UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKADENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VI A SEMESTER GANJIL SDN I WAY HALIM PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
D E N G A N P E M B E L A J A R A N K O O P E R A T I F T I P E
J I G S A W
PADA SISWA KELAS VI A SEMESTER GANJIL SDN I WAY HALIM PERMAI
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
YULINARSkripsi
sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi PGSD Strata 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
(2)
ii
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKADENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW PADA SISWA KELAS VI A SEMESTER GANJIL SDN I WAY
HALIM PERMAI BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014 OLEH
YULINAR
Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa VI A SDN I Way Halim Permai Bandar Lampung. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 17 siswa (47.2%) dari jumlah keseluruhan 40 siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika siswa kelas VI A SDN Way Halim Permai Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VI A SDN Way Halim Permai Bandar Lampung sebanyak 40 Siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru mengajar. Untuk data hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari, maka digunakan soal pre tes dan post tes (Evaluasi). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik prosentase dengan membandingkan standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan yaitu > 75.
Dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 70% dan pada siklus II 90%. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 65 dan pada siklus II meningkat menjadi 82. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai dengan baik yaitu 64% dan pada siklus II sudah tercapai dan meningkat menjadi 81.66%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VI A SDN Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun pelajaran 2013/2014.
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Pengertian Kooperatif Tipe Jigsaw ... 8
2.1.1 Pengertian Belajar ... 13
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar ... 15
2.1.3 Tipe-tipe Hasil Belajar ... 16
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19
2.1.5 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Metode Jigsaw ... 21
2.1.6 Pengertian Matematika... 23
2.1.7 Pengertian Hasil Belajar Matematika... 24
2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan... 24
2.3 Kerangka Pikir Penelitian ... 26
2.4 Hipotesis ……… 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
3.1 Setting Penelitian …… ……… … 29
3.1.1 Tempat Penelitian... 29
3.1.2 Waktu Penelitian ... 29
3.2 Subjek Penelitian……….. 29
3.2.1 Metode Penelitian ..………..………. 29
3.2.2 Prosedur Penelitian……… ………. ... 30
3.3 Sumber Data ..……….. ……….. 37
3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data …... 38
3.5 InstrumenPenelitian ………. 39
(7)
4.1 Prosedur Penelitian ……… 42
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 42
4.1.2 Persiapan Pembelajaran ……… … 42
4.2 Hasil Penelitian ……… 43
4.2.1 Siklus 1 ……… 43
4.3 Refleksi ...………... 50
4.3.1 Rekomendasi Siklus II ………... 51
4.4 Siklus II ……….. .. 52
4.4 Pembahsan ……….. .. 59
4.4.1 Deskripsi Pengelolaan Pembelajaran ………... 59
4.4.2 Deskripsi Hasil Belajar Siswa ……… 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …... ………. 64
5.1 kesimpulan ……… 64
5.2 Saran ………. 65 DAFTAR PUSTAKA
(8)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak ditetapkanya Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi dan berikutnya Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), maka di sekolah-sekolah dari jenjang pendidikan dasar diterapkan kurikulum baru yang dikenal dengan sebutan kurikulum tingkat satuan pendidikan disingkat KTSP, sebagai penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004. KTSP menghembuskan perubahan dari model pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered)
menjadi model pembelajaran yang berpusat pada subjek didik (students
Centered), perubahan dari kegiatan mengajar menjadi kegiatan
membelajarkan.
Dibalik perubahan-perubahan besar dan mendasar yang dihembuskan oleh KTSP, tantangan yang dihadapi oleh guru tidaklah semakin ringan, melainkan semakin berat. Penerapan standar isi dan standar kompetensi sebagai acuan dasar dalam menyusun KTSP membawa konsekuensi yang tidak ringan dalam implementasinya dilapangan. KTSP menuntut adanya profesionalisme yang tinggi dari guru. Dalam kaitanya dengan konsep pembelajaran matematika, KTSP menghendaki dilakukanya perubahan
(9)
mendasar dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Faturrohman (2010 : 14) menyatakan “Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya, dalam interaksi itu siswa lebih aktif, bukan guru”. Itu berarti bahwa kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa, dan bukan guru.
Belajar matematika merupakan proses pengembangan logika yang perlu dikenalkan terhadap calon peserta didik sejak usia dini karena pentingnya belajar matematika sehingga proses kemampuan berhitung peserta lebih optimal Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Mengenai Standar Proses pendidikan (BSNP, 2007) Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika. Sejalan dengan berkembangnya matematika, maka banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai belajar matematika adalah sangat penting.
Berdasarkan hasil observasi di Kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai Bandar Lampung diperoleh keterangan bahwa aktivitas yang kurang dalam belajar Matematika, khususnya dalam materi Bangun datar dan Volume bangun ruang siswa dikelas tersebut masih tergolong rendah dikarenakan metode pembelajaran yang kurang mengena pada siswa atau kurang sesuai karena metode belajar yang masih dominan guru yang lebih aktif dalam memberikan teori belajar. Berikut dapat dilihat nilai raport mata pelajaran matematika kelas VI A semester ganjil yang dapat dilihat dari tabel dibawah.
(10)
Tabel : 1.1 Persentase hasil belajar siswa semester genap
Dari table diatas hasil belajar siswa untuk ujian semester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2014 menunjukan bahwa hasil belajar siswa hanya 17 siswa dari 40 siswa yang mencapai KKM (47,2%). Berarti 23 siswa atau 52,8% yang belum mencapai KKM dimana KKM yang ditetapkan adalah 60. Hal ini dikarenakan guru lebih berperan terhadap teori belajar yang diberikan dari pada siswa yang cenderung pasif dalam melakukan kegiatan belajar matematika.
Oleh sebab itu, mengembangkan pembelajaran yang tidak hanya membantu siswa dalam memahami konsep-konsep Matematika tetapi juga mendorong siswa menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berfikir kritis dan mengembangkan sikap sosial perlu diterapkan model pembelajaran yang memungkinkan harapan tersebut dapat terwujud. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan harapan tersebut dapat terwujud adalah pembelajaran berdikusi dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu memahami materi, menyelsaikan tugas atau kegiatan lain agar semua anggota kelompok
No Tahun pelajaran Jumlah Siswa Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Persentase Ketuntasan (%) Persentase Ketidak Tuntasan (%)
(11)
mencapai hasil belajar yang tinggi. Karena belajar dalam kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa membuat antar siswa saling mengandalkan maka untuk meminimalisirnya guru mengelompokan siswa dalam beberapa kelompok mengurangi jumlah siswa menjadi 4-5 siswa dalam tiap kelompok, selain itu setiap siswa dalam tim akan diberikan bagian materi yang berbeda, kelompok tersebut akan dibagi lagi menjadi kelompok ahli atau yaitu perwakilan dari masing–masing kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan materi atau sub bab dengan klompok yang lain maka akan dibentuk kelompok yang baru, bisa disebut juga dengan kelompok ahli. Pada akhirnya setelah tiap angggota yang tergabung dalam klompok ahli untuk menyelesaikan materi hasil diskusi maka tiap anggota kembali lagi ke kelompok awal atau asal untuk mengajar teman satu tim tentang sub bab yang telah masing- masing anggota kuasai untuk saling bertukar informasi sehingga tanggung jawab masing- masing siswa lebih besar dan kesempatan saling mengandalkan dapat dihindari dan menghasilkan kesimpulan atau dalam menentukan keputusan. Oleh karena itu, pembelajaran yang perlu diterapkan adalah diskusi dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi diskusi kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berfikir dan berkomunikasi. Dalam pembelajaran ini, guru tidak lagi mendominasi karena siswa dituntut aktif dengan melakukan kegiatan yaitu berfikir dan berkerjasama dengan kelompok dan melatih siswa berkomunikasi terutama dalam berbagi informasi, bertanya dan mengungkapkan pendapat didepan
(12)
kelas dengan penyampaian kata yang lebih lugas dan aktif, sehingga diskusi antar siswa maupun diskusi antar siswa dengan guru menjadi efektif.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berdikusi dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu diterapkan di kelas VI A SDN 1
Way Halim Permai Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 karena model pembelajaran ini dianggap dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran matematika khususnya materi bangun datar dan bangun ruang. Apabila siswa lebih aktif, diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasrkan label permasalahan di atas dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Aktivitas siswa kurang pada saat pembelajaran.
2. Model yang digunakan belum tepat atau kurang sesuai. 3. Pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru
4. Pembelajaran kurang efektif, sebagian siswa cenderung pasif.
5. Belum mencapai KKM dengan kriteria mencapai nilai > 60 hanya sebanyak 17 siswa dan sisanya 23 orang siswa belum mencapai KKM.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang identifikasi dan permasalahan diatas, diajukan rumusan masalah sebagai berikut :
(13)
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014?”
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika pada kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai Bandar lampung semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Untuk meningkatkan Hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika pada kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai Bandar lampung semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
1.5 Manfaat dan Kegunaan Hasil Penelitian
1. Manfaat utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai Bandar lampung khususnya melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
b. Untuk meningkatkan daya serap siswa terhadap mata pelajaran Matematika.
2. Kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Bagi siswa
(14)
a. Dapat meningkatkan prestasi daya serap siswa dalam pelajaran Matematika.
b. Dapat menumbuhkan semangat dan kecerdasan belajar yang tinggi dikalangan siswa.
c. Melatih siswa untuk mengeluarkan pendapatnya. d. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. b. Bagi Guru
Mempermudah dalam penyampaian mata pelajaran kepada siswa, karena siswa telah aktif ikut dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan informasi dan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu sekolah
d. Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.
(15)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran model Kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang berbeda-beda. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif model ini paling baik dikemukakan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan satu bentuk kooperatif. Didalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan Alvin Kehl (2004 : 45-46).
Silberman (2001 : 160) “Metode Jigsaw merupakan Metode pembelajaran dengan sistem kelompok atau bekerja secara bersama-sama sehingga siswa dapat saling membantu dan bertukar pikiran dalam memecahkan suatu masalah dan mendiskusikan masalah dengan teman-teman yang lain”
Metode Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
didalamnya terdapat elemen-elemen, diantaranya saling ketergantungan positif yaitu interaksi tatap muka, akuntabilitas individual dan keterampilan sosial
(16)
yang secara sengaja diajarkan Nurhadi (2004 : 112). Metode Jigsaw
merupakan pembelajaran yang melibatkan semua siswa yang berkerja secara kelompok dan dalam kelompok tersebut biasanya terdiri dari empat atau lima orang saling membantu dalam mengidentifikasi masalah.
Kesimpulanya penerapan metode jigsaw terhadap peserta didik dituntut aktif
dan lebih kreatif dalam menemukan ide-ide dalam memecahkan masalah terhadap individu (pribadi)maupun klompok
Menurut Zaini (2002 : 56-57) “Belajar dengan Metode Jigsaw“ Merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan bagian dari Metode tersebut tidak harus urut, setelah materi dibagi siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok membahas materi tersebut, setelah selesai setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang mereka pelajari dari kelompoknya”. Dengan Metode Jigsaw ini siswa biasa saling membantu dalam memecahkan materi yang dibahas.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan golongan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian kepada anggota asal.
(17)
Pada Metode ini siswa belajar untuk mengeluarkan pendapat ide, siswa akan bangga terhadap penguasaan topik tertentu dan akan memberikan presentasinya kepada teman-temannya. Menurut Gardnek (2002 : 32) “ Dalam Metode Jigsaw setiap ahli dalam kelompok itu menjadi juru
(pembicara) dalam sub unit suatu topik setelah siswa memahami bagian masing-masing “. Setiap juru mengajarkan pula kepada ahli dalam kelompok yang lain. Soal jawab atau perbincangan yang berlaku selama proses ini membolehkan juru dan ahli sama-sama memikirkan cara memecahkan masalah (tugas) yang diberi, ini meningkatkan pemahaman dan ingatan selain itu memberi peluang kepada pelajar yang kurang cemerlang dan mengajarkan mereka untuk menjadi juru dan mengajarkan pula pada siswa yang mempunyai prestasi yang baik yang secara tidak langsung meningkatkan keyakinan mereka.
Menurut Zaini (2002 : 56-57) langkah-langkah dalam Metode Jigsaw yaitu :
1) Memilih materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian) 2) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
segmen yang ada jika jumlah siswa adalah 50, sementara jumlah kelompok yang ada 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika ini dianggap terlalu besar dibagi menjadi 2 sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang. Setelah proses selesai kemudian menggabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.
3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang berbeda-beda.
(18)
4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya kekelompok lain untuk menyampaikan apa yang mereka pelajari dari kelompoknya.
5) Suasana kelas kembali seperti semula kemudian menanyakan sekiranya ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6) Memberikan beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.
Adapun ciri-ciri Metode Jigsaw menurut Nur (2001 : 3) diantanya yaitu :
a. Adanya kelompok yang berdiskusi tentang materi pelajaran tertentu. b. Terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
c. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya.
d. Para siswa akan diminta menjelaskan materi yang telah dipelajari kepada temannya.
e. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
Didalam Metode Jigsaw ini terdapat kelebihan maupun kelemahan dalam penggunaan Metode pembelajaran ini diantaranya sebagai berikut Kelebihan Metode Jigsaw :
a. Menurut Nurhadi (2001 : 3) :
1). Meningkatkan kerja sama untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
2). Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
(19)
3). Guru berperan sebagai pendamping, penolong dan mengarahkan siswa dalam mempelajari materi pada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
4). Melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
5). Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
b. Menurut Ibrahim, dkk (2003 : 120-121) :
Bahwa kelebihan dari belajar Jigsaw yaitu dapat
mengembangkan tingkah laku dan hubungan yang lebih baik antar siswa dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar dari pada Guru.
c. Menurut Ratumanan (2002 : 63) :
Menyatakan bahwa kelebihan Jigsaw bahwa interaksi yang
terjadi dalam belajar Jigsaw dapat memacu terbentuknya ide
baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
1. Kelemahan Metode Jigsaw :
a) Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan anggotanya lemah semua.
b) Penugasan anggota kelompok untuk menjadi ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajarinya.
(20)
c) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
d) Siswa memilki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi ketika sebagai tenaga ahli sehingga dimungkinkan terjadi kesalahan.
e) Awal pengguanaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang.
Gambar 2.1 Bagan Kelompok Asal dan Kelompok Ahli
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu memahami materi, menyelsaikan tugas atau kegiatan lain agar semua anggota kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi..
2.1.1 Pengertian Belajar
(21)
maupun non formal. Seseorang yang dikatakan telah belajar sesuatu kalau terjadi perubahan tentunya, misalnya dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca, dari tidak dapat menghitung menjadi dapat menghitung. Namun, dari semua yang bersangkutan berusaha untuk hal yang di harapkan.
Oleh karena itu,agar kita memperoleh sesuatu pengertian yang jelas mengenai belajar maka di bawah ini perlu dikutip dari para ahli dalam memberi pengertian mengenai belajar.”Pengertian belajar menurut teori konektionisme adalah impuls untuk bertindak (impuls to action) atau
belajar adalah penentuan hubungan antara stimulus dan respon,antar aksi dan reaksi” Sardiman (2001 : 33).
Sedangkan Fudyartanto (2002 : 151)”Belajar adalah usaha sadar dari individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya”. Usaha yang dilakukan yaitu membaca, latihan soal, mendengarkan dan sebagainya.
Dalam beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah tindakan “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar
(22)
belajar itu dapat berhasil dengan baik.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Setiap orang yang melakukan kegiatan tentu akan memperoleh hasil. Demikian dengan kegiatan belajar di sekolah, tentu akan memperoleh hasil yang berupa hasil belajar. Belajar sebagai suatu proses akan menghasilkan permasalahan yang berupa pengetahuan sikap atau nilai dan keterampilan. Adanya perubahan itu tampak dalam hasil belajar yang dihasilkannya. Menurut KBBI hasil adalah sesuatu yang telah dicapai. Hasil belajar adalah penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang di kembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai test yang diberikan guru.
Hasil belajar mempunyai beberapa fungsi,menurut Arifin (2000: 84) fungsi belajar sebagai berikut :
1) Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Suatu usaha penguasaan hasrat ingin tahu. 3) Bahan informasi dan inovasi pendidikan.
4) Indikator intern dan ekstern dari institusi penelitian 5) Indikator daya serap.
Oleh karna itu, dapat disimpulan bahwa belajar merupakan hal penting dalam mengembangkan kemampuan diri seseorang untuk bertujuan mencapai hasil yang lebih baik.
(23)
2.1.3 Tipe-Tipe Hasil Belajar
Hasil belajar secara menyeluruh harus mencerminkan tujuan pendidikan. Benjamin S. Bloom dalam Sudjana (2005 : 49) berpendapat bahwa “Tujuan pendidikan yang hendak dicapai dapat digolongkan menjadi tiga bidang atau ranah, yakni Bidang Kognitif, Bidang Efektif dan, bidang Psikomotor, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Tipe hasil belajar Bidang Kognitif meliputi :
1. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan ( knowledge).
Termasuk dalam pengetahuan hafalan ini adalah pengetahuan yang sifatnya faktual dan pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batas peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus dan lain-lain.
2. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehension) Ada tiga
pemahaman yang berlaku umum yaitu:
a) Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung didalamnya. Misalnya memahami kalimat bahasa inggris kedalam bahasa Indonesia, pengertian Bhineka Tunggal ika dan lain-lain.
b) Pemahaman penafsiran misalnya, memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda dan lain-lain. c) Pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat di bilik
yang tertulis, tersirat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan.
(24)
b) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstrakkan suatu konsep, ide, rumus dan hukum dalam situasi baru, misalnya memecahkan persoalan dengan rumus tertentu, menerapkan suatu dalit atau hukum dalam suatu persoalan, jadi dalam aplikasi harus ada konsep, teori hukum dan rumus.
a) Tipe hasil belajar analisis
Analisis adalah kemampuan untuk mengurangi suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian yang lebih kecil dan mempunyai arti.
b) Tipe hasil belajar sintesis
Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi integritas.
c) Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai suatu berdasar pada kemampuan yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.
d) Tipe hasil belajar bidang efektif
Bidang efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa tingkatan bidang efektif yaitu :
1. Receiving atau Attending adalah semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik demi bentuk masalah situasi atau gejala.
(25)
2. Responding atau jawaban adalah reaksi yang diberikan
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3. Valuing atau penilaian adalah berkenaan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi.
4. Organizing atau organisasi yakni pengembangan nilai
kedalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki.
5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai adalah keterpaduan dari sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
e) Tipe hasil belajar Psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.
Ada enam tingkatan ketrampilan yaitu : 1) gerakan reflek
2) ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar
3) kemampuan berseptual termasuk di dalamnya membedakan visual membedakan auditif, motorik dan lain-lain.
4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuasaan, keharmonisan, ketetapan dan lain-lain.
5) gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana
(26)
6) Kemampuan seperti gerakan ekspresif, interprestasi dan sebagainya.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Agar belajar dapat berhasil, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar individu, sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2006 : 39) “Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang datang dari luar diri siswa itu sendiri atau dari faktor lingkungan”.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor dari dalam diri siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa bisa disebut faktor internal atau endogen. Faktor ini meliputi kondisi individu si pelajar atau kondisi fisiologis, kondisi panca indera dan kondisi psikologis. Kondisi fisiologis meliputi keadaan jasmani pada umumnya, misalnya anak yang badannya segar berbeda dengan anak yang dalam keadaan lelah, anak yang terpenuhi gizinya berbeda dengan anak yang kekurangan gizi dan sebagainya. Kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran jika hal ini terganggu maka akan berpengaruh terhadap aktivitas belajarnya. Kondisi psikologis terutama berhubungan dengan minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif siswa.
(27)
Bagi anak yang minatnya besar terhadap suatu pelajaran akan mencapai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak berminat. Anak yang memiliki minat yang tinggi berarti mempunyai perhatian yang tinggi terhadap bahan yang dipelajari. Sebaliknya anak yang kurang minatnya akan kurang pula perhatiannya terhadap bahan pelajaran.
Mengenai kecerdasan telah diteliti oleh para ahli yang berkesimpulan bahwa kecerdasan atau intelegensi berkolerasi terhadap hasil belajar seseorang. Dalam proses belajar, fungsi utama kecerdasan ini adalah pertama mencamkan kemudian menyimpan lalu memproduksikan kesan (bahan) yang telah dipelajarinya.
Pemberian pelajaran yang bahannya disesuaikan dengan bakat anak akan secara mudah diterima oleh anak, sehingga akan memperoleh prestasi belajar yang baik.
b. Faktor yang datang dari luar diri siswa
Faktor ini disebut juga faktor eksternal atau faktor eksogen. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor lingkungan dan faktor instrument atau alat. Mengenai faktor-faktor lingkungan telah diakui oleh para ahli pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan seseorang di dalam mempelajarinya sesuatu. Adapun lingkungan tersebut dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan alam dan
(28)
lingkungan sosial. Lingkungan alam akan berpengaruh pada fisik dan psikis individu. Misalnya seseorang yang hidup di daerah tandus. Lingkungan sosial berupa hubungan antar manusia, misalnya hubungan dengan orang tua, saudara, kerabat dekat, kelompok bermain, kelompok belajar dan sebagainya akan mempengaruhi keberhasilan siswa di dalam belajarnya.
Motivasi dalam belajar penting sekali peranannya, sebab motivasi atau dorongan dapat menimbulkan saraf seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Kemampuan kognitif terutama berperan dalam proses belajar yaitu persepsi ingatan dan berpikir.
2.1.5 Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Menggunakan Metode Jigsaw
Penerapan Metode Jigsaw di sekolah diharapkan dapat
meningkatkan kerja sama untuk mempelajari materi, rasa tanggung jawab siswa, melatih siswa untuk lebih aktif di dalam kelas, pemerataan penguasaan materi, serta mengembangkan tingkah laku dan hubungan yang lebih baik antar siswa sehingga dapat tercapai hasil belajar yang lebih baik. Peningkatan hasil belajar siswa salah satunya dengan memaksimalkan dari suatu pekerjaan atau kecakapan untuk menambah pengetahuan atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa setelah melalui proses belajar mengajar ekonomi di kelas. Penggunaan Metode pembelajaran yang tepat akan membantu meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga siswa tidak
(29)
akan merasa jenuh dengan Metode yang diajarkan oleh guru.
Metode Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang
didalamnya terdapat elemen-elemen, diantaranya saling ketergantungan positif yaitu interaksi tatap muka, akuntabilitas individual dan keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan Nurhadi (2004 : 112). Metode Jigsaw merupakan pembelajaran yang
melibatkan semua siswa yang bekerja secara kelompok dan dalam kelompok tersebut biasanya terdiri dari empat atau lima orang saling membantu dalam mengidentifikasi masalah.
Menurut Hisyam Zaini (2002 : 56-57) belajar dengan Metode Jigsaw
“Merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan bagian dari Metode tersebut tidak harus urut, setelah materi dibagi siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok membahas materi tersebut, setelah selesai setiap kelompok mengirimkan anggotanya kekelompok lain untuk menyampaikan apa yang mereka pelajari dari kelompoknya.
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa dengan Metode Jigsaw ini siswa bisa saling membantu dalam memecahkan materi
yang di bahas serta meningkatkan kerjasama antar siswa dalam mengidentifikasi suatu masalah.
(30)
2.1.6 Pengertian Matematika
Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika. Sejalan dengan berkembangnya matematika, maka banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai matematika.
James dan James (1976 : 42) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu : aljabar, analisis dan geometri. Namun pembagian yang jelas amatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu semakin bercampur. Adanya pendapat yang mengatakan bahwa matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi 4 wawasan yang luas yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis.
Dalam hal ini maka pelajaran matematika harus diperkenalkan sejak dini terhadap anak-anak, karna dasar matematika tersebut merupakan penguasaan logika sehingga peserta didik untuk memacu ide – ide dan penalaran berfikir dalam mengasah kemampuan meningkatkan logika berhitung matematika.
(31)
2.1.7 Pengertian Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar Matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar perhitungan. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas, sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya.
Adapun Soedijarto Masnaini (2003 : 6) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini meliputi kawasan kognitif, afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang pelajar. Sedangkan Keller (Abdurrahman, 1999:39), mengemukakan hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak, hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar) yang dilakukan oleh anak.
Dalam hasil belajar pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa kita perlu motivasi lebih karena motivasi belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa karna semakin besar keinginan untuk belajar, maka semakin besar pula prestasi yang diraih.
2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan
a) Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para Guru/Peneliti menyatakan bahwa model pebelajaran tipe jigsaw dapat mengaktifkan
(32)
siswa seperti penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Suripto dengan judul“Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kelas VI SDN Genekan Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto” hasilnya :
1) Prestasi hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan danpeningkatan tersebut relevan dengan respon siswa yang positif terhadappenerapan model pembelajaran koooperatif jigsaw.
2) Aktivitas siswa juga cenderung meningkat dalam pembelajaran ini terutamapada kegiatan kemahiran menyelesaikan tugas dan soal, mengemukakanpendapat dalam diskusi dan bekerjasama, sehingga siswa menjadi aktif dansuasana kelas menjadi lebih efektif dan menyenangkan.
3) Penggunaan alat bantu belajar kotak mencari KPK sangat efektif membantukemahiran siswa dalam menentukan KPK, sehingga mempermudah siswadalam menyelesaikan soal.
b) Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek kongkrit. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda kongkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Sesuai dengan hasil penelitiannya, Piaget Valmband (2008 : 51) mengemukakan bahwa. Anak-anak yang berada pada tahap operasi konkrit sebaran umur 7-11 tahun, sudah berada di Sekolah Dasar dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila siswa belajar melalui
(33)
perbuatan dan dapat dimengerti siswa bukan hanya melalui mengingat-ingat fakta.
Pada prakteknya mentransfer pengetahuan, pengalaman dan gagasan (ide) guru ke peserta didik atau dari peserta didik ke peserta didik yang lain tidaklah mudah. Kegiatan ini sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan peserta didiknya, ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam mempelajari suatu konsep/prinsip-prinsip matematika diperlukan pengalaman melalui benda-benda nyata (konkrit), yaitu menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika untuk menanamkan konsep agar mudah dimengerti oleh para siswa.
2.3 Kerangka Pikir Penelitian
Menurut Sugiyono (2008 : 47) “Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang teori yang berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting”.
Metode Jigsaw merupakan suatu bentuk penyajian pelajaran dengan cara
(34)
yang saling membantu memecahkan dan mendiskusikan masalah bersama. Pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa sehingga siswa akan aktif, akrab dan dapat saling bertukar pikiran sehingga hasil yang dicapai kemungkinan akan lebih baik.
Dapat mewujudkan arah dari pemecahan dan pengaruh lisan yang di hadapi, maka terlebih dahulu perlu dikemukakan gambaran yang berupa kerangka
pemikiran yang diuraikan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Apabila dalam pembelajaran matematika
penggunaan Metode Jigsaw mampu meningkatkan hasil belajar siswa VI A
Rata-rata kelas 85 Hasil belajar siswa kelas VI A
Rata-rata kelas 55
Penggunaan Metode Jigsaw
Guru belum menggunakan Metode
Jigsaw
Tindakan
Kondisi akhir Kondisi awal
(35)
menggunakan kooperatif tipe jigsaw dengan tepat dan benar maka dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika kelas VI A SDN 1 Way Halim Permai Bandar Lampung semester ganjil tahun ajaran 2013/2014?”
(36)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Way Halim Permai Bandar Lampung. Penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sekolah tersebut memiliki beberapa permasalahan akademik yang perlu di tingkatkan. Selain itu sekolah tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga efisien waktu dan mudah dalam mendapatkan data.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI A SD Negeri 1 Way Halim Permai yang berjumlah 40 dengan klasifikasi 27 Siswi Perempuan dan 13 siswa Laki-laki, sementara Guru kelas VI B SD Negeri 1 Way Halim Permai sebagai partner kolaborasi sekaligus sebagai triangulasi sumber data.
3.2.1 Metode Penelitian
(37)
(classroom action research) yang dilakukan oleh peneliti secara
langsung. Berdasarkan tujuan penelitian, maka jelas bahwa penelitian ini tidak menguji hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi lebih bersifat untuk mendiskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada. Penelitian ini menggunakan pola penelitian siklus. Dengan pola penelitian ini peneliti memiliki kebebasan untuk mengulang kegiatan yang sudah dilakukan untuk mendapatkan kemantapan atau mengubah hal-hal yang tidak tepat untuk lebih disesuaikan dengan kenyataan yang ada.
Dalam penelitian ini, tugas peneliti adalah untuk menyusun rencana kegiatan, melaksanakan tindakan pembelajaran dengan subyek penelitian dan akhirnya melaporkan hasil penelitian.
3.2.2 Prosedur Penelitian
Menurut Arikunto (2006 : 16-20) model penelitian tindakan kelas adalah: secara garis besar terdapat empat tahapan yang harus dilalui, yaitu:
1. Perencanaan (Planing)
Merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan ktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Pelaksanaan
Pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3. Pengamatan (Observing)
(38)
berlangsung.
4. Refleksi (Reflection)
Kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya Kusumah dan Dwigatama (2009 : 25).
Secara visual prosedur PTK dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 3.1 Tahap – tahap dalam PTK (Wardhani, 2007:2.4).
Rincian dari tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Perencanaan
Siklus 1
Pengamatan
Perencanaan
Siklus 2
Pengamatan
Seterusnya sesuai dengan alokasi waktu setiap tahap tindakan yang direncanakan
pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
Refleksi
(39)
Siklus 1
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi kegiatan:
a. Wawancara dengan guru kelas untuk menganalisis materi yang sudah diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran. b. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama
proses pembelajaran di kelas.
c. Menganalisis pokok Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Dasar (KD) dan pokok bahasan yang kemudian menjadi beberapa indicator yang akan diajarkan dengan menggunakan metode inkuiri. d. Menyiapkan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang sesuai
dengan materi yang telah ditetapkan.
e. Menyusun soal –soal tes (Pretest dan Postest).
f. Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan tindakan disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru melaksanakan tes awal (Protest) untuk mengetahui
pengetahuan awal siswa sebelum materi siberikan.
2. Guru memberikan apersepsi tentang materi yang akan diajarkan. 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
(40)
b. Kegiatan inti
1. Guru menjelaskan materi matematika yaitu “Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar, dan memancing siswa untuk dapat bertanya tentang materi yang akan diajarkan”.
2. Guru memberikan soal atau materi dengan sub bab bangun datar yang berbeda pada tiap siswa dalam kelompok asal.
3. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau kelompok ahli sesuai dengan sub bab bangun datar yang sama dengan dari masing–masing klompok asal yang lain.
4. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub bab yang mereka kuasai.
5. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menanggapi.
6. Setelah berdiskusi, guru memerintahkan siswa dalam kelompok ahli untuk kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi
7. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi 8. Siswa mengerjakan Latihan
9. Guru melakukan penilaian selama pembelajaran berlangsung. c. Tes akhir/penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah berlangsung.
2. Memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran matematika yang sudah diajarkan.
(41)
3. Mengamati (observer)
Mengamati dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung. Proses pengamatan secara intensif dilakukan oleh guru. Obyek yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Pengamatan dilakukan berdasarkan lembar observasi, disediakan catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi.
4. Merefleksi (reflect)
Merefleksi dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan dan hasil pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data-data yang diperoleh dari tes akhir, observasi, wawancara dan catatan lapangan. Tahap refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan dan menyimpulkan data sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Hasil analisis data dikaji untuk mengetahui; apa yang sudah berhasil dari pembelajaran tindakan? Apa yang belum berhasil dari pembelajaran tindakan? Mengapa demikian? Bagaimana selanjutnya? Jawaban dari pertanyaan diatas selanjutnya digunakan untuk menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan akhir penelitian.
Siklus II
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilkukan guru sebagai acuan dalam
(42)
pelaksanaan siklus II. Materi pembelajaran siklus II ini adalah “Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang”, adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi :
1. Tahap Perencanaan
a. Mendata kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I.
b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I.
c. Menganalisis pokok Kompetensi Dasar (KD) dan pokok bahasan yang kemudian menjadi beberapa indicator yang akan diajarkan dengan menggunakan metode inkuri.
d. Menyiapkan RPP yang sesuai dengan materi yang telah ditetapkan. e. Menyusun soal–soal tes (Pretest dan Postest).
f. Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a. Kegiatan Pendahuluan
1. Guru melaksanakan tes awal (Protest) untuk mengetahui
tingkat penguasaan materi yang telah diberikan pada siklus I. 2. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.
3. Guru mengulas kembali secara singkat materi pembelajaran yang telah disampaikan pada siklus sebelumnya.
(43)
b. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi matematika yaitu “Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang, dan memancing siswa untuk dapat bertanya tentang materi yang akan diajarkan.
2. Masing-masng siswa bergabung kedalam kelompok yang telah ditentukan.
3. Guru bersama siswa menentukan rumusan masalah
4. Dengan stimulus dan bimbingan dari guru, masing-masing siswa mencari informasi dan data-data yang relevan untuk mencari jawaban sebenarnya.
5. Setelah mendapatkan data-data yang sudah dicari, kemudian kelompok mendiskusikan dan mengolah hasil penemuan yang sudah ditemukan
6. Masing-masing kelompok membuat laporan kemudian mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya.
7. Kelompok yang lain menanggapi dan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami.
c. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah berlangsung.
2. Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran matematika yang sudah diajarkan.
(44)
3. Mengamati (observer)
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah dibuat. Lembar panduan observasi berisi tentang instrumen-instrumen yang berkenaan dengan aktivitas dan kinerja guru.
4. Tahap Refleksi
Hasil yang dicapai pada tahap observasi dikumpulkan serta di analisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada proses pembelajaran setelah diterapkanya pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw..
3.3 Sumber Data
Lofland dan Lofland (Dalam Moleong, 2002:112) menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah kata tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam menentukan sumberdata,peneliti harus benar-benar memperhatikan subyek dan informan. Subyek adalah sesuatu yang diteliti, sedangkan informan adalah orang yang memberikan informasi sebanyak-banyaknya tentang sesuatu yang diteliti.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI A SD Negeri 1 Way Halim Permai.
(45)
a. Perilaku guru dalam pembelajaran tindakan, yang penilaiannya dilakukan oleh kolaborator dan siswa.
b. Perilaku siswa dalam pembelajaran tindakan, yang penilaiannya dilakukan oleh guru dan kolaborator.
c. Situasi kelas saat pembelajaran tindakan, yang penilaiannya dilakukan oleh guru dan kolaborator.
d. Hasil belajar ekonomi siswa sebagai dampak pembelajaran tindakan dalam mengerjakan soal-soal tes awal dan tes akhir.
3.4 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis. Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara langsung tentang kegiatan belajar di kelas.
b. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk meningkatkan hal-hal yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat pengamatan berlangsung
c. Tes
Arikunto (2002 : 127) menyatakan tes merupakan “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
(46)
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”. Metode tes untuk mengumpulkan data tes hasil belajar ekonomi dengan menggunakan metode Jigsaw.
d. Catatan lapangan
Pencatatan lapangan digunakan untuk melengkapi data-data yang tidak direkam dalam lembar observasi maupun wawancara, dengan demikian diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian.
e. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan Metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu berupa buku pribadi, buku latihan dan dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data sekolah dan identitas siswa antara lain nama siswa dan nomor induk siswa dengan melihat dokumentasi yang ada di sekolah. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah daftar nama siswa kelas VI A SD Negeri 1 Way Halim Permai Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
(47)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran demonstrasi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran. 5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif).
3.6 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data hasil observasi yang digunakan untuk menjaring aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalamproses pembelajaran. Sedangkan analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubunganya dengan penguasaan materi pembelajaran.
(48)
Data kualitatif ini, diperoleh dari data nontes yaitu lembar panduan observasi. Data hasil observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dan kinerja guru setelah diterapkanya pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
2. Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus II. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menhitung nilai rata-rata kelas dari hasil test yang diberikan kepada siswa dengan cara:
Σ Xi Rumus : X =
N
Keterangan : X = Rata – rata hitung nilai N = Banyaknya Siswa Xi = Nilai Siswa (Heryanto dkk., 2009:42).
3.7 Indikator Keberhasilan
Indikator pencapaian dalam penelitian kelas ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika dengan penerapan metode jigsaw pada siswa kelas VI A SD NEGERI 1 Way Halim Permai
Tahun Ajaran 2013/2014 diharapkan mengalami peningkatan dan dikatakan berhasil apabila :
1. KKM Lebih besar dari 75%
2. Dari hasil belajar nilai rata-rata > 75. 3. Peningkatan aktivitas belajar bagi siswa .
(49)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas VI pelajaran Matematika di Sekolah Dasar Negeri 1 Way Halim Permai Dapat Disimpulkan Bahwa :
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran
Matematika, dapat meningkatkan hasil belajar siswa mulai dari siklus I sampai siklus II. Secara berurutan persentase hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 28 siswa atau 70% siswa lulus KKM, siklus II sebanyak 36 orang siswa atau 90% siswa lulus KKM. Selain itu penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran
Matematika juga dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, karena dalam proses pembelajaranya guru dituntut untuk dapat memotivasi siswa agar dapat belajar kelompok secara aktif.
2. Dengan adanya kolaborasi, partisipasi dan refleksi antara guru dan peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan professional guru. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas guru mulai dari siklus I sampai siklus
(50)
II. Secara berurutan persentase keaktivitas guru pada siklus I 64.14% dan siklus II 81.66%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Kepada Siswa
Kepada siswa, agar selalu memperdalam materi pembelajaran dengan pemahaman yang telah dimiliki atau mengaitkan materi pembelajaran dengan dunia nyata sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
2. Kepada Guru
Karena Model Jigsaw terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa, maka disarankan kepada para guru untuk dapat menggunakan strategi pembelajaran ini pada materi atau mata pelajaran yang lain.
3. Kepada Pihak Sekolah
Karena Model Jigsaw terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa, maka disarankan kepada pihak sekolah untuk memotivasi dan memberikan pelatihan pada para guru sehingga dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw yang sesuai dengan
materi pada setiap mata pelajaran. 4. Peneliti
(51)
pada materi lain dan pada mata pelajaran yang lain sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
(52)
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian tindakan Kelas, (STAIN Ponorogo Press, 2009), 40 : Ponorogo
Basuki. Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian tindakan Kelas. 2009. Ponorogo : STAIN : Ponorogo Press.
Ghony, Djunaidi. (Penelitian Tindakan Kelas. 2008. UIN-Malang Press) : Malang
Metode Pembelajaran Tipe Jigsaw, www.google.com/Wikipedia
Rusfendi, 2000. Dasar-Dasar Matematika untuk Sekolah dasar, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Sanjaya,Wina. Penelitian Tindakan Kelas. 2011. Kencana Predana Media Group. Cet ke-3 : Jakarta
Sulardi., 2006. Pandai berhitung matematika sekolah dasar kelas VI. PT. GLORA AKSARA PRATAMA : Jakarta.
Tangying,AF.MA, 2007. Bagaimana Mengajar Matematika dan masakini, Kalitbang Dikbud :Jakarta.
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Kencana Predana Media Group, 2011, Cet ke-3), 84-85 : Jakarta
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. 2006. PT Remaja Rosdakarya : Bandung
(53)
(54)
(55)
(56)
Nama Sekolah : SDN 1 Way Halim Permai Kelas/Semester : VI / 1 (Ganjil)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit Tahun Pelajaran : 2013/2014
Standar Kompetensi Kompetensi dasar Tingkat Ranah KD Indikator Pencapaian Tingkat Ranah IPK
Materi Pokok Ruang
Lingkup Alokasi Waktu Nilai Karakter Mengidentifikasi dan Menghitung Luas Bangun Datar Sederhana Menghitung Luas Bangun Datar (segitiga, segi empat, layang – layang, dll)
C2
1. Mengidentifikasi Bangun datar sederhana. 2. Menghitung luas
keliling bangun datar sederhana. 3. Menghitung
volume bangun ruang.
4. menyelsaikan soal cerita yang berhubungan dengan keliling
dan luas bangun C2
Mengidentifikasi dan Menghitung Luas Bangun Datar segi banyak Sederhana Mengidentifikasi Menghitung luas Bangun datar. Jajargenjang, degitiga dan laying-layang,.
2 x 35 Menit
1. Teliti. 2. Tekun. 3. Kreatif
(57)
Mengetahui,
Kepala SDN 1 Way Halim Permai
Dra. Hj. SUSTRIATI ANGGIT ANDAYANI NIP. 1 9 5 6 0 8 2 1 1 9 7 5 7 7 2 0 0 1
Bandar Lampung, 10 Juli 2013 Guru Kelas VI
Y U L I N A R NPM. 1013069172.
(58)
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VI / 1 (Ganjil) Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi : Mengidentifikasi dan Menghitung Luas Bangun Datar Sederhana
Kompetensi
Dasar Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian
kompetensi Penilaian
Alokasi Waktu Sumber/Bahan/ Alat Nilai Karakter 6.1 Menghitung Luas Bangun Datar (segitiga, segi empat, layang – layang, dll)
Mengidentifik asi dan Menghitung Luas Bangun Datar segi banyak Sederhana
1.Siswa menurunkan rumus luas bangun datar.
2. Guru menjelaskan tujuan berhitung geometri bangun datar. 3.Guru menjelaskan Azaz Geometri bangun datar.
1. Mengidentifikasi Bangun datar sederhana.
2. Menghitung luas keliling bangun datar sederhana. 3. Menghitung
volume bangun ruang.
4. menyelsaikan soal cerita yang
Teknik Tes Tes Dan Non Tes Bentuk Tes. 1.Lisan 2.Tertulis 3.Isian 4.Uraian 2x35 Menit Buku Matematika VI, Jumadi Dan Sutigno, Hal. 59
1. Teliti 2. Tekun. 3. Kreatif 4. tanggungjawab
(59)
Mengetahui,
Kepala SDN 1 Way Halim Permai
Dra. SUSTRIATI ANGGITANDAYANI NIP. 1 9 5 6 0 8 2 1 1 9 7 5 7 7 2 0 0 1
dan luas bangun ruang.
Bandar Lampung, 2013 Guru Kelas VI
Y U L I N A R NPM. 1013069172.
(60)
A.
Identitas
Sekolah : SDN I Way halim Permai Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI / 1(Ganjil) Pertemuan Ke : 1 (Ganjil) Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi : 4. Menghitung Luas Bangun Datar Sederhana
Kompetensi Dasar : 4.1 Menghitung Luas Bangun Datar (segi tiga, segi empat, layang – layang, dll)
Indikator :
5. Mengidentifikasi Bangun datar sederhana.
6. Menghitung luas keliling bangun datar sederhana. 7. Menghitung volume bangun ruang.
8. menyelsaikan soal cerita yang berhubungan dengan keliling dan luas bangun ruang.
Waktu : 4 x 25 menit (2x Pertemuan)
(61)
2. Menghitung luas keliling bangun datar sederhana. 3. Menghitung volume bangun ruang.
4. Siswa dapat menyelsaikan soal cerita yang berhubungan dengan keliling dan luas bangun ruang.
Karakter Siswa Yang diharapkan :
Teliti, Tekun, Berani, kerja keras, rasa ingin tau, pantang menyerah.
C. Materi Pembelajaran Bangun Datar
D. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
E. Langkah – Langkah Pembelajaran : 1. Kegiatan Awal
Apresepsi :
Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga
2. Kegiatan Inti (65 Menit) Eksplorasi
a. Mengingatkan kembali tentang satuan luas Bangun Datar sebagai syarat utama.
b. Memberikan contoh benda – benda dalam kehidupan sehari – hari yang bentuknya seperti salah satu bangun datar.
(62)
berbeda Pada tiap siswa dalam kelompok asal.
Perhat ikan gambar di bawah ini!! Hitungl ah Luas bangun be rikut
S R
5cm P 10cm Q
Pada jajargenjang terdapat dua pasang sisi yang sama panjang PS=QR
dan PQ=SR.
Keliling jajargenjang PQRS = PQ + QR + RS + SP, karena PQ = RS Dan
QR = SP, Maka rumus keliling jajargenjang dapat ditulis sebagai berikut :
Keliling Jajargenjang PQRS = 2 x (PQ + QR) Sedangkan Luas Jajargenjang adalah alas x Tinggi Jadi, keliling jajargenjang pada gambar diatas adalah :
2 x (10cm + 5cm) = 30cm
Dan luasnya adalah 10cm x 5cm = 50cm2
b. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau kelompok ahli sesuai dengan sub bab bangun datar yang sama dengan dari masing – masing klompok asal yang lain.
c. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub bab yang mereka kuasai.
(63)
f. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi g. Siswa mengerjakan Latihan
h. Guru melakukan penilaian selama pembelajaran berlangsung. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
3. Kegiatan Akhir (5 Menit)
1. Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran dan merenungkan kembali (merefleksi) kegiatan yang telah dilakukan.
2. Guru memberikan pekerjaan rumah.
Pertemuan Kedua (2 x 35 menit) 1. Kegiatan Awal
Apresepsi :
Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga
2. Kegiatan Inti (65 Menit) Eksplorasi
a. Mengingatkan kembali tentang satuan luas Bangun Datar sebagai syarat utama. b. Memberikan contoh benda – benda dalam kehidupan sehari – hari yang bentuknya
(64)
Elaborasi
a. Guru Memberikan soal atau Materi dengan sub bab bangun datar yang berbeda Pada tiap siswa dalam kelompok asal.
Perhatikan soal berikut!!
ABCD adalah jajaran genjang dengan ad= 10 cm, dan BE = 4 cm.
Berapa luas daerah jajargenjang ABCD?
Maka penyelsaianya adalah :
Luas daerah jajargenjang L = a x t = 10 x 4
= 40 cm3
Jadi, luas jajargenjang adalah 40 cm2
b. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau kelompok
ahli sesuai dengan sub bab bangun datar yang sama dengan dari masing – masing klompok asal yang lain.
c. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub bab yang mereka kuasai.
d. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menanggapi.
e. Setelah Berdiskusi, guru memerintahkan siswa dalam kelompok ahli untuk kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi
f. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi g. Siswa mengerjakan Latihan
(65)
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. 3. Kegiatan Akhir (5 Menit)
a. Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran dan merenungkan kembali (merefleksi) kegiatan yang telah dilakukan.
b. Guru memberikan pekerjaan rumah.
F. Media Dan sumber Belajar : 1. Media
a. Lembar Kerja Siswa
b. Model Bangun Datar Dari Kertas Karton 2. Sumber
Terampil Matematika untuk SD Kelas VI, Tri Handoko, Yudhistira, 2006, Jakarta. Buku Matematika VI, Jumadi Dan Sutigno, Hal. 59
G. Penilaian
1. Teknik : Tertulis 2. Bentuk Soal : Uraian
3. Soal, Pedoman Jawab dan Penskoran
Bandar Lampung,10 Juli 2013
Guru Mitra Peneliti
Y u l i d a r, S.pd Y u l i n a r NPM. 1013069172 Nip. 19850929290227
(66)
Nama Sekolah : SDN 1 Way Halim Permai Kelas/Semester : VI / 1 (Ganjil)
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit Tahun Pelajaran : 2013/2014
Standar Kompetensi Kompetensi dasar Tingkat Ranah KD Indikator Pencapaian Tingkat Ranah IPK
Materi Pokok Ruang
Lingkup Alokasi Waktu Nilai Karakter Menghitung Luas Bangun Datar Sederhana dan Volume Bangun Ruang.
Menghitung dan
mengidentifika si sifat- sifat bangun ruang dan Volume
Bangun Ruang C2
1. Mengidentifika si Volume Bangun ruang 2. Menghitung
Volume bangun ruang.
3. Menggambarka n sifat-sifat bangun ruang.
4. menyelsaikan soal cerita yang berhubungan C2 Mengidentifikasi dan Menghitung Luas volume bangun ruang. Mengidentifikasi dan Menghitung Luas volume bangun ruang, limas, kerucut dan tabung.
2 x 35 Menit
1. Teliti. 2. Tekun. 3. Kreatif 4.
Tanggungjawa b
(67)
Mengetahui,
Kepala SDN 1 Way Halim Permai
Dra. Hj. SUSTRIATI ANGGIT ANDAYANI NIP. 1 9 5 6 0 8 2 1 1 9 7 5 7 7 2 0 0 1
Bandar Lampung,10 Juli 2013 Guru Kelas VI
Y U L I N A R NPM. 1013069172.
(68)
Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VI / 1 (Ganjil) Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi : Identifikasi Menghitung Luas volume Bangun ruang.
Kompetensi
Dasar Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Indikator Pencapaian kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu Sumber/Bahan dan Alat Nilai Karakter 4 Menghitung dan mengidentifi kasi sifat- sifat bangun ruang dan Volume Bangun Ruang 4.1 Mengidentifik asi dan Menghitung Luas volume bangun ruang. 1.Siswa dapat menurunkan rumus volume bangun ruang dan mengidentifikasi.
2. Guru menjelaskan tujuan berhitung geometri volume bangun ruang. 3.Guru menjelaskan Azaz Geometri bangun ruang.
5. Mengidentifika si Volume Bangun ruang 6. Menghitung
Volume bangun ruang.
7. Menggambarka n sifat-sifat bangun ruang. 8. menyelsaikan
Teknik Tes Tes Dan Non Tes Bentuk Tes. 1.Lisan 2.Tertulis 3.Isian 4.Uraian 2x35 Menit Buku Matematika VI, Jumadi Dan Sutigno, Hal. 59
1. Teliti 2. Tekun. 3. Kreatif 4. tanggungjawab
(69)
Mengetahui,
Kepala SDN 1 Way Halim Permai
Dra. SUSTRIATI ANGGITANDAYANI NIP. 1 9 5 6 0 8 2 1 1 9 7 5 7 7 2 0 0 1
dengan keliling dan luas bangun
ruang.
Bandar Lampung, 10 Juli 2013 Guru Kelas VI
Y U L I N A R NPM. 1013069172.
(70)
A.
Identitas
Sekolah : SDN I Way halim Permai Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VI / 1(Ganjil) Pertemuan Ke : 1 (Ganjil) Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
Standar Kompetensi : 4. Menghitung Luas Bangun Datar Sederhana dan Volume Bangun Ruang.
Kompetensi Dasar : 4.1 Menghitung dan mengidentifikasi sifat- sifat bangun ruang dan Volume Bangun Ruang.
Indikator :
9. Mengidentifikasi Volume Bangun ruang 10.Menghitung Volume bangun ruang. 11.Menggambarkan sifat-sifat bangun ruang.
12.menyelsaikan soal cerita yang berhubungan dengan keliling dan luas bangun ruang.
Waktu : 4 x 25 menit (2x Pertemuan)
B. Tujuan Pembelajaran Siswa diharapkan dapat :
1. Mengidentifikasi Volume Bangun ruang. 2. Menghitung Volume bangun ruang.
(71)
bangun ruang.
Karakter Siswa Yang diharapkan :
Teliti, Tekun, Berani, kerja keras, rasa ingin tau, pantang menyerah.
C. Materi Pembelajaran Volume Bangun Ruang
D. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
E. Langkah – Langkah Pembelajaran : 1. Kegiatan Awal
Apresepsi :
Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga
2. Kegiatan Inti (65 Menit) Eksplorasi
a. Mengingatkan kembali tentang sifat-sifat volume bangun ruang.
b. Memberikan contoh benda – benda dalam kehidupan sehari – hari yang bentuknya seperti salah satu bangun ruang.
c. Menentukan atau membagi kelompok siswa (kelompok Asal)
Elaborasi
a. Guru Memberikan soal atau Materi dengan sub bab bangun datar yang berbeda Pada tiap siswa dalam kelompok asal.
(72)
Hit unglah! !
K J
G F D E
1. Tentukan rusuk -rusuk yang sama panjang dengan DE?
DE = EF = FG = GD = DH = JK = KH = K G = IJ
2. Tentukan rusuk yang sali ng sej ajar ?
DE = EF = FG = GD = DH = HI = IE = IJ = K H = KG =
JF
3. Berapa rusuk gambar bangun di atas ? 12
4. Mempunyai sisi berapa gambar diat as ? 6
5. Berapa titi k sudut gambar di atas ? 8
b. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau kelompok ahli sesuai dengan sub bab bangun ruang yang sama dengan dari masing – masing klompok asal yang lain.
c. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub bab yang mereka kuasai.
d. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menanggapi. e. Setelah Berdiskusi, guru memerintahkan siswa dalam kelompok ahli untuk
kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi f. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi g. Siswa mengerjakan Latihan
(73)
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. 3. Kegiatan Akhir (5 Menit)
1. Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran dan merenungkan kembali (merefleksi) kegiatan yang telah dilakukan.
2. Guru memberikan pekerjaan rumah.
Pertemuan kedua (2 x 35 menit) 1. Kegiatan Awal
Apresepsi :
Mengisi daftar kelas, berdoa, mempersiapkan materi ajar, model dan alat peraga
2. Kegiatan Inti (65 Menit) Eksplorasi
a. Mengingatkan kembali tentang satuan luas Bangun ruang sebagai syarat utama. b. Memberikan contoh benda – benda dalam kehidupan sehari – hari yang bentuknya
seperti salah satu bangun ruang.
c. Menentukan atau membagi kelompok siswa (kelompok Asal)
Elaborasi
a. Guru Memberikan soal atau Materi dengan sub bab bangun ruang yang berbeda Pada tiap siswa dalam kelompok asal.
(74)
Maka penyelsaianya adalah :
Volume Prisma V = L x T = 80 x 15
= 1.200 cm3
Jadi, Volume prisma adalah 1.200 cm3
b. Guru menugasi siswa untuk membentuk kelompok baru atau kelompok
ahli sesuai dengan sub bab bangun ruang yang sama dengan dari masing – masing klompok asal yang lain.
c. Guru membimbing kelompok ahli untuk berdiskusi tentang sub bab yang mereka kuasai.
d. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menanggapi.
e. Setelah Berdiskusi, guru memerintahkan siswa dalam kelompok ahli untuk kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar informasi
f. Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi g. Siswa mengerjakan Latihan
h. Guru melakukan penilaian selama pembelajaran berlangsung.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru :
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
(75)
b. Guru memberikan pekerjaan rumah.
F. Media Dan sumber Belajar : 1. Media
a. Lembar Kerja Siswa
b. Model Bangun ruang Dari Kertas Karton
2. Sumber
Terampil Matematika untuk SD Kelas VI, Tri Handoko, Yudhistira, 2006, Jakarta. Buku Matematika VI, Jumadi Dan Sutigno, Hal. 59
G. Penilaian
1. Teknik : Tertulis 2. Bentuk Soal : Uraian
3. Soal, Pedoman Jawab dan Penskoran
Bandar Lampung, 10 Juli 2013
Guru Mitra Peneliti
Y u l i d a r, Spd Y u l i n a r. Nip.19850929290227 NPM. 1013069172
(76)
Soal Diskusi
Sebutkan Sifat-sifat bangun datar dibawah ini :
1. Limas
2. Sebutkan Sifat-sifat limas diatas ?
3.
4.
5.
a. Dismping merupakan bangun limas segi ?
a. Gambar apakah ini? b. Sebutkan sifat-sifatnya ?!
a. Berapa jumlah rusuk yang terdapat pada gambar bangun datar disamping ? b. Sebutkan sifat-sifatnya ?!
Berapa besar sudut segitiga siku-siku disamping?
(77)
7. a. Jumlah besar sudut yang berdekatan
diantara sisi sejajar pada trapezium adalah?
b. Trapesium memiliki ……. Sisi yang
(78)
Soal Diskusi :
1.
2.
3. Tambun mempunyai sebuah kardus yang berbentuk persegi panjang dengan lebar 16 cm dan panjang 28 cm, Hitunglah luas kardus Tambun tersebut ?!
4.
5.
6.
7.
Hitung volume bangun datar dismping ?
Berapakah Volume lingkaran tersebut ?
Hitunglah luas Trapesium disamping ?!
Berapa jumlah sisi pada kubus disamping ?!
Hitunglah volume krucut ?!
(1)
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA SIKLUS II
NO NAMA SISWA INDIKATOR AKTIVITAS SISWA
1 2 3 4 5 6
1 Adi Kuriawan
2 Wahyu Prayogi
3 Muhamad Reski
4 Andi Wijaya
5 Anisa Putri
6 Dewi Puspita Sari
7 Fitasa Adelia
8 Indiaprita Larasati
9 Ridho Hidayat
10 Prasetyo Argas P
11 R. Bagus Lesmana
12 Septiana
13 Zahra Martina H
14 M. Fadil
15 Christoper Poladi
16 Feri Fadki
17 Riyandinata
18 Rahmawati
19 Yusril Yunizki
20 B. Yulianto
21 Zakiyah Belkis Nur
22 Della Safitri
23 Fradika Putri
24 Tanzi Ramadan
25 Juwita Purnama Sari
26 Febiola
27 Yuyun ning
28 M. Renna
29 Yolanda
30 Sasabila
31 Adelia
32 Dewanti
33 Muslimah
34 Yantini
35 Melinda Agustina
36 Zelfia Zikroh
37 Ayumi Santi
38 Debra S
39 Paramitha Rianti
40 Susiana
Keterangan :
7. Memperhatikan Penjelasan Guru 8. Mengeluarkan Pendapat
9. Menanggapi Pendapat Teman 10. Berdiskusi Dengan Kelompok 11. Bertanya Pada Guru
12. Mencatat Hasil Diskusi Kelompok
Observer
Yulidar
(2)
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU MENGAJAR SIKLUS I
NAMA : YULINAR
SEKOLAH : SDN I WAY HALIM PERMAI
KELAS : VI A
HARI/TANGGAL : JUMAT,3 Mei 2013
NO ASPEK YANG DIAMATI PENILAIAN
BAIK CUKUP KURANG
1 Membuka pelajaran
2 Menumbuhkan motivasi
3 Persiapan sarana pembelajaran
4 Memberikan penjelasan materi
5 Interaksi dengan siswa
6 Penguasaan kelas
7 Penguasaan materi
8 Memberikan kesempatan siswa bertanya
9 Memberikan kesempatan siswa mencatat
10 Memberikan evaluasi
11 Menyimpulkan materi
Bandar Lampung, 3 Mei 2013 Observer
YULIDAR
(3)
DATA HASIL TES SIKLUS I
NO NAMA SISWA SKOR TES KETERANGAN
1 Adi Kuriawan 75 Baik
2 Wahyu Prayogi 75 Baik
3 Muhamad Reski 85 Baik Sekali
4 Andi Wijaya 65 Cukup
5 Anisa Putri 65 Cukup
6 Dewi Puspita Sari 75 Baik
7 Fitasa Adelia 50 Kurang
8 Indiaprita Larasati 85 Baik Sekali
9 Ridho Hidayat 75 Baik
10 Prasetyo Argas P 40 Gagal
11 R. Bagus Lesmana 75 Baik
12 Septiana 65 Cukup
13 Zahra Martina H 45 Gagal
14 M. Fadil 35 Gagal
15 Christoper Poladi 65 Cukup
16 Feri Fadki 65 Cukup
17 Riyandinata 85 Baik Sekali
18 Rahmawati 65 Cukup
19 Yusril Yunizki 60 Cukup
20 C. Yulianto 75 Baik
21 Zakiyah Belkis nUr 85 Baik Sekali
22 Della Safitri 85 Baik Sekali
23 Fradika Putri 40 Gagal
24 Tanzi Ramadan 75 Baik
25 Juwita Purnama Sari 35 Gagal
26 Febiola 75 Baik
27 Yuyun ning 35 Gagal
28 M. Renna 35 Gagal
29 Yolanda 85 Baik Sekali
30 Sasabila 45 Gagal
31 Adelia 75 Baik
32 Dewanti 45 Gagal
33 Muslimah 45 Gagal
34 Yantini 65 Cukup
35 Melinda Agustina 65 Cukup
36 Zelfia Zikroh 85 Baik Sekali
37 Ayumi Santi 75 Baik
38 Debra S 65 Cukup
39 Paramitha Rianti 50 Kurang
40 Susiana 85 Baik Sekali
Jumlah 2575
Rata-rata 64
Nilai Tertinggi 85
Nilai Terendah 35
Tuntas 28 Orang 70%
(4)
DATA HASIL TES SIKLUS II
NO NAMA SISWA SKOR TES KETERANGAN
1 Adi Kuriawan 85 Baik Sekali
2 Wahyu Prayogi 75 Baik
3 Muhamad Reski 85 Baik Sekali
4 Andi Wijaya 65 Cukup
5 Anisa Putri 65 Cukup
6 Dewi Puspita Sari 85 Baik Sekali
7 Fitasa Adelia 40 Gagal
8 Indiaprita Larasati 85 Baik Sekali
9 Ridho Hidayat 75 Baik
10 Prasetyo Argas P 40 Cukup
11 R. Bagus Lesmana 85 Baik Sekali
12 Septiana 75 Baik
13 Zahra Martina H 45 Cukup
14 M. Fadil 75 Baik
15 Christoper Poladi 65 Cukup
16 Feri Fadki 75 Baik
17 Riyandinata 85 Baik Sekali
18 Rahmawati 65 Cukup
19 Yusril Yunizki 60 Cukup
20 D. Yulianto 75 Baik
21 Zakiyah Belkis nUr 85 Baik Sekali
22 Della Safitri 85 Baik Sekali
23 Fradika Putri 40 Cukup
24 Tanzi Ramadan 85 Baik Sekali
25 Juwita Purnama Sari 55 Kurang
26 Febiola 75 Baik
27 Yuyun ning 35 Gagal
28 M. Renna 75 Baik
29 Yolanda 85 Baik Sekali
30 Sasabila 45 Cukup
31 Adelia 75 Baik
32 Dewanti 45 Cukup
33 Muslimah 75 Baik
34 Yantini 73 Baik
35 Melinda Agustina 76 Baik
36 Zelfia Zikroh 85 Baik Sekali
37 Ayumi Santi 75 Baik
38 Debra S 65 Baik
39 Paramitha Rianti 50 Kurang
40 Susiana 85 Baik Sekali
Jumlah 2774
Rata-rata 69.35
Nilai Tertinggi 85
Nilai Terendah 35
Tuntas 36 90%
(5)
SIKLUS I
Dokumentasi Penerapan Metode Pembelajaraan Kooperatif
Keterangan :
1. Guru Membagi Kelompok Asal
2. Guru menjelaskan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw
Keterangan :
1. Siswa sudah memahami metode yang diterapkan 2. Guru Membagi kelompok Ahli
(6)
SIKLUS II
Dokumentasi Penerapan Metode Pembelajaraan Kooperatif
Keterangan :
1. Pada siklus II guru membagikan tugas kelompok Asal 2. Siswa memulai mengerjakan soal diskusi
Keterangan :
1. Guru Membagi kelompok Ahli
2. Siswa memulai mengerjakan soal diskusi