PENANGANAN BAHAN BAKU Modifikasi Dan Uji Performansi Mesin Penyuling Minyak Alpukat (Persea americana, Mill)

Dengan menggunakan Persamaan 2 dapat diperoleh data bahwa tekanan permukaan air ke chamber P 1 sebesar 268 Nm 2 , untuk menahan tekanan ini dipasangkan pengait dengan kedalaman kaitan 5 mm yang dipasangkan ke dinding dalam ketel dengan menggunakan las. Kaitan dipasang sebanyak 3 buah dengan alasan kemudahan pemasangan dan estetika. Gambar 10. Wadah Ekstraksi dan Destilasi a serta Pengait Garis Putus - Putus pada Dinding Pemanas Bagian Dalam b.

B. PENANGANAN BAHAN BAKU

Untuk menghasilkan minyak alpukat pada percobaan ini digunakan 9 kg buah alpukat segar. Setelah dikupas dan dipisahkan dari bijinya serta diiris diperoleh 7.5 kg alpukat irisan. Dari pengujian diperoleh data bahwa kandungan air awal alpukat sebesar 88 bb. Untuk menghasilkan alpukat kering dengan kadar air 15 bb, alpukat irisan tadi dikeringkan dengan menggunakan pengering tipe rak yang dilengkapi kipas, sumber panasnya berasal dari api berbahan bakar LPG dengan suhu pengeringan 60 C selama sekitar 14 jam. Setelah dilakukan pengeringan selama sekitar 14 jam diperoleh 1 kg alpukat kering berkadar air 10 b.b. Alpukat kering kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender , sehingga diperoleh alpukat kering serbuk. Setiap 40 gram alpukat kering serbuk dicampurkan dengan 250 ml heksan, setiap percobaan digunakan campuran 240 gram alpukat serbuk dengan 1.5 liter heksan untuk ekstraksi, sedangkan untuk destilasi tergantung dari penyaringan ampas. Penyaringan a b dilakukan secara manual dengan menggunakan kain. Data bahan hasil ekstraksi dan destilasi bisa dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data hasil proses ekstraksi dan destilasi dalam setiap percobaan Minyak Misela mL Ampas gram Destilat mL mL Gram Percobaan I 1 200 410 1 000 92.5 85.6 Percobaan II 1 300 420 1 000 111 102.5 Percobaan III 1 150 400 900 82.5 76.2 Rata-rata 1 216.67 410 966.67 95.33 88.1 Pada masing-masing percobaan diperoleh data bahwa berat ampas selalu lebih berat dari berat alpukat serbuk mula-mula 240 gram karena di dalam ampas terkandung larutan minyak dan heksan. Pada bagian akhir destilasi diperoleh data penambahan volume minyak dengan destilat selalu kurang dari volume misela, ini menunjukan ada heksan yang terbuang. Kehilangan heksan ini bisa terjadi karena : 1. uap heksan masih tersimpan di chamber destilasi, belum sampai ke pipa uap, 2. uap heksan masih tertinggal di pipa uap dan mencair di bagian penyambung pipa, 3. heksan menguap ke udara lewat lubang yang dipakai untuk meneruskan thermocoupel ke air di bagian bawah chamber. Heksan yang terbuang ini rata -rata sebanyak 154.67 mL atau sekitar 12.7 dari volume misela awal, bila dibandingkan dengan berat serbuk alpukat yang 240 gram untuk tiap percobaan, maka besarnya rendemen pada percobaan I, II dan III masing-masing adalah 35, 42.7 dan 31.75. Minyak yang dihasilkan dari proses destilasi rata-rata sebesar 7.84 dari volume misela. Minyak berwarna hijau tua kecoklatan dengan rata-rata massa jenis 0.924 grmL dan masih mengandung endapan alpukat serbuk berwarna coklat, hal ini bisa terjadi karena pada waktu penyaringan, serbuk alpukat ada yang tidak ikut tersaring. Gambar 11. Minyak Alpukat Hasil Penyulingan.

C. PENGUJIAN ALAT