Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN GUNUNG PAMELA
PTPN III, SUMATERA UTARA

HUSEIN HABIB
A24090007

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemanenan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Gunung Pamela PTPN III,
Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Husein Habib
NIM A24090007

ABSTRAK
HUSEIN HABIB. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
di Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utaara. Dibimbing oleh ADOLF
PIETER LONTOH.
Kegiatan magang memberikan ilmu, keterampilan dan pengalaman tambahan
dalam aspek teknis budidaya kelapa sawit maupun manajerial dalam mengkoordinasikan
karyawan. Kegiatan berlangsung dari bulan Februari hingga Juni 2013 di kebun Gunung
Pamela PTPN III, Sumatera Utara. Pengamatan diuji menggunakan analasis data
statistika yaitu korelasi dan uji t-student. Rotasi panen, angka kerapatan panen,
manejemen tenaga kerja, dan pengawasan panen merupakan aspek penting dalam
kegiatan panen. Dari hasil analisis yang dilakukan, nilai AKP estimasi dengan realisasi
tidak berbeda nyata, hasil korelasi terhadap kualitas pemanen yang dinilai berdasarkan
umur pemanen, lama kerja, dan tingkat pendidikan terhadap output pemanen (jumlah

tandan) menunjukkan sifat yang tidak nyata, lemah, dan searah kecuali tingkat pendidikan
yang bersifat berlawanan arah. Hasil uji t-student terhadap lama kerja menunjukkan
bahwa lama kerja pemanen tidak berpengaruh nyata terhadap output yang dihasilkan.
Umur pemanen yang kurang dari 30 tahun dan lebih dari 30 tahun menurut hasil uji-t
ternyata berpengaruh tidak nyata pula terhadap output yang dihasilkan pemanen.
Produktivitas kelapa sawit di kebun Gunung Pamela PTPN III belum sesuai dengan
standar marihat.

Kata kunci: Kebun Gunung Pamela, kelapa sawit, manajemen pemanenan

ABSTRACT
HUSEIN HABIB. Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.)
in Gunung Pamela Plantation PTPN III, North Sumatera. Supervised by ADOLF
PIETER LONTOH.
Intership program gave knowledge, skill, and experience in technical aspect of
conducting of oil palm and lead of the employees management. This activity was started
from February to June 2013 in Gunung Pamela Plantation PT. Perkebunan Nusantara III,
North Sumatera. Observation was examined with statistical data analyse such as
corelation and t-dunnet test. Harvest rotation, harvest density, management of labour, and
harvesting supervision were important aspect in harvesting activity. Result of harvest

density estimation analysis was not significantly different, the result of corelation to
harvester quality was observe from the age harvester, work experience and education
level to output of harvester (amount of palm oil fruit) was not significantly different,
weak, and directional except education level that a instruct contrary. Result of t-dunnet
test of work experience didn’t affect the real output of harvester. The age of harvester that
less than and more than 30 years old, according to result of t-dunnet test, was not
significantly different to the output. Productivity of palm oil in Gunung Pamela Plantation
PT. Perkebunan Nusantara III haven’t reached to marihat standard.

Keywords: Gunung Pamela Plantation, management harvesting, oil palm

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN GUNUNG PAMELA
PTPN III, SUMATERA UTARA

HUSEIN HABIB
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara
Nama
: Husein Habib
NIM
: A24090007

Disetujui oleh

-.

Tanggal Lulus:


2 5 DC"" 2013

Judul Skripsi : Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara
Nama
: Husein Habib
NIM
: A24090007

Disetujui oleh

Ir Adolf Pieter Lontoh, MS
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan serta hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar. Skripsi merupakan syarat kelulusan S1 di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi
merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang
dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit Kebun Pamela, PT
Perkebunan Nusantara III, Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua, Bapak Triduan Sunario dan Ibu Etty Suriani, seluruh keluarga besar
(Dwi Puspa Rini) atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis, Bapak Ir
Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
dukungan, bimbingan serta arahannya selama pelaksanaan magang dan
penyusunan skripsi. Ibu Dr Ir Ni Made Armini Wiendi, MS selaku pembimbing
akademik yang telah membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak Ir
Tambal Siregar selaku Manajer Kebun, dan keluarga besar PT Perkebunan
Nusantara III, Kebun Gunung Pamela, Sumatera Utara, terutama Bapak Rudi
Arianto, SP dan Lily Rajali, SP selaku Asisten Afdeling V dan Bapak Eman

Siswanto, SP selaku Asisten Kepala Rayon B yang telah memberi bimbingan dan
masukan kepada penulis. Teman-teman magang seperjuangan, Warkop AGH 46,
Agrolina, Annisa, dan AGH angkatan 46 beserta semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun ke arah yang lebih baik

Bogor, Oktober 2013
Husein Habib

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Pemanenan
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Letak Geografis
Keadaan Iklmim dan Tanah
Areal Konsesi dan Tata Guna lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit
Rotasi Panen
Angka Kerapatan Panen
Tenaga Kerja Panen

Pengawasan Panen
Produktivitas Kelapa Sawit
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
vii
1
1
1
2
2
2
2
3

3
4
4
4
5
5
5
6
6
7
8
8
19
21
21
22
23
24
26
28

30
30
30
31
32
43

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Norma Ketenagakerjaan
Produksi Tandan Buah Segar Periode Januari – Mei 2013
Kriteria Mutu Tandan Buah Segar
Luas Kapveld Panen Afdeling V Kebun Gunung Pamela
Klasifikasi Pemanen Berdasarkan Nilai Pemanen
Pengurangan Nilai dalam Pemeriksaan Hanca Panen
Pengurangan Nilai dalam Pemeriksaan di TPH
Prestasi Normal dan Basis Tugas Kegiatan Panen
Premi Supervisi Panen
Rotasi Panen Kebun Gunung Pamela
Angka Kerapatan Panen per Tahun Tanam
Persentase Kehadiran Pemanen
Uji Korelasi Terhadap Kualitas Pemanen
Hasil Uji-t Lama Kerja Terhadap Output Pemanen
Hasil Uji-t Umur Pemanen Terhadap Output Pemanen
Kualitas Mutu Buah Pemanen
Tingkat Kesalahan Pemanen
Produktivitas Kelapa Sawit
Hasil Uji-t Produktivitas Antar Kapveld

7
13
14
15
17
18
18
19
19
22
24
24
25
26
26
27
27
29
29

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kegiatan Pengendalian Gulma Manual
Kegiatan Pengendalian Gulma Secara Kimia
Kegiatan Penunasan Kelapa Sawit
Pembuatan Jalan Transportasi dan Rorak
Kegiatan Pemupukan Kelapa Sawit
Kegiatan Pemanenan Kelapa Sawit

8
10
11
11
13
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal Harian Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas di Kebun Gunung
Pamela PTPN III, Sumatera Utara
2 Jurnal Harian Magang Sebagai Pendamping Mandor di Kebun Gunung
Pamela PTPN III, Sumatera Utara
3 Jurnal Harian Sebagai Pendamping Asisten di Kebun Gunung Pamela
PTPN III, Sumatera Utara
4 Peta Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara
5 Data Curah Hujan 2007-2011 Kebun Gunung Pamela PTPN III,
Sumatera Utara
6 Pembagian Luas Areal Kelapa Sawit
7 Produksi 5 Tahun Terakhir Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera
Utara
8 Struktur Organisasi Kebun Gunung Pamela PTPN III, Sumatera Utara

33
34
35
38
39
40
41
42

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang paling
produktif dengan produksi minyak per hektar yang paling tinggi dari seluruh
tanaman penghasil minyak nabati lainnya (Pahan 2008). Tanaman kelapa sawit
merupakan tanaman penghasil minyak yang telah lama dibudidayakan dan
merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang berperan penting dalam
perekonomian Indonesia sehingga menjadikan tanaman kelapa sawit sebagai
primadona penghasil devisa negara dari sektor perkebunan.
Berdasarkan data dari Ditjenbun (2011) produksi minyak kelapa sawit
meningkat seiring dengan pertambahan luas areal perkebunan kelapa sawit dan
produksi tandan buah segar. Data menunjukan pada tahun 2008 terdapat
7 363 847 ha luas areal kelapa sawit dengan produksi CPO sebesar 18 141 006 ton
dan di tahun 2010 meningkat menjadi 8 430 027 ha dengan produksi CPO
20 615 958 ton.Volume ekspor minyak kelapa sawit juga menunjukkan data yang
terus meningkat setiap tahunnya. Ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2008
mencapai 18 141 006 ton dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan dengan
volume ekspor 20 615 959 ton. Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang
memiliki prospek yang cerah karena seiring berjalannya waktu, industri-industri
yang berbasis bahan baku produk kelapa sawit meningkat pesat.
Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan pembukaan
lahan hingga penanganan pasca panen. Salah satu teknik budidaya utama dalam
pengusahaan kelapa sawit adalah pemanenan. Panen adalah pemotongan tandan
buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik kelapa sawit (PKS).
Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman.
Sebaliknya, kegagalan akan menurunkan produktivitas tanaman kelapa sawit.
Pemeliharaan yang sudah baku dan potensi tinggi tidak berarti jika pemanenan
tidak optimal (PPKS 2007).
Kegiatan pemanenan memiliki tujuan untuk mendapatkan hasil panen
dengan mutu yang baik. Tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pemanenan antara lain (a) pelaksanaan ketentuan panen seperti sistem panen,
rotasi panen, kriteria matang panen dan persentase brondolan, (b) pelaksanaan
angkutan panen segera mungkin ke pabrik dan (c) pelaksanaan pengolahan
secepat mungkin (Astra Agro Niaga 1996).
Tujuan Magang
Kegiatan magang yang dilaksanakan mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan
umum dan khusus. Tujuan umum kegiatan magang adalah untuk menambah
pengetahuan tentang perkebunan kelapa sawit, melatih keterampilan dan
kemampuan dalam bidang perkebunan, memperoleh pengalaman kerja secara
langsung, serta dapat mempelajari teknik budidaya serta manajemen perkebunan
kelapa sawit. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah mempelajari manajemen
pemanenan secara teknis, pengelolaan, dan menganalisis produksi yang dihasilkan.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit
Menurut Lubis (1992) taksonomi tanaman kelapa sawit adalah sebagai
berikut :
Family
: Palmae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diusahakan secara komersial di
Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan, serta beberapa daerah
lain dengan skala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan
Amerika Selatan, tepatnya di Brazilia. Kelapa sawit di Brazil dapat ditemukan
secara liar atau setengah liar di sepanjang tepi sungai. Kelapa sawit yang termasuk
kedalam subfamili Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan, termasuk
kedalam species E. Oleifera dan E. Edora (Pahan 2008).
Syarat Tumbuh
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5 hingga 7
jam hari-1. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1 500-4 000 mm dan
temperatur optimal 24-28 ºC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1
hingga 500 mdpl (diatas permukaan laut). Kelembapan optimum yang ideal untuk
tanaman sawit sekitar 80–90% dan kecepatan angin 5–6 km jam-1 untuk
membantu proses penyerbukan (Kiswanto et al. 2008). Kelapa sawit dapat
tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidroponik kelabu, alluvial atau
regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman
(pH) yang optimum untuk sawit adalah 5.0–5.5. Kemiringan lahan pertanaman
kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15º.
Pemanenan
Produksi minyak kelapa sawit sangat erat hubungannya dengan proses
pemanenan. Teknik budidaya ini sangat mempengaruhi kualitas minyak kelapa
sawit yang dihasilkan. PPKS (2007) menyatakan panen adalah kegiatan
pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik.
Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp)
meningkat cepat. Penyebabnya adalah proses konversi karbohidrat menjadi lemak
dalam buah. Setelah kadar minyak maksimal, buah akan lepas (brondol) dari
tandannya. Asam lemak bebas (ALB) dalam buah akan terus meningkat sehingga
dalam transportasinya pun harus cepat agar kandungan ALB tidak terlalu tinggi
(Sastrosayoro 2006).
Tanaman telah dapat menghasilkan pada umur 30 bulan setelah tanam.
Jumlah pohon kalapa sawit yang dapat dipanen per hektar sebanyak 60%.
Pemanenan dilakukan dengan memilih tandan yang buahnya sudah masak dengan

3
tanda adanya sejumlah buah merah yang jatuh (brondol). Jumlah buah yang
brondol telah ditetapkan, yaitu 1-2 buah per kilogram bobot tandan buah. Cara
memanen tandan buah kelapa sawit adalah dengan memotong tangkai tandan buah
menggunakan dodos jika tanaman masih pendek dan menggunakan egrek jika
tanaman sudah tinggi. Pemanenan dilakukan satu kali seminggu dengan rotasi
antar blok yang rutin (Sunarko 2009).
Sistem panen kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sawit bermutu baik
jika sistem panen memenuhi standar tertentu. Standar sistem panen yang
ditentukan adalah: a) tidak ada buah mentah yang dipanen, b) tidak meninggalkan
buah matang, c) semua brondolan dikumpulkan dan dibawa ke TPH dalam
kondisi bersih, d) membrondolkan buah yang terlalu matang, memotong tangkai
tandan yang terlalu panjang dan membentuknya seperti cangkem kodok (mulut
kodok), serta cabang harus dipotong dengan baik (Sastrosayoro 2006).
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2.5 tahun dan masak 5.5 bulan
setelah penyerbukan dan dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan,
sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah
matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang
lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau
sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.
Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila tanaman
berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir,
jika tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 1520. Pada keadaan optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton
ha-1tahun-1 TBS atau sekitar 4-5 ton minyak sawit (Kiswanto et al. 2008).
Produktivitas kelapa sawit pada tanah ultisol di Kalimantan lebih rendah
jika dibandingkan dengan tanah ultisol di Riau dan Sumatera Utara. Besarnya
produktivitas pada tanaman kelapa sawit umur 3-13 tahun berkisar 3-18 ton ha-1
tahun-1. Produktivitas tertinggi terdapat pada tahun ke 12 kemudian
produktivitasnya mengalami penurunan. Produktivitas kelapa sawit pada tanah
Ultisol diduga akibat rendahnya tingkat kesuburan baik fisik maupun kimia tanah
yang dicirikan oleh karakteristik pH, bahan organik, KTK, ketersedian P,
ketersediaan air rendah, dan tingginya kejenuhan Al dan Fe (Koedadiri 2004).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Pelaksanaan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Gunung
Pamela PTPN III, Sumatera Utara. Pelaksanaan magang dilaksanakan selama
empat bulan yakni pada bulan Februari sampai Juni 2013.

4
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilakukan penulis di Kebun Gunung Pamela adalah
seluruh pekerjaan yang mengarah pada pengelolaan produksi di berbagai tingkat
jabatan secara teknis dan manajerial dimulai dari KHL hingga asisten afdeling.
Aspek teknis dilakukan pada tingkat jabatan sebagai karyawan harian lepas
(KHL) selama satu bulan . Jenis kegiatannya adalah pemeliharaan dan pemanenan
kelapa sawit. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemeliharaan jalan,
penunasan (pruning), pemupukan, pengendalian gulma, hama dan penyakit.
Aspek manajerial penulis lakukan pada tiga bulan berikutnya dengan rincian
sebagai pendamping mandor yaitu mandor panen, mandor penyemprotan, mandor
babat gulma manual, dan mandor pemupukan selama satu bulan dan sebagai
pendamping asisten afdeling selama dua bulan terakhir magang (Lampiran 1, 2
dan 3).
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi menggunakan metode langsung untuk data
primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Data primer diperoleh
melalui pengamatan langsung ke lapangan seperti aktif dalam kegiatan di kebun,
wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan kebun, mandor dan asisten
kebun. Pengamatan utama pengumpulan data primer dan informasi adalah
kegiatan panen seperti kriteria matang panen, rotasi panen, taksasi produksi dan
tenaga kerja. Pengamatan pada tahap panen dilakukan pada teknik pemotongan
tandan, pengumpulan brondolan. Pada kegiatan pengumpulan tandan ke TPH
diamati ada atau tidaknya tandan afkir dan tandan mentah, pemotongan tangkai
tandan, susunan tandan di TPH.
Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan
mengumpulkan data dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran,
tahunan) yang merupakan arsip di kantor kebun dan studi pustaka seperti kondisi
umum lokasi seperti letak geografis dan keadaan lingkungan perkebunan. Data
sekunder lain adalah data produksi perusahaan selama 5 tahun terakhir.
Analisis Data dan Informasi
Analisis yang dilakukan untuk mengolah data yang diperoleh dari kegiatan
di perkebunan kelapa sawit adalah analisis secara deskriptif dan kuantitatif.
Analisis deskriptif digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase yang
kemudian akan dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang
berlaku diperusahaan ataupun melalui studi pustaka dan literatur. Analisis
kuantitatif digunakan dengan menggunakan analisis statistik uji korelasi dan uji tstudent. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan korelasi berbagai
faktor pada aspek pemanenan dengan hasil panen yang diperoleh. Uji t-student
digunakan untuk membandingkan suatu data yang diperoleh penulis dengan data
yang sudah ada pada tahun-tahun sebelumnya. Pengamatan yang dilakukan
adalah :

5
1. Rotasi panen. Pengamatan rotasi panen dilakukan dengan membandingkan
rotasi panen pada semester I dan semester II.
2. Kerapatan panen. Pengamatan kerapatan panen (AKP) dilakukan pada
tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam yang berbeda. Data yang diperoleh
dihitung dengan menggunakan rumus :
Kerapatan Panen (AKP) =
:1
3. Tenaga panen. Pengamatan dilakukan terhadap
a. Output pemanen berdasarkan lama kerja pemanen (pengalaman), umur
pemanen dan tingkat pendidikan pemanen. Pengamatan dilakukan pada
12 orang pemanen dengan ulangan sebanyak empat kali ulangan.
b. Tenaga kerja dengan mengambil data kehadiran karyawan dari dua
kemandoran.
4. Kualitas panen. Pengamatan pada mutu buah dilakukan di TPH dengan
mengamati jumlah buah mentah, buah matang dan buah sakit. Pengamatan
pada tingkat kesalahan pemanen seperti brondolan tidak dikutip, tidak
menurunkan pelepah, curi buah dan tangkai tandan panjang.
5. Produktivitas per kapveld. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan
produktivitas antar kapveld panen di empat kapveld yang berbeda dan
masing-masing kapveld diambil satu blok contoh.
6. Uji statistik. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh adalah uji korelasi dan uji t-student .

KEADAAN UMUM

Letak Geografis Kebun
Kebun Gunung Pamela merupakan salah satu unit usaha PT Perkebunan
Nusantara III yang berdiri sejak 1925 bernama cultur mascapy onderning (CMO)
dengan komoditi awal tanaman karet seluas ±2 500 ha. Kebun Gunung Pamela
terletak di Desa Buluhduri, Kabupaten Serdang Berdagai, Kecamatan Tebing
Tinggi dan Sipispis, Provinsi Sumatera Utara yang memiliki jarak 20 km dari
Kodya Tebing Tinggi dan 100 km dari Kota Medan. Kebun Gunung Pamela
menguasai HGU seluas 5 589.06 ha yang terdiri dari 7 (tujuh) Afdeling yang
memiliki komoditi karet dan kelapa sawit. Areal Kebun Gunung Pamela sebelah
timur berbatasan dengan Kebun Gunung Para, sebelah barat berbatasan dengan
Kebun Gunung Monako, sebelah utara berbatasan dengan Kota Madya Tebing
Tinggi, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sipispis. Peta Kebun
Gunung Pamela dapat dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah
Secara geologis, areal kebun Gunung Pamela adalah typic hapluduits
(podsolik merah kekuningan). Bentuk wilayah (topografi) bervariasi dari datar-

6
berombak, hingga bergelombang-berbukit. Kesuburan fisik tanah tergolong baik
dengan tekstur tanah lempung liat berpasir, struktur tanah bergumpal bersudut,
dan konsistensi gembur hingga teguh. Reaksi tanah tergolong masam-sedang
dengan pH 4.8-5.3. Kandungan bahan organik tergolong rendah-tinggi berkisar
0.29-6.21%, sedangkan N total tergolong rendah-tinggi yang berkisar 0.06-0.54%,
dan C/N rendah-sedang berkisar 4.8-11.5. Status P yang tersedia di dalam tanah
tergolong sangat rendah-tinggi berkisar 12-239 ppm. Status hara K, Ca dan Mg
dapat dipertukarkan tergolong rendah-tinggi yang masing-masing sebagai berikut:
0.03-0.45 me 100g-1, 0.12-1.28 me 100g-1, dan 0.02-1.28 me 100g-1. Kapasitas
tukar kation (KTK) tergolong agak rendah-tinggi yaitu 8.33-32.79 me 100g-1.
Rasio K/Ca/Mg sedang baik, sehingga cukup baik bagi pertumbuhan kelapa sawit.
Kelas kesesuaian lahan (KKL) kebun ini termasuk dalam kelas S3, akan
tetapi, dengan penerapan teknik konservasi lahan (teras kontur/tapak individu)
yang baik serta penerapan teknologi perkebunan yang baku lainnya maka kelas
kesesuaian lahan dapat dipertahankan bahkan dapat mendekati kelas lahan S2.
Berdasarkan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2007-2011 Kebun
Gunung Pamela memiliki curah hujan rata rata tahunan 1 111-2 870 mm tahun-1
dengan hari hujan 113-151 hari tahun-1. Musim hujan terjadi sekitar bulan JuliNovember dengan puncak musim hujan pada bulan Juli, sedangkan musim
kemarau terjadi pada bulan Desember hingga Juni (Lampiran 5).
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Areal konsesi di Kebun Gunung Pamela PTPN III memiliki luas total
sebesar 5 589.06 ha. Luas areal yang diusahakan untuk kelapa sawit adalah
1 980.02 ha yang dibagi menjadi 7 Afdeling yakni Afdeling I, Afdeling II,
Afdeling III, Afdeling IV, Afdeling V, Afdeling VI, dan Afdeling VII. Setiap
Afdeling dipimpin oleh satu Asisten. Afdeling I memiliki luas sebesar 299.35 ha,
Afdeling II sebesar 114.40 ha, Afdeling III sebesar 218.57 ha, Afdeling IV
sebesar 476.32 ha, Afdeling V sebesar 471.79 ha, Afdeling VI sebesar 302.27 ha,
dan Afdeling VII sebesar 97.32 ha. Luas areal tanaman menghasilkan (TM) atau
tanaman tahun tanam 1997-2007 adalah sebesar 1 850.97 ha sedangkan untuk
areal tanaman belum menghasilkan (TBM) atau tanaman tahun tanam 2010-2012
adalah sebesar 129.05 ha (Lampiran 6).
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit di Kebun Gunung Pamela ditanam mulai tahun 1997
hingga tahun 2012. Varietas kelapa sawit yang ditanam adalah varietas Tenera
yang merupakan hasil persilangaan antara Dura x Pisifera. Bibit berasal dari
penyedia bibit yang berbeda yaitu PPKS dan Socfindo. Jarak tanam yang
digunakan di Kebun Gunung Pamela dibagi menjadi dua, yaitu jarak tanam pada
lahan datar dan jarak tanam pada lahan miring. Jarak tanam pada lahan datar
adalah 9.09 m x 7.692 m dengan jumlah populasi sekitar 143 pokok, sedangkan
untuk lahan miring 9.09 m x 8.333 m dengan populasi sekitar 132 pokok. Data
produksi TBS lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 7.

7
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Gunung Pamela PTPN III dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pengelolaan kebun yang
dipimpinnya. Seorang manager kebun memiliki hak untuk mengambil keputusan
dalam pengelolaan suatu kebun yang dipimpin. Manajer kebun dibantu oleh staf
perkebunan diantaranya asisten kepala, asisten afdeling, asisten sipil/traksi dan
alat berat, asisten tata usaha, asisten personalia kebun (APK) dan Pa.pam
(pengawas keamanan). Seorang asisten kepala bertugas untuk mengkoordinasikan
asisten-asisten afdeling, mengelola emplasmen, dan traksi. Asisten tata usaha
bertugas untuk mengurus administrasi kebun, asisten personalia kebun bertugas
untuk mengkoordinir semua personil dalam satu kebun sedangkan Pa.pam
bertugas untuk mengawasi keamanan kebun. Asisten afdeling bertanggung jawab
dalam mengelola afdeling, sedangkan asisten sipil bertangung jawab dalam
memimpin kantor teknik. Struktur organisasi Kebun Gunung Pamela terlampir
pada Lampiran 8. Kebun Gunung Pamela memiliki 7 asisten afdeling yang
memiliki tanggung jawab terhadap semua kegiatan baik SDA, SDM, dan
administrasi di afdeling masing masing. Setiap asisten afdeling dibantu oleh staf
staf afdeling yaitu mandor I, krani afdeling, krani produksi, mandor panen,
mandor pemeliharaan, krani cek sawit (KCS), centeng, dan opas kantor.
Situasi ketenagakerjaan di Kebun Gunung Pamela dibagi menjadi karyawan
staf/pimpinan dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari manager, asisten
kepala, asisten afdeling, asisten personalia kebun, asisten sipil, asisten tata usaha
dan pa.pam sedangkan karyawan non staf terdiri dari karyawan administrasi
kebun/afdeling, mandor afdeling, pemanen, penderes, pemeliharaan tanaman,
guru TK/madrasah/bilal, petugas kesehatan, karyawan teknik/transport, dan
keamanan (Tabel 1). Standard ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16-0.2.
Nilai ITK Kebun Gunung Pamela adalah 0.16. Nilai tersebut sudah memenuhi
tingkat standard tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit.
Tabel 1 Norma ketenagakerjaan Kebun Gunung Pamela, PTPN III
Uraian
Karyawan pimpinan
Administrasi kebun/ffdeling
Mandor afdeling
Pemanen kelapa sawit
Penderes karet
Pemeliharaan tanaman , dll
Guru TK/madrasah/bilal
Petugas kesehatan
Teknik/transport
Keamanan (hansip/satpam)
Total
ITK
Sumber : Kantor Kebun Gunung Pamela (2013)

Total (Orang)
14
68
57
105
309
116
32
2
40
42
785
0.16

8

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma yaitu kegiatan membuang atau membasmi tanaman
yang merugikan bagi tanaman. Pengendalian gulma sangat diperlukan karena
dapat mempermudah kegiatan yang lain seperti pemanenan, penunasan,
pemupukan dan pengangkutan tandan buah segar (TBS). Pengendalian gulma di
PTPN III Kebun Gunung Pamela dilakukan secara manual dan kimiawi yang
memfokuskan pada daerah inclusif pasar pikul, piringan, dan tempat pengumpulan
hasil (TPH). Tujuannya adalah untuk mempertahankan kondisi tanaman
menghasilkan kelapa sawit bebas dari gangguan gulma sehingga pertumbuhan
tanaman, pemupukan dan proses panen lebih optimal.
Pengendalian gulma secara manual. Menggunakan alat cangkul, parang
(Gambar 1), egrek, dan mesin babat untuk membersihkan gulma yang merambat
di pohon dan melakukan dongkel anak kayu (DAK). Penulis melakukan kegiatan
babat gulma dan mendongkel anak kayu yang berada di gawangan dan piringan.
Jenis gulma yang dijumpai umumnya berupa rumput lunak, cabai-cabaian dan
keladi. Jenis gulma berkayu yang dibersihkan meliputi Melastoma malabatrhicum
dan Chromolaena odorata dan tukulan sawit. Selain itu terdapat beberapa jenis
paku-pakuan dan alang-alang (Imperata cylindrica). Jenis paku-pakuan yang
harus dibersihkan yaitu pakis lunak (Nephrolepis biserrata), dan pakis sayur
(Diplazium asperum). Pengendalian gulma manual di Kebun Gunung Pamela
dilakukan dengan rotasi 1 kali per tahun. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 WIB
hingga pukul 14.00 WIB. Setiap pekerja diwajibkan untuk memenuhi standar
pekerjaan yang telah ditetapkan yakni 3 HK Ha-1 dalam 7 jam kerja.
Pekerjaan pengendalian gulma secara manual dikerjakan oleh 9 orang
karyawan perempuan dan 2 orang karyawan pria. Kendala yang dihadapi dalam
pekerjaan ini adalah alat kurang memadai seperti cangkul dan alat babat yang
mengalami kerusakan, keadaan topografi berupa terasan yang mengakibatkan
karyawan mengalami kesulitan untuk membabat gulma, dan kurangnya
kedisiplinan karyawan dalam menjalankan tugas. Penulis melakukan kegiatan
pengendalian gulma secara manual baik sebagai karyawan maupun sebagai
pengawas.

Gambar 1 Pengendalian gulma manual
Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia atau
dikenal dengan chemist adalah pengendalian gulma dengan cara menyemprotkan

9
herbisida ke tanaman penggangu (Gambar 2). Alat yang digunakan yakni
knapsack sprayer, yaitu alat semprot dengan sistem pompa yang memiliki
kapasitas 15 liter. Jenis nozzle yang digunakan yaitu nozzle bewarna biru dengan
lebar semprot ±2 m. Adapun jenis herbisida yang digunakan diantaranya herbisida
kontak, herbisida sistemik, dan herbisida pra tumbuh yang bersifat selektif.
Herbisida kontak yang digunakan adalah paraquat dengan merk dagang ”Ridatop”.
Herbisida tersebut memiliki bahan aktif paraquat diklorida 288 g l-1 setara dengan
ion paraquat 208.6 g l-1 yang berbentuk cairan berwarna hijau tua. Herbisida
sistemik yang digunakan adalah glifosat dengan merk dagang “Sida Up”
berbentuk cairan berwarna kuning yang mengandung IPA glyphosate 490 g l-1
setara dengan glyphosate 363 g l-1. Herbisida selektif yang digunakan adalah metil
metsulfuron dengan merk dagang “Metaben 20 WG” berbentuk bubuk berbahan
aktif metyl metsulfuron 20%. Sistem penyemprotan dilakukan dengan cara blok
per blok yang dikerjakan oleh 2 tim semprot yang dikelola secara terpusat oleh
satu afdeling dalam satu kebun yaitu afdeling V (Lima).
Pengendalian secara kimia dilakukan pada piringan dan inclusif pasar pikul.
Karyawan yang bekerja sebagai penyemprot sekitar 7 orang yang terdiri atas 5
wanita dan 2 pria, dan dipimpin oleh 1 mandor semprot. Karyawan wanita
bertugas untuk menyemprot tanaman, sedangkan pria bertugas untuk mengambil
air, mencampur herbisida, dan mengisikan herbisida tersebut ke masing-masing
penyemprot. Setiap petugas semprot wajib memakai alat pelindung diri (APD)
berupa celana dan baju lengan panjang, topi, sarung tangan, sepatu boots, dan
masker. Sebelum menyemprot, herbisida dicampurkan terlebih dahulu di dalam
drum bertujuan agar herbisida tercampur secara merata. Jika herbisida
dicampurkan di dalam knapsack sprayer, kemungkinan racun tidak tercampur
dengan merata dengan air. Rotasi pengendalian gulma secara kimia adalah setiap
3 bulan.
Penyemprotan gulma di piringan. Jenis herbisida yang digunakan yaitu
campuran antara glifosat dan metil metsulfuron. Dosis glifosat yang digunakan
adalah 3 l ha-1 dengan konsentrasi 60 ml per 15 l dan volume semprot 400 l ha-1,
sedangkan dosis metil melsulfuron yang digunakan adalah 50-100 g ha-1 dengan
volume semprot 400-500 l ha-1. Herbisida ini berfungsi untuk mengendalikan
gulma rumput seperti Ottochloa nodosa, Ischaemum timorensis dan gulma
berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides dan Synedrella nodiflora. Kendala
yang dihadapi dalam penyemprotan piringan adalah alat yang kurang memadai
seperti tangki knapsack bocor dan pompa hidrolik sering terlepas. Setiap satu
tangki sprayer dapat digunakan untuk menyemprot 25-30 tanaman. Prestasi kerja
yang harus dicapai oleh karyawan adalah 1.25 HK ha-1 (0.8 ha HK-1) untuk areal
datar dan 2 HK ha-1 (0.5 ha HK-1) untuk areal miring, akan tetapi prestasi yang
dapat dicapai karyawan chemist adalah1 HK ha-1.
Penyemprotan gulma di gawangan (Inclusif Pasar Pikul). Jenis herbisida
paraquat dengan dosis 500 ml ha-1. Herbisida ini berfungsi untuk mengendalikan
gulma berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Borreria alata, dan Clidemia
hirta sedangkan gulma rumput seperti Axonopus compressus. Rotasi penyiangan
gulma di gawangan dilakukan setiap 3 bulan.
Tujuan penyemprotan gulma di gawangan adalah untuk mempermudah
kegiatan panen dan pemupukan. Kendala yang dialami dalam kegiatan
penyiangan di gawangan yakni pertumbuhan gulma terlalu cepat, alat yang kurang

10
memadai seperti tangki kap yang masih bocor dan kondisi cuaca yang tidak
menentu. Prestasi kerja yang telah ditetapkan yaitu 1.25 HK ha-1 (0.8 ha HK-1)
untuk areal datar dan 2 HK ha-1 (0.5 ha HK-1) untuk areal miring. Akan tetapi
prestasi kerja karyawan chemist adalah 1 HK ha-1 (1 Ha HK-1). Selama kegiatan
penyemprotan, penulis tidak melakukan kegiatan tersebut namun mendampingi
mandor semprot untuk mengawasi para penyemprot.

Gambar 2 Pengendalian gulma secara kimia
Penunasan (Pruning)
Penunasan adalah kegiatan memotong pelepah daun yang tidak produktif
dengan tujuan untuk mempertahankan jumlah pelepah daun sesuai umur tanaman,
mempertahankan luas permukaan daun untuk proses fotosintesis, mempermudah
pelaksanaan panen dan mencegah kehilangan brondolan yang tersangkut di ketiak
pelepah.
Jenis penunasan kelapa sawit terdiri dari tiga yaitu tunas selektif, tunas
periodik, dan tunas progresif. Penunasan selektif dilaksanakan pada tanaman
menghasilkan 1 sampai dengan tanaman menghasilkan 2 dengan melakukan
penunasan pelepah yang rata dengan tanah dan pelepah yang telah menguning
atau kering. Jumlah pelepah yang dipertahankan adalah 56-64 pelepah. Rotasi
kegiatan tunas selektif dilakukan selama 2 kali per tahun. Penunasan periodik
dilaksanakan pada tanaman menghasilkan >4 tahun. Pelepah yang harus
dipertahankan dalam 1 pokok kelapa sawit berdasarkan umur tanaman tersebut
yaitu untuk tanaman 8 tahun jumlah pelepah yang
dipertahankan 48-56 atau songgo dua yakni mempertahankan minimal 2 pelepah
dibawah tandan tertua. Rotasi kegiatan tunas periodik dilakukan selama 9 bulan.
Penunasan progresif dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen, yaitu
memotong pelepah terlebih dahulu sebelum menurunkan TBS. Penunasan tersebut
dilakukan oleh pemanen pada hancak panennya. Penunasan periodik dilakukan
pada saat kondisi tertentu dan tidak bersamaan dengan kegiatan panen.
Pemotongan pelepah dilakukan rapat ke pangkal pelepah dan bidang potongan
berbentuk tapak kuda yang miring keluar membentuk sudut 15°-30° terhadap
bidang datar. Pangkal pelepah bekas tunasan yang menempel pada pohon harus
kurang dari 5 cm bertujuan mencegah tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah.
Pelepah yang telah ditunas dipotong tiga bagian lalu dikumpulkan dan ditumpuk
diantara tanaman pada areal datar sampai bergelombang dengan membentuk huruf
“U”. Pada areal miring pelepah tidak dipotong namun ditumpuk diantara barisan
tanaman dengan posisi tegak lurus terhadap kemiringan yang bertujuan untuk

11
mengurangi erosi permukaan. Penulis tidak melakukan kegiatan penunasan namun
mendampingi mandor panen untuk mengawasi para pemanen melakukan
penunasan. Kegiatan penunasan dilakukan oleh setiap pemanen (Gambar 3).

Gambar 3 Kegiatan penunasan kelapa sawit
Pembuatan Pasar Transportasi
Pembuatan jalan transportasi di Kebun Gunung Pamela khususnya Afdeling
V dikerjakan dengan menggunakan alat ekscavator (Hitachi EX200). Alat ini
berfungsi untuk memudahkan dalam pembuatan jalan transportasi di daerah lahan
marjinal, mengurangi jumlah tenaga kerja, meminimalkan kerusakan lahan dan
mempersingkat waktu kerja karena menggunakan tenaga mekanis. Ekscavator
tersebut dioperasikan oleh 2 orang, yaitu 1 orang operator dan 1 orang pembantu
operator yang diawasi oleh seorang centeng. Pembuatan jalan transportasi diawali
dengan mengikis atau mengeruk jalan yang tidak produktif dan jalan yang berada
di lahan marjinal agar memudahkan pengangkutan tandan buah segar (TBS) yang
sudah dipanen pada lahan marjinal (Gambar 4a). Pohon kelapa sawit yang tidak
produktif atau jantan ditumbangkan dan diletakan di sebelah pasar dan ditimbun
dengan tanah. Selain itu, jalan transportasi ditinggikan dengan cara menimbun
tanah yang diambil dari penggalian lubang (rorak) disebelah jalan (Gambar 4b).
Rorak berfungsi untuk menampung air sebagai tempat cadangan air. Jalan
transportasi berukuran lebar 4 m dan panjang sesuai panjang jalan, sedangkan
ukuran rorak sekitar 2 m x 2 m. Prestasi kerja ekscavator yang telah ditentukan
yaitu 500 m per hari kerja. Namun selama penulis melakukan pengawasan
terhadap kegiatan tersebut, prestasi pekerja ekscavator sekitar 300 m per hari kerja.
Pekerjaan ekscavator dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB
dengan waktu istirahat 1 jam. Kebutuhan bahan bakar yang dibutuhkan dalam satu
hari sekitar 75 liter atau tergantung dari kondisi lahan. Kendala yang dialami
selama kegiatan tersebut adalah kerusakan pada alat ekscavator yang
mengakibatkan tidak tercapainya prestasi kerja.

(a)
(b)
Gambar 4 (a) Pembuatan jalan transportasi : (b) Pembuatan rorak

12
Pemupukan
Pemupukan adalah pemberian unsur hara sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan pada tanaman. Hal tersebut bertujuan untuk memacu pertumbuhan,
mengganti unsur hara yang telah terpakai atau hilang karena tercuci dan terangkut
bersama produksi. Kegiatan pemupukan diawali dengan kegiatan perencanaan
pemupukan untuk menentukan jenis dan dosis pemupukan berdasarkan
rekomendasi, jumlah pupuk, jumlah tenaga kerja yang digunakan, peralatan dan
perlengkapan yang digunakan dan persiapan lokasi.
Afdeling V Kebun Gunung Pamela menerapkan kegiatan untilan pupuk
dengan cara membagi satu karung pupuk kedalam ember masing masing pemupuk
dengan takaran 8-10 kg per pemupuk untuk diaplikasikan ke tanaman yang akan
dipupuk. Organisasi pemupukan terdiri dari pengangkut pupuk, pelangsir pupuk,
dan penabur pupuk. Alat yang digunakan selama melakukan kegiatan pemupukan
yaitu sepatu boots, baju lengan panjang, celana panjang, sarung tangan, ember,
alat takar pupuk, dan peta pemupukan.
Pengangkutan pupuk. Kegiatan pengangkutan pupuk dilakukan di gudang
pupuk yang diawasi oleh mandor pupuk untuk menentukan jumlah karung pupuk
yang dibutuhkan. Mandor pupuk dibantu oleh tiga orang kenek yang bertugas
untuk membantu mengangkut pupuk ke truk. Pupuk yang yang telah diangkut
diletakan atau ditumpukan di daerah supply point besar yaitu titik ecer besar untuk
menempatkan karung pupuk yang akan diecer ke titik ecer kecil. Setelah itu pupuk
di ecer di setiap daerah supply point kecil. Pupuk yang sudah diecer harus diawasi
agar tidak terjadi kehilangan pupuk dan pembuangan pupuk oleh pekerja. Oleh
sebab itu, diperlukan satu orang karyawan yang bertugas untuk menjaga pupuk
sekaligus merangkap sebagai pengumpul karung pupuk dari setiap pengenceran
pupuk. Karung pupuk yang sudah digunakan lalu dikumpulkan dan digulung
setiap 10 lembar karung yang bertujuan memudahkan pengawasan jumlah pupuk
yang dibawa ke lapangan dan memastikan bahwa semua pupuk sudah ditabur dan
tidak ada yang disembunyikan atau dibuang.
Kegiatan pemupukan dilakukan pagi hari dengan kondisi cuaca yang cerah
dan tidak dianjurkan melakukan kegiatan pemupukan dengan kondisi hujan
karena dapat menyebabkan pupuk tercuci dan mengeras. Beberapa hal yang harus
disiapkan sebelum melakukan kegiatan pemupukan yaitu persiapan blok yang
akan dipupuk, alat pelindung diri (APD), takaran pupuk, jenis dan dosis pupuk,
kondisi piringan yang terbebas dari gulma dan alat transportasi untuk pengenceran
pupuk.
Pelangsiran pupuk dan penaburan pupuk. Pelangsiran pupuk dikerjakan
oleh dua orang mandor yang dibantu oleh 2 orang kenek yang bertugas untuk
mengangkut pupuk. Alat transportasi yang digunakan untuk melangsir pupuk
adalah sepeda motor. Satu sepeda motor dapat mengangkut satu atau dua pupuk.
Pupuk diambil dari supply point besar dan diecer ditempat supply point kecil.
Pelangsir pupuk juga meletakan pupuk di pasar tengah untuk memudahkan
penabur untuk mengambil pupuk.
Penaburan pupuk dimulai dari pinggir collection road menuju ke pasar
tengah. Pupuk yang ditabur dibuat satu lingkaran penuh mengelilingi piringan
(Gambar 5). Untuk areal tanah rata, penaburan pupuk diwajibkan membentuk satu
lingkaran penuh. Penaburan pupuk dilakukan sesuai dengan takaran dan dosis
yang telah direkomendasikan. Selama penulis melakukan magang, penulis

13
melakukan kegiatan pelangsiran pupuk dan sebagai pengawas pemupukan.
Prestasi kerja yang sudah ditetapkan oleh perusahaan yang harus dicapai oleh
setiap karyawan adalah 200 kg HK-1 dalam 7 jam kerja. Penulis melakukan
kegiatan pemupukan Dolomit dan TSP. Namun penulis hanya mengawasi
kegiatan tersebut sehingga tidak memiliki prestasi kerja. Pemupukan dolomit dan
TSP dilakukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM) kelapa sawit, sedangkan TSP hanya diaplikasikan pada TBM.
Pemupukan pada TBM, pupuk yang pertama diaplikasikan yaitu dolomit terlebih
dahulu, setelah itu seminggu kemudian pupuk TSP diaplikasikan di tempat yang
sama. Karyawan yang diawasi selama kegiatan pemupukan sebanyak 12 orang.
Prestasi kerja karyawan selama penulis melakukan pengawasan yaitu 200 kg HK-1.

Gambar 5 Aplikasi pemupukan TM kelapa sawit
Pemanenan Kelapa Sawit
Panen adalah kegiatan menurunkan tandan buah segar (TBS) dengan
menggunakan alat egrek/dodos. Kriteria matang panen merupakan salah satu
kriteria untuk menentukan TBS yang dapat dipanen. Urutan kegiatan pemanen
yaitu pemotongan TBS di pohon kelapa sawit, mengutip brondolan dengan
menggunakan goni, memotong pelepah, mengumpulkan TBS ke tempat
pengumpulan hasil (TPH), penomoran di setiap TBS, dan pengangkutan TBS ke
pabrik. Kebun Gunung Pamela menerapkan target dan realisasi produksi untuk
setiap afdeling. Target dan produksi Afdeling V (Lima) tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi tandan buah segar periode Januari-Mei 2013
Produksi TBS
Realisasi terhadap
Periode
Target
Realisasi
target (%)
kg
Januari
552 300
588 790
106.61
Februari
535 900
545 900
101.87
Maret
572 700
520 810
90.94
April
584 000
471 450
80.73
Mei
781 400
514 490
65.84
Sumber : Kantor Afdeling V, Kebun Gunung Pamela (2013)
Sistem Panen. Sistem panen yang dilakukan di Afdeling V Kebun Gunung
Pamela adalah pemanenan yang dilakukan dan diselesaikan pada satu kapveld per
hari kerja berdasarkan interval yang telah ditentukan. Satu kapveld terdiri dari
beberapa blok dan dibagi menjadi beberapa hanca yang harus diselesaikan oleh

14
pemanen dalam jangka waktu satu hari. Pemanen melakukan kegiatan pemanenan
dengan cara menurunkan TBS sekaligus mengutip brondolan yang berada
disekitar pohon kelapa sawit. Metode yang digunakan dalam kegiatan pemanen di
Afdeling V adalah sistem hanca giring tetap dimana pemanen sudah memiliki
hanca setiap harinya di setiap kapveld.
Kriteria Matang Tandan Buah Segar. Kriteria matang panen merupakan
syarat utama untuk menentukan TBS yang akan diapanen. Kriteria tersebut dapat
dilihat dari jumlah brondolan yang jatuh disekitar piringan. Brondolan yang jatuh
secara alami dan bukan dikarenakan oleh serangan hama. Kebun Gunung Pamela
menerapkan TBS yang dapat dipanen dengan kriteria jumlah brondolan yaitu
untuk areal berbukit maksimal 1 brondolan per TBS, untuk areal bergelombang
maksimal 5 brondolan per TBS, dan untuk areal tanah rata maksimal 10 brondolan
per TBS. Kriteria mutu buah di PTPN III dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria mutu tandan buah segar di Kebun Gunung Pamela, PTPN III
Kriteria mutu TBS
Buah mentah
Buah agak
matang
Buah matang
Buah lewat
matang
Buah banci
Buah mantel

Keterangan
Buah normal
Buah tidak membrondol berwarna hitam pekat
12.5%-25% buah luar membrondol, berwarna merah mengkilat
26%-50% buah luar membrondol berwarna merah mengkilat
50%-100% buah luar atau sebagian buah bagian dalam
membrondol
Buah abnormal
Muncul bunga jantan atau bunga betina dalam satu tandan
Buah berlapis dan tidak memiliki inti

Sumber : Kantor Afdeling V, Kebun Gunung Pamela (2013)
Selama melakukan kegiatan magang, penulis menemukan beberapa buah
yang dapat digolongkan menjadi buah abnormal yaitu buah landak dan buah batu
dan buah busuk. Buah landak memiliki ciri adanya bunga betina di bagian
buahnya. Buah batu memiliki ciri tidak jatuhnya brondolan walaupun warna buah
merah mengkilat atau fraksi 2 (matang). Buah busuk memilki ciri warna buahnya
sudah kecoklatan dan berbau busuk.
Rotasi Panen. Rotasi panen adalah interval yang dibutuhkan untuk kembali
ke kapveld/blok yang sudah dipanen sebelumnya. Rotasi panen dilakukan 7 hari
dengan rumus standard 5/7 untuk semester I dan 6/7 untuk semester II sehingga
Afdeling V Kebun Gunung Pamela pada semester I menerapkan rotasi panen 5/7
yang terdiri dari 5 kapveld panen dalam seminggu.
Kapveld Panen. Kapveld panen adalah luasan areal terdiri atas beberapa
blok yang terbagi menjadi beberapa hanca dan harus dipanen dalam jangka waktu
satu hari. Afdeling V (Lima) Kebun Gunung Pamela memiliki 5 kapveld panen
pada semester I dan 6 kapveld panen pada semester II. Penetapan kapveld panen
ini dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dan membagi hanca panen
kepada setiap pemanen sehingga mempermudah pekerjaan panen dan
pengontrolan oleh asisten dan supervisi. Penomoran kapveld menggunakan angka
romawi, yakni kapveld I, kapveld II, kapveld III, kapveld IV, dan kapveld V.

15
Kegiatan panen pada setiap kapveld dimulai pada hari senin hingga jumat. Luas
masing masing kapveld panen di Afdeling V dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan tabel, terdapat perbedaan antara luas kapveld yang telah ditentukan
dengan realisasi luas kapveld. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh keadaan areal
atau topografi dan posisi masing-masing blok. Selain itu, jumlah luasan panen
ditentukan oleh jumlah blok yang akan dipanen sedangkan rata-rata luas panen
ditentukan oleh perhitungan kapveld panen dalam satu afdeling. Afdeling V
Kebun Gunung Pamela memiliki luas areal tanaman menghasilkan (TM) 448.44
ha. Perhitungan dalam menentukan kapveld panen adalah sebagai berikut :
A. Luas rata rata per kapveld =
B. Luas rata rata per 5 jam kerja =
C. Penambahan luas areal =
D. Luas rata rata kapveld panen hari biasa = 89.69 ha + 5.126 ha = 94.816 ha
E. Luas rata rata kapveld panen hari jum’at = 64.06 ha+5.126 ha = 69.186 ha
Tabel 4 Luas kapveld Afdeling V Kebun Gunung Pamela
Kapveld

Hari

Rata rata luas kapveld panen (ha)

Luas (ha)

I
II
III
IV
V

Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum'at

94.816
94.816
94.816
94.816
69.186

96.09
74.09
87.71
97.31
93.24

Sumber : Kantor Afdeling V, Kebun Gunung Pamela (2013)
Angka Kerapatan Panen. Angka kerapatan panen (AKP) adalah suatu
satuan yang menggambarkan rata-rata tandan matang panen per pohon dan
penyebaran tandan matang panen. AKP bermanfaat untuk memperkirakan
produksi yang akan dipanen, memperkirakan kebutuhan tenaga pemanen dan
memperkirakan kebutuhan armada pengangkutan. Afdeling V memiliki satu orang
karyawan yang bertugas untuk mengitung AKP setiap harinya. Selama melakukan
magang, penulis melakukan kegiatan AKP bersama krani AKP untuk
memperkirakan taksasi produksi untuk esok hari. Tahapan dalam kegiatan AKP
adalah menetapkan blok sampel untuk setiap kapveld, yaitu satu blok sampel
untuk setiap tahun tanam. Jumlah sampel adalah 3-5% dari jumlah pohon dalam
satu blok sampel. Selanjutnya, menetapkan baris sampel dalam setiap blok sampel.
Seluruh pohon dalam baris sampel diperiksa dan dicatat jumlah tandan matang
panen.
Kebutuhan Tenaga Pemanen. Kegiatan pemanenan membutuhkan tenaga
yang memiliki kemampuan yang berkompeten dalam hal pemanenan sehingga
setiap hari harus memperkirakan kebutuhan tenaga untuk memanen setiap kapveld
yang akan dipanen. Perhitungan kebutuhan tenaga pemanen didasari oleh luas
areal tanaman menghasilkan (TM), rotasi panen dan kemampuan rata rata
pemanen. Berikut adalah cara perhitungan kebutuhan tenaga pemanen :

16
Luas areal TM = 448.44 ha
Rotasi panen = 5/7
Kemampuan rata-rata pemanen = 4 ha
Kebutuhan tenaga pemanen =
=
= 22 pemanen per hari
Pelaksananan Panen. Pelaksanaan panen di Afdeling V Kebun Gunung
Pamela dilakukan dengan menggunakan egrek karena tanaman menghasilkan
yang dipanen berumur lebih dari 8 tahun (Gambar 6a). Kegiatan panen diawasi
oleh mandor panen yang masing-masing mengatur 10–15 pemanen. Setelah apel
pagi, mandor panen memberikan pengarahan dan membagi hanca kepada
pemanen. Setiap pemanen memotong tandan buah segar (TBS) yang telah
membrondol secara alami dengan kriteria 10 brondolan per tandan untuk areal
datar dan 5 brondolan per tandan untuk areal bergelombang. Pelepah yang berada
di bawah TBS yang akan dipanen wajib diturunkan sebelum memotong TBS akan
tetapi jumlah pelepah yang tinggal di pokok harus sesuai dengan standar jumlah
pelepah per pohon. Pelepah yang sudah diturunkan dipotong tiga dan ditempatkan
di gawangan mati membentuk huruf “U” untuk areal datar, sedangkan pada areal
bergelombang pelepah tidak dipotong namun penempatan pelepah sejajar kontur.

(a)

(b)

(c)

(d)
(e)
(f)
Gambar 6 Kegiatan panen kelapa sawit: (a) penurunan buah;(b) pengumpulan
brondolan;(c) pemotongan tandan;(d) pengangkutan ke TPH; (e)
penyusunan buah di TPH, (f) pengangkutan buah ke truk
Tandan buah yang sudah dipanen tangkai tandan dipotong rapat ±2.5 cm
dari dasar tangkai membentuk cangkem kodok atau mulut ikan (Gambar 6b).
Tand