BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses sains KPS merupakan
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA sains Rustaman et al 2003. Hal ini tidak berbeda jauh dengan pendapat
Wartono 2003 yang menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang dalam
penyusunan strategi mengajarnya mengembangkan keterampilan- keterampilan proses sains bersamaan dengan fakta-fakta dan konsep-
konsep serta prinsip dengan pendekatan keterampilan proses sains. Berdasarkan pengertian di atas, pendekatan KPS adalah
pendekatan pembelajaran yang mengembangkan keterampilan proses sains siswa dalam proseskegiatan ilmiah yang teratur dan sistematis.
Pengembangan keterampilan proses sains tersebut dapat dilakukan melalui penelitian sederhana, percobaan, dan sejumlah kegiatan praktis
lainnya. Melalui pendekatan KPS, siswa dapat menguasai berbagai keterampilan dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks secara
aktif dengan melibatkan kemampuan mental kognitif, fisik psikomotor, dan sosial afektif.
Menurut Rustaman et al 2003, terdapat sembilan macam KPS sebagai berikut.
a. Melakukan pengamatan Observasi Observasi adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau
peristiwa dengan menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan sebanyak
mungkin inderanya, yakni penglihatan, pembau, pengecap, dan peraba.
7
b. Menafsirkan Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari
data yang dicatat. Untuk dapat menafsirkan pengamatan, siswa harus mencatat setiap pengamatan, kemudian menghubung-hubungkan
hasil-hasil pengamatan itu, dan selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat
kesimpulan. c. Mengelompokkan Klasifikasi
Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses
mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan,
mencari perbedaan,
mengontraskan ciri-ciri,
membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. d. Meramalkan Prediksi
Keterampilan prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi atau belum diamati berdasarkan
suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. e. Berkomunikasi
Untuk mencapai keterampilan berkomunikasi, siswa harus dapat berdiskusi
dalam kelompok
tertentu serta
menyusun dan
menyampaikan laporan tentang kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan jelas. Keterampilan ini juga meliputi keterampilan
membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan. f. Merumuskan hipotesis
Merumuskan hipotesis dapat berupa pernyataan hubungan antar variabel atau mengajukan perkiraan penyebab terjadinya sesuatu.
g. Merencanakan percobaan Merencanakan
percobaan adalah
membuat suatu
rencana terorganisasi untuk menguji suatu hipotesis. Apabila dalam lembar
kegiatan siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta
merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan untuk penyelidikan tersebut.
h. Menerapkan konsep Keterampilan menerapkan konsep dikuasai siswa apabila siswa dapat
menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman-pengalaman baru untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi. i. Mengajukan pertanyaan
Keterampilan proses mengajukan pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan
mengajukan pertanyaan
apa, mengapa,
bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pertanyaan yang berlatar
belakang hipotesis. Menurut Rustaman 2003, jenis-jenis keterampilan proses sains
dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah. Adapun pengembangan KPS tersebut bergantung pada pemilihan metode
yang digunakan. Menurut Wartono 2003, langkah-langkah dalam menyusun
rencana pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains sebagai berikut.
a. Menentukan kelas dan satuan waktu untuk membuat perencanaan pembelajaran.
b. Menentukan konsep-konsep atau prinsip sains yang akan diajarkan. c. Menentukan metode yang akan digunakan untuk mengajarkan setiap
konsep atau prinsip sains yang telah ditetapkan. d. Menentukan keterampilan proses sains yang akan dikembangkan bagi
setiap konsep atau prinsip yang diajarkan dengan metode yang telah ditetapkan.
e. Menyusun persiapan mengajar untuk setiap konsep atau prinsip sains tersebut.
Pembelajaran dengan pendekatan KPS dapat memungkinkan siswa untuk mempelajari konsep yang menjadi tujuan pembelajaran
sains, sekaligus mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar sains, sikap ilmiah, dan sikap kritis siswa Rustaman 2003.
2. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah proses intelektual yang dengan aktif dan
terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari
pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan Scriven Paul 1987. Menurut Ennis
2011, berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan. Menurut Muhfahroyin 2009, berpikir kritis adalah suatu proses yang melibatkan operasi mental seperti deduksi
induksi, klasifikasi, evaluasi, dan penalaran. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang definisi
berpikir kritis di atas, dapat dirumuskan bahwa berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi.
Informasi tersebut bisa didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, proses deduksi induksi, atau komunikasi.
Menurut Ennis 1985 dalam Muhfahroyin 2009 terdapat dua belas indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima aspek,
seperti pada tabel 1 berikut. Tabel 1 Indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis
No. Aspek
Indikator
1. Memberikan
penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan Menganalisis pertanyaan
Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan
2 Membangun
keterampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya atau tidak Mengobservasi dan mempertimbangkan
suatu laporan hasil observasi
No. Aspek
Indikator
3 Menyimpulkan
Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
Menginduksi dan mempertimbangkan induksi
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
4 Memberikan
penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu definisi dalam tiga dimensi
Mengidentifikasi asumsi 5
Mengatur strategi dan taktik
Menentukan suatu tindakan Berinteraksi dengan orang lain
Sumber: Ennis 1985 dalam Muhfahroyin 2009 Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan
instrumen yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis. Instrumen berpikir kritis dapat bertujuan untuk mengukur satu
aspek atau lebih dari satu aspek berpikir kritis Ennis 1993. 3. Hubungan Antara Pendekatan Keterampilan Proses Sains dengan
Berpikir Kritis Menurut Curto dan Bayer 2005, berpikir kritis dapat
dikembangkan dengan memperkaya pengalaman siswa yang bermakna. Pengalaman tersebut dapat berupa kesempatan berpendapat secara lisan
maupun tulisan layaknya seorang ilmuwan. Selain itu diskusi yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan divergen atau masalah tidak
terstruktur ill-structured problem, serta kegiatan praktikum yang menuntut pengamatan terhadap gejala atau fenomena akan menantang
kemampuan berpikir siswa Broadbear 2003. Hasil penelitian dari Santoso 2010 menyatakan bahwa
pembelajaran kontruktivistik mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran inkuiri yang didalamnya terdapat proses
perencanaan prosedur penyelidikan dan penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh siswa lebih mampu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa dari pada pembelajaran inkuiri yang proses perencanaan
prosedur penyelidikannya dilakukan oleh guru. Winarni 2006 dan Setiawan 2005 dalam Santoso 2010 juga menyatakan bahwa
pembelajaran yang meminta siswa untuk memahami atau merumuskan: masalah,
tujuan, dan
hipotesis, melakukan
pengamatan atau
penyelidikan, mencari data, serta menganalisis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Rahma 2012 menyatakan bahwa pembelajaran kimia model inkuiri berpendekatan SETS pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini dikarenakan siswa terlibat secara optimal
dalam proses pembelajarannya. Penelitian yang terkait dengan pendekatan keterampilan proses
sains diantaranya adalah hasil penelitian Wardani 2009 menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses sains beorientasi problem based
instruction PBI dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar kimia siswa. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Subagyo
2009 juga menunjukkan hasil yang sama, yaitu pendekatan keterampilan proses sains pada pokok bahasan suhu dan pemuaian dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Secara umum terjadi peningkatan hasil belajar kognitif, psikomotorik, dan sikap pada pembelajaran sains dengan
pendekatan keterampilan proses. Penelitian Nelawati 2013 melaporkan bahwa keterampilan
proses sains berwawasan lingkungan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada mata
pelajaran fisika. Selain itu terdapat peningkatan yang signifikan dari keterampilan berpikir kritis siswa setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan pada setiap pertemuan.
Pendekatan keterampilan proses sains merupakan suatu pendekatan yang didalamnya terdapat kegiatan pengamatan, praktikum,
perumusan hipotesis, analisis, dan diskusi Rustaman et al 2003.
Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains, menuntut siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajarannya. Oleh
karena itu, dengan pendekatan KPS diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Materi Pengelolaan Lingkungan Materi pengelolaan lingkungan merupakan salah satu materi
yang diajarkan pada kelas VII SMP semester genap. Materi ini tercakup dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tahun 2006 dengan
Standar Kompetensi: 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem, Kompetensi dasar: 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Materi yang dipelajari meliputi pencemaran air, pencemaran
udara, pencemaran tanah, kerusakan hutan serta upaya untuk mengatasinya.
B. Kerangka Berpikir