ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI LAMPUNG PERIODE 2007-2013

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI LAMPUNG

PERIODE 2007-2013 Oleh

Moza Daegal Orvilli Jenira

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh dana alokasi sektor pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013, mengetahui pengaruh alokasi dana sektor kesehatan terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013, dan mengetahui pengaruh alokasi dana infrastruktur terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan data dari variabel-variabel yang diteliti dan kemudian dihitung dengan menggunakan metode statistik yang tersedia. Pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis seluruh analisis dalam penelitian ini menggunakan program Eviews 6.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan bahwa alokasi dana sektor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan, hal ini berarti setiap peningkatan 1 tingkat pada alokasi dana sektor pendidikan maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 0,026183 dengan asumsi variabel lain tetap. Alokasi dana sektor kesehatan berpengaruh positif dan signifikan, hal ini berarti setiap peningkatan 1 tingkat pada alokasi dana sektor kesehatan maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 0,030741 dengan asumsi variabel lain tetap. Alokasi dana infrastruktur berpengaruh positif dan tidak signifikan, hal ini berarti setiap peningkatan 1 tingkat pada alokasi dana sektor infrastruktur maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 0,029545 dengan asumsi variabel lain tetap.

Kata Kunci : Alokasi Dana Sektor Pendidikan, Alokasi Dana Sektor Kesehatan, Alokasi Dana Infrastruktur, Indeks Pembangunan Manusia


(2)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF REGIONAL EXPENDITURE INFLUENCE TOWARDS HUMAN DEVELOPMENTS IN LAMPUNG PROVINCE

PERIOD OF 2007-2013 By

Moza Daegal Orvilli Jenira

The purpose of this thesis is to know the influence of funds allocation in education sector towards human development index of Lampung Province in 2007 – 2013 period, knows in the influence of funds allocation in health sector towards human development index of Lampung Province in 2007 – 2013 period, and knows the influence of funds allocation in infrastructure sector towards human development index of Lampung Province in 2007 – 2013 period. The method used in this research that is using the quantitative method, which is a method of research that is using the data of observed variables, and then count by using statistic method that available. Data processing that used for analyzing all analysis in this research in Eviews 4 software program. Beside on the result of the research and explanation, it can concluded that funds allocation in education sector, the human developments index will increase 0,026183 with the assumtion that other variables are constant. Funds allocation in health sector has positive and significant effect, which is it mean every 1 step increasing at funds allocation in healt sector, the human developments index will increase 0,030741 with the assumtion that other variables are constant. Funds allocation infrastructure sector has positive and not significant effect, which is it mean every 1 step increasing at funds allocation in infrastructure sector, the human developments index will increase 0,029545 with the assumtion that other variables are constant.

Keywords : Funds allocation in education sector, Funds allocation in health sector, Funds allocation in infrastructure sector, Human developments index.


(3)

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI LAMPUNG

PERIODE 2007-2013

Oleh

MOZA DAEGAL ORVILLI JENIRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Moza Daegal Orvilli Jenira lahir pada tanggal 15 Mei 1992 di Teluk Betung, Lampung. Penulis lahir sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Sumardiarso dan Ibu Wenny Indriany.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Pertiwi Pahoman, Bandar Lampung pada tahun 1996 dan tamat pada tahun 1998. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Dasar Kartika II –5 Tanjung Karang, Bandar Lampung, yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Rawa Laut, Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2007. Penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di perguruan tinggi Universitas Lampung jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Penulis aktif dalam berbagai kegiatan intra dan ekstra kampus antara lain menjadi anggota HIMEPA FEB UNILA (2010/2011), pada tahun 2012, penulis menjadi perwakilan dari Universitas Lampung untuk mengikuti perlombaan Pekan Seni Mahasiswa Mahasiswi Nasional (PEKSIMINAS) dan Bintang Radio Televisi Nasional (BRTN) di Medan, Sumatera Utara.


(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillhirrabbil alamin, segala puji hanya milik Allah SWT. Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku kepada :

1. Papi dan Mami yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Papi dan Mami.

2. Serta adik-adikku tercinta , Gaby Rodorea Agrippina, M. Pako Pujo Aditya, Gessy Redila Arva dan More Melosa Gitary. Terimakasih atas perhatian, serta keceriaan yang selalu memotivasi. Kelak tumbuh dan dewasalah seperti impian orang tua kita.

3. Almamater tercinta jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.


(9)

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

“Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang” (Imam Syafii)

“Jalani hidup dengan jujur, sabar, ikhlas dan selalu bersyukur. Percayalah bahwa Allah SWT bersama kita”


(10)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “AnalisisPengaruh Belanja Daerah Terhadap Pembangunan

Manusia Di Provinsi Lampung Periode 2007 - 2013” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya. 4. Bapak Moneyzar Usman, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Skripsi atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.


(11)

5. Bapak Dedi Yuliawan, S.E., M.Si., selaku dosen yang memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi. 6. Bapak Dr. Toto Gunarto, S.E.,M.Si., selaku dosen yang memberikan

inspirasi bagi penulis.

7. Bapak Dr. Saimul, S.E.,M.Si., selaku Pembimbing Akademik.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan ilmu dan pelajaran dengan baik.

9. Papi Mami tercinta, Bapak Sumardiarso dan Ibu Wenny Indriany terima kasih atas kasih sayang selama ini serta motivasi, doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Adik–adikku tersayang, Gaby Rodorea Agrippina, M. Pako Pujo Aditya, Gessy Redila Arva dan More Melosa Gitary atas semangatnya dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Yang tersayang Abahku H. Ramli Djohaini (alm), Omaku Hj. Suwarsih, Yangkungku Cokro Darsono Sadiman (alm) dan Yangtiku R. A. Sumidah (almh) serta keluarga besar, terima kasih untuk cinta, kasih sayang dan doa selama ini.

12. Sahabat- sahabat terbaikku Aulia Nur Febrilianti dan Tri Dewinta, S.E. atas doa, semangat, dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Keluarga PPL tersayang dan tergokil, Tante Indri, Mas Verry, Agung, Vian, Amel, Nuy, Egi, Ricco, dan Eet untuk canda tawa, semangatnya selama ini. 14. Sahabat-sahabat terbaikku yang berjuang bersama-sama Rini, Risky, Fida,

Virgie, dan Dhani. Terima kasih untuk segalanya. Semoga kedepannya kita akan selalu sukses . Aamiin. Keep contact guys !


(12)

15. Sahabat seperjuangan tingkat akhir, Princes, Yuli, Ika, Tami, Desi, Nurmala, Via, Wowo, Fani dan Zulmi. Terima kasih atas semangat yang kalian berikan. Terim kasih sudah berbagi suka duka. Cepat kerja untuk kita semua. Aamiin. 16. Teman-teman satu pembimbing. Citra, Army, Devy dan Beni. Terimakasih

telah berjuang bersama-sama dalam proses penyelesaian skripsi.

17. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010 yang telah banyak membantu. 18. Kakak-kakak tingkat, Mba Putri, Mba Ely, Kak Nanda, Kak Ryan, Kak Aldi,

Kak Dicky, Kak Tegar dan lain-lain yang telah membantu selama kuliah. 19. Adik-adik tingkat EP 2011 dan 2012 yang saling berbagi informasi dan

banyak hal lainnya. Semangat buat kalian.

20. Para staff jurusan Ekonomi Pembangunan. Ibu Hudayah, Mas Feri, Ibu Yati, Pakde Heriyanto, Pak Ikhman,dan Mas Ma’ruf. Terima kasih telah

membantu proses kelancaran skripsi ini.

21. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 27 April 2015 Penulis,


(13)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR GAMBAR ... ... ... iii

DAFTAR TABEL ... ... ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Kerangka Pemikiran ... 10

F. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pengeluaran Pemerintah ... 13

B. Indeks Pembangunan Manusia ... 15

C. Komponen – komponen IPM ... 17

1. Indeks Harapan Hidup ... 18

2. Indeks Pendidikan ... 19

3. Standar Hidup Layak ... 20

D. Pengeluaran Pemerintah ... 21

E. Alokasi Dana Sektor Pendidikan ... 24

F. Alokasi Dana Sektor Kesehatan ... 28

G. Alokasi Dana Infrastruktur... 29

H. UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 49 dan No. 36 Tahun 2009 Pasal 171 Tentang Pengalokasian Dana Pendidikan dan Kesehatan... 32

I. Penelitian Terdahulu ... 33

III.METODE PENELITIAN A. Jenis Data ... 36

B. Sumber Data ... 36

C. Batasan Variabel ... 36

D. Alat Analisis ... 38

E. Model Analisis ... 38

F. Pengujian Hipotesis ... 44

1. Uji R- Square (R2) ... 44


(14)

ii

3 Uji F ... 46

G. Gambaran Umum Provinsi Lampung ... 46

1. Keadaan Geografis ... 46

2. Topografi ... 47

3. Administrasi Pemerintah ... 47

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian... 49

1. Alokasi Dana Sektor Pendidikan ... 49

2. Alokasi Dana Sektor Kesehatan ... 51

3. Alokasi Dana Infrastruktur... 52

4. Indeks Pembangunan Manusia... 54

B. Analisis Regresi ... 55

C. Pengujian Hipotesis ... 56

1. Koefisien Determinasi (R2) ... 56

2. Uji t ... 56

3. Uji F ... 56

4. Hasil Estimasi Regresi Data Panel menggunakan RandomEffect... 57

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59

1. Pengaruh Alokasi Dana Sektor Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia ... 59

2. Pengaruh Alokasi Dana Sektor Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia ... 61

3. Pengaruh Alokasi Dana Infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indeks Pembangunan Manusia pada 11 Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung Periode 2009–2013 ... 3 2. Alokasi Dana Infrastruktur Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung

Periode 2009-2013... 6 3. Alokasi Dana Sektor Pendidikan Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung

Tahun 2009-2013 ... 7 4. Alokasi Dana Sektor Kesehatan Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung

Tahun 2009-2013 ... 8 5. Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM ... 18 6. Ringkasan Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Selatan Periode

2001-2013 ... 33 7. Ringkasan Penelitian Pengaruh Pendapatan Dan Belanja Daerah

Terhadap Pembangunan Manusia Di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta ... 34 8. Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung ... 48 9. Hasil EstimasiTime LagDengan MenggunakanRandom Effect... 57


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Penelitian ... L-1 2. Hasil Estimasi tanpaTime Lag... L-2 3. Hasil EstimasiTime Lag2 ... L-3


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 11

2. Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 14

3. Grafik Alokasi Dana Sektor Pendidikan ... 50

4. Grafik Alokasi Dana Sektor Kesehatan ... 51

5. Grafik Alokasi Dana Infrastruktur... 53


(18)

I..PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah subjek dan objek pembangunan dalam kehidupannya harus mampu meningkatkan kualitas hidupnya sebagai insan pembangunan. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan bagi rakyat untuk menikmati hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan yang produktif.Sesuai dengan perkembangan paradigma

pembangunan ekonomi, maka telah terjadi perubahan tolak ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dari pendekatan pertumbuhan ekonomi (growth) menjadi pendekatan pembangunan manusia.

Selain itu, secara umum pembangunan manusia dalam pengertian luas mengandung konsep teori pembangunan ekonomi yang konvensional,

termasuk model pertumbuhan ekonomi, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan Produksi Nasional Bruto/PNB (Gross National


(19)

2

Product/GNP). Pemikiran kontemporer mengenai pembangunan juga telah menempatkan kembali manusia sebagai subyek atau pusat dari proses pembangunan. Lembaga PBB telah membuat definisi khusus mengenai pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Dalam konsep tersebut manusia ditempatkan sebagai tujuan akhir,sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian, pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, lebih dari sekedar peningkatan pendapatan dan lebih dari sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal (Mailendra, 2009).

Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai pemanfaat(beneficiaries)bukan sebagai objek perubahan.Pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.

Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) juga secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Kapasitas dasar yang dimaksud yang sekaligus merupakan tiga nilai pokok keberhasilan pembangunan ekonomi adalah kecukupan, jati diri, serta kebebasan (Mailendra, 2009).

Pembangunan manusia penting dan perlu mendapat perhatian sebab


(20)

3

kesejahteraan seperti kemiskinan dan taraf hidup masyarakat secara luas, sehingga keberhasilan pembangunan dewasa ini seringkali dilihat dari pencapaian kualitas Sumber Daya Manusianya. Salah satu cara untuk

mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau

Human Development Index(HDI). Indeks ini pertama kali dikembangkan oleh pemenang nobel IndiaAmartya SendanMahbub ul Haqseorang ekonom Pakistan dibantu olehGustav RanisdariYale UniversitydanLord Meghnad DesaidariLondon School of Economics.

Berdasarkan data dari BPS, secara umum, angka Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development IndexProvinsi Lampung periode 2007-2013 dapat dilihat pada Tabel 1, dibawah ini :

Tabel 1.Indeks Pembangunan Manusia pada 11 Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung Periode 2009–2013

Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Manusia (dalam %)

2009 2010 2011 2012 2013

Lampung Barat 68,83 69,28 69,72 70,17 70,37

Lampung Selatan 69,51 70,06 70,53 70,95 71,25

Lampung Tengah 70,38 70,74 71,29 71,81 72,30

Lampung Utara 69,85 70,36 70,81 71,28 71,70

Lampung Timur 70,20 70,73 71,26 71,64 72,14

Tanggamus 70,84 71,31 71,83 72,32 72,66

Tulang Bawang 69,63 70,34 70,96 71,60 71,86

Way Kanan 69,46 69,92 70,43 70,84 71,08

Bandar Lampung 75,35 75,70 73,29 76,83 77,17

Metro 75,98 76,25 76,95 77,30 77,53

Pesawaran 69,43 69,77 70,30 70,90 71,25

Rata-rata 70,86 71,31 71,58 72,33 72,66

Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2014.

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat perkembangan IPM dari 11 Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung mulai tahun 2009 hingga tahun 2013 secara umum mengalami peningkatan yang signifikan dan pertumbuhan IPM


(21)

4

Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Timur berfluktuasi cenderung meningkat. Rata-rata IPM tertinggi adalah Kota Metro sebesar 76,80% dan terendah adalah Kabupaten Lampung Barat sebesar 69,67%. Rata-rata IPM se Provinsi Lampung belum memperlihatkan nilai yang optimal, karena semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak.

Tercapainya tujuan pembangunan manusia yang tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat tergantung komitmen pemerintah sebagai penyedia sarana penunjang. Pembangunan tiga aspek yang menjadi fokus perhatian dalam penghitungan IPM tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan sinergi di antara ketiganya. Peran pemerintah sebagai penyusun kebijakan sangat dibutuhkan untuk memberi kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup melalui keterlibatan masyarakat dalam pembangunan (Anand, 1993). Pentingnya peran tersebut tidak terlepas dari tiga fungsi pemerintah, yaitu memelihara keamanan dan pertahanan dalam negeri, menyelenggarakan peradilan, dan menyediakan barang-barang yang tidak mampu disediakan oleh pihak swasta, seperti misalnya jalan, dam, dan sarana publik lainnya (Azril, 2000).

Salah satu perangkat yang selama ini banyak digunakan oleh pemerintah untuk mewujudkan peran tersebut adalah perangkat kebijakan fiskal. Di


(22)

5

antara instrumen kebijakan fiskal tersebut, ada instrumen dalam bidang pengalokasian dana atau anggaran pembangunan ke bidang yang berkaitan dengan fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan, irigasi, transportasi, dan sebagainya (Azril, 2000). Kaitan antara pengeluaran untuk sektor publik terhadap pembangunan manusia sebenarnya mudah untuk ditelusuri.

Pengeluaran untuk bidang kesehatan diharapkan mampu meningkatkan angka harapan hidup maupun menurunkan angka kematian ibu hamil dan bayi sebagai salah satu komponen dalam penentuan pembangunan manusia. Anggaran dalam bidang pendidikan akan meningkatkan akses masyarakat pada pendidikan yang baik dan murah, sehingga mampu meningkatkan angka melek huruf.

Mencermati alokasi pengeluaran pemerintah terhadap akses publik terjadi kondisi yang cukup memprihatinkan. Hal tersebut tampak dari masih relatif tingginya alokasi anggaran belanja rutin dibanding anggaran belanja

pembangunan, baik dalam skala nasional maupun regional. Khusus mengenai alokasi pengeluaran pendidikan, rencana alokasi 20% untuk anggaran sektor pendidikan masih jauh dari realita.

Secara empiris dan intuitif dapat dikatakan bahwa investasi infrastruktur mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan

perekonomian suatu negara. Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan sebagainya yang merupakanSocial Overhead Capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat


(23)

6

perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional.

Tabel 2. Alokasi Dana InfrastrukturKabupaten/Kota se Provinsi Lampung Periode 2009-2013

Kabupaten/Kota Alokasi Dana Infrastruktur (dalam Jutaan Rp)

2009 2010 2011 2012 2013

Lampung Barat 24.916,36 34.122,91 35.174,27 43.834,88 48.315,54 Lampung Selatan 41.639,38 63.260,60 55.323,66 61.867,70 70.709,37 Lampung Tengah 36.012,17 39.975,54 52.644,22 34.039,67 70.012,99 Lampung Utara 24.087,82 29.159,42 42.970,01 28.551,80 54.103,00 Lampung Timur 46.240,83 66.575,99 56.654,12 75.120,88 81.384,51 Tanggamus 27.942,97 24.583,67 29.654,08 31.872,41 37.850,52 Tulang Bawang 27.488,67 34.129,96 43.279,65 37.888,95 44.284,12 Way Kanan 31.367,52 54.325,60 28.080,26 30.867,48 42.307,58 Bandar Lampung 41.186,86 35.217,73 39.550,31 52.190,06 57.227,21 Metro 16.355,72 15.560,84 18.868,13 22.082,76 30.129,94 Pesawaran 20.864,61 30.816,22 34.982,82 34.022,57 57.951,58

Sumber :Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilamanwww.djpk.go.id

Tabel 2 menunjukkanalokasi dana infrastruktur tiap kabupaten/kota se-Provinsi Lampung selama 5 (lima) tahun terakhir, di mana dana alokasi infrastruktur secara umum mengalami fluktuasi dan hanya Lampung Barat yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan infrastruktur memperlihatkan kemampuan daerah dalam menyediakan fasilitas bagi masyarakatnya untuk melakukan aktivitas ekonomi.


(24)

7

Dilihat dari komitmen pemerintah terhadap pembangunan yang tercermin melalui alokasi APBD terhadap sektor publik yang dalam penelitian ini diproksi dengan alokasi pengeluaran pada bidang pendidikan dan kesehatan tampak masih terjadi ketidakkonsisten pemerintah khususnya bidang

pendidikan.Ketidakkonsistenan pemerintah tersebut ditunjukkan oleh besaran pengeluaran pemerintah pada bidang pendidikan dan kesehatan yang terlihat naik turun dari tahun ke tahun baik secara absolut maupun relatif terhadap seluruh pengeluaran.

Tabel 3. Alokasi Dana Sektor Pendidikan Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

Kabupaten/Kota

Alokasi Dana Sektor Pendidikan

(dalam Jutaan Rp)

Rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013

Lampung Barat 45,676 44,566 66,293 63,533 84,486 60,911 Lampung Selatan 50,970 59,551 73,299 98,495 112,280 78,919 Lampung Tengah 67,632 66,577 94,367 90,463 100,759 83,960 Lampung Utara 42,762 52,951 58,741 54,042 80,376 57,774 Lampung Timur 52,745 58,568 68,994 92,178 93,027 73,102 Tanggamus 51,811 28,785 33,097 53,222 58,244 45,032 Tulang Bawang 47,768 24,914 61,560 74,628 76,316 57,037 Way Kanan 39,053 41,795 48,558 47,925 62,668 48,000 Bandar Lampung 70,172 61,085 81,132 139,943 147,947 100,056 Metro 40,332 46,461 54,973 70,264 85,813 59,569 Pesawaran 20,189 24,942 24,363 43,149 52,574 33,043

Sumber: Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id

Tabel di atas memperlihatkan besarnya alokasi dana sektor pendidikan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah di Provinsi Lampung, dari 11

Kabupaten/Kota terlihat bahwa rata-rata tertinggi selama 5 tahun terakhir untuk dana alokasi sektor pendidikan yaitu Kota Bandar Lampung sebesar 100,056 dan terendah adalah Kabupaten Pesawaran sebesar 33,043. Secara umum, alokasi dana sektor pendidikan pada Kabupaten/Kota di Provinsi


(25)

8

Lampung mempunyai perkembangan yang berfluktuasi cenderung meningkat.

Tabel 4. Alokasi Dana Sektor KesehatanKabupaten/Kota se Provinsi Lampung Tahun 2009-2013

Kabupaten/Kota

Alokasi Dana Sektor Kesehatan

(dalam Jutaan Rp)

Rata-rata 2009 2010 2011 2012 2013

Lampung Barat 144,281 158,038 255,070 289,898 336,268 236,711 Lampung Selatan 290,606 299,750 432,510 517,572 483,523 404,792 Lampung Tengah 480,070 481,081 713,830 778,763 820,503 654,849 Lampung Utara 278,193 254,852 388,084 358,805 464,073 348,801 Lampung Timur 417,769 378,351 496,018 598,740 659,896 510,155 Tanggamus 324,770 212,583 324,796 368,257 395,801 325,242 Tulang Bawang 227,947 103,880 150,960 167,358 201,657 170,360 Way Kanan 147,337 152,577 218,107 225,406 250,186 198,723 Bandar Lampung 368,537 400,415 536,895 614,404 676,046 519,259 Metro 142,844 112,262 175,114 208,597 246,915 177,146 Pesawaran 147,672 192,003 267,632 269,059 317,310 238,735

Sumber : Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id

Besarnya alokasi dana sektor kesehatan pada 11 Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung berfluktuasi cenderung meningkat dengan rata-rata tertinggi pada Kabupaten Lampung Tengah dan terendah pada Kabupaten Tulang Bawang. Melihat perkembangan anggaran masing-masing sektor yang memiliki turbulasi yang sangat tinggi dan sangat tidak pasti tingginya, maka IPM tersebut patut dicermati (Hirawan, 2007). Hal ini seperti yang terjadi pada Kabupaten Lampung Tengah, dengan dana alokasi sektor pendidikan dan kesehatan yang tinggi tetapi IMP yang dicapai belum maksimal, begitu juga dengan beberapa kabupaten lainnya di Provinsi Lampung selama tahun 2009-2013.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis penelitian ini dengan judulAnalisis Pengaruh Belanja Daerah Terhadap


(26)

9

B. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang yang terjadi, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Alokasi Dana Sektor Pendidikan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013? 2. Apakah Alokasi Dana Sektor Kesehatan berpengaruh terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013? 3. Apakah Alokasi Dana Infrastrukturberpengaruh terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013 ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penulisan ini ialah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh Dana Alokasi Sektor Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013. 2. Mengetahui pengaruh Alokasi Dana Sektor Kesehatan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013. 3. Mengetahui pengaruh Alokasi Dana Infrastrukturterhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013.

D. Manfaat Penulisan

Sedangkan manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan studi ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Ekonomi Pembangunan pada khususnya.


(27)

10

2. Sebagai sumber masukan bagi pemerintah daerah se Provinsi Lampung dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang serta menjadi referensi.

3. Sebagai masukan bagi peneliti-peneliti yang lain dengan tipe penelitian sejenis.

E. Kerangka Berfikir

Kebijakan dan pengeluaran pemerintah untuk subsektor sosial yang terangkum dalam belanja modal.Besarnya pengeluaran tersebut

mengindikasikan besarnya peran pemerintah terhadap pembangunan manusia. Dalam alokasi belanja modal pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dari tahun ke tahun berfluktuasi cenderung mengalami peningkatan hal ini dapat meningkatkan laju indeks pembangunan manusia, namun dalam

perkembangannya peningkatan alokasi dana untuk investasi pembangunan sering kali tidak sejalan dengan tingkat besarnya laju pertumbuhan

pembangunan manusia.

Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Perbaikan infrastruktur pada umumnya dapat meningkatkan mobilitas penduduk, mempercepat laju pengangkutan barang, memperbaiki kualitas dari jasa pengangkutan tersebut, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana pembangunan, serta meningkatkan efisiensi penggunaan sarana

pembangunan. Perbaikan infrastruktur akan meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi ini serta banyaknya investasi


(28)

11

yang masuk akan menyerap tenaga kerja. Infrastruktur yang baik juga akan merangsang peningkatan pendapatan masyarakat, karena aktifitas ekonomi yang semakin meningkat sebagai akibat mobilitas faktor produksi dan aktifitas perdagangan yang semakin tinggi.Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan skema penelitian :

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Diduga Alokasi Dana Sektor Pendidikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013.

2. Diduga Alokasi Dana Sektor Kesehatan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013.

Alokasi Dana Infrastruktur AlokasiDana Sektor

Pendidikan

Alokasi Dana Sektor Kesehatan

Indeks Pembangunan Manusia


(29)

12

3. Diduga Alokasi Dana Infrastruktur berpengaruh positif terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung periode 2007-2013.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pengeluaran Pemerintah

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap GNP yang juga didasarkan pula pengamatan di negara-negara Eropa, U.S dan Jepang pada abad ke-19. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum, akan tetapi dalam pandangannya tersebut tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP.

Hukum Wagner dikenal dengan “The Law of Expanding State Expenditure”. Dasar dari hukum tersebut adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju (Amerika Serikat, Jerman, Jepang). Dalam hal ini Wagner menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi semakin besar, terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat. Kelemahan hukum Wagner adalah karena hukum tersebut tidak didasarkan pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang publik. Hukum Wagner diformulasikan sebagai berikut :

1 PPK PPkP

<

2 n PPK PPkP

< . . . < n n PPK PPkP


(31)

14

Dimana:

PPkP : Pengeluaran pemerintah per kapita

PPK : Pendapatan per kapita, yaitu GDP/jumlah penduduk 1,2,...n : Jangka waktu (tahun)

Gambar 2. Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Sumber : Mangkoesoebroto, 2001.

Menurut Kumar dalam Setyopurwanto (2013:5) modal manusia sangat berhubungan dengan keterampilan dan pengetahuan yang terkandung pada manusia yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang akan berguna dalam produksi barang, jasa dan pengembangan pengetahuan lebih lanjut. Oleh karena itulah maka kunci utama dari modal manusia adalah pendidikan dilengkapi oleh faktor lain diantaranya kesehatan, lingkungan kerja, dan faktor lainnya.

Engelbrecht dalam Situmorang (2007) menyimpulkan bahwa sumber daya manusia berguna untuk meningkatkan penghasilan individu dan sebagai


(32)

15

mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Perbaikan dalam bidang pendidikan memberi peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di masa mendatang karena dengan pendidikan maka para pekerja diharapkan memiliki

kemampuan yang lebih baik dalam mengoperasikan, mengekprolasi dan mengeksploitasi sumber daya ekonomi dan memanipulasi modal fisik. Produktivitas pekerja meningkat melalui perbaikan kesehatan baik secara fisik dan mental serta melalui perpindahan lokasi tempat mereka bekerja. Peningkatan investasi sumber daya manusia secara langsung berdampak pada peningkatan produktivitas tenaga kerja yang mendorong peningkatan

pendapatan (produk domestik bruto) riil. Hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan stok, neraca perdagangan, dan konsumsi rumah tangga. Investasi sumber daya manusia cenderung menyebabkan distribusi pendapatan yang lebih merata dan cenderung mengurangi angka kemiskinan.

B. Indeks Pembangunan Manusia

IPM diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990 oleh UNDP. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu pengukuran perbandingan dari tiga indikator, yaitu: angka harapan hidup pada waktu lahir (life expectancy at birth), angka melek huruf penduduk dewasa (adult literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling), dan kemampuan daya beli (purchasing power parity). IPM juga dapat dikatakan sebagai suatu indeks komposit yang juga merupakan indikator yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara terukur dan representatif.


(33)

16

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada paritas daya beli (purchasing power parity).

Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu. IPM disempurnakan olehUnited Nation Development Programme(1990). Alasan penyempurnaan tidak lain karena manusia adalah ukuran keberhasilan dari pembangunan. Sehingga ukuran “bobot“ manusia saja tidaklah cukup, dan karenanya diperlukan penggabungan antara pencapaian penghasilan dengan kondisi fisik dan non fisik manusia. Alasannya pembangunan manusia adalah pembentukan kemampuan manusia yang berasal dari peningkatan kesehatan, keahlian dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian formulasi IPM diukur dari indeks kematian bayi dari 1000 kelahiran hidup,


(34)

17

rata- rata panjangnya usia penduduk dan kemampuan penduduk untuk baca tulis (melek huruf) serta penghasilan per kapita.

C. Komponen-komponen IPM

Tahapan pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM (kesehatan, pengetahuan, dan standar hidup layak) dengan hubungan matematis sebagai berikut:

Indeks (Xi) = (Xi - Xmin)/ (Xmaks - Xmin) Dimana :

Xi = indikator komponen IPM ke-i (i = 1,2,3) Xmaks = nilai maksimum Xi

Xmin = nilai minimum Xi

Persamaan di atas akan menghasilkan nilai 0≤ Xi ≤ 1, untuk mempermudah cara membaca skala dinyatakan dalam 100 persen sehingga interval nilai menjadi 0≤ Xi ≤ 100. Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan hubungan

matematis:

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) = 1/3 Xi = 1/3 (X1+ X2+ X3) Dimana:

X1= indeks angka harapan hidup

X2= 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah) X3= indeks konsumsi per kapita yang disesuaikan.


(35)

18

Tabel 5. Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM Indikator Nilai Maksimum Nilai Minimum Catatan Angka Harapan Hidup

85 25 Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek

Huruf

100 0 Sesuai standar global (UNDP) Rata-Rata Lama

Sekolah 15 0

Sesuai standar global (UNDP) Konsumsi Per

Kapita yang Disesuaikan

(000)

732,7 360,0

UNDP menggunakan GDP per kapita riil yang disesuaikan

Sumber: Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNDP, 2004

1. Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat.

Angka harapan hidup dihitung menggunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel). Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah kawin. Secara singkat, proses penghitungan angka harapan hidup ini disediakan oleh program Mortpak. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan cara menstandartkan angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya.


(36)

19

2. Indeks Pend Penghitungan angka melek hur sekolah/Mean Y

digunakan ada kenyataannya Batasan ini di sebenarnya m masih dalam untuk rata-ra tertimbang d

Dimana : MYS = Rat fi = Fre pendi si = Skor Angka melek hur menulis, seda variabel seca sedang/perna ditamatkan. K dapat mencer 19 ndidikan

gan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indika ek huruf/ Adult Literacy Rate Index(ALR) dan r

ean Years Of Schooling Index(MYS). Populasi n adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas kar nnya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhe

ni diperlukan agar angkanya lebih mencerminka a mengingat penduduk yang berusia kurang dar m proses sekolah atau akan sekolah sehingga b -rata lama sekolahnya. Adapun cara menghitung dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya.

MYS =

ata–rata lama sekolah

rekuensi penduduk berumur 10 tahun ke atas pa pendidikan

kor masing-masing jenjang pendidikan

lek huruf diolah dari variabel kemampuan mem s, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung mengg

cara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat/ rnah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi y n. Kedua indikator pendidikan ini dimunculkan de ncerminkan tingkat pengetahuan (cerminan angka

19

ndikator yaitu dan rata-rata lama opulasi yang

s karena pada erhenti sekolah. nkan kondisi

ari 15 tahun a belum pantas ung rata-rata

a.

s pada jenjang

embaca dan nggunakan tiga kat/kelas yang

i yang

kan dengan harapan gka ALR),


(37)

20

dimana ALR merupakan proporsi penduduk yang memiliki kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara keseluruhan.

Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.

3. Standar Hidup Layak

Di Indonesia menggunakan “rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan”(adjuisted real per capita expenditure)atau daya beli yang disesuaikan(purchasing power parity.Hal ini tentu saja berbeda dengan UNDP yang menggunakan indikator GDP per kapita riil yang telah disesuaikan(adjuisted real GDP per capita)sebagai indikator standar hidup layak.

Untuk perhitungan IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakanconcernIPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP (Purchasing Power Parity).


(38)

21

PPP/unit = Ri

dimana :

E (i,j) = Penge P (i,j) = Harga Q (i,j) = Jum

D. Pengeluaran Pem Pengeluaran pem untuk menyediaka memuat pilhan at pendapatan dan be garis besar dikelom pembangunan (D a. Pengeluaran Pengeluaran tugas umum pe pembayaran bun hutang luar ne (Undang-und b. Pengeluaran p

Pengeluaran p membiayai p

21

i

ngeluaran untuk komoditi j di Provinsi i arga komoditi j di Provinsi i

umlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Provi

emerintah

merintah mencerminkan kombinasi produk yan akan barang publik dan pelayanan kepada masy n atas keputusan yang dibuat oleh pemerintah. D

n belanja negara, pengeluaran pemerintah di Indon elompokkan atas pengeluaran rutin dan pengelua (Dumairy, 1996:164).

an rutin

an rutin adalah semua pengeluaran negara untuk m um pemerintahan dan kegiatan operasional peme

n bunga atas hutang dalam negeri, pembayaran bun r negeri, pembayaran subsidi, dan pengeluaran undang No. 19 Tahun 2001).

an pembangunan

an pembangunan adalah semua penegeluaran ne i proyek-proyek pembangunan yang dibebanka

21

rovinsi i.

ang dihasilkan asyarakat yang h. Dalam anggaran

Indonesia secara eluaran

untuk membiayai merintahan pusat, ran bunga atas

n rutin lainnya

n negara untuk nkan pada


(39)

22

anggaran belanja pemerintah pusat (Undang-undang No. 19 Tahun 2001). Namun, pengelompokkan di atas hanya berlaku hingga tahun 2001. Karena adanya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, terjadi perubahan dalam pengelompokkan belanja daerah.

Perubahan dalam belanja daerah dikelompokkan menjadi belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja transfer dan belanja tidak tersangka.

Dasar teori pengeluaran pemerintah adalah identitas keseimbangan pendapatan nasional (Y=C+I+G+(X-M)) dimana Y menggambarkan pendapatan nasional sekaligus penawaran agregat, permintaan agregat digambarkan pada persamaan C+I+G+(XM) dimana G merupakan pengeluaran pemerintah yang merupakan bentuk dari campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikkan atau menurunkan pendapatan nasional. Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya, tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati atau terkena kebijaksanaan tersebut. Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam perekonomian tidak justru melemahkan kegiatan swasta (Dumairy, 1996:161-164). Pemerintah sebagai pemegang peran penting dalam setiap hajat hidup masyarakat Indonesia perlu melakukan kajian yang mendalam dalam setiap kebijakannya agar setiap output yang dihasilkan dan diharapkan dapat tepat sasaran dan memberikan pengaruh nyata


(40)

23

terhadap masyarakat. Kebijakan yang tidak tepat sasaran melalui kebijakan alokasi dana tiap sektor yang menyangkut kebutuhan masyarakat luas seharusnya perlu diberikan prosi lebih dalam alokasi anggaran pemerintah, kebijakan pemerintah menyangkut sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial adalah beberapa contoh diantaranya yang perlu diberikan perhatian lebih, hal ini dikarenakan pada sektor-sektor tersebutlah masyarakat dapat merasakan secara langsung dampak dari kebijakan pemerintah yang diambil.

Beberapa alasan yang dapat dikemukakan adalah pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang dimaksud disini bukanlah pertumbuhan ekonomi secara statistik saja, namun pertumbuhan ekonomi yang juga memberikan kontribusi langsung terhadap masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di Indonesia selama ini tidak menyentuh secara langsung ke lapisan masyarakat golongan ekonomi lemah, karena pertumbuhan ekonomi yang secara statistik diungkapkan oleh pemerintah tidak mencerminkan gambaran secara langsung kondisi sosial dalam masyarakat.

Di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu dalam angka positif terdapat tingkat pengangguran yang tidak berkurang secara

signifikan demikian pula pada sektor yang menyangkut kebutuhan publik lainnya seperti kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial yang masih belum memadai, hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi hanya dipacu oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga.


(41)

24

E. Alokasi Dana Sektor Pendidikan

Sektor pendidikan dianggap penting untuk diprioritaskan demi perjalanan bangsa. Namun yang menjadi masalah bahwa dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Pasal 49 ayat (1) menyebutkan bahwa amanat anggaran pendidikan 20 persen tidak termasuk gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan. Beragam opsi pun mengemuka. Tetapi yang jelas anggaran pendidikan sebesar 20 persen akan sulit dilaksanakan secara langsung. Hal ini tentu saja pemerintah memiliki alasan-alasan yang cukup kuat dan mendasar, mengapa negara belum dapat memenuhi kebijakan anggaran pendidikan sebesar 20 persen tersebut. Perlu pula dipahami dalam mengalokasikan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN bukan masalah yang sederhana. Karena diketahui bahwa ada keterbatasaan anggaran untuk memenuhi pagu tersebut. Namun disisi lain bila ingin negara melepaskan diri dari kemiskinan dan kebodohan tentunya mau tidak mau harus memprioritaskan masalah

pendidikan. Problem yang sering mengemukan dalam anggaran pendidikan 20 persen, bahwa APBN tersebut merupakan bentuk dari Undang-undang. Secara konstitusi pemerintah sudah seharusnya segera melaksanakan putusan MK karena putusan tersebut sudah merupakan hukum positif dan mengikat. Namun masyarakat harus pula memahami juga kondisi keuangan pemerintah sekarang. Pemenuhan anggaran 20 persen itu sendiri sebenarnya sangat tidak relevan dengan kondisi Depdiknas saat ini. Lonjakan jumlah anggaran yang lebih dari 100 persen dikawatirkan oleh banyak kalangan tidak akan mampu diserap oleh sistem birokrasi, perencanaan, pelaksanaan serta kontrol hingga ke pelosok daerah. Namun perlu berhati-hati menyikapi hal ini. Satu sisi,


(42)

25

keputusan ini menggembirakan, tapi bagaimana dengan Depdiknas sendiri, apakah mampu menyerap, karena selama ini dikawatirkan anggaran yang berlebih akan mengakibatkan pengeluaran yang tidak terkait dengan masalah pendidikan. Selain itu masih belum jelas sektor-sektor, atau kegiatan mana saja yang seharusnya masuk dalam skema anggaran pendidikan yang tersebar pada sektor-sektor berbagai departemen dan daerah. Kondisi ini perlu

penjelasan secara gamblang agar tidak terjadi kesalahan inteprestasi apa yang dimaksud dengan anggaran pendidikan. Dengan ketidak jelasan tersebut juga nampak dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, padahal secara politis tekad pemerintah untuk membangun pelayanan pendidikan bagi seluruh rakyat terlihat cukup besar.

Pasal 31 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan , bahkan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan untuk itu pemerintah bertanggung jawab membiayainya. Melalui perubahan Pasal 31 UUD 1945, tekad tersebut makin diperkuat dengan adanya ketetapan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari anggaran

pendapatan dan belanja negara (APBN) (Fery, 2002).Presentase yang sama juga dimandatkan untuk dialokasikan oleh setiap daerah dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) masing-masing. Namun Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait pengujian pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berujung kepada dimasukkannya gaji guru dalam perhitungan 20 persen anggaran Pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pasal 49


(43)

26

ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) sepanjang mengenai frasa “gaji pendidik” dan bertentangan dengan UUD 1945.

Hal tersebut dinyatakan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam sidang

pengucapan putusan perkara No. 24/PUU-V/2007. Dengan dimasukkannya komponen gaji pendidik dalam perhitungan anggaran pendidikan, menurut MK, lebih mudah bagi Pemerintah bersama DPR untuk melaksanakan kewajiban memenuhi anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dalam APBN, pernyataan ini tentunya masih dalam perdebatan. Jika komponen gaji pendidik dikeluarkan, anggaran pendidikan dalam APBN 2007 hanya sebesar 11,8 persen. Sedangkan dengan memasukkan komponen gaji pendidik, anggaran pendidikan dalam APBN 2007 dapat mencapai 18 persen (Fery, 2002).

Artinya hal ini hanya merupakan pemindahan pos anggaran dan semu, karena secara nyata tidak berdampak posistif dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. Namun, setelah melalui perjuangan yang tidak henti-hentinya oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan 28 orang lain yang peduli pendidikan, membuahkan hasil. Keputusan Mahkamah Konstitusi, menilai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 45 Tahun2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2008 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Anggaran pendidikan sebesar 15,6 persen tidak memenuhi amanat konstitusi sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN. Pemerintah


(44)

27

diberi waktu hingga tahun 2009 untuk memenuhi ketentuan tersebut. Dengan demikian pada tahun anggaran 2009 akhirnya memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945, yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari total jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hal ini berarti jumlah anggaran pendidikan akan menjadi Rp. 224 triliun yang sebelumnya hanya Rp. 152 triliun. Walupun anggaran itu masih lebih kecil dibanding anggaran negara tetangga, misalnya dengan basis produk domestik bruto (PDB) angka Indonesia adalah 1,9 persen, sementara Thailand 5,0 persen, Malaysia 5,2 persen, dan Vietnam 2,8 persen. Namun jumlah ini jauh di atas rata-rata anggran sektor lain seprti sosial, pemuda dan olah raga, hankam dan kesehatan.

Melalui instrumen kebijakannya, yaitu kebijakan fiskal, pemerintah

mengalokasikan dana untuk sektor pendidikan. Alokasi anggaran ini berupa anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Kualitas pendidikan yang dilihat merupakan kualitas pendidikan dasar, yang dapat diukur melalui angka putus sekolah dan angka buta huruf. Angka partisipasi sekolah dan angka buta huruf merupakan indikator bidang pendidikan.

Angka partisipasi sekolah digunakan untuk melihat kemampuan lembaga pendidikan formal (sekolah) dalam menyerap anak usia sekolah. Angka ini termasuk ke dalam indikator pendidikan dikarenakan sekolah merupakan tempat menuntut ilmu guna mencerdaskan bangsa yang telah disusun

berdasarkan kebutuhan yaitu melalui kurikulum. Sedangkan angka buta huruf digunakan untuk melihat ketidakmampuan masyarakat dalam membaca dan


(45)

28

menulis. Kemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh masyarakat sehingga angka buta huruf dapat digunakan untuk melihat kualitas pendidikan masyarakat.

F. Alokasi Dana Sektor Kesehatan

Di dalam beberapa literatur tentang ekonomi kesehatan pembahasan tentang pembiayaan sektor kesehatan selalu diawali dengan pendefinisian sektor kesehatan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena yang terjadi pada

kenyataannya terdapat perbedaan definisi sektor kesehatan antara satu negara dengan negara lainnya. Sektor kesehatan memiliki definisi yang lebih luas di negara sedang berkembang dari pada negara-negara maju. Perbedaan definisi ini sudah pasti akan mempengaruhi proses pengambilan kebijakan di sektor kesehatan, terutama dalam hal pembiayaannya. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan maka diperlukan dana, baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari masyarakat.

Sumber dana dari pemerintah dapat berasal dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten /kota, dan bantuan luar negeri. Adapun sumber biaya masyarakat atau swasta dapat berasal dari pengeluaran rumah tangga atau perorangan (out of pocket), perusahaan swasta/BUMN untuk membiayai karyawannya, badan penyelenggara beberapa jenis jaminan pembiayaan kesehatan termasuk

asuransi kesehatan untuk membiayai pesertanya, dan lembaga non pemerintah yang umumnya digunakan untuk kegiatan kesehatan yang bersifat sosial dan kemasyarakatan.


(46)

29

Esensi dari ilmu ekonomi pada dasarnya adalah mengkaji tentang alternatif penggunaan sumberdaya yang langka secara efisien. Seiring dengan

perkembangannya, penerapan ilmu ekonomi saat ini dapat digunakan dalam berbagai sektor, salah satunya adalah sektor kesehatan.

Beberapa ekonom menganggap bahwa kesehatan merupakan fenomena ekonomi baik jika dinilai dari stok maupun sebagai investasi. Sehingga fenomena kesehatan menjadi variabel yang nantinya dapat dianggap sebagai faktor produksi untuk meningkatkan nilai tambah barang dan jasa, atau sebagai suatu sasaran dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai baik oleh indinvidu, rumah tangga maupun masyarakat, yang dikenal sebagai tujuan kesejahteraanwelfare objective. Oleh karena itu kesehatan dianggap sebagai modal dan memiliki tingkat pengembalian yang positif baik untuk individu maupun untuk masyarakat.

G. Alokasi Dana Infrastruktur

Infrastruktur pembangunan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni infrastruktur ekonomi dan infrasturktur sosial. Infrastruktur ekonomi adalah infrastruktur fisik, baik yang digunakan dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Dalam pengertian ini meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih, dan sanitasi, serta pembuangan limbah. Sedangkan infrastruktur sosial antara lain meliputi prasarana kesehatan dan pendidikan (Ramelan, 1997).


(47)

30

Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem

penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan sebagainya yang merupakansocial overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai

kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional (Bappenas, 2003).

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Fasilitas transportasi memungkinkan orang, barang dan jasa diangkut dari satu tempat ke tempat lain diseluruh penjuru dunia. Telekomunikasi, listrik, dan air merupakan elemen sangat penting dalam proses produksi dari sektor-sektor ekonomi seperti perdagangan, industri dan pertanian. Keberadaan

infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-faktor produksi.

Sebagaimana teori Lewis, kondisi pareto optimal akan tercapai bila terjadi mobilitas faktor-faktor produksi (labour) tanpa hambatan untuk memacu pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2007). Daerah-daerah yang memiliki tingkat mobilitas faktor-faktor produksi antar daerah rendah akan menyebabkan


(48)

31

pertumbuhan ekonominya rendah. Daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi di daerah yang

bersangkutan memiliki mobilitas antar daerah yang rendah.

Infrastruktur dapat digolongkan sebagai modal ataucapital. Infrastruktur tergolong sebagaisocial overhead capital, berbeda dengan modal yang berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan produksi, perluasan infrastruktur tidak hanya menambah stok dari modal tetapi juga sekaligus meningkatkan produktifitas perekonomian dan taraf hidup masyarakat luas. Yudhoyono (2004) mengatakan bahwa ada dua kendala utama dalam pengadaan infrastruktur. Yang pertama adalah adanya kemungkinan terjadinya kegagalan pasar (market failure), dan yang kedua adalah

menyangkut aspek pembiayaan. Dalam pengadaan infrastruktur dibutuhkan dana investasi yang besar dan pengadaan infrastruktur merupakan investasi jangka panjang. Kegagalan pasar terjadi, karena beberapa jenis infrastruktur memiliki manfaat yang tidak hanya dapat dinikmati atau dirasakan secara pribadi akan tetapi juga dapat dirasakan orang lain. Dengan adanya kendala tersebut, maka pengadaan infrastruktur dilaksanakan oleh pemerintah melalui pengeluaran pemerintah dengan dana yang terdapat dalam Anggaran


(49)

32

H. UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 49 dan UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 171 Tentang Pengalokasian Dana Pendidikan dan Kesehatan

1. UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 49

a. Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20 persen dari APBD.

b. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah dialokasikan dalam APBN.

c. Dana pendidikan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Dana pendidikan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah

2. UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 171

a. Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara di luar gaji; b. Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota

dialokasikan minimal 10 persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji.

c. Besar anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang


(50)

33

besarnya s anggaran p belanja da

I. Penelitian Terdah Sebelum melaku penelitian terdah tabel-tabel di baw Tabel 6. Ringka Memp Selata Judul Penulis Tujuan Model Estimasi dan Variabel 33

a sekurang-kurangnya 2/3 dari anggaran keseha n pendapatan dan belanja negara dan anggaran pe daerah.

dahulu

kukan penelitian ini, penulis mencoba mempel ahulu yang relevan dengan penelitian ini seper

awah ini.

gkasan Penelitian Analisis Faktor-faktor yan pengaruhi Indeks Pembangunan Manusia tan Periode 2001-2010

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembangunan Manusia di Sulawesi Selat 2010

Devyanti Patta (2012)

Untuk mengetahui pengaruh pertumbuha persentase penduduk miskin, pengeluaran p pendidikan dan kesehatan, ketimpangan di terhadap Indeks Pembangunan Manusia di si Metode analisis regresi linier berganda (O

Y = Lnβ0+ X1 + X2 +â3Ln X3+ â4 Dimana :

Y = Indeks pembangunan manusi

β0 = Intersep

X1 = Pertumbuhan ekonomi (pe X2 = Persentase penduduk miski X3 = Pengeluaran pemerintah bi

(milyar)

33

sehatan dalam an pendapatan dan

elajari hasil-hasil erti tertera pada

ang

sia di Sulawesi aruhi Indeks

latan Periode

2001-buhan ekonomi,

ran pemerintah bidang n distribusi pendapatan a di Sulawesi Selatan. (OLS)

â4Ln X4+ â5Ln X5+ µ

anusia (persen)

(persen) iskin (persen) h bidang pendidikan


(51)

34

X4 = Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan (milyar)

X5 = Ketimpangan distribusi pendapatan (persen) â1, â2, â3, â4 = koefisien regresi

ð = Terms of error

Jenis Data Data time series selama periode 2001-2010. Hasil

Penelitian

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi (PDRB), pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan, berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sulawesi Selatan. Sedangkan persentase penduduk miskin dan ketimpangan distribusi pendapatan berpengaruh negative dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Sulawesi Selatan.

Tabel 7 merupakan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rudy Badrudin (2007) yang berjudul: “Pengaruh Pendapatan Dan Belanja Daerah Terhadap Pembangunan Manusia Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Tabel 7. Ringkasan Penelitian Pengaruh Pendapatan Dan Belanja

Daerah Terhadap Pembangunan Manusia Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Judul Pengaruh Pendapatan Dan Belanja Daerah Terhadap Pembangunan Manusia Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta

Penulis Rudy Badrudin

Tujuan 1. Untuk mengetahui adanya keterkaitan antara pengeluaran pemerintah pada bidang sektor publik dalam APBD dengan tingkat pembangunan manusia di Provinsi DIY;

2. Untuk mengetahui komitmen pemerintah daerah di Provinsi DIY dalam proses pembangunan manusia yang tercermin


(52)

35

melalui alokasi pengeluaran pembangunan melalui APBD sektor publik untuk masing-masing daerah di Provinsi DIY. Model Estimasi

dan Variabel

IPMt= f (PPpdt, PPkst, PPinft)

Jenis Data Data time series selama periode 1998-2005

Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh beberapa temuan sebagai berikut, yaitu :

1. Variabel pengeluaran pemerintah di Provinsi DIY pada sektor pendidikan berpengaruh tidak signifikan terhadap pembangunan manusia di Provinsi DIY baik dengan pengamatan waktu menggunakan time lag 2 dan 3 tahun; 2. Variabel pengeluaran pemerintah di Provinsi DIY pada

sektor kesehatan berpengaruh tidak signifikan terhadap pembangunan manusia di Provinsi DIY baik dengan pengamatan waktu menggunakan time lag 2 dan 3 tahun; 3. Variabel pengeluaran pemerintah di Provinsi DIY pada

sektor infrastruktur berpengaruh tidak signifikan terhadap pembangunan manusia di Provinsi DIY baik dengan pengamatan waktu menggunakan time lag 2 dan 3


(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk

time seriesyang bersifat kuantitatif, yaitu data berbentuk angka-angka misalnya data Alokasi Dana Sektor Pendidikan, Alokasi Dana Sektor Kesehatan, Alokasi Dana Infrastruktur dan Indeks Pembangunan Manusia. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta keterangan-keterangan lainnya yang mendukung penelitian ini.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id, instansi lain yang terkait serta dari berbagai literatur dan artikel yang dimuat di media massa, baik cetak maupun elektronik yang relevan dengan pokok penelitian.

C. Batasan Variabel

Variabel-variabel yang digunakan meliputi :

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variable terikat (dependent variable). IPM yaitu indeks komposit yang digunakan untuk mengukur


(54)

pencapaian rata-rata suatu Negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu : (1) Indek Harapan Hidup, yang diukur dengan angka harapan ketika lahir; (2) Indeks Pendidikan, yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; (3) Indeks Standar Hidup Layak, yang diukur dengan daya beli konsumsi per kapita. Data yang digunakan adalah data Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2009-2013 (dalam persen) yang didapat dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.

2. Alokasi dana sektor pendidikan sebagai variabel bebas (independent variable), merupakan pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung untuk sektor pendidikan yang mencerminkan pengeluaran pemerintah dari realisasi belanja daerah yang dialokasikan untuk sektor pendidikan. Data yang digunakan adalah data perkembangan Realisasi Alokasi Dana Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Sektor Pendidikan tahun 2009-2013 (persen) yang didapat dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id.

3. Alokasi dana sektor kesehatan sebagai variabel bebas (independent

variable), merupakan besarnya pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung untuk sektor kesehatan yang mencerminkan pengeluaran pemerintah dari total realisasi belanja daerah yang dialokasikan untuk sektor kesehatan. Data yang digunakan adalah data perkembangan Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Sektor Kesehatan tahun 2009-2013 (persen) yang didapat dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id.


(55)

✂8

4. Alokasi dana infrastruktur sebagai variabel bebas (independent variable). Infrastruktur merupakan besarnya pengeluaran pemerintah di bidang infrastruktur umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi, perhubungan, irigasi, air bersih, dan sanitasi, serta pembuangan limbah. Data yang digunakan adalah perkembangan data Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Sektor Kesehatan tahun 2007-2013 (persen) yang didapat dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id.

D. Alat Analisis

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan data dari variabel-variabel yang diteliti dan kemudian dihitung dengan menggunakan metode statistik yang tersedia. Pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis seluruh analisis dalam penelitian ini menggunakan program Eviews

6.Penelitian ini menggunakan jeda waktu atau jarak (time lag) antara fenomena yag terjadi sampai dengan adanya efek yang berdampak terhadap masyarakat yaitu dengan nilai tanpatime lagdantime lag2 tahun .

E. Model Analisis

Untuk mengetahui pengaruh alokasi dana sektor pendidikan, alokasi dana sektor kesehatan, dan alokasi dana sektor infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia digunakan metode analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan data panel, yaitu kombinasi antara deret waktu (time series)


(56)

✄9

dan kerat lintang (cross section). Datatime seriessering disebut dengan data runtut waktu yaitu merupakan rangkaian observasi pada suatu nilai yang diambil pada waktu yang berbeda, sedangkan datacross sectionadalah data dari satu atau lebih variabel yang dikumpulkan dalam waktu yang sama. Alat pengolahan data dengan menggunakan program Eviews 6. Menurut Gujarati (2011) dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data

cross sectionyaitu :

Yt=0+1X1+ ei; i = 1,2,...N

Dimana N adalah banyaknya datacross section. Sedangkan persamaan modeltime seriesadalah sebagai berikut :

Yt=0+1X1+ ei; i = 1,2,...T

Dimana T adalah banyaknya datatime series Data panel merupakan data gabungantime seriesdengancross sectionmaka model dapat ditulis:

Yt=0+1X1+ eit i = 1,2,...N; t = 1,2,...T dimana:

N = banyaknya observasi

T = banyaknya waktu


(57)

☎ ✆

Alasan pemilihan data panel yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan beberapa keunggulan data panel. Menurut Agus Widarjono (2007: 114) metode regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan jika

dibandingkan dengan datatime seriesataucross section, yaitu (1) Data panel yang merupakan gabungan dua datatime seriesdancross sectionmampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkandegree of freedomyang lebih besar, (2) Menggabungkan informasi dari datatime seriesdancross sectiondapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel.

Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005: 145) antara lain : a. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara

eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu.

b. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks.

c. Data panel mendasarkan diri pada observasicross sectionyang berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai

study of dinamic adjustment.

d. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informatif, lebih variatif, dan kolinieritas (multikol) antara data semakin berkurang dan derajat kebebasan (degree of freedom) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

e. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks.


(58)

✝ ✞

f. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data individu.

Ajija (2011) mengemukakan bahwa keunggulan-keunggulan tersebut

memiliki implikasi pada tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel, karena penelitian yang menggunakan data panel

memperbolehkan identifikasi parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang ketat atau tidak mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik regresi linier seperti padaordinary least square(OLS). Ada 3 teknik pendekatan mendasar yang digunakan dalam mengestimasi model regresi dengan data panel, yaitu:

1. ModelPooled Least Square(Common Effect)

Metode pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar daerah sama dalam berbagai kurun waktu. Model ini hanya menggabungkan kedua data tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu sehingga dapat dikatakan bahwa model ini sama halnya dengan metode OLS (Ordinary Least Square) karena menggunakan kuadrat kecil biasa. Pada beberapa penelitian data panel, model ini seringkali tidak pernah

digunakan sebagai estimasi utama karena sifat dari model ini yang tidak membedakan perilaku data sehingga memungkinkan terjadinya bias, namun model ini digunakan sebagai pembanding dari kedua pemilihan model lainnya..


(59)

✟ ✠

2. Model Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Pendekatan model ini menggunakan variabel boneka (dummy) yang dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atauLeast Square Dummy Variabelatau disebut jugaCovariance Model. Pada metodefixed effect, estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weighted)

atauLeast Square Dummy Variabel(LSDV) dan dengan pembobot

(cross section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan

dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unitcross section. Penggunaan model ini tepat untuk melihat perubahan perilaku data dari masing-masing variabel sehingga data lebih dinamis dalam mengintrepetasi data.

3. Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect).

Model data panel pendekatan ketiga yaitu model efek acak (random effect). Dalam modelfixed effectmemasukkan dummy bertujuan mewakili ketidaktahuan kita tentang model yang sebenarnya. Namum membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) sehingga pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan variabel gangguan (error term) yang dikenal denganrandom effect. Model ini mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu (Agus Widarjono, 2009).

Dalam estimasi data panel terdapat tiga teknik yaitu model OLS

(Common ffect), modelFixed Effectdan modelRandom Effect. Pemilihan modelFixed Effectdan Random Effectlebih baik dari pada model OLS.


(60)

✡ ☛

Terdapat dua pertimbangan, yaitu: (1) tentang ada tidaknya korelasi antara eitterjadi korelasi antara eitdan variabel independen. Jika diasumsikan dan variabel independen X maka modelRandom Effect

lebih cepat. Sebaliknya jika tidak ada korelasi antara eitdan variabel independen maka modelFixed Effectlebih cepat; (2) Berkitan dengan jumlah sampel didalam penelitian jika sampel yang diambil adalah sebagian kecil dari populasi maka akan didapatkanerror termseityang bersifat random sehingga modelRandom Effectlebih cepat (Widarjono, 2009)

Uji secara formal dikembangan oleh Hausman. Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam memilih apakah menggunakanFixed Effect ModelatauRandom Effect Model. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 :Random Effects Model

H1 :Fixed Effects Model

Sebagai dasar penolakan H0maka digunakan statistik Hausman dan membandingkan dengan Chi square: Jika nilai hasil pengujian nilai statistik Hausman lebih besar daripada Chi-square tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0sehingga model yang digunakan adalahFixed Effect Model. Sebaliknya jika nilai statistik Hausman lebih kecil daripada Chi-square tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penerimaan terhadap H0sehingga model yang digunakan adalahRandom Effect.


(61)

☞☞

Penelitian mengenai pengaruh alokasi dana sektor pendidikan, alokasi dana sektor kesehatan, dan alokasi dana sektor infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia menggunakan datatime seriessebanyak 5 (lima) tahun yang diwakili data tahunan periode 2009-2013 dan data

cross sectionsebanyak 5 data mewaliki 11 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Kombinasipoolingdata menghasilkan 55 observasi dengan fungsi persamaan dengan estimasi regresi data panel sebagai berikut:

Yit=0+1X1it+2X2it+3X3it+ et Dimana:

Y = Indeks Pembangunan Manusia 0 = Konstanta

X1 = Alokasi dana sektor pendidikan X2 = Alokasi dana sektor kesehatan X3 = Alokasi dana sektor infrastruktur

123 = Koefisien regresi masing-masing variabel

i = time series

t = cross section

et = error term

F. Pengujian Hipotesis 1. Uji R-square (R2)

Koefisiensi determinasi (R2) menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Angka tersebut dapat mengukur seberapa dekat garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Artinya, nilai tersebut mencerminkan seberapa besar variasi dari varibael terikat Y dapat


(62)

✌ ✍

diterangkan oleh variabel bebas X. Semakin besar R2, maka semakin baik dari model regresi yang diperoleh. Baik atau tidaknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2yang mempunyai nilai antara nol sampai satu. Ketentuannya adalah bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2= 0) artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sedangkan bila R2= 1 variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain, bila R2=1, maka semua titik-titik pengamatan berada tepat pada garis regresi.

2. Uji Parsial (Uji-t statistik)

Pengujian hipotesis untuk setiap koefisien regresi dilakukan dengan uji-t statistik pada tingkat kepercayaan 95 persen dan dengan derajat kebebasan df = n-k-1 .

H0:1= 0 : tidak berpengaruh Ha:1≠ 0 : berpengaruh H0:2= 0 : tidak berpengaruh Ha:2≠ 0 : berpengaruh H0:3= 0 : tidak berpengaruh Ha:3≠ 0 : berpengaruh Apabila :

t-statistik≤ t tabel : H0diterima dan Ha ditolak t-statistik≥ t tabel : H0ditolak dan Ha diterima


(63)

✎6

Jika H0ditolak, berarti peubah bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap peubah terikat.

3. Uji Keseluruhan (Uji F)

Pengujian hipotesis dengan menggunakan indikator koefisien determinasi (R2) dilakukan dengan uji-F pada tingkat kepercayaan 95 persen dan derajat kebebasan df1 = k-1 dan df2 = n-k.

H0: β1 = β2 = β3 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

Ha: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

Apabila :

f-statistik < f tabel : H0diterima dan Haditolak f-statistik > f tabel : H0ditolak dan Haditerima

Jika H0diterima, berarti peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah terikat. Sebaliknya, jika H0ditolak berarti peubah bebas

berpengaruh nyata terhadap peubah terikat.

G. Gambaran Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Geografis

Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung secara geografis terletak antara 6o45’-3o45’ lintang selatan dan 103o40’ –105o50’ bujur

timur dengan luas wilayah 35.376,84 km2. Secara administratif Provinsi Lampung terletak di ujung selatan Pulau Sumatera, letaknya sangat


(64)

✏ ✑

strategis ini menjadi sentral penghubung antara Pulau Jawa dan Sumatera, dimana :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut jawa c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda d. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia 2. Topografi

Secara topografi Provinsi Lampung dapat dibagi dalam 5 (lima) unit topografi, yaitu :

a. Daerah berbukit sampai bergunung dengan kemiringin berkisar 25% dan ketinggian rata-rata 300 m diatas permukaan laut.

b. Daerah berombak sampai bergelombong dengan kemiringan antara 8% sampai 15% dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan laut.

c. Daerah daratan allufial dengan kemiringan 0% sampai 3%.

d. Daerah dataran rawa pasang surut dengan ketinggian ½ m sampai 1 m. e. Serta daerah river basin.

3. Administrasi Pemerintahan

Pada tahun 2013, jumlah penduduk Provinsi Lampung berjumlah 8.245.978 jiwa yang terdiri dari 2 kota dan 13 kabupaten, seperti tertera pada tabel di bawah ini.


(65)

✒8

Tabel 8. Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2014.

Kabupaten/Kota Ibukota Pemerintahan Luas Area (Ha)

Lampung Barat Liwa 214.278

Tanggamus Kota Agung 302.064

Lampung Selatan Kalianda 331.904

Lampung Timur Sukadana 532.503

Lampung Tengah Gunung Sugih 380.268

Lampung Utara Kota Bumi 272.587

Way Kanan Blambangan Umpu 391.163

Tulang Bawang Menggala 319.632

Pesawaran Gedong Tataan 224.351

Pringsewu Pringsewu 62.500

Mesuji Mesuji 218.400

Tulang Bawang Barat Panaragan 120.100

Pesisir Barat Krui 290.723

Bandar Lampung Bandar Lampung 19.296


(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan terkait tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Alokasi dana sektor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan, hal ini berarti setiap peningkatan 1 tingkat pada alokasi dana sektor pendidikan maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 0,026183 dengan asumsi variabel lain tetap. Lag optimum pada variabel alokasi dana sektor pendidikan adalah tanpatime lag, sehingga dapat disimpulkan bahwa alokasi dana sektor pendidikan berpengaruh langsung terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada tahun bersangkutan.

2. Alokasi dana sektor kesehatan berpengaruh positif dan signifikan pada

time lag2, hal ini berarti setiap peningkatan 1 tingkat pada alokasi dana sektor kesehatan maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 0,030741 pada 2 tahun berikutnya dengan asumsi variabel lain tetap. Lag optimum pada alokasi dana sektor kesehatan adalahtime lag2 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa alokasi dana sektor kesehatan berpengaruh secara langsung terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada 2 tahun mendatang.


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan terkait tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Alokasi dana sektor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan, hal ini berarti setiap peningkatan 1 tingkat pada alokasi dana sektor pendidikan maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 0,026183 dengan asumsi variabel lain tetap. Lag optimum pada variabel alokasi dana sektor pendidikan adalah tanpatime lag, sehingga dapat disimpulkan bahwa alokasi dana sektor pendidikan berpengaruh langsung terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada tahun bersangkutan.

2. Alokasi dana sektor kesehatan berpengaruh positif dan signifikan pada time lag2, hal ini berarti setiap peningkatan 1 tingkat pada alokasi dana sektor kesehatan maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 0,030741 pada 2 tahun berikutnya dengan asumsi variabel lain tetap. Lag optimum pada alokasi dana sektor kesehatan adalahtime lag2 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa alokasi dana sektor kesehatan berpengaruh secara langsung terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada 2 tahun mendatang.


(2)

65

3. Alokasi dana infrastruktur berpengaruh positif dan tidak signifikan pada time lag2, hal ini berarti setiap peningkatan 1 tingkat pada alokasi dana infrastruktur maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 0,029545 pada 2 tahun berikutnya dengan asumsi variabel lain tetap. Lag optimum pada alokasi dana sektor infrastruktur adalah time lag 2 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa alokasi dana sektor infrastruktur berpengaruh secara langsung terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada 2 tahun mendatang.

B. Saran

Berdasarkanhasil dari penelitian, penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut :

1. Pemerintah harus terus meningkatan mutu pendidikan bagi masyarakat untuk membantu masyarakat keluar dari rendahnya kualitas sumber daya manusia. Pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan pada masing-masing 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung harus dilakukan secara optimal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sumber daya manusia dan dapat menurunkan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. 2. Pemerintah harus meningkatan mutu kesehatan pada masyarakat untuk

membantu masyarakat keluar dari rendahnya kualitas sumber daya

manusia. Kesehatan termasuk dalamhuman capital, untuk itu pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan pada masing-masing 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung harus dilakukan secara optimal, sehingga dapat


(3)

66

meningkatkan angka harapan hidup serta meminimalisir angka kematian bagi bayi dan ibu melahirkan.

3. Pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Lampung hendaknya menyusun strategi pembangunan yang lebih baik lagi setiap tahunnya agar

pembangunan infrastruktur dapat lebih terarah dan tepat sasaran, sehingga dapat menjamin terjadinya pemerataan baik dalam pembangunan jalan, jembatan ataupun fasilitas umum untuk masyarakat baik di


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anand, Sudhir and Martin Ravallion. 1993. “Human Development in

PoorCountries: On the Role of Private Incomes and Public Services”. TheJournal of Economic Perspectives.Vol. 7. No. 1 (Winter, 1993):133-150.

Azril. 2000. “Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol. 15. No.1, 2000:1-14.

Badrudin, Rudy, dan Mufidhatul Khasanah. 2007. “Pengaruh Pendapatan Dan Belanja Daerah TerhadapPembangunan Manusia Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.Buletin Ekonomi, Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan Ekonomi Pembangunan.Vol. 9. No.1, April 2011: 23-30, ISSN: 1410-2293.

BPS, BAPPENAS, UNDP. 2004.Indonesia Human Development Report 2004. Jakarta: BPS.

BPS Kota Bandar Lampung. 2000-2012.Indeks Pembangunan Manusia Kota Bandar Lampung.BPS Bandar Lampung.

BPS Provinsi Lampung. 2000-2012.PDRB Kota Bandar Lampung.BPS Lampung.

Budiman, Arif. 1992.Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia. Delavallade, Clara. 2006. “Corruption and Distribution of Public Spending

inDeveloping Countries”.Journal of Economics and Finance.Vol. 30. No. 2: 222-239.

Dumairy. 1996.Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga. Fery, Adrianus. 2002. “Analisis PengeluaranPendidikan dan

PertumbuhanEkonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi.Vol1. No. 2, Mei 2002: 113-119.

Gordon, Robert. 2012.Macroeconomics.Twelfth Edition. Pearson-AW Boston. 386–387 hal.

Gujarati, Damodar, dan Dawn Porter. 2009.Dasar-dasar ekonometrik. Edisi kelima. Terjemahan Salemba 4, Jakarta.


(5)

Hirawan, Susiyati Bambang. 2007.Desentralisasi Fiskal sebagai Suatu

UpayaMeningkatkan Penyediaan Layanan Publik (Bagi Orang Miskin) diIndonesia. Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetapdalam bidang Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi

UniversitasIndonesia, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Mailendra, Fitra. 2009. “Analisis Dampak Pemekaran Wilayah dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Pembangunan Manusia diProvinsi Jawa Barat”. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mulyaningsih, Yani. 2008. Analisis Indeks Pembangunan Manusia. JurnalPendidikan dan Kebudayaan No.072 tahun ke 14. Nazir, M.1988.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 662 hal Patta, Devyanti. 2012. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi IPM di

SulawesiSelatan Periode 2001– 2010”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Hassanudin.

Ramirez, A., Ranis, G., and Stewart, F. 1998. Economic Growth and Human Capital. QEHWPS18. (Online), QEH Working Paper No. 18.

(http://economics.ouls.ox.ac.uk/12332/, diakses 20 Maret 2013). Sahrah, Alimartus. 2007. “Memberdayakan Sumber Daya Manusia Untuk

Meningkatkan Kualitas Bangsa dan Pembangunan Manusia”. Pidato Dies Natalis Unwama ke XXI, Yogyakarta.

Studenmund. 2006.Using Econometrics:A Pratical Guide. Pearson-AW Boston. 259–260 hal.

Suhab, Sultan. 2004. ”Kebijaksanaan Keuangan Daerah dalam

PerspektifDesentralisasi danOtonomi Daerah”.Analisis.Vol. 1. No. 2:106-114.

Sulistio, Denni. 2012. “PengaruhKemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Jawa Tengah Tahun 2006-2009”.Economics Development Analysis Journal.ISSN 2252-6560. Fakultas Ekonomi , Universitas Negeri Semarang.

Suryana. 2000.Ekonomi Pembangunan, Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba empat.

Todaro. 2003.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Widarjono, Agus. 2012.Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya. Edisi

Keempat. Penerbit UPP STIM YKPN.Yogyakarta. Wibowo, Puji. 2008. ”Mencermati Dampak Desentralisasi Fiskal

terhadapPertumbuhan Ekonomi Daerah”.Jurnal Keuangan Publik. Vol. 5. No. 1,Oktober 2008:55–83.


(6)

www.djpk.depkeu.go.id, diakses tanggal 7 Juni 2014 www.bps.go.id, diakses tanggal 16 Juni 2014