Analisis Wakamono Kotoba Bahasa Jepang Studi Kasus Komik Detective Conan

(1)

ANALISIS WAKAMONO KOTOBA BAHASA JEPANG STUDI KASUS

KOMIK DETECTIVE CONAN

DETECTIVE CONAN MANGA NO NIHONG

GO DE NO WAKAMONO KOTOBA NO BUNSHEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang.

Oleh :

RIO ALAEXANDRO NIM : 020708027

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG

MEDAN

2008


(2)

DETECTIVE CONAN MANGA NO NIHONG

GO DE NO WAKAMONO KOTOBA NO BUNSHEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang.

Oleh :

RIO ALAEXANDRO NIM : 020708027

Pembimbing I Pembimbing II

Adriana Hasibuan. SS. M. Hum Drs. Amin Sihombing NIP : 131662152 NIP : 131945676

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG

MEDAN


(3)

Disetujui, Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi S- 1 Sastra Jepang Ketua Program Studi

Drs. Hamzon Situmorang. M. S. Phd NIP. 131422712


(4)

PENGESAHAN Diterima oleh,

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Pada Pukul : 09.00 WIB Tanggal : 31 Juli 2008 Hari : Kamis

Fakultas Sastra Dekan,

Drs. Syaifuddin, MA, Phd NIP. 132098531

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Phd ( ) 2. Adriana Hasibuan, SS, M Hum ( ) 3. Drs. Eman Kusdiana, M Hum ( )


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur hanya untuk allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan nikmat-Nya berupa iman dan kesehatan sehingga Saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul Analisis Wakamono Kotoba Dalam Bahasa Jepang Studi Kasus Komik Detective Conan. Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs Saifuddin, M.A, Phd, selaku Dekan Fakultas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hamzon Situmorang, M.S. Phd, selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang

3. Ibu Adriana Hasibuan, SS. M. Hum, selaku dosen pembimbing I, yang dengan sabar membimbing dan telah meluangkan waktu dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Amin Sihombing, selaku pembimbing II yang dengan teliti memeriksa proses penelitian skripsi ini.

5. Seluruh dosen Jurusan Sastra Jepang, yang telah ikhlas memberikan ilmu sejak awal perkuliahan sampai selesai

6. Kedua orang tua ku tercinta, atas doa, ridho, kasih sayang dan ikhlasnya, akhirnya ananda dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kakak ku tersayang, yang tak bosan memberikan semangat, dukungan, doa dan nasehat. Terima kasih atas segalanya

8. Sahabat-sahabatku..Ibeth, Reja, Trie, Sari dan yang tak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, semangat, motivasi dan segala bantuannya. Semoga kita


(6)

9. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk MQ22, yang bagaikan matahari memberikan ku energi, semangat, motivasi, kasih sayang hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan…Rajak, Heri, Rian, Nila, Ocha, Chire, Manda, Muklis, Nelvi, Bule, Friska, Era, Dear, Elida, Tiur. Terima kasih atas canda tawa yang kalian beri.

11.Kakak-kakak dan Adik-adik kelas di Sastra Jepang, Terima kasih atas dukungannya. 12.Dan semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kesalahan serta kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Medan, 26 Juli 2008 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……….... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2Perumusan Masalah ………... 5

1.3Ruang Lingkup Pembahasan ……….. 6

1.4Tinjauan Pustaka ………... 6

1.5 Kerangka Teori ………. 7

1.6 Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….... 9

1.7 Metode Penelitian ……….. 9

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BAHASA SLANG DI JEPANG 2.1 Pengertian Bahasa Slang ……….. 11

2.2 Jenis Bahasa Slang ……….. 12

2.3 Bahasa Salng di Jepang ……….. 14

2.3.1 Contoh Jenis Pertama ………. 17

2.3.2 Contoh Jenis Kedua ………. 17

2.3.3 Contoh Jenis Ketiga ………. 18

2.4 Perkembangan Bahasa slang di Jepang ………. 20

2.4.1 Sejarah Munculnya Bahasa Slang di Jepang ……… 20

2.4.2 Perkembangan Bahasa Slang di Jepang ……… 21

2.5 Pengaruh Bahasa Asing Dalam Perkembangan Wakamono Kotoba di Jepang ……… 22


(8)

2.6.2 Dalam Komik ………. 26

2.7 Komik ……….. 27

2.7.1 Jenis Komik ……….. 28

2.7.2 Komik detective Conan ………. 28

BAB III ANALISIS WAKAMONO KOTOBA STUDI KASUS KOMIK DETECTIVE CONAN 3.1 Pembentukan Kosakata ………. 30

3.2 Ciri dan Rumusan Pembentukan Kosakata ……… 34

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ………. 37

4.2 Saran ………. 38 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah :

Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud dan tujuan kepada orang lain. Seperti yang dikatakan oleh Gorys Keraf dan Abdul Chaer :

Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat abitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi dan untuk mengidentifikasikan diri (1998:1)

Selain itu bahasa merupakan salah satu aspek dari kebudayaan. Sebagai salah satu manifestasi kebudayaan, bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam setiap kebudayaan bahasa merupakan suatu unsur pokok yang terdapat dalam masyarakat. Keanekaragaman bahasa dalam masyarakat, baik dalam cakupan yang luas (internasional), maupun bahasa nasional.Kalau kita membuka buku linguistik dari berbagai pakar bahasa, akan kita jumpai berbagai rumusan mengenai hakikat bahasa. Rumusan-rumusan itu kalau dibutiri akan menghasilkan sejumlah ciri yang merupakan hakikat bahasa. Ciri-ciri yang merupakan hakikat bahasa itu antara lain adalah bahwa bahasa itu adalah sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Yang dimaksud beragam dalam variasi bahasa tersebut ialah, bahwa bahasa memiliki banyak bentuk, variasi dan ragam. Ragam bahasa tersebut antara lain :

1. Ragam bahasa hormat. 2. Ragam bahasa santai/biasa. 3. Ragam bahasa formal.


(10)

Bahasa slang yang merupakan topik utama yang dibahas dalam penelitian ini merupakan bagian dari ragam bahasa biasa/santai yang tersebut diatas. Menurut Abdul Chaer dan Leonie yang dimaksud dengan slang adalah “ variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia” (2004 : 22). Artinya, variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan diluar kelompok itu. Oleh karena itu, kosa kata yang digunakan dalam bahasa slang ini selalu berubah-ubah. Slang memang lebih merupakan bidang kosakata daripada bidang fonologi maupun gramatika .

Slang bersifat temporal, dan lebih umum digunakan oleh kaula muda, meski kaula tua pun ada pula yang menggunakannya. Karena slang ini bersifat kelompok dan rahasia, maka timbul kesan bahwa slang ini adalah bahasa rahasianya para pencopet dan penjahat, padahal tidaklah demikian. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan pula kosakata yang digunakan dalam slang selalu beubah. Dalam hal ini yang disebut bahasa prokem ( lihat Rahardjo dan Camber Loir 1988 : 72 ; juga Kawira 1990 : 54 ) dapat dikatagorikan sebagai slang.

Bahasa Jepang sebagai salah satu bahasa yang diakui dunia internasional juga memiliki dan mengenal variasi bahasa yang disebut slang dalam bahasa Inggris, bahasa prokem dalam bahasa Indonesia dan disebut wakamono kotoba ( bahasa anak muda) di Jepang. Bahasa slang atau wakamono no kotoba di Jepang telah lama ada, dimulai sejak jaman Edo dimana bahasa ini digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu, misalnya diantara kelompok para pedagang, kelompok satuan militer, petani dan antar kelompok yang memiliki profesi atau lingungan yang sejenis. Akan tetapi bahasa ini lebih banyak digunakan oleh kaum bandit/penjahat sehingga ada anggapan pada awalnya bahasa ini merupakan bahasanya pelaku kriminalitas. Hingga pada akhir jaman restorasi Meiji keberadaan bahasa ini masih terdapat ditengah masyarakat, tetapi lebih sering digunakan oleh kaum yakuza / mafia Jepang (www.senshigakuen.com)


(11)

Dewasa ini seiring dengan perkembangan dan kemajuan kebudayaan, penggunaan bahasa slang tidak lagi menjadi monopoli kaum yakuza atau kaum bandit. Para kaula muda di Jepang seperti halnya kaula muda dinegara lain juga memiliki bahasa slang tersendiri yang disebut sebagai “wakamono kotoba” , wakamono yang berarti kaula muda dan kotoba yang berarti kosakata. Mereka menggunakan bahasa tersebut untuk mengeksperesikan perasaan mereka terhadap sesuatu, misalnya kekaguman, ketidak sukaan dan perasaan-perasaan lainnya.Salah satu contoh untuk menyatakan kekaguman akan sesuatu kaula muda diJepang akan mengatakan “Kakkoii” yang berarti keren atau hebat yang padanannya dalam bahasa resmi atau bahasa baku ialah “erai” atau “sugoi”. Beberapa wakamono kotoba diciptakan oleh komunitas remaja Jepang. Istilah-istilah ini timbul dari apa yang mereka lihat dan rasakan. Contohnya kata daru-daru yang berarti tsukaremashita (capek sekali). Kata ini muncul dari kata sifat darui yang artinya ‘merasa lemas, lemah’ Contoh lainnya adalah seperti kata tsuchitteiru yang merupakan istilah atau sebutan untuk orang yang tidak suka dandan atau selalu bermuka capek atau lelah, kata ini muncul dari kata tsuchi (tanah), karena orang yang tidak berdandan atau capek terlihat kotor seperti tanah. Contoh kata penggunaan kata lain ialah kata mimidanbo yang berarti ‘dengarkan baik-baik’, yang berasal dari kalimat dandan kikimasu mendengar secara bertahap).

Prosa merupakan salah satu dari genre sastra, sesuai dengan objek penelitian ini maka penulis mengambil salah satu bentuk dari prosa yaitu komik. Kata komik diadopsi dari kata Comic dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Jepang komik disebut mangga. Mangga sudah muncul sejak tahun 1930 yang tidak hanya satu buku tetapi juga terdapat dalam beberapa jilid bersambung pada sebuah gulungan kertas. Di Jepang komik dibagi menjadi 4 macam menurut kelompok pembacanya, antara lain :


(12)

3. Komik anak laki-laki (shounen mangga) 4. Komik anak perempuan (shoujo mangga)

Dari ke empat macam komik ini semuanya tersaji dalam bermacam-macam genre, mulai dari action, horor, petualangan, detective, humor sampai romantis yang jelas dalam penyajian alur cerita serta penyajian gambarnya disesuaikan dengan batasan umur. Untuk anak-anak tidak disajikan gambar-gambar erotis serta tindak kekerasan /sadisme.

Komik di Jepang mempunyai pengaruh yang sangat besar, terlebih Jepang merupakan negara pembuat komik yang terkenal produktif. Tidak hanya dalam negeri, tapi juga dinikmati diberbagai negara dan bangsa didunia ini. Komik merupakan media yang dapat digunakan sebagai sarana menggambarkan situasi yang terjadi pada jaman tersebut.

Banyak pengarang senior dan junior yang menghasilkan karya besar, namun untuk penelitian ini penulis menggunakan karya komikus Ghoso Aoyama dalam komik “Detective Conan” yang merupakan komik import berbahasa Jepang untuk menganalisa pengunaan bahasa slang di Jepang khususnya dikalangan remaja Jepang. Komik ini menceritakan tentang seorang detektif remaja bernama Shinici yang fisiknya berubah menjadi bocah SD setelah meminum racun yang diberikan oleh musuhnya. Ia memulai petualangannya sebagai bocah dengan nama Conan, yang selalu membantu memecahkan kasus-kasus kriminal di kepolisian yang dipimpin oleh detektif senior Moori. Pada dasarnya hampir semua kasus dipecahkan dan diselesaikan oleh Conan, tetapi ia menutupi identitas dirinya dan membiarkan detektif Moori mendapat nama besar dari kasus yang terselesaikan.

Dalam komik ini terdapat banyak pengguanan bahasa slang / wakamono no kotoba dikarenakan komik ini lebih ditujukan kepada remaja, meski tidak sedikit orang dewasa dan anak-anak yang membacanya. Walau isi ceritanya cukup berat untuk dikonsumsi anak-anak. Dari komik tersebut nantinya penulis akan menganalisa penggunaan-penggunan wakamono kotoba yang terdapat dalam komik, jenis-jenisnya dan proses pembentukan kata tersebut.


(13)

1.2 Perumusan Masalah

Setiap bahasa yang terdapat di dunia pasti mengenal dan memliki keragaman atau variasi bahasa. Variasi bahasa ialah keragaman bahasa yang terdapat pada masyarakat tutur (Kridalaksana 1974 : 134) dan merupakan bahasan pokok dalam bidang sosiolinguistik. Dalam hal ini sosiolinguistik berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oeh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi atau ragam bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.

Hartman dan Strok (1972 : 65) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, (c) pokok pembicaraan. Preston dan Shuy (1979 : 43) membagi variasi bahasa khususnya bahasa Inggris Amerika berdasarkan (a) penutur, (b) interaksi, (c) kode dan (d) realisasi. Halliday (1970, 1990 : 76) membedakan variasi bahasa berdasarkan (a) pemakai yang disebut dialek, dan (b) pemakaian yang disebut register. Sedangkan Mc David (1969 : 38) membagi variasi bahasa ini berdasarkan (a) dimensi regional, (b) dimensi sosial, dan (c) dimensi temporal.

Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih sering menggunakan ragam bahasa santai/biasa, bahkan dalam lingkungan pergaulan anak muda/remaja tak jarang menggunakan ragam bahasa prokem/gaul. Penggunaan kosakata bahasa ini diperoleh dari berbagai macam sumber seperti, pergaulan sehari-hari, multi media (televisi, majalah, komik dll). Sebagai negara yang memiliki tingkat produktivitas komik yang tinggi, komik dalam kehidupan remaja/anak


(14)

muda di Jepang cukup berpengaruh. Dalam hal ini sesuai dengan topik bahasan penulis yaitu pemakaian wakamono no kotoba dalam sebuah komik original Jepang.

Dari uraian diatas dapat kita ambil suatu masalah yang berkaitan dengan apa yang ingin diangkat oleh penulis. Yaitu variasi bahasa berdasarkan penuturnya yang disebut sosiolek, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam hal ini bahasa slang adalah pembahasan yang termasuk didalamnya.

Adapun permasalahan yang ingin saya bahas adalah :

1. Wakamono no kotoba apa saja yang terdapat dalam komik Detective Conan.

2. Bagaimana pembentukan kosakata wakamono no kotoba dalam komik Detective Conan. 3. Bagaimana ciri khas wakamono no kotoba dalam komik Detective Conan.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Sesuai dengan judul proposal yang terlampir dihalaman depan. Maka ruang lingkup pembahasan adalah penggunaan bahasa prokem atau wakamono no kotoba yang terdapat pada komik Detective Conan versi original Jepang. Disini penulis akan menggunakan 8 seri dari komik tersebut, yaitu mulai jilid 10-17. Dari penggunaan-penggunaan wakamono no kotoba yang terdapat dalam komik tersebut akan diambil suatu gambaran tentang penggunaan wakamono no kotoba dalam pergaulan anak muda di Jepang dewasa ini, dan melihat perkembangan wakamono no kotoba di Jepang.

1.4 Tinjauan Pustaka

Menurut Abdul Chaer dan Leony (2004 : 11) bahasa adalah sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil sifat bahasa yang bersifat beragam. Maksudnya meskipun


(15)

sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan penutur yang heterogen yang memiliki latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam. Hal ini sesuai dengan Kridalaksana (1974 : 134) yang mendefenisikan sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang berusaha menjelaskan ciri-ciri variasi bahasa dan menetapkan korelasi ciri-ciri variasi tesebut dengan ciri-ciri sosial kemasyarakatan.

Harman dan Stork (1972 : 65) membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, dan (c) pokok pembicaraan. Remaja dan anak muda (13-24 tahun) merupakan bagian dari masyarakat tutur yang memiliki bahasa-bahasa tersendiri. Bahasa-bahasa tersebut lebih merupakan kosakata dari pada pola-pola kalimat. Kita mengenal bahasa tersebut dengan sebutan bahasa gaul, bahasa slang di Inggris dan wakamono no kotoba di Jepang. Yang dimaksud dengan bahasa slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Slang bersifat temporal sehingga kosakata yang digunakan sering berubah-ubah (Kawira 1990 : 54). Dari pandangan teori diatas dapat diketahui bahasa memiliki bentuk yang beragam, dan keragaman ini dipengaruhi banyak faktor yang salah satunya latar belakang sosial dari penutur bahasa. Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang paling sesuai digunakan dalam melihat studi kasus tentang ragam bahasa, termasuk ragam bahasa prokem.

1.5 Kerangka Teori

Penelitiaan ini dilakukan melalui komik yang merupakan sebuah karya sastra. Menurut Aminuddin (2000 : 39) mengatakan bahwa sastra adalah karya seni, karena itu ia mempunyai sifat yang sama dengan karya seni yang lain. Seperti seni suara, seni rupa dan lain-lain. Yang membedakannya dengan seni lain adalah bahwa sastra memiliki aspek bahasa.


(16)

Menurut Wellek dalam Melani Budianto (1997 : 39) bahwa sastra adalah lembaga sosial yang memakai medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial.

Menurut Jan Van Luxemburg (1986 :23,24) sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pada kurun waktu tertentu dapat mencerminkan kenyataan dalam masterakat dan merupakan sarana untuk memahaminya. Untuk membuktikan bahwa dalam komik yang dipakai sebagai bahan penelitian terdapat budaya/trend/gejala sosial mengenai penggunaan wakamono no kotoba, maka penuliis menggunakan teori Semiotika.

Menurut Jan Van Luxemburg (1992 : 46) bahwa Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda, lambang dan proses perlambangan. Ilmu tentang semiotik ini menganggap bahwa fenomena sosial maupun masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Dengan menggunakan teori-teori dari ilmu tersebut penulis akan melihat, mempelajari tanda-tanda atau perlambangan yang terdapat pada komik Detective Conan yang menjadi studi kasus pada penelitian ini. Sehingga dapat menangkap dan menganalisa tanda-tanda dan perlambangan yang menjadi fenomena, yang kemudian dihubungkan dengan masalah atau gejala sosial yang ada.

J. A . Fishman (1974 : 4) berpendapat bahwa “ Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa , fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur. Hal ini sejalan dengan kajian yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu menganalisis tentang variasi bahasa, dimana wakamono kotoba merupakan salah satu dari variasi bahasa yang ada, dan kemudian menemukan ciri khas dari pembentukan wakamono kotoba tersebut.


(17)

1.6 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan wakamono no kotoba yang terdapat dalam komik Detective Conan.

2. Mendeskripsikan ciri khas wakamono no kotoba yang terdapat dalam komik Detective Conan.

3. Mendeskripsikan ciri khas pembentukan kosakata wakamaono kotoba dalam komik Detective Conan.

Sedangkan manfaat dari penelitiaan ini adalah :

1. Menambah pustaka karya tulis ilmiah yang membahas wakamono no kotoba. 2. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai wakamono no kotoba khususnya kepada pembelajar bahasa Jepang

3. Merangsang minat pembaca untuk lebih mengetahui wakamono no kotoba, dan menelitinya lebih lanjut bagi yang berminat.

1.7 Metode penelitian dan Tehnik Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :

 Metode Studi Kepustakaan (Library Research) , yaitu metode yang mengutamakan pengumpulan data-data atau informasi dengan cara mengumpulkan buku-buku dan situs-situs internet yang membicarakan bahasa wakamono no kotoba di Jepang sebagai bahan perbandingan dan sebagai pembuktian keabsahan wakamono no kotoba yang terdapat dalam komik Detective Conan.

 Metode deskriptif, yaitu suatu metode yang dipakai untuk memecahkan dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretasi data.


(18)

Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30) bahwa penelitiaan yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.

Mulyadi (2004 : 59) mengatakan bahwa deskriptif adalah tulisan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan atau melukiskan perasaaan.

Metode penelitian deskriptif berbeda dengan metode penelitian perskripktif. Metode penelitian deskriptif memiliki beberapa ciri, antara lain (1) tidak mempermasalahkan benar atau salah objek yang dikaji, (2) penekanan pada gejala aktual atau pada yang terjadi saat penelitian dilakukan, dan (3) biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesis. Begitu sebaliknya dengan metode penelitian perskriptif.

Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1990 : 194) yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Dalam penelitian ini, data yang terkumpul berupa kata-kata dan bukan dalam bentuk angka. Maka dari itu, penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif adalah (1) penyajian hasil penelitian ini berupa penjabaran langsung tentang objek, (2) pengumpulan data dengan latar alamiah, (3) peneliti menjadi instrumen utama.


(19)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP BAHASA SLANG DI JEPANG

2.1 Pengertian Bahasa Slang

Yang dimaksud bahasa slang ialah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya, variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui kalangan diluar kelompok itu. Oleh karena itu, kosakata yang digunakab dalam slang berubah-ubah. Slang lebih merupakan gramatika, bersifat temporal dan lebih umum digunakan oleh kaula muda. Slang digunakan sebagai bahasa pergaulan. Kosakata slang dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata alam diberi arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubah-ubah.Disamping itu slang juga dapat berupa pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim dipakai di masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda dari makna sebenarnya.

Fathuddin (1999 : 8) mengungkapkan bahwa slang merupakan bahasa gaul yang hidup dalam masyarakat penutue asli dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam obrolan antar teman atau dalam media seperti televisisi, film dan besar kemungkinan dalam komik/ novel, saat memaparkan suasana makna bahasa tersebut.

Selanjutnya, Alwasilah (1993 : 47) menatakan bahwa penggunaan bahasa slang adalah memperkaya kosakata bahasa dengan mengkomunikasikan kata-kata lama dengan makna baru. Pemakaian slang dengan kosakata yang sama sekali baru sangat jarang ditemui. Slang merupakan kosakata, bukan gramar atau pengucapan.

Bahasa slang oleh Kridalaksana (1982 : 156) dirumuskan sebagai ragam bahsa yang tidak resmi dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai usaha orang diluar kelompoknya tidak mengerti, berupa kosakata yang serba baru


(20)

ujaran yang bercirikan dengan kosakata yang baru ditemukan dan cepat berubah, dipakai oleh kaum muda atau kelompok sosial dan profesional untuk komunikasa di dalamnya.

2.2 Jenis- jenis Bahasa Slang

Menurut Sumarsana dan Partana (laman pusat bahasa dan sastra, 2004) berdasarkan bentuknya bahasa slang dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis/bagian. Bentuk-bentuk bahasa slang ini terdapat hampir diseluruh bahasa slang yang ada didunia. Jenis-jenis bahasa slang ini antara lain adalah :

1. Jargon

Jargon merupakan ungkapan atau ekspresi yang dapat juga berupa kalimat pendek yang biasanya dipopulerkan oleh orang yang terkenal. melalui media seperti televisi, bioskop radio, koran dan majalah, dapat berupa reklame/iklan, potongan dari sebuah lirik lagu, suatu dialog dalam sebuah film atau gaya bicara dari seorang pesohor (selebritis). Ungkapan ini kemudian menjdi populer, menyebar dan digunakan oleh penutur bahasa slang yang umumnya merupakan kaula muda. Contoh jargon antara lain seperti ungkapan “So what gitu lho” yang merupakan judul dan potongan sebuah lagu hip-hop yang dipopulerkan Saykoji. Ungkapan ini digunakan penutur bahasa slang sebagai ekspresi untuk mendukung pendapat dari isi kalimat atau topik yang diungkapkan sebelum kata ini.

2. Prokem

Prokem atau bahasa okem merupakan variasi bahasa slang yang dalam pembentukan katanya biasa menambah suatu kata dasar dengan sebuah awalan atau akhiran, membalikan susunan kata atau dengan memberi suatu sisipan. Sehingga bentuk kata asli yang lazim di masyarakat berubah bunyinya menjadi aneh, lucu bahkan menjadi tidak dapat dipahami. (Sumarsana dan Partana dalam Lubis Grafura Blog) Bahasa okem ini memiliki beberapa jenis varian lain yang diantaranya :


(21)

- Tambahan awalan ko

Awalan ko bisa dibilang sebagai dasar pembentukan kata dalam bahasa okem. Caranya, setiap kata dasar yang diambil hanya suku kata pertamanya. Tapi suku kata pertama ini huruf terkhirnya harus konsonan. Misalnya kata preman, yang diambil bukannya pre tapi prem. Setelah itu diberi tambahan awalan ko, maka menjadi koprem. Kata koprem ini kemudian dimodifikasi dengan merubah posisi konsonan kata sehingga menjadi prokem.

- Kombinasi e + ong

Contoh dari pembentukan kta ini ialah kata bencong, yang dibentuk dari kata dasar banci yang disisipi bunyi e dan ditambahi akhiran ong. Huruf vokal pada suku kata pertama diganti dengan e. H uruf vokal pada suku kata kedua diganti ong

- Tambahan sisipan pa/pi/pu/pe/po.

Setiap kata dimodifikasi dengan penambahan pa/pi/pu/pe/po pada suku katanya. Maksudnya apabila suku kata itu bervokal a, maka ditambahi pa, bila bervokal i ditambah pi, begitu seterusnya.

3. Cant

Cant adalah bahasa yang menjadi ciri khas dari suatu golongan, misalnya bahasa golongan penegak hukum (polisi) yang menggunakan kode-kode rahasia dalam berkomunikasi dilapangan. Bahasa kaum banci, bahasa pemakai narkoba dan pelaku kriminalitas. Contohnya bahasa yang digunakan pemakai narkoba, yang mengubah vokal i suku kata terakhir dari setiap kata dasar dengan bunyi aw. Misalnya kata putih yang merupakan kata ganti dari kata heroin, berubah menjadi putaw, kata pakai menjadi pakaw, sakit menjadi sakaw dan seterusnya.


(22)

4. Argot

Argot merupakan dialek dari suatu golongan, biasanya berhubungan dengan lingkungan pekerjaan. Misalnya dialek dalam lingkungan politk, bidang hukum, bidang ekonomi, bidang sastra dan bidang-bidang lainnya.

5. Colloqial

. Colloqial adalah bahasa non formal atau tidak resmi. Colloqial juga disebut sebagai bahasa sehari-hari. Ciri khas dari bahasa ini antara lain adalah dikuranginya pemakaian fitur-fitur linguistik yang terdapat dalam kalimat. Dapat dilihat pada contoh kalimat berikut : “Kalau begitu, kenapa tidak pergi saja”. Dalam bahasa sehari-hari berubah menjadi “Klo gitu napa nggak pigi aja”. Pengurangan pemakaian fitur linguistik ini dimaksudkan agar komunikasi bahasa dapat lebih ringkas dan praktis, bersifat akrab dan menciptakan suasana yang tidak kaku (formal/resmi).

2.3 Bahasa Slang di Jepang

Hampir semua bangsa yang ada didunia ini memiliki bahasa slangnya masing-masing. Masyarakat penutur asli bahasa Jepang juga mengenal bentuk-bentuk bahasa slang seperti bentuk-bentuk bahasa slang yang terdapat pada masyarakat penutur bahasa lain di dunia ini. Hal ini merupakan suatu gejala sosial wajar, yang terdapat dalam masyarakat penutur bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang arbitrer (manasuka), maka seorang penutur bahasa dapat memilih pemakaian bahasa sesuai dengan lawan bicara, situasi dan suasana yang terdapat pada saat komunikasi terjadi. Kemampuan penutur bahasa untuk menguasai perbedaan ragam bahasa sangat membantu dalam berkomunikasi. Sehingga dapat menciptakan komunikasi yang efektif.


(23)

Dalam buku Wakamono Kotoba Ni Mimi O Sumaseba, Nakami Yamaguchi membagi bahasa slang menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuknya.

Bentuk-bentuk bahasa slang yang terdapat di Jepang antara lain : 1. Ryuukou Go

Ryuukou Go sama halnya dengan jargon, yaitu ucapan atau ekspresi yang biasanya dipopulerkan oleh orang yang terkenal. Ucapan atau ekspresi ini yang dianggap unik, lucu atau menarik oleh masyarakat ini kemudian sering digunakan dalam percakapan, sehingga distribusinya menyebar dengan cepat dan luas.

2. Cant

Cant atau Kuse Go dalam bahasa Jepang adalah bahasa nonformal yang menjadi ciri khas dari suatu golongan. Pada jaman Edo, cant mengalami perkembangan yang cukup luas di masyarakat. Hampir tiap golongan masyarakat memiliki bahasa komunitasnya masing-masing. Mulai dari para yakuza yang mempelopori berkembangnya bahasa slang ini, kemudian para pedagang, petani dan buruh, perempuan penghibur, dan kelompok pertunjukan keliling terpengaruh untuk menciptakan bahasa tersendiri yang dimaksudkan hanya diketahui/dimengerti anggota komunitas. Tapi pada saat ini hanya kaum yakuza, PSK dan komunitas waria yang masih mempergunakannya

3. Argot

Di Jepang argot juga dipakai oleh suatu golongan yang behubungan dengan latar belakang bidang pekerjaannya. Argot digunakan sebagai bagian dari profesionalisme dari pekerjaan. Misalnya para petugas polisi dilapangan, militer, pekeja dibursa saham dan sebagainya 4. Collaqial

Collaqial atau yang disebut juga Gen Go Sei Katsu dalam bahasa Jepang, merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari dalam situasi/suasana nonfomal/resmi. Bahasa ini memiliki


(24)

Gen Go Sei Katsu di Osaka. Karena bersifat santai dan praktis, bahasa ini lebih sering digunakan dalam komik, majalah, acara televisi dan media informasi lainnya.

5. Wakamono Kotoba

Wakamono Kotoba adalah dialek nonformal baik berupa slang atau Ryuukou Go yang digunakan oleh kalangan/kaula muda (khususnya perkotaan), bersifat sementara, hanya berupa variasi bahasa, penggunaannya meliputi : kosakata, ungkapan, intonasi, pelafalan, pola, konteks serta distribusi. Wakamono kotoba adalah bagian dari bahasa slang, namun slang belum tentu merupakan wakamono kotoba. Slang juga dipergunakan oleh orang dewasa, bandit, pemakai narkoba, banci dan sebagainya. Sementara wakamono kotoba hanya digunakan dalam komunitas remaja/kaula muda. Wakamono kotoba apabila dipadankan dengan bahasa Indonesia, maka akan lebih menyerupai bahasa gaul remaja Koasakata wakamono kotoba yang berkembang belakangan ini sering tidak beraturan dan cenderung tidak terumuskan. Bahkan kita tidak dapat memperediksi bahasa apakah yang berikutnya akan menjadi wakamono kotoba. Tetapi dengan memperhatikan ciri tertentu dari berbagai kosakata wakamono kotoba tersebut, maka kita dapat membagi wakamono kotoba berdasarkan kriteria tertentu (Zoku Go Dictionary)

Kriteria tertentu itu antara lain terdiri dari :

Berdasarkan bentuk dapat dilihat wakamono kotoba di Jepang terbagi tiga jenis,

1. Yang pertama wakamono kotoba yang berbentuk singkatan dari dua kosakata atau lebih,

2. Kedua merupakan kosakota yang mengalami pemotongan kata sehingga lebih pendek lebih pendek dari kata dasarnya.

3. Kemudian adalah wakamono kotoba yang tidak mengalami pemotongan kata ataupun digabung dengan kata lain yang kemudian dijadikan singkatan. Dalam hal ini kosakata tersebut tidak mengalami perubahan bentuk apapun tetapi memiliki arti/makna yang berbeda atau perubahan makna dari makna sebenarnya.


(25)

Berikut adalah contoh jenis/bentuk wakamono kotoba yang penulis dapatkan dari berbagai macam sumber seperti situs internet, komik, dan majalah/buletin yang membahas tentang bahasa gaul/wakamono kotoba di Jepang. Salah satunya seperti yang terdapat pada situs Zokugo Dictionary. Com.

2.2.1 Contoh Jenis pertama :

Betako ベ : Perempuan yang bermak-up tebal. Chogei Sensei イ 先生 : Guru botak

Aiskurimu Boy アイ ク ボイ : Laki-laki pesolek

Yabanetto ネ : Situs berbahaya (situs porno)

Pasokkon ソ ン : Menikah karena saling kenal lewat internet Kimoi キ イ : Tidak mood atau bete.

Baryuuru ウー : Makan Paket hemat di Mc Donald. Kenta Suru ン : Makan di Kentucky Fried Chiken. Getsudoramiru : Menonton drama hari senin. Chairu イ : Mengendarai sepeda

Jikoru, Jikkotta : Terjadi kecelakan

Karu Chan カ ー : Anak perempuan yang suka sepak bola Dijikamae カ : Kamera digital

Rajikon ン : Radio kontrol (jenis mainan)

Mochiko :Ejekan untuk anak yang pipinya tembem 2.2.2 Contoh Jenis Kedua


(26)

Makudo ーク : Mc Donald

Meccha : Menunjukan sesuatu yang besar/sangat Enko エン ウ : Cewek bisak (anak SMA/ABG)

Koitsu & Soitsu : Orang ini dan orang itu

2.2.3 Contoh Jenis Ketiga

Uwaki 浮気 : Selingkuh/serong

O jyoo San 嬢 : Cewek manja

Kanbenshite 勘弁 : Ampun deh / Please deh Ki ni shinai 気 い : Emang gue pikirin Genkai 限界 : Mengaku kalah / nyerah, mepet

Ni do ne 度寝 : Tidur lagi (saat bangun tapi masih

ngantuk)

Hekomu 凹 : Bewajah muram,sedih,bete

Mattaku 全く : Dasar..!

Kokuhaku 告白 : Menyatakan Cinta (nembak)

Gomu : Kondom

Neko kaburi 猫 ぶ Berpura-pura

Shita neta下ネ : Ngobrol ngeres / jorok

Sukkarakan ゅ : Kantong kering

Tama no koshi 玉 輿 : Cewek matre

O boo chan 坊 : Anak mami (cowok)


(27)

Dari contoh-contoh diatas yang hanya merupakan sebagian dari wakamono kotoba yang terdapat di Jepang, dapat kita lihat bahwa wakamono kotoba yang merupakan singkatan atau gabungan dua kosakata atau lebih memiliki jumlah terbanyak diantara wakamono kotoba yang lain. Dapat dilihat pula bahwa kosakta tersebut biasanya merupakan gabungan antara bahasa asing/gairai go dengan bahasa Jepang asli. Sementara wakamono kotoba yang merupakan bahasa Jepang asli akan tetapi mangalami perubahan makna dari arti sebenarnya memiliki jumlah yang cukup banyak

Kemudian berdasarkan tempat wakamono kotoba dibagi menjadi dua kelompok besar, yamg pertama adalah kelompok wakamono kotoba yang berasal dari Tokyo dan yang kedua wakamono kotoba yang berasal dari Osaka. Pada dasarnya kedua kelompok ini memiliki kosakata wakamono kotoba yang sama, akan tetapi ada beberapa kosakata yang berbeda.contohnya antara lain :

Tokyo Osaka Suupaakyo ーキ (sangat) Meccha

Chou ウ (sangat) Mou ウ

Yoshi (asik /ok) Yatta Oha (selamat pagi) Ohasu

Baik kata supaakyo, meccha, chou, mou keempatnya menunjukan keadaan intensitas tinggi (sangat) dalam hal ini bahasa resmi/formalnya adalah totemo . Salah satu perbedaan yang mendasar antara wakamono kotoba yang berasal dari Tokyo dan wakamono kotoba yang berasal dari Osaka adalah, wakamono kotoba Tokyo biasanya memiliki ciri khas/sifat kosakata yang lebih pendek dan dipengaruhi bahasa asing, sedangkan yang berasal


(28)

2.3 Perkembangan Bahasa Slang di Jepang

2.3.1 Sejarah Munculnya Bahasa Slang di Jepang

Sejarah munculnya bahasa slang di Jepang sama dengan sejarah munculnya bahasa slang dinegara lain, yaitu tidak diketahui secara pasti. Karena sejak dari jaman dahulu penggunaan bahasa yang bukan merupakan bahasa resmi/formal ini telah digunakan oleh kelompok/komunitas/masyarakat tutur tertentu. Hal ini dilakukan untuk menghindari diketahuinya isi dari komunikasi antar anggota kelompok oleh orang lain yang bukan anggota kelompok tersebut. Penggunaan bahasa slang ini juga dijadikan sebagai bagian identitas dari kelompok dan dapat menciptakan situasi atau suasana yang lebih akrab dalam komunikasi lisan antar anggota kelompok. Hingga saat jaman Edo dimana keadaan dan situasi negara lebih kondusif/stabil. Sehingga kemajuan dan perkembangan sosial budaya masyarakat juga turut berkembang dan mengalami kemajuan.Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap pekembngan dan kemajuan bahasa yang merupakan salah satu unsur budaya yang terdapat dalam masyarakat. Penggunaan bahasa slang menjadi suatu fenomena sosial masyarakat yang mewabah dan berkembang cepat. Bahasa slang yang pada awalnya digunakan oleh kelompok-kelompok militer dan bandit digunakan juga oleh komunitas masyarakat umum. Masing-masing kelompok menciptakan bahasa rahasia/bahasa sandi yang dipergunakan dan dimengerti hanya oleh anggota kelompok tersebut. Dimulai dari kelompok bandit Jepang yang mulai terorganisasi yang akhirnya menamakan diri Yakuza, kelompok pedagang, kelompok buruh dan kelompok petani. Penggunaan dan perkembangan bahasa slang ini mengalami masa pasang surut. Hal ini dipengaruhi keadaan dan situasi negara pada masanya. Peperangan, bencana alam dan krisis ekonomi merupakan faktor-faktor yang dapat memperlambat perkembangan bahasa (khususnya slang) bahkan mungkin punah. Karena kreatifitas masyarakat dalam berkreasi menciptakan kosakata baru atau memodifikasi kata yang telah ada menjadi kata baru akan terlupakan apabila keadaan tidak stabil/kondusif.


(29)

2.3.2 Perkembangan Bahasa Slang di Jepang

Hingga pada masa akhir Perang Dunia ke-II perkembangan bahasa slang di Jepang tidak menunjukkan suatu perkembangan/kemajuan yang berarti, Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia ke-II telah membawa masyarakat Jepang pada situasi dan suasana kehidupan yang memperihatinkan. Kerugian yang disebabkan oleh kekalahan perang membawa masyarakat Jepang untuk membangun kembali apa yang telah direnggut oleh perang. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi stagmasi perkembangan bahasa slang pada masa ini. Konsentrasi dan fokus masyarakat terutama pemerintah adalah untuk membangun Jepang kembali. Sehingga ide-ide kreatif dan permainan kata untuk menciptakan kosakata baru menjadi seakan terlupakan.

Pada kurun waktu 1950-1970 perkembangan bahasa slang di Jepang dalam hal ini wakamono kotoba, tidak menunjukan suatu perkembangan atau kemajuan yang cukup berarti. Pemakaian bahasa slang lebih sering digunakan oleh orang dewasa, terutama berdasarkan bidang pekerjaannya. Misalnya para Yakuza (mafia Jepang ), masih tetap memiliki bahasa slang (rahasia/sandi) mereka sendiri, yang terus mengalami perubahan dalam kosakata dan makna kata dari bahasa slang mereka tersebut. Beberapa kosakata bahasa slang juga dikenal dan digunakan oleh orang-orang yang mempunyai bidang pekerjaan tertentu seperti, bidang tehnik, hukum dan bisnis. Tetapi tidak sebanyak yang digunakan oleh para yakuza/bandit.

Hingga pada kurun waktu akhir 1980-an sampai akhir 1990-an pemakaian wakamono kotoba oleh remaja dan kaula muda kembali menjadi fenomena. Hal ini dipengaruhi oleh tehnologi yang semakin maju, sehingga arus informasi dapat diterima secara cepat. Didukung oleh pengaruh budaya asing, khususnya budaya barat yang membuat pola dan gaya hidup para remaja dan kaula muda berubah. Stasiun televisi yang semakin banyak baik dari dalam negeri maupun luar negeri dengan berbagai macam program dan


(30)

distribusi pengunaan wakamono kotoba dikalangan remaja dan kaula muda di Jepang. Fenomena bahasa gaul ini diawali dengan apa yang disebut Kogyaru kotoba. Kogyaru Kotoba berasal dari kata Kootoogakoo yang artinya SMU dan kata Gyaru atau Girl dalam bahasa Inggris. Sehingga Kogyaru Kotoba dapat diartikan sebagai bahasa percakapan siswi SMU. Kogyaru kotoba ini kemudian karena dianggap menarik dan unik tidak hanya digunakan oleh sisiwi SMU saja, tetapi juga digunakan oleh para siswa dan kaula muda dalam batasan usia remaja di Jepang. Jadi Kogyaru Kotoba adalah asal dari berkembangnya fenomena wakamono kotoba dikalangan remaja di Jepang.

Kurun waktu tahun 2000 hingga saat ini pemakaian wakamono kotoba tetap menjadi fenomena dari adanya variasi dalam bahasa. Kita dapat menemukan pemakaian wakamono kotoba oleh remaja disekolah-sekolah, pusat-pusat pebelanjaan dan hiburan, tempat-tempat gaul dan bekumpul kaula muda dan tempat-tempat lain, dengan catatan situasi dan suasana percakapan bersifat santai/akrab atau tidak bersifat resmi/formal. “ Wakamono Kotoba telah menjadi suatu tren penggunaanya dalam percakapan sehari-hari remaja Jepang, bahasa tersebut dengan mudah dapat ditemukan dimajalah-majalah, komik, televisi dan film-film remaja sehingga penyebaranya begitu cepat dan luas, menjadikan wakamono kotoba bukanlah hal yang asing dalam dunia remaja dewasa ini” (Asahi Shinbun : 2005)

2.6 Pengaruh Bahasa Asing Dalam Perkembangan Wakamono Kotoba di Jepang

Bahasa asing merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perkembangan wakamono kotoba di Jepang. Kosakata bahasa asing terutama bahasa Inggris cukup banyak ditemui dalam kosakata wakamono kotoba. Kosakata tersebut biasanya sudah baku atau disebut Gairai Go. Kosakata Gairai Go ini kemudian dimodifikasi seperti pemotongan suku kata, pemutar balikan susunan/urutan suku kata atau penambahan suku


(31)

kata dan penggabungan dengan kosakata bahasa Jepang asli. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kosakata tersebut memiliki sifat atau karakter yang mudah diucapkan, ringkas, berkesan gaul (keren), moderen malah terkadang agar membingungkan bagi orang yang kurang menguasai wakamono kotoba mendengarkannya. Susumu Kuno (2005 : 205) menyatakan bahwa bahasa asing sebagai bahasa diluar bahasa asli penutur di Jepang telah memainkan perannya sedemikian rupa, sehingga bahasa asing yang telah berasimilasi dengan bahasa Jepang (Gairai Go) pada saat ini mengalami peningkatan penggunaan dalam percakapan secara langsung, terutama pada lingkungan atau komunitas kaula muda. Hal ini salah satu disebabkan adanya pengaruh gaya hidup yang semakin modern, praktis, instan dan global.

Sebagai contoh penamaan tempat-tempat yang sering dijadikan tempat nongkrong (bergaul) nya anak muda misalnya restoran cepat saji dari Amerika dan pruduk-produk makanannya.(Shonen Magz 11, free zone) contohnya antara lain :

 Kenta : merupakan sebutan untuk restoran ayam goreng yang terkenal “ Kentucky Fried Chiken”

 Makkudo : merupakan sebutan untuk restoran cepat saji “Mc Donald”  Baryuuru : makan paket hemat di Mc Donald, gabungan dari singkatan

kata Baryuu ( value set) dan kata Taberu (makan)

 Terichiki : Yang berarti singkatan dari Teriyaki Chiken Katsu Burger.  Dabbuchi : yang berarti singkatan dari Double Cheese Burger

Ada juga yang kosakata yang menggambarkan keadaan, situasi atau sifat dari suatu hal dan singkatan dari nama-nama produk tehnologi, (Zoku Go Dictinary) Contohnya :


(32)

yang suka/hobi dengan sepak bola. Kata ini gabungan dari kata Carucio atau Calcio yang berarti sepak bola dalam bahasa Italia dan tambahan akhiran Chan yang merupakan akhiran untuk panggilan nama anak perempuan di Jepang.

 Aiskurimu Boy Istilah untuk laki-laki yang suka berdandan/bersolek, berasal dari kata Ice Cream dan Boy.

 Nettomo dan : Istilah untuk teman dari internet/ teman chatting, berasal dari Chattomo kata interrnet dan chatting ditambah kata tomo (teman)  Yabanetto : Istilah untuk situs-situs yang dianggap berbahaya (biasanya

situs porno) , berasal dari kata yabai yang artinya berbahaya dan kata netto yang merupakan singkatan dari internet.  G.H.O = : Plesetan dari GTO (Great Teacher Onizuka) yang merupakan

Great Haiba serial televisi dan komik yang terkenal di Jepang. Sebutan ini Oba-san ditujukan untuk ibu-ibu yang suka menawar mati-matian.

Berasal dari kata Great yang menunjukan intensitas tinggi, lalu kata Haiba (Hi Bargain) dan kata Oba-san.

 Dijikame : Digital Camera ( kameera digital)

 Rajikon : Radio Control (mainan yang dikendalikan dari jarak jauh)  Wangiri : Istilah dari panggilan tak terjawab (misscalled) berasal dari

kata One (Ing) dan kata kiri (kiru/kirimasu), artinya memotong. Maksudnya panggilan hanya satu kali dering.


(33)

2.7 Penggunaan Wakamono Kotoba 2.7.1 Dalam Keseharian

Seperti telah dikemukan diatas wakamono kotoba merupakan bagian dari bahasa slang yang digunakan hanya oleh remaja dalam lingkungan yang terbatas. Wakamono kotoba digunakan sebagai sarana komunikasi antar remaja dan biasa ditemui dalam percakapan yang bersifat tidak resmi/formal.Wakamono Kotoba ini umumnya digunakan dilingkungan perkotaan. Untuk mempermudah pembaca untuk mengerti pengunaan wakamono kotoba dalam situasi nyata/percakapan langsung, berikut adalah contohnya yang diambil dari dialog dari film animasi Beck. Dialog terjadi antara beberapa orang sisiwi SMU disebuah sekolah pada saat pelajaran pertama akan dimulai.

Maho : !(selamat pagi) Hitomi : !(selamat pagi)

Maho : 昨日 見 ? (nonton drama yang kemarin nggak)

Hitomi : う 見 く

Ya aku nonton. Makin seru aja ya..

Maho : う あ ゅ 選ぶ 思う ?

(menurutmu, kira-kira jagoannya pilih yang mana ya?)

Hitomi : う 選ぶ い

(Mmm…Kayaknya si Hiroki deh)

Maho : そう 思う? あ 同 (Oh ya? Sama donk )

Yuka : ! 話 話 い ?


(34)

Yuka : 見 見 !あ ゅ いい (Nonton-nonton! Jagoannya cakep banget ya)

Maho : そ ? あ 友 達 い い 思

う (Masa sich? Aku rasa temanya lebih keren dech!)

Hitomi : 今日 終わ 行く?

(Oh ya, pulang sekolah kita mau kemana? ) Yuka : ン ? (Ke Kentucky? )

Maho : ええ ン ? 先週 行

: (Eh..ke Kentucky lagi? Minggu lalukan baru kesana) Yuka : ク! (Kalau gitu ke Mc Donald aja)

Maho : !ああ 先生 来 !居室 戻 !

: OK..Ah, gurunya sudah datang! Aku harus balik ke kelas nich! )

Yuka : ! あ あ

( Oh iya! Untung keburu waktu nggak telat…sampai jumpa) Maho & : (Da-da)

Hitomi

2.7.2 Penggunaan Dalam Komik

Komik merupakan salah satu manifestasi perkembangan kehidupan masyarakat pada masanya. Hal ini disebabkan komik berkembang sejalan dengan unsur-unsur budaya masyarakat yang melatar belakanginya, termasuk didalamnya adalah perkembangan bahasa. Penulis komik menangkap fenomena yang terjadi dimasyarakat dan menuangkannya dalam bentuk dialog antar tokoh dalam komik tersebut untuk menghidupkan suasana atau atmosfer


(35)

remaja dalam komik remaja. Dengan kata lain komik mampu menjadi salah satu sarana untuk mensosialisasikan wakamono kotoba yang kini banyak digunakan oleh remaja Jepang

Penggunaan wakamono kotoba dalam komik dapat dengan mudah dikenali dari ciri khas kosakatanya yang bersifat singkat, lincah dan kreatif, kata-katanya cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologis atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek seperti い -

Kalimat-kalimat yang digunakan kebanyakan banyak dipengaruhi bahasa asing/gairai go. Bentuk-bentuk elip juga banyak digunakan untuk membuat susunan kaliimat menjadi lebih pendek sehingga seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering membuat pembaca yang bukan penutur asli bahasa Jepang mengalami kesulitan untuk memahaminya.

Pemakaian wakamono kotoba dalam komik remaja disamping untuk menghidupkan suasana/atmosfir remaja dalam komik tersebut juga memiliki fungsi sebagai publikasi dari komik tersebut sehinga komik dapat menjadi sumber pendistribusian wakamono kotoba dikalangan remaja, khususnya dikalangan remaja Jepang.

2.8 Komik

Komik adalah salah satu bentuk prosa dalam sastra yang selain berisi cerita, juga berisi ilustrasi yang secara berkesinambungan menggambarkan kejadian yang terdapat dalam ceita komik tersebut. Hal inilah yang membedakan antara komik dengan novel. Pada tiap lembar halaman komik dibagi menjadi beberapa bagian kotak-kotak semacam bingkai. Di


(36)

Komik pada dasarnya bertujuan untuk menghibur, sehinga pada awalnya komik berisi cerita komedi. Saat ini komik telah dibuat dalam berbagai cerita/genre, komik anak-anak berbeda dengan komik dewasa. Pada komik anak-anak tidak disajikan unsur-unsur seperti sadisme/kekerasan, erotis dan hal-hal dewasa lainnya.

2.8.1 Jenis Komik

Menurut kelompok pembacanya komik di Jepang dibagi menjadi empat macam ( mangga encyclopedia.com) yang antara lain :

1. Komik dewasa (seijin mangga) 2. Komik remaja (seinen mangga)

3. Komik anak laki-laki (shonen mangga) 4. Komik anak perempuan (shoujo mangga)

Kemudian dari keempat macam komik ini semuanya tersaji dalam berbagai macam genre, mulai dari action, horor, petualangan, detektif, komedi sampai romantika. Akan tetapi dalam hal penyajian alur cerita serta penyajian gambar, tetap memperhatikan dengan kesesuaian dari batasan umur pembaca. Misalnya untuk komik anak-anak tidak disajikan gambar-gambar atau cerita yang berbau kekerasan, sadistik, erotis dan seks

2.8.2 Komik Detective Conan

Komik Detective Conan merupakan komik yang bergenre detektif. Komik ini memiliki keistimewaan karena dapat dibaca semua kalangan usia. Ceritanya berkisah tentang seorang detektif remaja pria yang bernama Shinici Kudo, yang gemar memecahkan kasus-kasus seperti misteri pembunuhan, penculikan, manipulasi dan sebagainya, yang terjadi


(37)

disekitarnya. Karena prestasinya yang cukup gemilang dalam memecahkan setiap kasus yang ditangani, mengantarkannya kepada sebuah kasus yang mengharuskannya berhadapan organisasi kejahatan yang besar dan berbahaya di Jepang. Organisasi ini berhasil mendapatkan Shinici dan memberikannya sebuah minuman beracun yang mengakibatkan tubuh Shinici berubah menjadi bocah SD. Meskipun demikian, keahlian dan kepintaran Shinici dalam memecahkan suatu kasus masih bertahan. Kemudian Shinici memulai petualangan barunya sebagai seorang bocah SD yang brnama Conan. Coanan selalu membantu memecahkan kasus-kasu kriminal yang ditangani kepolisian yang dipimpin oleh detektif senior Moori.Detektif Moori adalah ayah dari Ran yang merupakan sahabat/pacar Shinici pada saat masih bertubuh remaja. Pada dasarnya Conanlah yang memecahkan semua kasus, tetapi conan selalu menutupi identitas dirinya dan mengatur bahwa seolah-olah detektif Moorilah yang berhasil memecahkan kasus-kasus tersebut. Conan terus berpetualang dibantu sahabat-sahabat barunya yang masih anak-anak dan Ran yang tidak mengetahui bahwa Conan adalah Shinici, sambil berusaha mencari jejak musuh besarnya agar dapat mengembalikan tubuhnya kebentuk asal menjadi seorang remaja kebali.

Komik ini pertama kali terbit pada tahun 1997 yang merupakan salah satu karya dari penulis komik Ghoso Aoyama yang sudah terkenal akan karya-karyanya yang sering bertema misteri dan thriler. Diterbitkan oleh SS Comik di Tokyo dan telah diangkat kedalam seri animasi ditelevisi sejak tahun 1999. Komik ini cukup populer dikarenakan isi ceritanya yang menarik dan selalu memeberikan rasa penasaran unuk mengikuti lanjutan ceritanya.


(38)

BAB III

ANALISIS WAKAMONO KOTOBA STUDI KASUS KOMIK

DETECTIVE CONAN

3.1 Pembentukan Kosakata

Wakamono kotoba adalah salah satu bentuk variasi bahasa, dalam bahasa Jepang yang merupakan salah satu bagian dari bahasa slang. Apabila dibandingkan dengan ciri khas bahasa slang/bahasa gaul yang terdapat dinegara lain,maka wakamono kotoba di Jepang memiliki ciri khas atau karateristik bahasa gaul/slang yang terdapat negara Amerika Serikat. Hal ini dapat kita lihat dari asal kata dan proses pembentukan kosakata wakamono kotoba yang lebih sering merupakan singkatan dari gabungan dua buah kosakata/kalimat atau lebih, atau perubahan makna/arti dari sebuah kata lama, yang dalam wakamono kotoba memiliki arti yang baru.

Berbeda dengan bahasa gaul/slang yang terdapat di Indonesia, yang pada umumnya merupakan kalimat-kalimat yang berisi kata-kata non formal yang dipopulerkan oleh seseorang yang terkenal. Bisa berasal dari lagu, reklame/iklan atau dari sebuah film. Contohnya lagu yang bejudul “So What Gitu Lho..” yang akhirnya menjadi salah satu fenomena bahasa gaul yang menyebar dari mulut-kemulut remaja di Indonesia khususnya remaja yang tinggal diperkotaan. Di Jepang hal semacam ini tidak dikatagorikan sebagai wakamono kotoba tetapi dikatagorikan sebagai Ryuukou Go (Wikipedia : 2006). Wakamono kotoba Jepang juga mengenal rumusan tertentu dalam pembentukan kosakata seperti yang kita kenal dalam bahasa slang di Indonesia (bahasa prokem yang mengalami penambahan awalan ko, e + ong, tambahan sisipan pa/pi/pu/pe/po), wakamono kotoba Jepang lebih kepada memperpendek unsur-unsur kata dalam bahasa formal/standarnya, membalikan


(39)

urutan unsur-unsur kata dan pembuatan verba dengan menambah silabel ru atau tta pada nomina atau adanya pengungkapan sesuatu dengan mengambil karateristik manusia.

Dalam studi kasus penelitan ini, yaitu komik Detective Conan dengan mengambil sampel dari jilid 11 sampai jilid 18 terdapat penggunan wakamono kotoba sebanyak dua puluh sembilan buah kata.

Pada bab III ini kita akan melihat bagaimana proses pembentukan kosakata wakamono kotoba yang terdapat dalam komik Detective Conan, dimana akan dianalisis berdasarkan asal kata wakamono kotoba tersebut sehimgga akan ditemukan suatu ciri khas dan rumusan pembentukan wakamono kotoba secara umum

1. う い mengalami pengurangan pada suku kata terakhir pada kata pertama yaitu , dan menyisakan suku kata terakhir kata kedua yaitu . Sehingga mengalami perubahan bunyi menjadi Yang artinya “Selamat Pagi”

2. 気 持 悪 い mengalami pengurangan bunyi pada suku kata terakhir kata

pertama, partikel dan menyisakan suku kata terakhir kata kedua yaitu い. Sehingga mengalami perubahan bunyi menjadi 気 い Yang artinya “ Kurang Mood “

3. 物 本 mengalami perubahan susunan/posisi kosakata dimana suku kata terakhir

diubah posisinya menjadi suku kata pertama. Sehingga menjadi bunyi 本物 Yang artinya “ Barang Asli ”.

4. ボ mengalami penukaran posisi vokal pada suku kata pertama dengan vokal pada suku kata terakhir. Sehingga berubah menjadi bunyi ボ Yang artinya “Bolos, mangkir kerja/sekolah”


(40)

5. 故 起 mengalami pengurangan partikel dan menyisakan suku kata terakhir pada kata kedua yaitu Sehingga berubah bunyi menjadi 故 Yang artinya “Terjadi Kecelakaan”.

6. 超 先生 artinya guru botak. Berasal dari kata 超 yang berarti sangat,

yang berarti botak dan kata せ せい. Kata 超 ini dapat dipasangkan dengan kata sifat apa saja, misalnya 超難 yang artinya sangat, terlalu sulit/susah.

7. 猛 ピー artinya ngebut gila-gilaan. Berasal dari kata 猛 yang artinya dahsyat, kuat dan kata ピー yang artinya kecepatan. Kata 猛 ini dapat dipasangkan dengan kata kerja apa saja, sehingga menimbulkan makna melakukan pekerjaan dengan intensitas tinggi. Misalnya 猛勉強 yang artinya belajar gila-gilaan (terlalu giat).

8. カ イ artinya keren banget/sekali. Berasal dari kata yang artinya sangat dan kata カ イ yang artinya keren. Kata ini dapat dipasangkan dengan kata sifat apa saja. ー

9. い く artinya bercumbu (peluk, cium, belai dsb). Mengalami pengulangan pada suku kata pertama yaitu い Sehingga berubah menjadi bunyi い い

10. う artinya belakang, balik.Vokal a diubah menjadi vokal o pada vokal kedua, kemudian mengalami pengulangan bunyi menjadi う う yang artinya mondar-mandir, 11. 浮 気 artinya ceroboh, tak tetap hati. Dalam wakamono kotoba lebih bermakna selingkuh, main serong.

12. 坊 artinya anak mami/anak manja (cowok). Berasal dari kata 坊 yang artinya anak laki-laki-nya dan kata yang biasa digunakan sebagai panggilan akhir dari nama anak perempuan di Jepang. Misalnya .


(41)

13. 嬢 artinya tuan putri. Dalam wakamono kotoba lebih ceenderung bermakna perempuan yang manja.

14. 援助交際 artinya perempuan nakal/bispak (biasanya anak SMA/ABG). Mengalami pengurangan kata pada suku kata kedua dan keempat/terakhir. Sehingga berubah menjadi bunyi エン ウ

15. 限 界 artinya perbatasan/batas. Dalam wakamono kotoba berubah makna menjadi mepet, menyerah, mengaku kalah.

16. キ カワ artinya sebal tapi imut. Berasal dari kata gaul キ イ ditambah kata 可愛い yang artinya imut/cakep.

17. 転 婆 artinya gadis yang tidak sopan. Dalam wakamono kotoba lebih cenderung cewek tomboy/bersifat kelaki-lakian.

18. 告白 artinya mengaku/pengakuan. Dalam wakamono kotoba maknanya menyatakan cinta pada seseorang.

19. artinya karet. Dalam wakamono kotoba bermakna kondom, hal ini bermakna sama dalam bahasa gaul di Indonesia.

20. artinya kantong kering (tidak punya uang). Berasal dari kata yang artinya sama sekali, semua.

21. 下ネ artinya bicara kotor/ngeres/porno. Berasal dari kata 下 yang artinya bawah dan kata ネ yang artinya topik/sumber.

22. 小 い artinya kecil. Modifikasi dari kata 小 い, dengan pertimbangan menimbulkan kesan bunyi yang lucu atau unik maka suku kata い diubah menjadi kata


(42)

24. istilah untuk mengatakan orang gila/kurang waras. Dalam bahasa gaul Indonesia padanannya kata “hang atau eror”.

25. ー yang berarti capek sekali. Kata ini berasal dari kata sifat い yang artinya merasa lemas/lemas.Bentuk umumnya adalah kata

26. 土 い istilah untuk orang tidak suka dandan atau bermuka capek/lelah. Berasal dari kata 土 yang berarti tanah. Karena orang yang tidak berdandan atau capek terlihat kotor seperti tanah.

27. artinya dengarkan baik-baik, berasal dari kalimat 段々聞 yang arinya mendengar secara bertahap.

28. 凹 artnya menjadi lekuk. Dalam wakamono kotoba berubah makna menjadi muram, suntuk. Padanan katanya dalan bahasa gaul di Indonesia adalah kata gaul bete.

29. 芋 , 芋く artinya perempuan/laki-laki yang kelihatan kampungan. Istilah ini berasal dari kata 芋 yang artinya ubi/keladi/talas yang biasa nya ditanam dipedesaan, dan kata yang merupakan akhiran untuk nama perempuan di Jepang dan く yang merupakan akhiran untuk nama panggilan laki-laki di Jepang.

Dari analisis kosakata wakamono diatas, maka dapat diambil ciri-ciri rumusan pembentukan wakamnono kotoba sebagai berikut :

1. Wakamono kotoba yang merupakan singkatan atau pemendekan kata.

- Untuk wakamono kotoba yang merupakan gabungan dua kata benda yang kemudian disingkat, biasanya yang dibuang adalah suku kata terakhir kata pertama dan kata kedua kemudian suku kata yang tersisa baik dari suku kata pertama maupun kedua digabung membentuk sebuah kata seperti pada kata Dijital Kamera [Di-ji-tal Ka-me-ra] > [ Diji +


(43)

Kame] > [Dijikame], Rajio Kontrol [Ra-ji-o Kon-trol] > [Raji + Kon] > [Rajikon]. Biasanya kata ini merupakan Gairai Go, terutama berasal dari bahasa Inggris.

- Untuk wakamono kotoba yang merupakan istilah/sebutan suatu benda (lebih sering makhluk hidup, terutama manusia) biasanya yang diambil adalah dua suku kata pertama, kemudian ditambah kata sifat atau kata sandang dari benda tersebut. Misalnya Karucio Chan [Ka-ru-ci-o Ch-an] >[Karu+Chan] >[Karuchan], tetapi apabila kata pertamanya merupakan bahasa Jepang asli (bukab Gairai Go) dan memiliki suku kata yang singkat/pendek biasanya kata pertama diambil secara utuh/tanpa ada pemotongan, misalnya kata Mochi Ko.

- Untuk wakamono kotoba yang merupakan sebuah kalimat biasanya yang diambil adalah dua suku kata pertama dari kata pertama kemudian ditambah suku kata terakhir kata kedua yang biasanya adalah yang menyatakan bentuk dari kalimat tersebut, seperti bentuk ru ( bentuk umum/ futsu kei) dan bentuk su (bentuk sopan/Kei Go). Misalnya Ohayou Gozaimasu, yang diambil adalah suku kata Oha dan Su sehingga menjadi Ohasu..

- Untuk wakamono kotoba yang merupakan sebuah kalimat dan mempunyai partilkel, memiliki aturan yang sama dengan poin diatas kemudian parikel pada kalimat tersebur juga dibuang. Contohnya Kentucky O Suru - Kenta Suru, Jiko O Okoru - Jikoru .

2. Wakamono kotoba yang merupakan pengulangan kata.

- Wakamono kotoba yang mengalami mengulangan kata biasanya adalah kata sifat atau kata kerja yang sifatnya menerangkan keadaan si pelaku/subjek. Kata ini diambil dua suku kata pertamanya kemudian mendapat pengulangan/reduplikasi, contoh darui – daru-daru, ichatsuku – icha-icha. Dalam beberapa kasus misalnya bentuk asli dari kata tersebut hanya terdiri dari dua suku kata maka biasanya huruf terakhir kata tersebut (biasanya vokal) diganti dengan bunyi vokal lain dengan maksud agar tidak terlalu menyerupai bentuk aslinya dan


(44)

3. Wakamono kotoba yang memiliki makna khusus.

- Kata atau kalimat yang memiliki makna khusus atau memiliki arti yang baru dalam wakamono kotoba biasanya dibentuk dengan mengambil sifat/keadaan dari kata tersebut, misalnya kata imo yang berarti ubi/talas dalam wakamono kotoba bermakna kampungan dikarenakan ubi/talas biasanya ditanam dipedesaan.,kata hekomu yang artinya menjadi lekuk dalam wakamono kotoba dipakai untuk menyebut orang yang wajahnya muram,suntuk,bete. - Kata yang mengalami mengalami penyempitan makna dalam wakamono kotoba adalah kata yang telah umum tetapi mengalami penyempitan makna, dengan kata lain makna kata tersebut dalam wakamono kotoba memiliki hubungan langsung dengan makna sebenarnya. Hanya cakupannya dipersempit. Misalnya kata kokuhaku yang secara umum berarti pengakuan, dalam wakamono kotoba berarti menyatakan cinta, jadi tidak berlaku untuk pengakuan yang lain, hanya untuk mengaku cinta. Kata uwaki yang artnya tak tetap hati, ceroboh. Dalam wakamono kotoba hanya berarti selingkuh/serong, tidak dapat digunakan untuk makna yang lain

4. Wakamono kotoba yang mengalami pembalikan unsur-unsur kata.

- Apabila kata tersebut dibaca secara Ongyomi (cara baca Cina pada huruf kanji) pada kata pertama dan Kungyomi (cara baca Jepang pada huruf kanji) pada kata kedua..Maka kata tersebut dipisahkan unsur-unsur pembentuk katanya dengan memisahkan huruf kanjinya, kemudian kedua kanji bertukar posisi, kanji pertama berubah menempati urutan kanji kedua dan kanji kedua diposisi kanji pertama. Contohnya : Honmono – Monohon.


(45)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Secara garis besar penggunaan wakamono kotoba dalam komik Detective Conan, dengan mengambil sampel pada jilid ke 11 sampai dengan jilid ke 18 meliputi semua jenis wakamono kotoba yang terdapat di Jepang. Jenis-jenis wakamono kotoba yang terdapat dalam komik Detective Conan antara lain adalah :

1. Wakamono kotoba yang merupakan singkatan atau pemendekan kata

Wakamono kotoba ini biasanya berasal dari bahasa asing dan terdiri dari dua unsur kata dan pengunaannya hanya kepada nomina. Sedangkan yang berasal dari bahasa Jepang asli dapat juga berupa kata kerja.

2. Wakamono kotoba yang merupakan pengulangan kata.

Wakamono kotoba yang mengalami pengurangan kata biasanya adalah kata sifat atau kata kerja yang sifatnya menerangkan keadaan si pelaku/subjek.

3. Wakamono kotoba yang memiliki makna khusus/baru

Wakamono kotoba ini biasanya mengalami proses pembentukan dengan mengambil sifat/keadaan dari kata tersebut, kemudian dapat pula mengalami penyempitan makna, sehinga kata tersebut hanya dapat digunakan untuk menyatakan keadaan atau situasi tertentu. 4. Wakamono kotoba yang mengalami pembalikan unsur-unsur kata

Wakamono kotoba ini merupakan jenis wakamono kotoba yang memilki jumlah paling sedikit penggunaannya dalam komik Detective Conan. Hal ini dianggap wajar dikarenakan jumlah kosakata wakamono ini sendiri memang sedikit dalam wakamono kotoba yang terdapat di Jepang..


(46)

4.1 Saran

Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila setiap penutur menguasai perbedaaan ragam bahasa. Dengan penguasaan ragam bahasa, penututr bahasa dapat dengan mudah mengungkapakan gagasannya melalui pemilihan ragam bahasa yang ada sesuai dengan konteks kebutuhannya. Oleh karena itu pengguasaan ragam bahasa termasuk bahasa gaul remaja menjadi tuntutan bagi penutur, mengingat kompleksnya situasi dan kepentingan yang masing-masing menghendaki kesesuaian bahasa yang digunakan. Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul sering digunakan sebagai bentuk pecakapan sehari-hari dalam pergaulan dilingkungan sosial. Bahkan media-media populer seperti TV, radio,komik, mjalah dan dunia perfiliman nasional. Bahkan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah populer.

Distribusi bahasa gaul sering tidak memperhatikan konteks yang tepat beberapa film remaja Indonesia menampilkan adegan seorang anak SMA menggunakan bahasa gaul ketika berkomunikasi dengan kepala sekolah. Dari salah satu adegan diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa gaul sebagai tutur remaja diihat dari distribusinya atau penyebarannya dapat diakatakan telah berhasil menjadi bahasa identitas remaja. Sebaliknya, bahasa remaja menjadi dampak negatif apabila dilihat dari segi ketidakmampuan remaja menempatkan bahasa dalam konteks sosialnya. Mengingat semakin berkembangnya arus komunikasi dan informasi dewasa ini, maka para rremaja telah mengesahkan pemakaian bahasa gaul disetiap situasi dan tidak memperhatikan keadaan dengan siapa dan dimana mereka menggunakan bahasa tersebut. Kalau hal itu sampai dibiarkan terus menerus terjadi, maka sikap kesopanan berbahasa sebagai bentuk kesopanan terhadap orang yang lebih tua sudah terabaikan. Maka saran dari penulis, kemampuan untuk menguasai ragam bahasa gaul penting adanya terutama dikalangan remaja. Akan tetapi para remaja selaku penutur bahasa gaul perlu kiranya dapat memilih konteks dan situasi yang tepat dalam menggunakannya. Kepada tenaga pengajar


(47)

bahasa juga dituntut kiranya dapat membimbing para remaja agar dapat memberi keseimbangan dalam pemakaian bahasa gaul dengan bahasa standar sesuai dengan konteks dan situasi yang tepat. Di harapkan pula bagi para peneliti bahasa agar lebih banyak lagi melakukan penelitian yang mengenai topik bahasa gaul, karena penelitian yang dilakukan selama ini masih sangat sedikit jumlahnya.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar apresiasi Karya Sastra.Bandung : Sinar Baru. Aoyama, Ghoso. 1997. Detective Conan. Tokyo: SS Comic.

Bimo, Jay. 1994. Prokem (Bahasa Kerennya : The Indonesian Graffiti) : Bonus Majalah Hai edisi 32.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer. Abdul. 1980. Hubungan Bahasa, Kebudayaan dan Pemikiran Dewan Bahasa, Jilid 24, 12:42-55.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatima.1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung : PT Eresco

http : //idwikipedia.org/wiki/bahasa-jepang.. http:// Zokugo dict.com

http:// Lubis Grafura Blog.id.com

Kuno Susumu. 2005. Nihonggo Kinoteki Kobun Kenkyu. Cambrige. Cambrige Univ Pers. Shonen Magz edisi 19, PT Gramedia. Jakarta.

Tjandra, Sheddy N. 2004. Ucapan Bahasa Jepang dalam Kajian Interdisipliner. Jakarta : Universitas Indonesia Pers. Depok.

Shiang, Tjhin Thian. 2006 Bahasa Gaul Bahasa Indonesia – Bahasa Jepang. Jakarta : Gakushudo.

www.jpf.or.id.


(49)

www.thejapanesepage.com/news.php. www.Asahi Shinbun.com

Yamaguchi Nakami. 2007. Wakamono Kotoba ni Mimi O Sumaseba. Tokyo : Kodansha.


(1)

3. Wakamono kotoba yang memiliki makna khusus.

- Kata atau kalimat yang memiliki makna khusus atau memiliki arti yang baru dalam wakamono kotoba biasanya dibentuk dengan mengambil sifat/keadaan dari kata tersebut, misalnya kata imo yang berarti ubi/talas dalam wakamono kotoba bermakna kampungan dikarenakan ubi/talas biasanya ditanam dipedesaan.,kata hekomu yang artinya menjadi lekuk dalam wakamono kotoba dipakai untuk menyebut orang yang wajahnya muram,suntuk,bete. - Kata yang mengalami mengalami penyempitan makna dalam wakamono kotoba adalah kata yang telah umum tetapi mengalami penyempitan makna, dengan kata lain makna kata tersebut dalam wakamono kotoba memiliki hubungan langsung dengan makna sebenarnya. Hanya cakupannya dipersempit. Misalnya kata kokuhaku yang secara umum berarti pengakuan, dalam wakamono kotoba berarti menyatakan cinta, jadi tidak berlaku untuk pengakuan yang lain, hanya untuk mengaku cinta. Kata uwaki yang artnya tak tetap hati, ceroboh. Dalam wakamono kotoba hanya berarti selingkuh/serong, tidak dapat digunakan untuk makna yang lain

4. Wakamono kotoba yang mengalami pembalikan unsur-unsur kata.

- Apabila kata tersebut dibaca secara Ongyomi (cara baca Cina pada huruf kanji) pada kata pertama dan Kungyomi (cara baca Jepang pada huruf kanji) pada kata kedua..Maka kata tersebut dipisahkan unsur-unsur pembentuk katanya dengan memisahkan huruf kanjinya, kemudian kedua kanji bertukar posisi, kanji pertama berubah menempati urutan kanji kedua dan kanji kedua diposisi kanji pertama. Contohnya : Honmono – Monohon.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Secara garis besar penggunaan wakamono kotoba dalam komik Detective Conan, dengan mengambil sampel pada jilid ke 11 sampai dengan jilid ke 18 meliputi semua jenis wakamono kotoba yang terdapat di Jepang. Jenis-jenis wakamono kotoba yang terdapat dalam komik Detective Conan antara lain adalah :

1. Wakamono kotoba yang merupakan singkatan atau pemendekan kata

Wakamono kotoba ini biasanya berasal dari bahasa asing dan terdiri dari dua unsur kata dan pengunaannya hanya kepada nomina. Sedangkan yang berasal dari bahasa Jepang asli dapat juga berupa kata kerja.

2. Wakamono kotoba yang merupakan pengulangan kata.

Wakamono kotoba yang mengalami pengurangan kata biasanya adalah kata sifat atau kata kerja yang sifatnya menerangkan keadaan si pelaku/subjek.

3. Wakamono kotoba yang memiliki makna khusus/baru

Wakamono kotoba ini biasanya mengalami proses pembentukan dengan mengambil sifat/keadaan dari kata tersebut, kemudian dapat pula mengalami penyempitan makna, sehinga kata tersebut hanya dapat digunakan untuk menyatakan keadaan atau situasi tertentu. 4. Wakamono kotoba yang mengalami pembalikan unsur-unsur kata

Wakamono kotoba ini merupakan jenis wakamono kotoba yang memilki jumlah paling sedikit penggunaannya dalam komik Detective Conan. Hal ini dianggap wajar dikarenakan jumlah kosakata wakamono ini sendiri memang sedikit dalam wakamono kotoba yang terdapat di Jepang..


(3)

4.1 Saran

Sebuah komunikasi dikatakan efektif apabila setiap penutur menguasai perbedaaan ragam bahasa. Dengan penguasaan ragam bahasa, penututr bahasa dapat dengan mudah mengungkapakan gagasannya melalui pemilihan ragam bahasa yang ada sesuai dengan konteks kebutuhannya. Oleh karena itu pengguasaan ragam bahasa termasuk bahasa gaul remaja menjadi tuntutan bagi penutur, mengingat kompleksnya situasi dan kepentingan yang masing-masing menghendaki kesesuaian bahasa yang digunakan. Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa gaul sering digunakan sebagai bentuk pecakapan sehari-hari dalam pergaulan dilingkungan sosial. Bahkan media-media populer seperti TV, radio,komik, mjalah dan dunia perfiliman nasional. Bahkan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah populer.

Distribusi bahasa gaul sering tidak memperhatikan konteks yang tepat beberapa film remaja Indonesia menampilkan adegan seorang anak SMA menggunakan bahasa gaul ketika berkomunikasi dengan kepala sekolah. Dari salah satu adegan diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa gaul sebagai tutur remaja diihat dari distribusinya atau penyebarannya dapat diakatakan telah berhasil menjadi bahasa identitas remaja. Sebaliknya, bahasa remaja menjadi dampak negatif apabila dilihat dari segi ketidakmampuan remaja menempatkan bahasa dalam konteks sosialnya. Mengingat semakin berkembangnya arus komunikasi dan informasi dewasa ini, maka para rremaja telah mengesahkan pemakaian bahasa gaul disetiap situasi dan tidak memperhatikan keadaan dengan siapa dan dimana mereka menggunakan bahasa tersebut. Kalau hal itu sampai dibiarkan terus menerus terjadi, maka sikap kesopanan berbahasa sebagai bentuk kesopanan terhadap orang yang lebih tua sudah terabaikan. Maka saran dari penulis, kemampuan untuk menguasai ragam bahasa gaul penting adanya terutama


(4)

bahasa juga dituntut kiranya dapat membimbing para remaja agar dapat memberi keseimbangan dalam pemakaian bahasa gaul dengan bahasa standar sesuai dengan konteks dan situasi yang tepat. Di harapkan pula bagi para peneliti bahasa agar lebih banyak lagi melakukan penelitian yang mengenai topik bahasa gaul, karena penelitian yang dilakukan selama ini masih sangat sedikit jumlahnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2000. Pengantar apresiasi Karya Sastra.Bandung : Sinar Baru. Aoyama, Ghoso. 1997. Detective Conan. Tokyo: SS Comic.

Bimo, Jay. 1994. Prokem (Bahasa Kerennya : The Indonesian Graffiti) : Bonus Majalah Hai edisi 32.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer. Abdul. 1980. Hubungan Bahasa, Kebudayaan dan Pemikiran Dewan Bahasa, Jilid 24, 12:42-55.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatima.1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung : PT Eresco

http : //idwikipedia.org/wiki/bahasa-jepang.. http:// Zokugo dict.com

http:// Lubis Grafura Blog.id.com

Kuno Susumu. 2005. Nihonggo Kinoteki Kobun Kenkyu. Cambrige. Cambrige Univ Pers. Shonen Magz edisi 19, PT Gramedia. Jakarta.

Tjandra, Sheddy N. 2004. Ucapan Bahasa Jepang dalam Kajian Interdisipliner. Jakarta : Universitas Indonesia Pers. Depok.

Shiang, Tjhin Thian. 2006 Bahasa Gaul Bahasa Indonesia – Bahasa Jepang. Jakarta : Gakushudo.


(6)

www.thejapanesepage.com/news.php. www.Asahi Shinbun.com

Yamaguchi Nakami. 2007. Wakamono Kotoba ni Mimi O Sumaseba. Tokyo : Kodansha.