Aturan Elektroda Konfigurasi Pole-pole Konsep Resistivitas Semu

1997. Pada metode ini, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektron arus. Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus beda portensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis masing- masing lapisan di bawah titik ukur sounding point. Metode ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang engineering geology seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian reservoar air, juga digunakan dalam ekplorasi geothermal. Metode geolistrik resistivity mempunyai dua macam pendekatan, yaitu pendekatan horizontal dan pendekatan vertikal, kedua pendekatan ini mempunyai prosedur kerja dan interpretasi yang berbeda antara satu sama lainnya. Metode pendekatan horizontal dimaksudkan sebagai eksplorasi metode resistivity yang digunakan untuk mendeteksi lapisan atau formasi batuan yang mempunyai kedudukan Taib, 2000. Berdasarkan letak konfigurasi elektroda terdapat tiga jenis metode geolistrik resistivity, yaitu metode Wenner, Schlumberger dan Dipole Sounding.

2.4.1 Aturan Elektroda Konfigurasi Pole-pole

Konsep pengukuran geolistrik menggunakan konfigurasi elektroda paling elementer, yaitu sumber arus tunggal dan potensial diukur hanya pada satu titik. Pada kenyataannya pengiriman atau injeksi arus harus dilakukan menggunakan dua elektroda yang masing-masing dihubungkan ke kutub positif sebagai current source dan kutub negatif sumber arus sebagai current sink. Demikian pula dengan pengukuran potensial pada dasarnya adalah pengukuran beda potensial, yaitu potensial pada suatu titik relatif terhadap titik yang lain. Pada dasarnya konfigurasi pole-pole ini hanya memanfaatkan dua elektroda saja, yaitu elektroda arus C 1 dan elektroda elektroda potensial P 1 seperti diperlihatkan pada Gambar 2.6 Ridhwan et al., 2009. Sedangkan elektroda lainnya C 2 dan P 2 dianggap tak hingga. Kedua elektroda tak hingga ditempatkan dua puluh kali lipat dari spasi elektroda terkecil diluar elektroda terluar Anthony, 2006. Gambar 2.6 Aturan Konfigurasi Pole-pole Konfigurasi pole-pole memiliki beberapa keunggulan yaitu konfigurasi ini memiliki jangkauan kedalaman maksimum 90 dari panjang bentangannya. Dibandingkan dengan konfigurasi lainnya, konfigurasi pole-pole memilili cepat rambat yang paling baik Herman, 2001. Faktor geometri konfigurasi pole-pole adalah sebagai berikut :                    1 1 1 1 1 1 2 P C K pole  a K pole  2  2.9 Sedangkan tahanan jenis pada konfigurasi pole-pole adalah : I V K pole pole    2.10 dimana K pole = 2  a dengan,  pole = resistivitas semu konfigurasi pole-pole  V = beda potensial K pole = faktor geometri konfigurasi pole-pole I = Besarnya arus a = Jarak elektroda

2.4.2 Konsep Resistivitas Semu

Resistivitas semu mewakili suatu bobot rata-rata dari resistivitas sebenarnya pada suatu volume tanah yang besar, dimana nilai resistivitas semu ρ a suatu tipe tanah atau batuan khusus dapat meliputi suatu rentang yang luas dan nilainya bergantung pada spasi elektroda. Untuk medium berlapis, jika jarak antar elektroda arus kecil maka akan memberikan nilai resistivitas semu yang harganya mendekati ρ batuan di dekat permukaan, sedangkan untuk jarak bentangan yang lebar, resistivitas yang diperoleh akan mewakili harga ρ batuan yang lebih dalam seperti pada Gambar 2.7 Kurniasari, 2008. Gambar 2.7 Pengaruh Jarak Antar Elektroda terhadap Kedalaman Lapisan Pada Gambar 2.8 menunjukkan contoh grafik resistivitas semu sebagai fungsi jarak bentangan antar elektroda arus Waluyo, 2005. Gambar 2.8 Resistivitas Semu sebagai Fungsi Bentangan : a Medium Homogen Semi Tak Berhingga, b Medium 2 Lapis ρ1ρ2, c Medium 2 Lapis ρ1ρ2, dan d Medium 3 Lapis ρ2ρ1,ρ3ρ2 Waluyo, 2005 Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Semakin besar jarak elektroda, semakin dalam lapisan batuan yang diselidiki. Pengukuran resistivitas dilakukan terhadap permukaan bumi yang dianggap sebagai suatu medium yang homogen isotropis. Pada kenyataannya, bumi tersusun atas komposisi batuan yang bersifat heterogen baik ke arah vertikal maupun horisontal. Akibatnya objek batuan yang tidak homogen dan beragam akan memberikan harga resistivitas yang beragam pula. Sehingga resistivitas yang diukur adalah resistivitas semu. Harga resistivitas semu ini tergantung pada resistivitas lapisan-lapisan pembentuk formasi dan konfigurasi elektroda yang digunakan. Beberapa hal yang mempengaruhi nilai resistivitas semu adalah sebagai berikut Prasetiawati, 2004 : 1 ukuran butir penyusun batuan, semakin kecil besar butir maka kelolosan arus akan semakin baik, sehingga mereduksi nilai tahanan jenis, 2 komposisi mineral dari batuan, semakin meningkat kandungan mineral clay akan mengakibatkan menurunnya nilai resisivitas, 3 kandungan air, air tanah atau air permukaan merupakan media yang mereduksi nilai resistivitas, 4 kelarutan garam dalam air di dalam batuan akan mengakibatkan meningkatnya kandungan ion dalam air sehingga berfungsi sebagai konduktor, dan 5 kepadatan, semakin padat batuan akan meningkatkan nilai resistivitas. 27 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian