PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Siswa Kelas IX Semester Ganjil SMP Al-Huda Jati Agung TP 2013/2014)

ABSTRAK
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI
KELANGSUNGAN HIDUP
MAKHLUK HIDUP
(Studi Eksperimen Siswa Kelas IX Semester Ganjil
SMP Al-Huda Jati Agung TP 2013/2014)

Oleh
OFI OKTAVIANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
(KBK) siswa. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain pretespostes kelompok tak ekuivalen. Sampel terdiri dari dua kelas yaitu IXb dan IXc
SMP Al-Huda Jati Agung yang dipilih dengan teknik cluster random sampling.
Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa
data yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes, dan gain yang dianalisis
menggunakan uji-t dan uji U pada taraf kepercayaan 5%. Sedangkan data
kualitatif berupa aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan
dianalisis secara deskriptif.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan KBK siswa pada kelas
eksperimen. Rata-rata pretes yang dipeoleh kelas ini yaitu 23,93+12,71; rata-rata
postes 46,40 + 16,02; dan rata-rata gain 0,30+0,16. Rata-rata gain KBK siswa
kelas ekperimen berkriteria rendah. Adapun rata-rata persentase aktivitas siswa
dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen berkriteria cukup
(59,49%). Meski demikian, peningktanan KBK yang terjadi di kelas ekperimen
memiliki perbedaan yang signifikan dengan peningktan KBK yang yang terjadi di
kelas kontrol. Peningkatan KBK siswa kelas ekperimen lebih tinggi dibanding
peningkatan KBK siswa kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh signifikan
terhadap KBK siswa.

Kata kunci : Group Investigation (GI), Kemampuan Berpikir Kritis (KBK),
aktivitas pembelajaran, kelangsungan hidup, makhluk hidup.

iii

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Metro pada 10 Oktober 1991, merupakan
anak keenam dari emam bersaudara pasangan Bapak Murus
dan Ibu Asnida. Alamat penulis yaitu di Imam Bonjol Gg.
Jaya Singa No.25, Kelurahan Hadimulyo Barat, Kecamatan
Metro Pusat, Kota Metro. Nomor handphone penulis yaitu 085769655610.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Metro (19952003), SMP Negeri 3 Terbanggi Besar (2003-2006), SMA Negeri 1 Terbanggi
Besar (2006-2009). Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur PKAB.

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1
Merbau Mataram dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Talang Jawa
Kabupaten Lampung Selatan (Tahun 2012), dan penelitian pendidikan di SMP AlHuda Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan untuk meraih gelar sarjana
pendidikan/S.Pd. (Tahun 2013).

Moto
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanya untuk Allah Rabb
semesta Alam.”
(QS. Al An’am: 162 )
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat

(balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebarat zarrah, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya.”
(QS. Az-zalzalah: 7-8)
Simple makes perfect
(Ofi Oktaviani)

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil ‘alamin...
Segala puji hanya milik Allah SWT yang Maha segalanya,
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas segala limpahan nikmat, rahmad dan karunia yang tak terhingga
sehingga selesainya skripsi ini.
Karya ini kupersembahkan dengan penuh cinta dan kasih kepada :
Bapakku tercinta Murus dan Amaku tersayang Asnida,
Yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih, yang tak pernah henti-hentinya
mendoakanku dalam setiap sujud agar aku memperoleh keberhasilan dan kebahagiaan.
Kakak-kakakku tersayang : Murniati, Efriyan, Efriyon, Efri Yulianti, dan Heri Dini Harianti,

yang selalu memberikan dukungan.
Para dosen, guru dan murobbi, atas ilmu, nasihat, dan arahan yang telah diberikan…
Sahabat-sahabat tercinta yang selalu berusaha memotivasiku, membantuku dalam kesulitan,
memberikan keceriaan di setiap hariku; Dewi Citra Handayani., Sri Purwaningsih, Anisa
Sholihah, Elly Fitri Asturi, dan Aulia Novita Sari.
Rekan-rekan Pendidikan Biologi Unila 2009, rekan-rekan KKN-PPL, Terimakasih atas
kekeluargaan dan kebersamaan yang sangat berkesan….
Almamater tercinta, Universitas Lampung.

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamiin atas rahmat dan nikmat-Nya yang selalu
dilimpahkan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat
dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI
KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimental Siswa
Kelas IX Semester Ganjil SMP Al-Huda Jati Agung TP 2013/2014)”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;
4. Dr. Tri Jalmo M.Si., selaku Pembimbing I atas kesabaran, bimbingan, dan
masukannya hingga skripsi ini dapat selesai;
5. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II dan Pembimbing
Akademik atas bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
6.

Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan
motivasi yang sangat berharga;

xi

7. Kepala Sekolah, guru-guru, staf, dan siswa-siswi kelas IXb dan IXc SMP AlHuda Jati Agung atas bantuan dan kerjasama yang baik selama penelitian
berlangsung;
8. Orangtuaku yang tak pernah berhenti mendoakan dan menyayangiku; serta
saudara-saudariku atas kasih sayang dan dukungan yang kalian berikan;
9. Rekan-rekan Pendidkan Biologi Unila 2009, kakak dan adik tingkat

Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang kalian berikan;
10. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Mei 2014
Penulis

Ofi Oktaviani

xii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN
A.

B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang Masalah .......................................................................
Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
Kerangka Pikir............................ ..........................................................
Hipotesis................................................................................................

1
4
4
5
5

6
8

II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.

Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning ..........................
Investigasi Kelompok atau Group Investigation (GI) ..........................
Kemampuan Berpikir Kritis .................................................................
Aktivitas dalam Proses Pembelajaran ...................................................

9
12
16
20

III. METODE PENELITIAN

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
Populasi dan Sampel ............................................................................
Desain Penelitian ..................................................................................
Prosedur penelitian ................................................................................
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ...................................................
Teknik Analisis Data ............................................................................

23
23
23
24
29
31


IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................

xiii

37
41

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

50
50

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

51


xiv

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif .......................................... 11
2. Indikator kemampuan berpikir kritis ......................................................

19

3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa .............................................

31

4. Kriteria gain .........................................................................................

32

5. Lembar penilaian KBK siswa ..............................................................

34

6. Kriteria kemampuan berpikir kritis siswa ...........................................

35

7. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa ...........................................

36

8. Hasil uji statistik nilai pretes, postes, dan gain pada kelas
eksperimen dan kontrol ........................................................................

37

9. Data peningkatan KBK siswa pada kelas ekperimen dan kontrol........

39

10. Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol .........................

39

11. Nilai pretes, postes, dan gain kelas eksperimen ................................... 130
12. Nilai pretes, postes, dan gain kelas kontrol.......................................... 131
13. Analisis butir soal pretes dan postes kelas eksperimen........................ 132
14. Analisis butir soal pretes dan postes kelas kontrol .............................. 134
15. Analisis perindikator KBK kelas eksperimen ...................................... 136
16. Analisis perindikator KBK kelas kontrol ............................................. 137
17. Analisis aktivitas belajar siswa kelas eksperimen................................ 138
18. Analisis aktivitas belajar siswa kelas kontrol ..................................... 139
19. Hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kontrol.................... 140

xv

20. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rata pretes ..... 140
21. Hasil uji satu pihak pretes .................................................................... 140
22. Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kontrol ................... 141
23. Hasil uji Mann-Withney U postes kelas eksperimen dan kontrol ........ 141
24. Hasil uji normalitas Gain kelas eksperimen dan kontrol ..................... 142
25. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rata Gain ...... 143
26. Hasil uji satu pihak Gain ...................................................................... 143
27. Hasil uji normalitas Gain pada aspek memberikan argumen............... 144
28. Hasil uji Mann-Withney U Gain pada aspek memberikan argumen .... 144
29. Hasil uji normalitas Gain pada aspek melakukan deduksi................... 145
30. Hasil uji Mann-Withney U Gain pada aspek melakukan deduksi ........ 145
31. Hasil uji normalitas Gain pada aspek melakukan induksi ................... 146
32. Hasil uji Mann-Withney U Gain pada aspek melakukan induksi ........ 146
33. Hasil uji normalitas Gain pada aspek melakukan evaluasi .................. 146
34. Hasil uji Mann-Withney U Gain pada aspek melakukan evaluasi ....... 147

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat .....................
8
2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen.....................

24

3. Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol .........................

40

4. Seleksi topik dan pembagian kelompok siswa dibimbing oleh guru ... 148
5. Siswa membuat perencanaan dengan bimbingan guru ........................ 148
6. Siswa menggunakan berbagai sumber dalam melaksanakan
perencanaan yang telah dibuat (implementasi). .................................. 149
7. Siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada tahap implementasi ..................................................... 149
8. Siswa mempresentasikan hasil akhir .................................................... 150
9. Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok .............................................................................................. 150

xvii

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses yang memiliki tujuan besar bagi kemajuan
suatu bangsa. Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia telah
mewajibkan pendidikan 9 tahun, bahkan mulai mencanangkan pendidikan
wajib selama 12 tahun. Beberapa perubahan di dunia pendidikan juga mulai
dilakukan, mulai dari menggratiskan biaya pendidikan hingga berkali-kali
mengganti kurikulum. Dalam penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa manusia membutuhkan pendidikan
dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/cara lain
yang dikenal atau diakui oleh masyarakat (SNP, 2009:227).

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan. Langkah dalam pendidikan selalu diupayakan sejalan dengan
tuntutan zaman (Tirtaraharja dan La Sulo, 2008: 225). Pendidikan harus dapat
memberikan kemampuan berpikir kritis sehingga akan menghasilkan individu
yang dapat mengatasi berbagai masalah kehidupan yang dihadapi dengan
kemampuan merefleksikan pengalaman belajar dalam memecahkan masalah
secara mandiri dan bertanggung jawab (Rusman, 2012: 283). Kemampuan

2

berpikir kritis perlu dibekali bagi setiap individu untuk dapat bertahan dalam
masyarakat yang kompetitif. Perubahan dalam bidang teknologi yang
berdampak pada perubahan dalam dunia kerja telah membuat kemampuan
berpikir kritis menjadi lebih penting dari apapun (Halpern dalam Duran, 2012:
241). Kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi yang juga sejalan
dengan kemajuan ilmu pengetahuan menyebabkan arus informasi menjadi
sangat cepat dan tidak terbatas. Untuk menghadapinya, diperlukan membentuk
budaya berpikir kritis dalam masyarakat (Shukor dalam Muhfahroyin, 2009).

Kemampuan berpikir kritis sebenarnya juga telah menjadi salah satu standart
yang ditetapkan bagi lulusan, sehingga peserta didik (lulusan) dituntut untuk
memiliki kemampuan berpikir kritis dalam mengambil keputusan (SNP, 2009:
129). Untuk itu, diperlukan suatu proses pembelajaran yang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Namun faktanya, sebagian besar
proses pembelajaran yang dilakukan pada hampir tiap topik pembelajaran
masih berkisar seputar metode konvensional, mulai dari ceramah, mencatat,
menghafal fakta-fakta, dan sesekali saja melakukan diskusi. Metode seperti ini
akan mengekang bahkan mematikan kemampuan berpikir siswa (Suparno,
2004:129).

Hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP AlHuda Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tersebut kurang mengembangkan
keterampilan berpikir kritis siswa. Selama proses pembelajaran, siswa lebih
banyak pasif dengan duduk diam memperhatikan penjelasan guru, jarang

3

bertanya, dan jika diberi pertanyaan hanya siswa tertentu saja yang berani
menjawab, atau bila dilakukan diskusi, hanya siswa tertentu pula yang terlibat
di dalamnya, bahkan beberapa siswa beberapa kali terlihat sibuk dengan urusan
di luar proses pembelajaran. Dengan kondisi seperti ini, keterlibatan siswa
menjadi kurang optimal, sehingga menyebabkan kurang berkembangnya
kemampuan yang dimiliki siswa termasuk kemampuan berpikir kritis.

Berpikir kritis merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan dengan baik.
Kemampuan ini dapat dipelajari, dijelaskan dan diaplikasikan dengan mudah
dalam proses pembelajaran (Cemerci, 2005: 589). Untuk mengembangkan
kemampuan tersebut dalam suatu proses pembelajaran, keterlibatan siswa
seharusnya menjadi poin penting, dan hal ini dapat diwujudkan salah satunya
melalui penerapan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif. Group investigation (GI) merupakan model pembelajaran kooperatif
yang kompleks karena siswa dilibatkan dalam perencanaan, baik dalam topik
yang dipelajari maupun proses pembelajarannya (Sumarmi, 2012:123).
Kompleksnya proses pembelajaran yang dilakukan diharapkan dapat
mengoptimalkan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran sehingga
model pembelajaran ini diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Hal ini didukung oleh pendapat Raharjo dan Daryanto (2012:228) yang
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif diyakini mampu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan juga mendukung dugaan tersebut,
diantaranya penelitian Lianasari (2012:56) yang menyimpulkan bahwa

4

pembelajaran kooperatif tipe GI memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok keanekaragaman
hayati. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011:56)
menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran ini berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa SMA Negeri 13 Bandar
Lampung pada sub materi vertebrata.

Berdasarkan latar belakang ini, penulis bermaksud mengadakan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
(GI) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Kelangsungan
Hidup Makhluk Hidup (Kuasi Eksperimen Siswa Kelas IX Semester Ganjil
SMP Al-Huda Jati Agung TP 2013/2014)".

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Adakah pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe GI dalam meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis (KBK)
siswa?
2. Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
GI dalam meningkatkan KBK siswa.

5

2. Untuk mengatahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
GI dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai
berikut.
1. Bagi Guru
Memberikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe GI
sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih model pembelajaran yang
tepat untuk meningkatkan KBK siswa.
2. Bagi Siswa
Meningkatkan partisipasi dan mengoptimalkan KBK siswa dengan
memberikan suasana baru dalam pembelajaran.
3. Bagi Peneliti
Memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal berharga bagi peneliti
sebagai calon guru biologi yang profesional, terutama dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.
1. Model pembelajaran GI adalah model pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi atau
penyelidikan terhadap suatu sub topik, dengan langkah sebagai berikut: 1)

6

menyiapkan siswa dalam kelompok dan seleksi topik; 2) merencanakan
kerja sama; 3) implementasi; 4) analisis dan sintesis; 5) penyajian hasil
akhir; 6) evaluasi (Jauhar, 2011: 59-61).
2. Indikator yang digunakan untuk penilaian KBK yaitu: 1) memberikan
argumen; 2) melakukan deduksi; 3) induksi; 4) evaluasi (Ennis dalam
Herniza, 2011: 19).
3. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah “kelangsungan hidup
makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakkan”.
4. Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini meliputi: 1)
bekerja sama dalam kelompok, 2) menyajikan hasil akhir, 3) mengajukan
pertanyaan, 4) menanggapi pertanyaan dan penyajian hasil akhir.
5. Peningkatan KBK siswa ditinjau berdasarkan perbandingan N-gain antara
nilai pretes dengan nilai postes dalam bentuk pilihan jamak dan uraian,
sedangkan peningkatan aktivitas ditinjau melalui rasio persentase aktivitas
selama proses pembelajaran.
6. Sampel Penelitian ini adalah siswa kelas IXc (sebagai kelompok
eksperimen) dan kelas IXb (sebagai kelompok kontrol).

F. Kerangka Pikir

Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk dimiliki siswa mengingat
semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang
menyebabkan arus informasi tersebut menjadi begitu cepat dan tanpa batas.
Bagaimana siswa berpikir lebih penting daripada apa yang mereka pikirkan.

7

Selain itu, memiliki kemampuan berpikir kritis dalam mengambil keputusan
juga menjadi salah satu standar lulusan yang ditetapkan pemerintah. Dengan
kemampuan berpikir kritis yang dimiliki, diharapkan mereka mampu
mengatasi berbagai masalah kehidupan yang dihadapi.

Kemampuan berpikir kritis perlu ditingkatkan dalam proses pembelajaran,
sehingga diperlukan pula penerapan suatu metode ataupun model pembelajaran
yang mampu meningkatkan atau mengembangkannya. Model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI ) adalah salah satu model pembelajaran
yang diduga mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Langkahlangkah dalam model pembelajaran GI akan mengoptimalkan keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran dan lebih banyak indera yang bisa dilibatkan.
Melalui pengunaan model GI, siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
ide, bertukar pikiran, ataupun mempertahankan pendapat melalui argumenargumen yang mereka kemukakan dalam interaksi di kelompoknya. Mereka
dituntut menggali ide dalam rangka membuat suatu perencanaan kerja sama
yang menentukan keberhasilan kerja sama yang akan dilakukan pada kegiatan
pembelajaran selanjutnya. Proses penyelidikan (investigasi) juga menuntut
kemampuan analisis dan sintesis yang baik terhadap informasi-informasi
terkait yang diperoleh, sehingga secara tidak langsung juga memberikan
kesempatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe GI. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir

8

kritis (KBK) siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan
dalam diagram berikut:

X

Y

Keterangan: X= penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI;
Y= KBK siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

G. Hipotesis
Hipoteisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI tidak berpengaruh
signifikan dalam meningkatkan KBK siswa.
H1: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh
signifikan dalam meningkatkan KBK siswa.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI berpengaruh dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative learning

Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran siswa yang
dilakukan dengan cara berkelompok (Sanjaya dalam Rusman, 2012: 203).
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok (Savage
dalam Rusman, 2012: 203). Selain itu, pembelajaran kooperatif juga diartikan
sebagai model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa
dalam menciptakan pembelajaran yang efektif untuk mengintegrasikan
keterampilan sosial yang bermuatan akademis (Sumarmi, 2012: 39).

Dalam pembelajaran kelompok, guru memberikan bantuan atau bimbingan
kepada anggota kelompok lebih intensif. Dari segi individu, keanggotaan
siswa dalam kelompok kecil merupakan pemenuhan kebutuhan berasosiasi.
Tiap siswa dalam kelompok kecil menyadari bahwa kehadiran kelompok
diakui bila kelompok berhasil memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal
ini timbul rasa bangga dan memiliki kelompok pada tiap anggota kelompok
(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 165). Biggs dan Watkins (1995: 36)
menambahkan bahwa dalam sebuah kelas yang diorganisasikan untuk
pembelajaran kooperatif, kelompok siswa berusaha untuk mencapai tujuan
bersama dimana semua anggota kelompok bertanggung jawab satu sama lain.

10

Dari mengembangkan saling ketergantungan, siswa belajar untuk menerima
orang lain.

Pada hakikatnya cooperatif learning sama dengan kerja kelompok (Rusman,
2012:203). Cilstrap dan Martin (dalam Roestiyah, 2008: 15) mengartikan
kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah
kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja
kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu
tersebut. Menurut Hamalik (2001:189), pengelompokkan adalah salah satu
cara dalam melayani perbedaan individu. Di dalam kelompok-kelompok itu
siswa bekerja sama dan belajar lebih menyenangkan dan merangsang. Peer
yang ada dalam kelompok akan mendorong individu-individu untuk lebih
maju. Meski demikian, tidak semua pembelajaran kelompok masuk ke dalam
kategori pembelajaran kooperatif, menurut Roger dan Johnson (dalam Amri
dan Ahmadi, 2010: 91-92) untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
pembelajaran kooperatif, ada lima unsur model pembelajaran yang harus
diterapkan, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab
perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi pada anggota; dan 5) evaluasi
kelompok.

Pembelajaran kooperatif harus didukung oleh langkah-langkah dan
keterampilan yang melengkapinya. Langkah utama dalam pembelajaran
kooperatif menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:92) ada enam
fase. Keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel berikut ini:

11

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
motivasi
Fase-2
Menyajikan informasi
Fase-3
Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-kelompok
belajar
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Fase-5
Evaluasi

Fase-6
Memberikan penghargaan

Tingkah laku guru
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Guru menyampaikan informasi pada
siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok-kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu
maupun kelompok

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya (Slavin dalam Jauhar, 2011: 54). Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim (dalam Jauhar, 2011:
54), yaitu: 1) meningkatkan hasil belajar akademik, 2) memberi peluang
kepada siswa dalam belajar menerima perbedaan individu, 3)
mengembangkan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif akan efektif
digunakan apabila: 1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di
samping usaha secara individual, 2) guru menghendaki pemerataan perolehan
hasil dalam belajar, 3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar

12

melalui teman sendiri, 4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi
aktif siswa, 5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan
berbagai permasalahan (Sanjaya dalam Rusman 2012: 206). Ada beberapa
variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah
Group Investigation (Rusman, 2012:213).

B. Investigasi Kelompok atau Group Investigation (GI)
Investigasi kelompok atau Group investigation adalah penyelidikan yang
dilakukan secara berkelompok, yakni siswa secara berkelompok melakukan
penyelidikan dengan aktif sehingga memungkinkan menemukan prinsip.
Model GI merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok
kecil (Sumarmi, 2012:123).
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang
kompleks karena siswa dilibatkan dalam perencanaan, baik dalam topik yang
dipelajari maupun proses pembelajarannya. Hal yang membedakan model GI
dengan model pembelajaran lain adalah difokus utamanya, yaitu siswa
melakukan penyelidikan permasalahan atau topik khusus sehingga siswa
dapat berinteraksi langsung dengan berbagai macam sumber belajar dan
menghubungkannya dengan dunia nyata. Tujuan akademik dari pembelajaran
GI adalah pembelajaran yang berdasarkan rasa ingin tahu siswa sekaligus
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Investigasi atau
penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan
kemungkinan dalam mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai

13

kegiatan dan hasil belajar sesuai dengan perkembangan siswa (Sumarmi,
2012:124).
Menurut Sharan (dalam Sumarmi, 2012: 124), ada empat komponen dalam
pembelajaran GI yaitu penyelidikan (investigasi), interaksi, interpretasi, dan
motivasi intrinsik. Kesuksesan implementasi teknik kooperatif GI sangat
tergantung dari pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi
dan sosial. Tugas-tugas akademik harus diarahkan kepada pemberian
kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam
kontribusinya, bukan hanya sekedar didesain untuk mendapat jawaban dari
suatu pertanyaan (Slavin dalam Rusman, 2012: 221).
Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, yaitu: (1) untuk
meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui
pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pengembangan alat
bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas, (2) kompenen emosinal
lebih penting daripada intelektual, yang tak rasional lebih penting daripada
yang rasional dan (3) untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam
memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen
emosional dan irasional (Rusman, 2012:223).

14

Langkah dalam pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe GI adalah
sebagai berikut:
a. seleksi topik
Seleksi topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasi
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang.
b. Merencanakan kerja sama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus
tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub
topik yang telah dipilih pada langkah a.
c. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b.
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan
berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.
Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah c. dan merencanakan agar dapat diringkaskan
dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

15

e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dan berbagai
topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat
dan mencapai suatu perpsektif yang luas mengenai topik tersebut.
Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi
dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya
(Jauhar, 2011: 59-61).

Menurut Sharan (dalam Sumarmi, 2012: 127), ada banyak kelebihan dalam
model pembelajaran ini yaitu: 1) siswa yang berpartisipasi dalam GI
cenderung lebih aktif berdiskusi dan menyumbangkan ide-ide tertentu
daripada siswa yang diajarkan dengan metode lain, 2) gaya bicara dan
kerjasama siswa dapat diobservasi ketika belajar dalam GI, 3) siswa lebih
mudah belajar kooperatif secara efektif sehingga dapat meningkatkan
interaksi sosial mereka, 4) siswa dengan latar belakang ekonomi rendah bisa
berpartisipasi dan berdialog dalam kegiatan GI, 5) GI mendorong siswa untuk
berpartisipasi aktif sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat ditransfer ke
situasi di luar kelas, 6) GI mengizinkan guru untuk lebih informal sehingga
guru dapat segera memberikan bantuan, pujian, dan umpan balik, 7) GI dapat
meningkatkan penampilan dan prestasi belajar siswa.

16

C. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan
nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan
dilakukan (Ennis dalam Achmad, 2007:1). Menurut Rudinov dan Barry
(dalam Raihanah dan Marry-Ann, 2010: 472), berpikir kritis dapat dibenarkan
sebagai seperangkat alat konseptual yang menghubungkan kemampuan
intelektual dan penggunaan strategi untuk membuat keputusan yang rasional
menganai apa yang dilakukan atau dipercaya.

Berpikir kritis juga diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir pada level
yang lebih kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir
kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan,
menganalisis masalah yang bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan
penyelesaian), menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan
memperhitungkan data yang relevan. Sedangkan keahlian berpikir deduktif
melibatkan kemampuan memecahkan masalah yang bersifat spasial,
logis,silogisme, dan membedakan antara fakta dan opini. Keahlian berpikir
kritis lainnya adalah kemampuan mendeteksi bias, melakukan evaluasi,
membandingkan dan mempertentangkan, dan kemampuan untuk membedakan
antara fakta dan opini (Gunawan, 2004: 177). Dalam aktivitas berpikir kita
selalu membanding, menganalisis serta menghubungkan proposisi yang satu
dengan lainnya (Mundiri, 2008:9). Menurut Yusuf (2012: 312), dalam aturan
berpikir kritis, harus ada kesadaran diri dan karakteristik lainnya agar

17

seseorang dapat menjelaskan suatu analsis dan interpretasi serta evaluasi dari
kesimpulan yang telah dibuat.

Lebih lanjut, Gunawan (2004: 178) merinci komponen dari masing-masing
aspek berpikir kritis sebagai berikut:
a. Keahlian berpikir induktif yang mencakup keahlian untuk
mempertimbangkan sebab akibat, problem yang bersifat terbuka (banyak
kemungkinan pemecahan), analogi, membuat kesimpulan, relasi, serta
pemecahan masalah.
b. Keahlian berpikir deduktif yaitu keahlian untuk menggunakan logika,
mengerti kontradiksi, silogisme, dan permasalahan yang bersifat spasial.
c. Keahlian berpikir evaluatif yaitu kemampuan untuk menentukan fakta dan
opini dan sumber yang kredibel, mengidentifikasi persoalan dan
permasalahan pokok, mengenali asumsi-asumsi, mendeteksi bias,
mengevaluasi hipotesis, menggolongkan data, memprediksi konsekuensi,
melakukan pengurutan, membuat keputusan, mengenali propaganda,
mengenali persamaan dan perbedaan, dan mengevaluasi argumentasi.

Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian
pengatahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Sedangkan
berpikir berarti meletakkan hubungan antar bagian pengetahuan yang
diperoleh manusia. Berpikir sebagai proses menentukan hubungan-hubungan
secara bermakna antara aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan.
Sedangkan bentuk aktivitas berpikir merupakan tingkah laku simbolis, karena
seluruh aktivitas ini berhubungan dengan atau mengenai penggantian hal-hal

18

yang konkret. Berpikir merupakan proses dinamis yang menempuh tiga
langkah berpikir yaitu: 1) pembentukan pengertian yaitu melalui proses
mendeskripsi ciri-ciri objek yang sejenis mengklasifikasi ciri-ciri yang sama
mengabstraksi dengan menyisihkan, membuang, dan menganggap ciri-ciri
yang hakiki, 2) pembentukan pendapat, yaitu meletakkan hubungan antara
dua buah pengertian atau lebih yang hubungan itu dapat dirumuskan secara
verbal berupa pendapat menolak, menerima, dan pendapat asumtif yaitu
mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal, dan
3) pembentukan keputusan sebagai hasil pekerjaan akal berupa pendapat baru
yang dibentuk berdasarkan pendapat-pendapat yang sudah ada (Sagala,
2012:129).
Terdapat enam karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis yang
dijelaskan dalam buku Critical Thinking sebagai berikut (Beyer dalam
Achmad, 2007: 3):
1. Watak (dispositions): seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir
kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah
kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap
kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda,
dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya
baik.
2. Kriteria (criteria): dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria
atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu
untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat
disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria

19

yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah
berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan
sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru,
logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
3. Argumen (argument): argumen adalah pernyataan atau proposisi yang
dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi
kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
4. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning): yaitu kemampuan untuk
merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan
meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
5. Sudut pandang (point of view): sudut pandang adalah cara memandang
atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna.
Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena
dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
6. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria): prosedur
penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan
yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

Sedangkan Indikator Berpikir Kritis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kritis
No. KBK
1
Memberikan
argumen
2.
Melakukan
deduksi
3.
Malakukan
induksi

Indikator
Argumen dengan alasan; menunjukan perbedaan dan
persamaan; serta argumen yang utuh.
Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta
melakukan interpretasi terhadap pernyataan
Melakukan pengumpulan data; membuat generalisasi
dari data; membuat tabel dan grafik

20

4.

Malakukan
Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan
evaluasi
pedoman atau prinsip serta memberikan alternatif
Sumber: Ennis (dalam Herniza, 2011: 19)

D. Aktivitas dalam Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dikatakan sedang berlangsung, apabila ada aktivitas
siswa di dalamnya, untuk itu pendekatan pembelajaran yang digunakan
adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran
yang melibatkan aktivitas siswa secara langsung merupakan implementasi
dari gaya belajar yang mengaktifkan siswa, karena dengan aktivitas langsung
dalam proses pembelajaran, maka siswa secara otomatis melibatkan gerak
fisik, indera, mental, dan intelektual secara bersamaan. Aktivitas siswa
merupakan inti dari pembelajaran. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas fisik
maupun mental dan menghasilkan perubahan nilai atau sikap positif pada
dirinya (Rusman, 2010: 383).

Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa
dalam berpikir maupun berbuat. Siswa akan bertanya, mengajukan pendapat,
menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan
perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari
pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipan yang aktif,
maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik (Slameto, 2010:36).

Menurut Sanjaya (dalam Rusman, 2010: 394) ada enam tugas yang harus
dilakukan guru dalam desain pembelajaran berorientasi aktivitas siswa
yaitu, (1) mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus

21

dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai; (2) menyusun tugas-tugas
belajar bersama siswa; (3) memberi informasi tentang kegiatan pembelajaran
yang harus dilakukan; (4) memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa
yang memerlukan; (5) memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar,
membimbing, dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan;
(6) membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan kegiatan pembelajaran.
Aktivitas belajar memiliki banyak jenis. Para ahli mengklasifikasi aktivitas
tersebut (Hamalik, 2004: 172-175), beberapa diantaranya:
1) Dierich, ia membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok yaitu: kegiatankegiatan visual; kegiatan-kegiatan lisan; kegiatan-kegiatan mendengarkan;
kegiatan-kegiatan menulis; kegiatan-kegiatan menggambar; kegiatankegiatan metrik; kegiatan-kegiatan mental; dan kegiatan-kegiatan
emosional.
2) Whipple membagi kegiatan belajar menjadi: bekerja dengan alat-alat
visual; eksursi dan trip; mempelajari masalah-masalah; mengapresiasi
literatur; ilustrasi dan konstruksi; bekerja menyajikan informasi; serta cek
dan tes.

Di dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada
pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan ilmu jiwa lama dan
pandangan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas
didominasi oleh guru sedang menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas
didominasi oleh siswa (Sardiman, 2012: 103).
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan
kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

22

Namun, dalam pelaksanaannya seringkali kita tidak sadar bahwa masih
banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat
aktivitas peserta didik. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran di
kelas yang umumnya lebih menekankan pada ranah kognitif, ketika
kemampuan mental yang dipelajari sebagian besar berpusat pada pengetahuan
dan ingatan. Pembelajaran yang demikian biasanya menuntut peserta didik
untuk menerima dan menghafal apa-apa yang dianggap penting oleh guru;
guru pada umumnya kurang menyenangi situasi ketika para peserta didik
bertanya mengenai hal-hal yang berada diluar konteks pembicaraan. Kondisi
yang demikian, jelas mematikan aktivitas para peserta didik sehingga harus
dihindari dalam pembelajaran. Dari berbagai pengalaman dan pengamatan
terhadap perilaku peserta didik dalam pembelajaran, aktivitas dapat
dikembangkan dengan memberi kepercayan, komunikasi yang bebas,
pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Penerapannya
dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Mengembangkan keberanian dan rasa percaya diri peserta didik, serta
mengurangi perasaan-perasaan yang kurang menyenangkan.
2. Memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berkomunikasi
secara aktif dan terarah.
3. Melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar dan penilaian
hasilnya.
4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter.
5. Melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dalam
proses pembelajaran (Muyasa, 2009: 187-188).

23

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2013 di SMP Al-Huda
Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX semester ganjil
SMP Al-Huda Jati Agung Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 4
kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IXc (sebagai kelas
eksperimen) dan kelas IXb (sebagai kelas kontrol) yang dipilih dengan teknik
cluster random sampling.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes
kelompok tak ekuivalen. Kelas eksperimen (kelas IXc) diberi perlakuan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI, sementara kelas
kontrol (kelas IXb) diberi perlakuan dengan metode diskusi. Setelah itu,
kedua kelompok diberi tes/soal KBK berupa soal uraian yang sama di awal
dan akhir kegiatan pembelajaran (pretes-postes).

24

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok
E
K

Pretes
O1
O1

Perlakuan
X
C

Postes
O2
O2

Keterangan: E= Kelas eksperimen (kelas IXc); K= Kelas kontrol
dengan metode diskusi (kelas IXb); X= Perlakuan di kelas
eksperimen dengan model GI; C= Perlakuan di kelas kontrol
dengan metode diskusi; O1= Pretes; O2= Postes
Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen
(dimodifikasi dari Arikunto, 2010: 125)

D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja
Kelompok (LKK).
e. Membuat instrumen penelitian berupa soal pretes/postes dalam
bentuk uraian dan pilihan jamak.

25

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk kelas eksperimen dan
penggunaan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut.

2.1 Kelas Eksperimen
a. Kegiatan Awal
1) Siswa menerima lembar soal pretes dalam bentuk uraian dan
pilihan jamak untuk mengukur kemampuan berpikir kritis awal
(pertemuan 1).
2) Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan:
Pertemuan 1:
(1) Tahukah kalian bahwa seekor paus selalu muncul
kepermukaan laut secara berkala ?, (2) Tahukah kalian apa
tujuan paus tersebut muncul kepermukaan ?
Pertemuan 2:
(1) Pernahkah kalian mendengar istilah “seleksi alam” ?, (2)
apa saja contohnya?, (3) Tahukah kalian apa tujuan suatu
makhluk hidup berkembangbiak ?

26

3) Guru memberikan motivasi:
Pertemuan 1:
Dengan mempelajari materi ini kita akan menggetahui
pentingnya adaptasi bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
Pertemuan 2:
Dengan mempelajari materi ini kita akan mengetahui pengaruh
perkembangbiakkan dan seleksi alam terhadap kelangsungan
hidup makhluk hidup.
4) Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) Guru dan siswa bersama-sama menyeleksi sub topik tentang
„kelangsungan hidup dan adaptasi‟ yang akan diinvestigasi,
kemudian siswa dibagi ke dalam 7 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 sampai 6 siswa.
2) Siswa merencanakan prosedur kerja sama untuk melakukan
investigasi
3) Siswa melalukan investigasi sesuai perencanaan.
4) Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh
dari investigasi yang telah dilakukan.
5) Siswa menyajikan hasil investigasi ke depan kelas
6) Siswa lain menanggapi hasil kerja sama yang telah
disampaikan.

27

c. Kegiatan Penutup
1) Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi kontribusi tiap
kelompok dalam investigasi yang telah dilakukan.
2) Guru dan siswa bersama-sama merefleksikan pembelajaran
yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan menyimpulkan
hasil pembelajaran.
3) Siswa mengerjakan tes akhir atau postes (pertemuan 2).
2.2 Kelas Kontrol
a. Kegiatan Awal
1) Siswa menerima lembar soal pretes dalam bentuk pilihan
jamak dan uraian untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
awal (pertemuan 1)
2) Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan:
Pertemuan 1:
(1) Taukah kalian bahwa seekor paus selalu muncul
kepermukaan laut secara berkala ?, (2) Taukah kalian apa
tujuan paus tersebut muncul kepermukaan ?
Pertemuan 2:
(1) Pernahkah kalian mendengar istilah seleksi alam?, (2) apa
yang kalian ketahui tentang seleksi alam?, (3) apa saja
contohnya?.

28

3) Guru memberikan motivasi:
Pertemuan 1:
Dengan mempelajari materi ini kita akan menggetahui
pentingnya adaptasi bagi kelangsungan hidup suatu makhluk
hidup.
Pertemuan 2:
Dengan mempelajari materi ini kita akan mengetahui
pentingnya perkembangbiakkan bagi kelangsungan hidup
suatu makhluk serta bagaimana pengaruh seleksi alam
terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup tersebut.
4) Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) Menyajikan materi pengantar mengenai kelangsungan hidup
makhluk hidup.
2) Siswa menerima Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan
mengerjakan LKK dalam kelompok masing-masing.
3) Siswa mengumpulkan LKK yang telah diselesaikan.
4) Beberapa kelompok siswa dipilih secara acak, kemudian
mengkomunikasikan hasil pekerjaannya ke depan kelas.
5) Siswa lain menanggapi hasil pekerjaan kelompok penyaji.

29

c. Kegiatan Penutup
1) Guru dan siswa bersama-sama merefleksikan pembelajaran
yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan menyimpulkan
hasil pembelajaran.
2) Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung.
3) Siswa mengerjakan tes akhir atau postes (pertemuan 2).

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 19 58

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Tumijajar T.P 2011/2012)

0 17 61

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA MAKHLUK HIDUP KELASVIIISMP NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Neg

0 8 53

PEMANFAATAN KARTU BERGAMBAR PADA SUB MATERI POKOK INVERTEBRATA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA (Studi Quasi Eksperimen pada Kelas X Semester Genap SMA Al-Kautsar Bandar Lampung Ta

0 12 57

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Siswa Kelas IX Semester Ganjil SMP Al-Huda Jati Agung TP 2013/2014)

0 7 60

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Siswa Kelas IX Semester Ganjil SMP Al-Huda Jati Agung TP 2013/2014)

0 6 56

PENGARUH PENGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP N 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Semester Ganjil Ta

1 15 72

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKOVERI (DISCOVERY LEARNING) TERHADAP AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2

0 4 38

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

0 7 60

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

0 0 9