Perjanjian Internasional International Conventions

5 Pendapat Para sarjana Hukum Internasional yang terkemuka. Oleh karena sumber hukum internasional nomor 4 dan 5 merupakan sumber hukum subsider maka Mahkamah Internasional tidak dapat memutuskan suatu perkara yang diajukan kepadanya dengan hanya berdasarkan sumber hukum nomor 4 saja, 5 saja, atau 4 dan 5 saja. Hal ini berarti bahwa kedua sumber hukum tersebut hanya bersifat menambah sumber hukum primer sehingga tidak dapat berdiri sendiri. Berdasarkan klasifikasi sumber hukum internasional diatas maka dapat kita ketahui bahwa sumber hukum internasional antara lain adalah:

a. Perjanjian Internasional International Conventions

Perjanjian internasional adalah persetujuan antara dua atau lebih negara dalam bentuk tertulis, diatur sesuai dengan prinsip-prinsip hukum internasional. Secara umum dikelompok menjadi dua:  Perjanjian Multilateral yaitu sebuah persetujuan yang disepakati oleh lebih dari dua negara. Ketika perjanjian ini merupakan cerminan dari pendapat masyarakat internasional pada umumnya, maka perjanjian tersebut bisa menjadi apa yang disebut dengan “Law-Making Treaty”. Traktat yang membuat Hukum. Perjanjian ini menciptakan norma umum hukum yang akan dipakai oleh masyarakat internasional sebagai prinsip utama di masa mendatang guna menyelesaikan suatu perkara di antara mereka.  Perjanjian Bilateral adalah Kontrak Internasional antara dua negara. Tujuan perjanjian ini adalah menetapkan kewajiban-kewajiban hukum tertentu dan segala akibatnya jika melakukan atau tidak melakukan kewajiban tersebut terhadap pihak yang menandatangani kontrak tersebut. Konvensi Wina tahun 1969 tentang Perjanjian Internasional Vienna Convention on the Law of Treaties 1969 telah mengatur hal-hal yang menyangkut proses negosiasi atau penundukkan accession, validitas, perubahan amendment, penggantian modification, pengecualianreservation, penundaan suspension atau pemberhentian termination dari sebuah perjanjian internasional. Pernyataan Sepihak Unilateral Statement atau Deklarasi yang memuat hak dan kewajiban suatu negara dalam hubungannya dengan peristiwa tertentu dapat pula dianggap sebagai sebuah perjanjian sepihak yang menjadi suatu sumber hukum 7 terbatas bagi negara yang mengeluarkan pernyataan tersebut. Lihat Nuclear Test Case 1974 ICJ Reports, hal 253 paragraf 43 Perjanjian Internasional dapat pula berfungsi sebagai bukti adanya kebiasaan internasional ketika:  Ada beberapa perjanjian bilateral terhadap kasus yang serupa yang memakai prinsip-prinsip yang sama atau ketentuan-ketentuan yang serupa sehingga bisa menimbulkan akibat hukum yang sama. Lihat Lotus Case 1927 PCIJ reports, Series A, No. 1  Sebuah perjanjian yang ditandatangani oleh beberapa negara bisa menjadi sebuah kebiasaan jika aturan yang disepakati merupakan generalisasi dari praktek negara- negara dan persyaratan bahwa hal tersebut dianggap sebagai sebuah hukum dapat dipenuhi. LihatNorth Sea Continental Shelf Cases 1969 ICJ Report, hal 3 Sebuah perjanjian yang ditandatangani beberapa negara yang merupakan hasil kodifikasi dari beberapa prinsip dalam kebiasaan internasional dan secara konsekuen telah mengikat pihak-pihak yang tidak terlibat dalam perjanjian tersebut. Lihat preamble Geneva Convention on theHigh Seas 1958 dan treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space 1967.

b. Kebiasaan International International Custom