2. Xilanase bersama dengan selulase dan pektinase dimanfaatkan untuk menjernihkan sari buah, ekstraksi kopi, minyak nabati dan pati, likuifikasi
buah dan sayuran. 3.
α-L-Arabinosidase dan β-D-glukopiranosidase digunakan untuk memberikan aroma pada jus anggur yang belum difermentasi
must, minuman anggur
wine dan jus buah. 4. Xilanase bersama dengan enzim lain, seperti mananase, ligninase,
xilosidase, glukanase, glukosidase dan lain-lain, dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar nabati
biofuel seperti etanol, serta xilitol dari bahan berlignoselulosa. Proses produksi bahan bakar etanol memerlukan
delignifikasi lignoselulosa untuk melepaskan selulosa dan hemiselulosa dari kompleks lignoselulosa yang diikuti dengan depolimerisasi polimer
karbohidrat selulosa dan hemiselulosa untuk menghasilkan gula, kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi campuran pentosa dan
heksosa untuk menghasilkan etanol.
2.3. Streptomyces
Berbagai macam mikroba, baik bakteri, cendawan, aktinomiset dan khamir dilaporkan mampu menghasilkan xilanase. Bakteri dari genus
Bacillus, cendawan dari genus
Trichoderma dan Aspergillus, aktinomiset dari genus Streptomyces diketahui merupakan mikroba berpotensi penghasil xilanase. Pada mikroba
patogen tanaman, β-xilanase bersama dengan selulase diketahui berperan
penting pada proses invasi awal. Aktinomiset diklasifikasikan dalam domain
Bacteria, phylum Actinobacteria, kelas
Schizomycetes dan Ordo Actinomycetales dengan genus Streptomycetes saat ini sebagai satu-satunya anggota famili
Streptomycetaceae. Aktinomiset merupakan mikroba uniseluler yang dikelompokkan ke dalam bakteri Gram positif
dengan DNA yang kaya kandungan basa G dan C sekitar 57–75 . Aktinomiset, terutama genus
Streptomycetes, banyak mendapat perhatian untuk diteliti karena kemampuannya dalam menghasilkan berbagai senyawa metabolit antara lain:
antibiotik, enzim, inhibitor enzim, biopigmen dan immunomodifier Hayakawa
2003, Lo et al. 2002.
Aktinomiset memiliki diferensiasi morfologi yang unik dalam siklus hidupnya dimulai dengan spora berkecambah membentuk miselium vegetatif diikuti
pembentukan hifa yang masuk ke dalam medium. Hifa aerial terbentuk pada permukaan medium dan mengalami fragmentasi menghasilkan spora.
Diferensiasi rantai spora nampak seperti pada hifa aerial yang berhubungan dengan produksi metabolit sekunder dan tidak berfungsi langsung bagi
pertumbuhan Aktinomiset. Morfologi Aktinomiset kelompok prokariot dan cendawan kelompok eukariot mirip dalam hal bentuk koloni, tumbuhnya
miselium dan adanya spora tetapi miselium cendawan lebih tebal daripada miselium Aktinomiset Miyado 2003.
Aktinomiset mudah dibedakan dari bakteri lain dilihat dari bentuk koloninya di medium padat. Koloni Aktinomiset keras seperti tumbuh akar dalam medium
agar-agar sedangkan bakteri lain koloninya lunak. Koloni Aktinomiset bentuknya bulat cembung dengan tepian rata dan tidak beraturan dengan permukaan
bertepung, licin, kasar atau keriput. Keistimewaannya berupa hifanya yang bersifat hidrofobik tetapi miselium vegetatifnya bersifat hidrofilik Miyado 2003.
Identifikasi Aktinomiset dapat dikelompokkan menjadi Streptomyces dan
non- Streptomyces dengan cara membedakan morfologi dan analisis komponen
dinding sel asam diaminopimelat A2pm atau DAP. Pengamatannya meliputi ada tidaknya hifa, miselium, spora, rantai spora atau sporangium. Genus
Streptomyces umumnya tumbuh subur, membentuk banyak sekali hifa bercabang, miselium substrat jarang yang bersekat, miselium aerial cepat
matang membentuk spora dari pucuk belahannya dan membentuk rantai spora panjang 50 spora yang menggulung. Selain itu kondisi biakan yang
bervariasi, warna hifa dan miselium yang bermacam-macam, penggunaan berbagai karbohidrat, model sporulasi vertisilata atau tidak, morfologi rantai
spora lurus sampai lentur, melengkung, berputar atau spiral dan permukaan spora halus, berbintil-bintil, berduri, berambut,
rugose atau knobby juga dapat digunakan untuk standar taksonomi sampai tingkat spesies Miyado 2003.
Genus Streptomyces banyak ditemukan pada berbagai habitat seperti
tanah, laut, sungai dan udara, tetapi ada beberapa isolat berperan sebagai patogen pada manusia, hewan dan tanaman. Populasi Aktinomiset pada tanah
rizosfer sekitar perakaran rumput mendekati 40 dari total mikroflora tanah. Keberadaan Aktinomiset tergantung kondisi tanahnya terutama kandungan
bahan organik dan pH tanahnya sebagai habitat hidupnya. Aktinomiset terutama hidup pada lingkungan dengan pH cukup tinggi 6.5 – 8.0 dengan kondisi tanah
setengah kering sampai kering. Pertumbuhan optimum Aktinomiset tercapai pada
kondisi pH netral dengan suhu 25–35
o
C, tetapi ada juga yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45–55
o
C. Aktinomiset umumnya tergolong bakteri aerob yang bersifat saprofit, dorman dalam bentuk spora yang akan berkembang menjadi
miselium apabila nutrisi, suhu, kelembaban dan kondisi lainnya sesuai dengan syarat tumbuhnya Alexander 1961; Hasim 2003; Miyado 2003.
Meskipun terdapat perbedaan pada kondisi pertumbuhan mikroba seperti pH, agitasi, aerasi dan kondisi aktivitas optimum xilanase, namun terdapat
beberapa kesamaan pada biologi molekuler dan biokimia xilanase mikroba prokariotik dan eukariotik Subramaniyan dan Prema 2002.
2.4. Amobilisasi Xilanase