodalan UKM, dan permasalahan teknis UKM.


(55)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan sekunder.

1.1.Data primer pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada kelompok pelaku UMKM yang mengikuti program pelatihan dan pembinaan. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui jumlah pendapatan, tenaga kerja setelah dan sebelum mengikuti pelatihan dan pembinaan dari Dinas Koperasi dan UMKM.

1.2.Data sekunder merupakan pelengkap dari data primer, diperoleh melalui buku, instansi-instansi terkait yaitu Dinas Koperasi dan UMKM, BPS Kabupaten Pringsewu .

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh penulis dalam kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :

Dalam hal ini data diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM, Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu, UMKM berdasarkan sektor, serta sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.


(56)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi yang ditentukan peneliti merupakan populasi bersyarat. Karena ada dampak yang ditimbulkan dari adanya pelatihan dan pembinaan UMKM. Maka seluruh pupulasi nya adalaha UMKM yang pernah mengikuti pelatihan dan pembinaan di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pringsewu.

2. Sampel

Besaran sampel yang diambil merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang terdaftar dalam pelatihan dan pembinaan dari Dinas Koperasi dan UMKM

sebesar 15 UMKM. Metode sampling : pengambilan sampel dengan menggunakan non probability sampling yaitu purposive sampling karena mengambil perwakilan dari masing-masing sektor UMKM yang dibina.

C. Definisi Operasional Variabel

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini memberikan batasan untuk menghindari kesimpang suiran dalam membahas dan menganalisis permasalahan.

Batasan variabel yang dimaksud adalah :

1. Penelitian ini berfokus pada lembaga pemerintah di Dinas Koperasi dan UMKM. Untuk meneliti Peran Pemerintah terhadap UMKM dilihat dari: pertumbuhan kemitraan, peningkatan penyaluran Modal, SDM.

a) Pertumbuhan Kemitraan adalah suatu program yang dijalankan oleh pemerintah dengan bekerjasama atau koordinasi yang serasi antara


(57)

pemerintah dengan dunia usaha UKM.

b) Penyaluran AksesModal yaitu modal yang diberikan oleh Pemerintah bukan hanya dari masalah keuangan tetapi juga memberikan modal berupa barang jadi.

c) Pelatihan sumber daya manusia, pembinaan yang dilakukan dengan memberikan bimbingan kewirausahaan.

2. UMKM yang diteliti adalah berdasarkan jenis Usaha Kecil dan Menengah yang sudah mengikuti pelatihan dan pembinaan di Kabupaten Pringsewu. Sesuai dengan permasalahan di atas bahwa dalam melihat ukuran kinerja yang terjadi menggunakan batasan-batasan dalam penelitian ini yaitu dilihat dari penyerapan tenaga kerja, Pertumbuhan Pendapatan.

a) Tenaga Kerja adalah orang yang bekerja dalam suatu tempat usaha. Tenaga kerja di lihat dari rata-rata peningkatan penambahan tenaga kerja

b) Pertumbuhan pendapatan adalah pendapatan yang diterima oleh UMKM mengalami kenaikan atau sebaliknya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data dalam penulisan ini, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

2. Penelitian kepustakaan :

3. Penelitian lapangan yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data-data secara langsung dari instansi yang berhubungan dengan penelitian ini.


(58)

E. Alat Analisis

Alat Analisis yang dipakai menggunakan Deskriptif dalam pendekatan

Kuantitatif. Karena penelitian ini berkaitan dengan pemberdayaan Usaha Mikro kecil serta Peran Kelembagaan Pemerintah di Kabupaten Pringsewu. Objek penelitian ini dititik beratkan pada peran pemerintah yaitu Dinas Koperasi dan UMKM dalam meningkatkan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil yang ada di Kabupaten Pringsewu.

1. Teknik Analisis Data Kuantitatif 1.1.Uji Validitas

untuk mengukur tingkat validitas soal, digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut: rxy =

Keterangan:

n = jumlah sampel yang diuji ∑x = jumlah skor butir (X)

∑y = jumlah skor butir (Y) ∑ = jumlah skor butir (X) kuadrat

∑ = jumlah skor butir (Y) kuadrat

Kriteria uji, apabila r hitung > r tabel maka pengukuran tersebut valid, tetapi apabila r hitung < r tabel maka pengukuran angket tersebut tidak valid.

1.2.Uji Reabilitas

Uji reliabilitasmerupakan suatu cara untuk melihat, apakah alat ukur berupa kuesioner yang digunakan konsisten atau tidak. Apabila suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih dan hasil pengukuranya konsisten, maka


(59)

alat pengukur disebut reliabel. Uji reliabilitas konsumen dapat diuji dengan menggunakan rumus koefisien cronback’s alpha, yang digunakan untuk mencari realibilitas instrument. Rumus yang digunakan untuk koefisien cronback’s alpha adalah sebagai berikut:

r1 =

keterangan:

r1 = validitas variabel internal seluruh instrument

k = jumlah item instrument Si2 = jumlah varians item 2 i S St2 = variant total item 2 t S

1.3.Perdebadaan Dua Rata-Rata Sampel Berpasangan

Untuk menguji hipotesis dua sampel berpasangan, bila datanya

berbentuk interval atau rasio, digunakan t-test dua sampel berpasangan (Sugiono, 2013:152)

Perumusannya :

H0 : µD≤ 0 µ1≤ µ2

Ha : µD > 0 > µ2 (ada peningkatan, setelah UMKM mengikuti Program Pemerintah dengan sebelum mengikuti)

Statistik uji yang digunakan :

d s d tn s s d d  ) 1 ( ) ( 2 2   

n n d d n sd


(60)

Keterangan :

t0 : perbedaan dua rata-rata α: 5% (0.05) Sd : standar deviation

df : n-1

Menggunakan uji t karena jumlah sampel < 30. Jika diuji ternyata thitung > t tabel maka H0 ditolak. Sebaliknya jika diuji ternyata t hitung < t tabel maka H0 diterima

Pengujian dimaksudkan untuk membandingkan pendapatan dan tenaga kerja setelah mengikuti pelatihan dan pembinaan setelah adanya campur tangan permerintah dan sebelum dalam peningkatan pemberdayaan UMKM yang ada di Kabupaten Pringsewu. Semakin baiknya peran pemerintah akan membuat kualitas pelaku UMKM meningkat dilihat dari Sumber daya manusia, tenaga kerja, dan pertumbuhan pendapatan.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Usaha Mikro Kecil dan menengah yang telah mengikuti pelatihan dan pembinaan dari Dinas Koperasi dan UMKM. Terkait hal tersebut lokasi dalam penelitian ini ialah Dinas Koperasi dan UMKM serta Usaha Mikro Kecil berdasarkan jenis sektor dan usaha yang ada di Kabupaten


(61)

E. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu 1. Aspek Geografi

Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus dan dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48 tahun 2008 tanggal 26 November 2008 dan diresmikan pada tanggal 3 April 2009 oleh Menteri Dalam Negeri.

Secara geografis Kabupaten Pringsewu terletak diantara 104045’25” - 10508’42” Bujur Timur (BT) dan 508’10”- 5034’27” Lintang Selatan (LS), dengan luas wilayah dimiliki sekitar 625 km2 atau 62.500 Ha.

Secara administratif Kabupaten Pringsewu berbatasan dengan 3 (tiga) wilayah kabupaten sebagai berikut:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sendang Agung dan Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah.

b) Sebelah Timur berbatasan Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan

Gedongtataan, Kecamatan Waylima dan Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran.

c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulok dan Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus.

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pugung dan Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus.

Kabupaten Pringsewu terdiri dari 8 (delapan) wilayah kecamatan antara lain Kecamatan Pardasuka, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan


(62)

Pringsewu, Kecamatan Gading Rejo, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Banyumas, dan Kecamatan Adiluwih.

2. Aspek Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Pringsewu dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2007-2011) selalu mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kabupaten Pringsewu berjumlah 350.422 jiwa dan kemudian terus mengalami peningkatan hingga menjadi 384.252 jiwa pada tahun 2011 atau tumbuh sebesar 1,89%. Dengan luas wilayah sebesar 625 Km2,

kepadatan penduduk Kabupaten Pringsewu pada tahun 2011 sebesar 614,80 jiwa/Km2, meningkat sebesar 5,33% dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan daerah kabupaten/kota lainnya di Provinsi Lampung maka kepadatan penduduk di Kabupaten Pringsewu relatif cukup tinggi (peringkat ke-3 Provinsi Lampung), namun masih sangat jauh jika dibandingkan dengan Kota Bandar Lampung yang berada pada peringkat pertama dan Kota Metro pada peringkat kedua. Ditinjau dari masing-masing kecamatan, Kecamatan Pringsewu

merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi. Dengan luas wilayah sebesar 53,29 Km2 kepadatan penduduk di Kecamatan Pringsewu hingga mencapai 1.415,07 jiwa/Km2.

3. Aspek Layanan Umum

Rasio ketersedian sekolah menurut jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia sekolah di Kabupaten Pringsewu tahun 2010 sebesar 41,64. Jika ditinjau berdasarkan masing-masing jenjang pendidikan maka untuk jenjang pendidikan SD rasio ketersediaan sekolah terhadap jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar


(1)

c. Profil Usaha Kecil di Kabupaten Pringsewu

Dalam bidang usaha kecil menengah, Kabupaten Pringsewu masih

didominasi oleh industri kecil dan home industri, diantaranya sentra industri kain tapis, manik-manik, kain perca, dan kerajinan anyaman bambu, industri batu bata dan genteng. Industri kain perca Pringsewu yang berpusat di

Kecamatan Banyumas telah mampu menembus pasar di seluruh Sumatera dan Jawa. Selain itu, industri kerajinan yang berbahan baku dari Batu Sui Seki, merupakan kerajinan yang cukup unik dan sangat menarik serta memiliki nilai seni yang sangat tinggi Kerajinan batu sui seki ini sebagian besar masih berupa industri perorangan dan industri rumah tangga.

Untuk industri batu bata, di Pringsewu terdapat sebanyak 244 unit usaha yang mampu, menyerap tenaga kerja sebanyak 3.172 orang, dengan kapasitas produksi mencapai 89.060.000 buah per tahun dan nilai investasi sebesar 26 milyar lebih. Begitu pula untuk industri pembuatan genteng, Kabupaten Pringsewu memiliki total industri sebanyak `137 unit, dengan kapasitas produksi 50.005.000 buah per tahun, dengan nilai investasi sebesar 15 milyar lebih dan menyerap tenaga


(2)

Tabel. 9. Jumlah Perusahaan Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Usaha di Kabupaten Pringsewu sampai dengan 2012

NO Kecamatan UD

(Usaha Dagang) CV (Commanditaire Vennontschap) PT (Perseroan Terbatas) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pardasuka Ambarawa Pagelaran Pringsewu Gadingrejo Sukoharjo Banyumas Adiluwih Pagelaran utara Jumlah/total 108 153 117 683 326 141 87 83 - 1.698 - 9 - 77 9 8 - - - 103 4 5 4 51 5 1 - 4 - 74

Sumber : Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kab. Pringsewu

Gambar Struktur Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Pringsewu

Gambar 2. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

KEPALA DINAS SEKERTARIS SUB BAGIAN PERENCANAAN SUB BAGIAN UMUM & SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG SOSIAL BUDAYA BIDANG EKONOMI BIDANG FISIK DAN PRASARANA BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BIDANG PENANAMAN MODAL SUB BIDANG Produksi &Ekonomi SUB BIDANG Keuangan SUB BIDANG Pemerintahan, Hukum dan SDM

SUB BIDANG Kesra, Penerangan & Komunikasi SUB BIDANG Prasarana Wilayah SUB BIDANG Penataan Ruang&

Tata Guna Tanah

SUB BIDANG Penelitian dan Pengembangan SUB BIDANG Statistik SUB BIDANG Promosi dan Investasi

SUB BIDANG Perizinan

Kelompok jabatan fungsional


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Diketahui bahwa dampak dari pelatihan pembinaan yang dilakukan bersama-sama dengan Dinas Koperasi dan UMKM dapat meningkatkan pendapatan, jumlah pekekerja terbukti dari penghitungan Ttabel < dari Thitung yang artinya t Hitung = 5.723 lebih besar dari t Tabel = 1.7613 dari sisi penda-patan bahwa dengan diadakannya pelatihan bisa meningkatkan rata-rata hasil pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

2. Dari sisi penambahan tenaga kerja penghitungan Ttabel < dari Thitung yang artinya t Hitung = 6.620 lebih besar dari t Tabel = 1.7613 dari sisi tenaga kerja bahwa dengan diadakannya pelatihan bisa meningkatkan rata-rata hasil pendapatan dan akan berdampak terhadap penambahan tenaga kerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

3. Dari hasil wawancara yang dilakukan bahwa pelaku usaha mikro kecil dan Menengah beranggapan positif terhadap program yang di lakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM dalam hal pelatihan dan pembinaan karena meberikan efek atau dampak yang positif terhadap perkembangan usaha mikro kecil. 4. Faktor penghambat dari pelaksanaan kegiatan peningkatan pemberdayaan UMKM adalah keterbatasan sumber daya manusia, terbatasnya anggaran


(4)

yang dimiliki, kesulitan permodalan UMKM, dan permasalahan teknis UMKM. Oleh karena itu Dinas Koperasi dan UMKM sudah menunjukan peranannya dengan memberikan pelatihan SDM bagi UMKM, bantuan pengaksesan permodalan, mengembangkan jaringan kerjasama,

mengembangkan kelembagaan KUMKM. Terbukti dari Hipotesis yang diduga bahwa ada peningkatan setelah usaha mikro kecil dan menengah tergabung dalam Dinas Koperasi membuktikan peran yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM benar-benar memberikan dampak yang positif terhadap UMKM ke depannya.

B. Saran

1. Pemberdayaan UMKM seharusnya diarahkan pada upaya meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, serta secara sistimatis diarahkan pada upaya menumbuhkan wirausaha baru di sektor-sektor yang memiliki produktivitas tinggi yang berbasis pengetahuan, teknologi dan sumberdaya lokal.

2. Peran kelembagaan juga sebagai alat pembangunan yang ditujukan untuk memberi manfaat bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Namun manfaat tersebut bisa dirasakan optimal jika kelembagaan bekerja secara penuh membenahi UMKM dan membangun jangkauan yang baik bersama-sama dengan institusi informal, formal, dan kelembagaan yang ada di desa. 3. Saran yang dapat diberikan adalah Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten

Pringsewu sebaiknya melakukan pendataan terhadap semua jumlah UMKM yang ada di Kabupaten Pringsewu serta melakukan identifikasi berdaya tidaknya UMKM. Sehingga pemberdayaan dapat merata dan tepat sasaran.


(5)

76 DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Abdullah, 2008. Jurnal Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sebagai Kekuatan Strategis Dalam Mempercepat Pembangunan Daerah.

Arsyad, lincolin, 2008. Lembaga Keuangan Mikro institusi, kinerja, dan

sustanabilitas , perpustakaan nasional: catalog dalam terbitan,

Yogyakarta:ANDI.

Badan Pusat Statistik, 2008. Berita Resmi Statistik: PerkembanganIndikator UKM Tahun 2008

Badan Pusat Statistik, 2013. Berita Resmi Statistik Kabupaten Pringsewu tahun 2009-2013.

Darwanto, 2008. Jurnal Membangun Daya Saing UMKM dalam Perekonomian

Nasional. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,Semarang.

Hafsah, Muhammad jaffar. (2004) Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan

Menengah. Infokop, Nomor 25 Tahun XXX: 40 44.

Hesti Kusuma Wardani Ambar Pertiwi, Abdul Juli Andi Gani, Abdullah Said. Jurnal Peranan Dinas Koperasi Dan UKM Dalam Pmberdayaan Usaha Kecil Menengah Kota Malang.

Irdayanti, 2012. Jurnal Peran Permerintah Dalam Pengembangan UKM

Berorientasi Ekspor.

Kuncoro, Mudrajad (2004) .Ekonomi dan Pembangunan Daerah. UGM,2002. Mohammad Ali, Penelitian Pendidikan (Prosedur dan Strategis), Cet III.

(Bandung : Angkasa, 1985). H. 54.

Mohammad, J.F., 2004. Upaya Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM),

InfokopNomor 25 Tahun XX.

Muditomo. A., Jurnal Mencermati Peran Pemerintah dalam Penngembangan

Koperasi danUMKM di Indonesia. Praktisi Perbankan BUMN.


(6)

77 Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, Cet. I. (Jakarta: Pedoman

Jaya, 1985), h. 29.

Noer Sutrisno, 2004. Posisi dan Peran Pembangunan UKM 2004-2009, Infokop Nomor 25 Tahun XX

Riadi. M.,2013. Jurnal Definisi Usaha Kecil. Yogyakarta.

Sadikin, Ali. 2012. Jurnal Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan UKM. Siagian, Sondang. (2012) Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan

Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara.

Soekanto, Soerjono. (1990) Sosiologi Suatu Ilmu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Soeratno, Mudraajad Kuncoro., & Catur Sugianto. (2001). Identifikasi profil dan kluster Usaha Kecil; Analis Subsektor dan sebaran Geografis di Yogyakarta.

Yogyakarta: Penelitian dan pengembangan Ekonomi Fakultas Ekonomi

UGM dan Dinas Perindustrian DIY.

Sri Adiningsih, 2002. Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah, UGM.

Sugiono (2010), Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D (Cet. IX. Bandung: Alfabeta, 2013).

Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Cet .1. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990).

Suharto, Edi. (2009) Membangun Masyarakat: Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.

Supranto, J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Tambunan, Tulus T.H.(2002) Usaha Kecil dan Menengah Indonesia : Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat.

Titik Sartika Partomo.,(2004) Jurnal Usaha Kecil Menengah Dan Koperasi.

Tohar .M., 2001. Membuka Usaha Kecil. Penerbit Kasinus, Yogyakarta.

Universitas Lampung.2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. UNILA.

Winarno Surakhmad. Pengantar Penelitian I lmiah. Cet II. (Bandung : Tarsito, 1985).