Latar Belakang Masalah KONDISI GEDUNG DAN PERABOT SEKOLAH DI SD NEGERI SE-KECAMATAN WERU KABUPATEN CIREBON.
2 pendidikan yang sangat penting. Banyak sekolah yang memiliki sarana dan
prasarana yang lengkap sehingga sangat menunjang proses pendidikan di sekolah. Semua pihak akan merasa terbantu dengan adanya fasilitias tersebut. Namun
sayangnya, kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Tingkat kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan tidak dapat dipertahankan secara terus
menerus. Sementara itu, bantuan sarana dan prasarana tidak datang setiap saat. Oleh karena itulah, maka dibutuhkan upaya pengelolaan sarana dan prasarana
yang baik agar kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dapat dipertahankan dalam kurun waktu yang relatif lama.
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu
dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Pemeliharaan yang penulis maksud di
sini adalah penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisinya baik. Pemeliharaan juga mencakup daya upaya yang
terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik.
Selain harus dijaga dan dirawat, sarana dan prasarana pendidikan juga harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2005 menyebutkan bahwa standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimum tentang ruang
belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi serta sumber belajar lain, yang
3 diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi dan komunikasi. Barnawi dan M. Arifin, 2012. Untuk tingkat sekolah dasar SD atau Madrasah Ibtidaiyah MI, standar
yang harus dipenuhi yakni minimal memiliki 11 sebelas ruang, dan ruang yang dimaksud itu adalah ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium IPA,
ruang pimpinan, ruang guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermainberolahraga. Dan kriteria tertentu untuk masing-
masing ruang juga harus disesuaikan, misalnya kapasitas maksimal untuk ruang kelas SDMI adalah untuk 28 peserta didik,dan seterusnya.
Dari beberapa fakta di lapangan yang ada, ditemukan banyak sapras yang keberadaannya memprihatinkan, sebagian rusak ringan, dan sebagian lagi rusak
berat. Lagi-lagi karena kurangnya pengetahuan yang cukup tentang standardisasi sapras dari pihak yang bertanggung jawab yang menyebabkan keprihatinan dari
keberadaan sarana tersebut, perawatan yang kurang intensif, perbaikan yang tak kunjung dilaksanakan, bahkan yang jarang yang menjelaskan bahwa faktor lain
yang bisa menyebabkan hal itu terjadi adalah karena minimnya sumber dana untuk merawat bahkan memperbaikinya. Sumber dana yang ada dari pemerintah
pusat maupun daerah, seperti dana BOS untuk SDMI ke pihak sekolah justru sudah dalam bentuk barang jadi, sedangkan untuk biaya perawatannya, sekolah
harus mencari sendiri sumber dananya. Dalam kasus ini, penulis tidak akan membahas lebih lanjut tentang sumber
dana untuk pengadaan sapras sekolah. Akan tetapi, kondisi bangunan sekolah dasar dan kondisi perabot sekolah dasar, inilah yang akan penulis bahas lebih
4 lanjut dalam skripsi ini. Pengaturan yang dimaksudkan di sini meliputi
inventarisasi, penyimpanan dan pemeliharaan serta kesesuaian sarana dan prasarana yang ada berdasarkan standar nasional pendidikan.