dipun tampi f ip un T
m P i tindak peken
t in F k P e
k e n \
Berdasarkan uraian mengenai aksara Jawa tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menulis aksara Jawa yang baik dan benar sesuai dengan
makna yang tersurat maka perlu mengetahui dan memahami seluk beluk aksara Jawa dengan sandhangan dan pasangan.
Salah satu tujuan dari menulis adalah tujuan informasi atau tujuan pe- nerangan. Menulis aksara Jawa pada tingkat sekolah dasar pada dasarnya untuk
tujuan informasi. Oleh karena itu, untuk menilai keterampilan siswa dalam me- nulis aksara Jawa pada penelitian ini, peneliti menggunakan indikator sebagai
berikut: 1
Ketepatan penggunaan aksara Jawa dan pasangannya. 2
Ketepatan cara penulisan aksara Jawa dan pasangannya. 3
Penggunaan sandhangan aksara Jawa. 4
Kerapian tulisan.
2.1.9 Model Think Pair Share
2.1.9.1 Pembelajaran kooperatif
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah di-
rencanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan ber-
sama Eggers dalam Trianto 2007: 41. Sedangkan menurut Anitah 2009: 3.7 pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil
sehinggan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri juga anggota kelompok yang lain. Secara umum pembelajaran kooperatif di-
anggap lebih diarahkan guru, peran guru menetapkan tugas dan pertanyaan- pertanyaan serta bahan-bahan dan informasi dirancang untuk membantu peserta
didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Dukungan teori kontruktivisme sosial Vygotsky Suprijono 2009: 55 telah
meletakkan arti penting pembelajaran kooperatif. Dukungan teori Vygotsky ter- hadap pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai proses dialog
interaktif. Dukungan lain dari teori Vygotsky terhadap teori pembelajaran kooperatif adalah arti penting belajar kelompok. Kelompok dapat terdiri dari dua
orang saja, tetapi juga dapat terdiri dari banyak orang. Pembelajaran kerja kelompok tidak semua bisa dianggap pembelajaran
kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima unsur pembelajar- an kooperatif yang harus diterapkan Lie 2002: 31 yaitu:
1 Saling ketergantungan positif.
2 Tanggung jawab perseorangan.
3 Tatap muka dan diskusi.
4 Komunikasi antaranggota.
5 Evaluasi proses kelompok.
2.1.9.2 Teori-teori belajar
2.1.9.2.1 Teori belajar bermakna Ausubel
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa.
Dengan demikian agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif
siswa Trianto 2007: 25. 2.1.9.2.2
Teori kontruktivisme Vygotsky Teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu di-
pengaruhi oleh situasi dan kondisi kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusi- kan di antara orang dan lingkungan, yang mencakup objek, artifak, alat, buku, dan
komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain. Sehingga dapat di- katakan bahwa
fungsi kognitif berasal dari situasi sosial Rifa’i 2009: 34. 2.1.9.3
Model Think Pair Share Model Think Pair Share tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif,
model Think Pair Share dapat juga disebut sebagai model pembelajaran belajar berpasangan.
Model Think Pair Share atau berpikir berbagi berpasangan merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Model Think Pair Share ini merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa
semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam model Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling
membantu. Langkah-langkah model Think Pair Share adalah sebagai berikut Suprijono, 2009 : 91:
1 Berpikir Thinking
Pembelajaran diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh siswa. Guru memberi kesempatan kepada
mereka memikirkan jawabannya. 2
Berpasangan Pairing Selanjutnya guru meminta peserta didik berpasang pasangan. Beri ke-
sempatan pada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diskusi ini diharapkan memperdalam jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan
pasangannya. 3
Berbagi Sharing Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan
dengan pasangan seluruh kelas, sehingga pada akhirnya diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pengonstruksian pengetahuan secara integratif.
Model Think Pair Share mempunyai beberapa kelebihan antara lain Hartina dalam Sahrudin 2011:
1 Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
2 Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pe-
mikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecah- kan masalah.
3 Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam
kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang, 4
Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
5 Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pem-
belajaran. Model Think Pair Share cocok diterapkan di kelas VA SDN Bendan
Ngisor, karena jumlah siswa di kelas VA SDN Bendan Ngisor adalah 24 siswa. Melalui model Think Pair Share ini, siswa harus berdiskusi dengan berpasangan.
2.1.10 Media pembelajaran flashcard