Analisis Perbandingan Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Di Indonesia

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK DEVISA

DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA

TESIS

Oleh

DINA HASTALONA

067019087/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK DEVISA

DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DINA HASTALONA

067019087/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA Nama Mahasiswa : Dina Hastalona

Nomor Pokok : 067019087

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, AK) (Dr. Isfenti Sadalia, ME) Ketua Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Rismayani, MS)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus: 20 April 2010


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 20 April 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, AK Anggota : 1. Dr. Isfenti Sadalia, ME

2. Prof. Dr. Rismayani, MS 3. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si 4. Drs. Syahyunan, M.Si


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:

“ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DI INDONESIA”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, April 2010 Yang membuat pernyataan,

Dina Hastalona


(6)

ABSTRAK

Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan termasuk perbankan, karena kinerja keuangan tersebut merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Perkembangan perbankan saat ini ditandai dengan membaiknya kesehatan perbankan, namun fungsi intermediasinya belum pulih.

Penelitian ini memberikan gambaran atas kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa sehingga dengan mengetahui kekuatan bank, maka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha bank. Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan dasar untuk perbaikan di masa mendatang. Penelitian ini juga untuk mengetahui apakah fungsi intermediasi bank devisa dan bank non devisa telah berjalan baik dilihat dari LDR nya.

Bank Devisa dan Bank Non Devisa yang diteliti adalah Bank Swasta Nasional. Dari populasi sebanyak 40 bank devisa dan 34 bank non devisa, diambil 30 bank devisa dan 26 bank non devisa sebagai sampel data yang dianggap sesuai. Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR, BOPO serta Net Profit Margin (NPM). Variabel tingkat suku bunga SBI dan kredit yang diberikan digunakan untuk melihat apakah kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank devisa dan bank non devisa atau tidak. Metode analisis data yang digunakan adalah uji deskriptif, uji beda dan uji regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan tingkat suku bunga SBI dan Kredit yang Diberikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap LDR bank devisa dan bank non devisa. Hal ini berarti bahwa tingkat suku bunga SBI yang ditawarkan oleh otoritas moneter yakni Bank Indonesia dan Kredit yang Diberikan oleh bank devisa dan bank non devisa baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing berpengaruh atau menentukan LDR bank devisa dan bank non devisa periode 2005 sampai dengan 2007, dan secara parsial variabel tingkat suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan terhadap LDR bank devisa dan bank non devisa periode 2005 sampai dengan 2007.

Dilihat dari kinerjanya bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa, serta terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa.


(7)

ABSTRACT

Financial performance is an important thing to be achieved by each company, including banking industry, because the financial performance is a reflection of the company's ability to manage and allocate resources. Current banking developments marked with improving the performance of banking, but not yet recovered intermediation function.

This study gives an overview of the advantages and disadvantages listed in the financial performance of foreign banks and non foreign banks so that by knowing the power of the bank, it can be used for business development bank and knowing the weaknesses can be used the basis for future improvements. The study also to determine whether the bank intermediary function of foreign banks and non foreign banks have been going well it views of LDR.

Foreign banks and non foreign banks under this study is the National Private Bank. Populations of this study are 40 foreign banks and 34 non-foreign banks, taken 30 foreign banks and 26 non-foreign banks as the sample data that is considered appropriate. This study used several variables to measuring of performance, there are Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR, BOPO and Net Profit Margin (NPM). Variable of SBI interest rate and loans used to see whether both of variables will affect the foreign banks and non-bank foreign bank intermediary function or not. Methods of data analysis used are descriptive test, different tests and regression tests.

The results of study showing that simultaneous SBI interest rates and Loans have a significant influence on LDR foreign banks and non- foreign banks. This means that the SBI interest rate offered by the monetary authorities, Bank Indonesia, and loans by foreign banks and non-foreign banks in rupiah currency and foreign currencies affected or determine of LDR foreign banks and non foreign banks in the period 2005 to 2007, and partially variable of interest rate of SBI have a significant influence on LDR foreign banks and non foreign banks in the period 2005 to 2007.

By viewing the performance that there is no difference in financial performance which measured by the ratio Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), operating expenses and operating income (BOPO) between foreign banks and non foreign banks, and there are differences in financial performance which measured by comparison Loan to Deposit Ratio (LDR) and Net Profit Margin (NPM) between foreign banks and non foreign banks.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti masalah kinerja keuangan perbankan dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc. (CTM) Sp.A(K)., selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME., selaku Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing serrta mendorong penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. 6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.


(9)

7. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

8. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

9. Seluruh pegawai dan staf pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

10. Teristimewa kepada suami tercinta Mardani, dan anakku tersayang Nada Afsheen Myesha serta kedua orang tua penulis yang telah memberikan dorongan semangat serta doa kepada penulis.

Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran serta masukan dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan berguna bagi banyak pihak.

Medan, April 2010 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Dina Hastalona, lahir pada tanggal 16 Mei 1978 di Medan, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Amiruddin Muhammad dan Ibu Dra. Niel Hasni. Menikah pada tanggal 22 Pebruari 2003 dengan Mardani, SE dan memiliki seorang puteri bernama Nada Afsheen Myesha.

Pendidikan di mulai pada tahun 1984 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 064021 di Medan (tamat dan lulus tahun 1990), SMP Negeri 16 Medan (tamat dan lulus tahun 1993), SMA Sutomo I Medan (tamat dan lulus tahun 1996). Selanjutnya tahun 1996 meneruskan pendidikan ke Politeknik Negeri Medan Jurusan Akuntansi Perbankan, lulus tahun 1999. Tahun 1999 melanjutkan ke Strata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) Jurusan Manajemen (tamat dan lulus tahun 2002), dan tahun 2006 melanjutkan ke strata-2 Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mulai bekerja pada tahun 2000 sampai dengan 2006 sebagai kasie administrasi pada PT. Ira Widya Utama di Medan, dan sejak tahun 2005 sampai sekarang bekerja sebagai staf pengajar pada Kopertis Wilayah I Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL………... xi

DAFTAR GAMBAR………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN………...……... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1 Latar Belakang………... 1

I.2 Perumusan Masalah………... 6

I.3 Tujuan Penelitian……… 7

I.4 Manfaat Penelitian………. 7

I.5 Kerangka Berpikir……….. 8

I.6 Hipotesis……….………... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 14

II.1 Penelitian Terdahulu………. 14

II.2 Fungsi Bank……….. 18

II.3 Laporan Keuangan Bank………... 22

II.4 Analisis Laporan Keuangan………... 24

II.5 Kinerja Keuangan Perbankan………... 26

II.6 Analisis Rasio Keuangan Perbankan………... 27

II.6.1 Rasio Likuiditas………. 28

II.6.2 Rasio Rentabilitas……….. 29

II.6.3 Return on Assets……..……….. 29

II.6.4 Return on Equity (ROE)……….…... 30

II.6.5 Operations Expenses/Operations Income (OE/OI)… 31 II.6.6 Net Profit Margin (NPM)……….. 31

II.7 Kredit...………... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33

III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……… 33

III.2 Metode Penelitian………... 33

III.3 Populasi dan Sampel………... 34

III.4 Teknik Pengumpulan Data………... 35

III.5 Jenis dan Sumber Data………... 35


(12)

III.6.1 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Hipotesis Pertama dan Kedua... 36

III.6.1.1 Identifikasi Variabel Hipotesis Pertama dan Kedua……… 36

III.6.1.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama dan Kedua... 36

III.6.2 Model Analisis Data Hipotesis Pertama dan Kedua 37 III.6.3 Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama dan Kedua... 41

III.6.3.1 Uji Normalitas... 41

III.6.3.2 Uji Multikolinieritas... 41

III.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas... 42

III.6.3.4 Uji Autokorelasi……... 42

III.7 Hipotesis Ketiga... 43

III.7.1 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Ketiga... 43

III.7.2 Pengujian Hipotesis Ketiga……….. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 47

IV.1 Hasil Penelitian………... 47

IV.1.1 Deskripsi Data Penelitian... 47

IV.1.1.1 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Pertama dan Kedua... 47

IV.1.1.2 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Ketiga... 49

IV.1.2 Hasil Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama dan Kedua... 56

IV.1.2.1 Hasil Uji Normalitas... 56

IV.1.2.2 Hasil Uji Multikolinieritas... 59

IV.1.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 60

IV.1.2.4 Hasil Uji Autokorelasi... 62

IV.2 Pembahasan………....………... 63

IV.2.1 Pembahasan Hipotesis Pertama... 63

IV.2.2 Pembahasan Hipotesis Kedua... 66

IV.2.3 Pembahasan Hipotesis Ketiga... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 75

V.1 Kesimpulan………...………... 75

V.2 Keterbatasan... 77

V.3 Saran... 78


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

I.1 Kinerja Keuangan Perbankan di Indonesia Periode 2005-2007... 3

II.1 Review Penelitian Terdahulu ... 16

III.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Sampel ... 35

III.2 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama dan Kedua... 37

III.3 Pengukuran Autokorelasi ... 42

III.4 Definisi Operasional Variabel Hipotesis Ketiga... 45

IV.1 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Pertama... 47

IV.2 Deskripsi Data Penelitian Hipotesis Kedua ... 48

IV.3 Perbandingan ROA Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 49

IV.4 Perbandingan ROE Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 51

IV.5 Perbandingan OE/OI Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 52

IV.6 Perbandingan LDR Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 54

IV.7 Perbandingan NPM Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 54

IV.8 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama... 58

IV.9 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua... 59

IV.10 Uji Multikolinieritas Hipotesis Pertama... 60

IV.11 Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua... 60

IV.12 Hasil Uji Autokorelasi Hipotesis Pertama... 62


(14)

IV.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama... 62

IV.15 Hasil Uji Secara Serempak Hipotesis Pertama... 64

IV.16 Hasil Uji Secara Parsial Hipotesis Pertama... 65

IV.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua... 67

IV.18 Hasil Uji Secara Serempak Hipotesis Kedua... 68

IV.19 Hasil Uji Secara Parsial Hipotesis Kedua ... 68

IV. 20 Hasil Perhitungan Uji Beda Rata-Rata ROA, ROE, BOPO, LDR dan NPM Bank Devisa dan Bank Non Devisa... 70


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

I.1 Kerangka Berpikir ... 12

IV.1 Perkembangan Rata-rata ROA Bank Devisa Tahun 2005, 2006, 2007 ... 50

IV.2 Perkembangan ROA Bank Non Devisa Tahun 2005, 2006, 2007.. 50

IV.3 Perkembangan Rata-rata ROE Bank Devisa ... 51

IV.4 Perkembangan Rata-rata ROE Bank Non Devisa... 52

IV.5 Perkembangan Rata-rata OE/OI Bank Devisa ... 53

IV.6 Perkembangan OE/OI Bank Non Devisa ... 53

IV.7 Perkembangan Rata-rata NPM Bank Devisa Tahun 2005, 2006, 2007... 55

IV.8 Perkembangan NPM Bank Non Devisa Tahun 2005, 2006, 2007... 55

IV.9 Normalitas Data Hipotesis Pertama... 57

IV.10 Normalitas Data Hipotesis Kedua... 57

IV.11 Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama... 61


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Daftar Bank Devisa dan Bank Non Devisa

di Indonesia (Populasi) ... 82

2 Daftar Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia (sampel) .... 83

3 Data Loan to Deposit Ratio Bank Devisa (Sampel) ... 84

4 Data Loan to Deposit Ratio Bank Non Devisa (Sampel)... 85

5 Data Nilai Kredit yang Diberikan Bank Devisa (Sampel) ... 86

6 Data Nilai Kredit yang Diberikan Bank Non Devisa (Sampel) ... 87

7 Data Return on Assets Bank Devisa (Sampel) ………... 88

8 Data Return on Assets Bank Non Devisa (Sampel) ………. 89

9 Data Return on Equity Bank Devisa (Sampel) ……….. 90

10 Data Return on Equity Bank Non Devisa (Sampel) ……….. 91

11 Data OE/OI Bank Devisa (Sampel)……….... 92

12 Data OE/OI Bank Non Devisa (Sampel)………... 93

13 Data Net Profit Margin Bank Devisa (Sampel) ……… 94

14 Data Net Profit Margin Bank Non Devisa (Sampel) ……… 95

15 Data Tingkat Suku Bunga SBI tahun 2005, 2006, 2007 ………….... 96

16 Hasil Uji Statistik Hipotesis Pertama ………. 98


(17)

ABSTRAK

Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan termasuk perbankan, karena kinerja keuangan tersebut merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Perkembangan perbankan saat ini ditandai dengan membaiknya kesehatan perbankan, namun fungsi intermediasinya belum pulih.

Penelitian ini memberikan gambaran atas kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa sehingga dengan mengetahui kekuatan bank, maka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha bank. Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan dasar untuk perbaikan di masa mendatang. Penelitian ini juga untuk mengetahui apakah fungsi intermediasi bank devisa dan bank non devisa telah berjalan baik dilihat dari LDR nya.

Bank Devisa dan Bank Non Devisa yang diteliti adalah Bank Swasta Nasional. Dari populasi sebanyak 40 bank devisa dan 34 bank non devisa, diambil 30 bank devisa dan 26 bank non devisa sebagai sampel data yang dianggap sesuai. Variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR, BOPO serta Net Profit Margin (NPM). Variabel tingkat suku bunga SBI dan kredit yang diberikan digunakan untuk melihat apakah kedua variabel tersebut berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank devisa dan bank non devisa atau tidak. Metode analisis data yang digunakan adalah uji deskriptif, uji beda dan uji regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan tingkat suku bunga SBI dan Kredit yang Diberikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap LDR bank devisa dan bank non devisa. Hal ini berarti bahwa tingkat suku bunga SBI yang ditawarkan oleh otoritas moneter yakni Bank Indonesia dan Kredit yang Diberikan oleh bank devisa dan bank non devisa baik dalam bentuk rupiah maupun valuta asing berpengaruh atau menentukan LDR bank devisa dan bank non devisa periode 2005 sampai dengan 2007, dan secara parsial variabel tingkat suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan terhadap LDR bank devisa dan bank non devisa periode 2005 sampai dengan 2007.

Dilihat dari kinerjanya bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa, serta terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa.


(18)

ABSTRACT

Financial performance is an important thing to be achieved by each company, including banking industry, because the financial performance is a reflection of the company's ability to manage and allocate resources. Current banking developments marked with improving the performance of banking, but not yet recovered intermediation function.

This study gives an overview of the advantages and disadvantages listed in the financial performance of foreign banks and non foreign banks so that by knowing the power of the bank, it can be used for business development bank and knowing the weaknesses can be used the basis for future improvements. The study also to determine whether the bank intermediary function of foreign banks and non foreign banks have been going well it views of LDR.

Foreign banks and non foreign banks under this study is the National Private Bank. Populations of this study are 40 foreign banks and 34 non-foreign banks, taken 30 foreign banks and 26 non-foreign banks as the sample data that is considered appropriate. This study used several variables to measuring of performance, there are Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR, BOPO and Net Profit Margin (NPM). Variable of SBI interest rate and loans used to see whether both of variables will affect the foreign banks and non-bank foreign bank intermediary function or not. Methods of data analysis used are descriptive test, different tests and regression tests.

The results of study showing that simultaneous SBI interest rates and Loans have a significant influence on LDR foreign banks and non- foreign banks. This means that the SBI interest rate offered by the monetary authorities, Bank Indonesia, and loans by foreign banks and non-foreign banks in rupiah currency and foreign currencies affected or determine of LDR foreign banks and non foreign banks in the period 2005 to 2007, and partially variable of interest rate of SBI have a significant influence on LDR foreign banks and non foreign banks in the period 2005 to 2007.

By viewing the performance that there is no difference in financial performance which measured by the ratio Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), operating expenses and operating income (BOPO) between foreign banks and non foreign banks, and there are differences in financial performance which measured by comparison Loan to Deposit Ratio (LDR) and Net Profit Margin (NPM) between foreign banks and non foreign banks.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Persaingan dalam industri perbankan kini semakin tajam, terlebih didorong oleh perkembangan pengetahuan masyarakat yang semakin selektif dalam memilih bank, yaitu bank yang dapat memberikan layanan keuangan berkualitas bagi bisnis dan pribadinya. Bank terbaik adalah bank yang dapat memenuhi segala kebutuhan finansial nasabahnya. Sementara itu, kondisi perbankan nasional sendiri mengalami pasang surut di dalam sejarah perkembangannya.

Setelah krisis ekonomi 1997-1998, industri perbankan mengalami perubahan dalam jumlah bank. Jika pada 1998 jumlah bank umum mencapai 208 bank, maka pada Nopember 2007, jumlah bank umum turun menjadi 130 bank, yang terdiri dari 5 bank persero, 26 bank pembangunan daerah, 35 bank umum swasta nasional devisa, 36 bank umum swasta non devisa, 17 bank campuran, dan 11 bank asing. Penurunan jumlah bank disebabkan adanya pencabutan ijin usaha dan merger bank (InfoBank No. 347 Edisi Pebruari 2008).

Pada masa krisis ekonomi tahun 1997, sektor perbankan merupakan salah satu industri yang terkena dampak langsung paling parah. Selanjutnya, perbankan terus mengalami masa-masa sulit di mana banyak bank yang mengalami kemunduran kinerja akibat terus terjadinya krisis kepercayaan dari masyarakat.


(20)

Seiring waktu berjalan dan dengan didorong oleh kemajuan ekonomi maka sektor perbankan perlahan-lahan bangkit kembali. Bank pemerintah dan swasta saling bersaing dalam hal pelayanan dan pemenuhan kewajiban kepada nasabahnya. Melalui proses restrukturisasi perbankan pada tahun 1999, maka banyak bank yang melakukan program restrukturisasi operasional, merger atau akuisisi sehingga kinerja perbankan Indonesia mulai membaik. Indikator utama yang bisa dilihat adalah dari pertumbuhan asset perbankan yang terus meningkat. Beberapa indikator lainnya juga terus membaik, misalnya laba bersih meningkat, dana meningkat, ekspansi kredit meningkat dan tingkat kredit bermasalah menurun.

Salah satu pilar agar industri perbankan mampu bertahan dalam tatanan ekonomi global di mana intensitas persaingan antarbank semakin tinggi adalah perbankan mempunyai kinerja yang baik. Penilaian kinerja sangatlah penting bagi semua perusahaan, termasuk perusahaan perbankan. Melalui penilaian kinerja, perusahaan dapat mengetahui apakah kinerja dan operasional perusahaan tersebut buruk atau tidak. Jika dinilai buruk maka diharapkan perusahaan dapat memperbaikinya. Jika kinerjanya sudah baik, diharapkan perusahaan dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerja dan operasionalnya agar lebih baik.

Salah satu dimensi pokok kinerja perbankan adalah kinerja keuangan. Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan termasuk perbankan di manapun, karena kinerja keuangan tersebut merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.


(21)

Tabel I.1 berikut menjelaskan bahwa ROA bank devisa secara persentase mengalami kenaikan lebih kecil dibandingkan ROA bank devisa, begitu juga NPM bank non devisa mengalami kenaikan lebih tinggi dalam setiap tahunnya dibandingkan dengan bank devisa. Dilihat dari segi efisiensinya, maka bank non devisa setiap tahunnya bertambah efisien jika dibandingkan dengan bank devisa.

Tabel I.1. Kinerja Keuangan Perbankan di Indonesia Periode 2005-2007 Kinerja Keuangan Perbankan Bank Devisa Bank Non Devisa ROA (%) 2005 2006 2007 2,17 2,36 2,44 0,96 2,08 2,99 BOPO (OE/OI) (%) 2005 2006 2007 88,31 82,53 81,85 97,48 92,25 83,58 LDR (%) 2005 2006 2007 73,27 60,03 67,18 82,48 78,26 78,26 NPM (%) 2005 2006 2007 5,24 5,67 5,43 5,35 6,80 7,98 Penempatan Dana di SBI

(milyar rupiah) 2005 2006 2007 15.896 79.344 83.476 2.529 3.172 6.352

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2008 (diolah).

Dilihat secara umum, kredit perbankan nasional hanya tumbuh sebesar 8,7% hingga semester I 2007, masih jauh di bawah target BI sekitar 20% selama 2007. Menurut kelompok bank, Bank Pembangunan Daerah mengalami pertumbuhan tertinggi mencapai 16,7%. Sebaliknya kelompok bank umum swasta nasional devisa


(22)

sebesar 9,3%, bank umum swasta nasional non devisa sebesar 14,3% (Sumber: http://www.bni.co.id/portals/o/document/perbankan.pdf).

Salah satu masalah ekonomi penting yang dihadapi bangsa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir adalah kelebihan likuiditas dalam perekonomian. Akibat ekses likuiditas tersebut, maka penempatan dana di Sertifikat Bank Indonesia (SBI), umumnya semakin bertambah.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), total SBI per 17 Januari 2008 mengalami peningkatan dari kisaran Rp 200 triliun tahun lalu menjadi Rp 312,79 triliun tahun ini. Proporsinya, kepemilikan asing yang mencapai Rp 28,94 triliun atau sekitar 9,25 persen dari total keseluruhan.

Masalah ini terbilang cukup serius mengingat dampak utama yang ditimbulkannya antara lain minimnya kucuran dana bagi sektor riil akibat uang hanya berputar di pasar keuangan dan rentannya perekonomian dalam negeri terhadap isu-isu eksternal. Sebagai contoh, gejolak yang memukul pasar saham domestik pada tahun 1997. Belum lagi biaya yang tidak sedikit yang harus dikeluarkan bank sentral.

Menurut Direktur Biro Riset InfoBank, Supriyanto, yang membuat kinerja keuangan perbankan menurun adalah penurunan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Selama ini, ekses likuiditas perbankan lebih banyak ditanamkan ke SBI sehingga penurunan suku bunga SBI akan memukul balik pendapatan bunga perbankan. Belum adanya perubahan paradigma menjadi bank leads the development. Ini mencerminkan belum adanya keberanian kalangan perbankan mengambil risiko dan rendahnya analisis bisnis terhadap potensi berkembangnya di suatu daerah.


(23)

Sementara menurut Edijoelianto (2007) masih rendahnya Rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) bank non devisa dibanding bank devisa, akibat trauma dengan kejadian penutupan dan tidak solvabelnya bank-bank devisa pasca pakto 1988 sehingga berakibat dibekukan izin operasional bank devisa tersebut. Sejak terimbas krisis finansial pada pertengahan tahun 1997, perbankan memang terkesan trauma. Bank lebih senang menanamkan dananya dalam instrumen yang aman, seperti Surat Utang Negara (SUN), atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

Adapun perkembangan kredit bermasalah bank selama tahun 2007 secara nasional mengalami penurunan dibanding Desember 2006 yakni dari 6,07% menjadi 5,17% (Info Bank No. 346, Januari 2008). Walaupun mengalami penurunan, hal ini masih tetap menunjukkan bahwa perbankan nasional masih dihinggapi kredit bermasalah yang cukup tinggi karena berada sedikit di atas batas maksimal yang ditentukan oleh Bank Indonesia yakni 5%.

Ekonom Bisnis Indonesia, Rokhim (2007) mengungkapkan bahwa kinerja perbankan dari sisi tuntutan regulasi dan kinerja keuangan periode 2006 menunjukkan hasil baik, namun kinerja tersebut belum mencerminkan kinerja yang seharusnya dicapai. Karenanya perlu dilakukan penilaian atas tingkat efisiensi bank untuk melihat apakah bank telah menjalankan usahanya dengan maksimal atau meminimalkan penggunaan sumber dayanya untuk menghasilkan output yang ada. Perbankan nasional mampu mencetak Net Interest Margin tinggi, tetapi tidak efisien dalam menjalankan usahanya. Ketidakefisienan tercermin dari rasio beban


(24)

operasional (OE/OI) sebesar 73,90% sehingga ditengarai menjadi kendala penurunan suku bunga kredit (InfoBank No. 343, Oktober 2007).

Besarnya laba perbankan yang dicapai bukan karena kerja keras pengelola bank, tetapi lebih banyak dipengaruhi kebijakan penurunan suku bunga oleh BI, subsidi keuangan negara dan ketidakadilan pengelola bank dalam menetapkan suku bunga kredit. Ini terlihat ketika suku bunga SBI turun, net interest margin justru meningkat. Ini berarti suku bunga kredit yang seharusnya sudah turun secara signifikan dibiarkan tinggi oleh perbankan. Banking Efficiency Award Bisnis Indonesia 2007 melakukan penilaian per kategori bank, diantaranya Bank BUMN (5 bank) dengan nilai rata-rata 0,801; Bank BPD (26 bank) dengan nilai rata-rata 0,727; Bank Swasta Nasional (71 bank) dengan nilai rata-rata 0,679; Bank Devisa (35 bank) dengan nilai rata-rata 0,732. Bank non Devisa (36 bank) dengan nilai rata-rata 0,628; Bank campuran (17 bank) dengan nilai rata-rata 0,750.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kredit yang

diberikan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap LDR Bank Devisa? 2. Apakah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kredit yang

diberikan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap LDR Bank Non Devisa?


(25)

3. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Operations Expenses/Operations Income (OE/OI), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji:

1. Pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kredit yang diberikan terhadap LDR Bank Devisa.

2. Pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kredit yang diberikan terhadap LDR Bank Non Devisa.

3. Perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Operations Expenses/Operations Income (OE/OI), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Untuk kalangan perbankan sebagai pertimbangan atas kekuatan ataupun kelemahan yang terdapat dalam kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Dengan mengetahui kekuatan bank, maka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha bank. Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan dasar


(26)

untuk perbaikan di masa mendatang dalam menghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat.

2. Untuk Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam menambah studi kepustakaan dan sebagai bahan penelitian selanjutnya mengenai kinerja keuangan pada bank devisa dan bank non devisa di Indonesia.

3. Untuk memberikan wawasan tambahan bagi peneliti dalam melatih diri berfikir secara ilmiah di bidang Manajemen Keuangan khususnya yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan.

4. Untuk peneliti selanjutnya sebagai bahan rujukan dengan kajian yang sama untuk melakukan pengembangan penelitian.

I.5. Kerangka Berpikir

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Jenis-jenis bank dibagi ke dalam dua macam dilihat dari statusnya:

1. Bank Devisa, merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit (L/C) dan transaksi luar negeri lainnya.


(27)

2. Bank Non Devisa, merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa, di mana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara (Kasmir, 2002).

Sumber dana bank terbagi atas tiga yakni dari para pemilik, dari cadangan (laba yang ditahan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan, cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif), sumber dana pihak ketiga (giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan rekening kreditur umum), antarbank pasiva (inter bank call money market, surat berharga pasar uang, pembiayaan bersama likuiditas dari bank indonesia, credit line dari koresponden bank), sumber pembelanjaan intensif dan pasar modal (Muljono, 1996).

Dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank seharusnya tidak mengendap di bank. Hal ini sesuai dengan pengertian dari bank tersebut yang tercantum dalam UU RI No. 10 Tahun 1998, yakni harus menyalurkan dana yang terkumpul kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Penyaluran kredit merupakan fungsi utama dari bank dan merupakan sumber pendapatan yang utama pada umumnya. Pendapatan ini diperoleh dari spread suku bunga simpanan dan kredit yang dikenakan oleh bank. Claus dan Smith dalam artikel pada RESERVE BANK OF NEW ZEALAND: Bulletin Vol. 62 No. 4 pg. 7 juga menyatakan bahwa: financial intermediaries exist to bring borrowers and lenders together and to help allocate credit. Dengan kata lain, melalui fungsi intermediasi


(28)

yang dijalankannya, sektor keuangan haruslah berperan sebagai agen dalam mempercepat pembangunan dan meningatkan pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Zulverdi et.al (2006) menyatakan bahwa: As intermediary institutions, banks collect fund from surplus spending units with a certain cost and distribute it to deficit spending units by imposing a certain interestrate as bank’s earning. Solomon (1983) dalam Jones and Verhoef (2006) juga menyatakan bahwa: banking functions can be divided into two categories as financial intermediaries and as money creators.

Fungsi intermediasi (LDR) adalah salah satu fungsi yang penting dalam perbankan. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah harus selalu mendorong berjalannya kembali fungsi intermediasi perbankan mengingat sektor riil yang masih stagnan. BI mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 yang merevisi penilaian kualitas aktiva bank umum.

PBI tersebut, akan mendorong intermediasi pada usaha kecil dan menengah serta memperkuat manajemen risiko perbankan. Hal yang penting adalah bagaimana agar dunia usaha bisa memperoleh kemudahan dalam mendapatkan kredit di bank.

Kebijakan moneter ketat yang ditempuh oleh otoritas moneter dengan menaikkan suku bunga SBI akan menyebabkan semakin meningkatnya dana perbankan yang ditanamkan pada instrumen SBI sehingga jumlah kredit yang ditawarkan semakin berkurang (Harmanta dan Ekananda, 2005).

Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran


(29)

dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank Mengukur kinerja keuangan bank dapat menggunakan hasil perhitungan rasio keuangan perbankan. Rasio-rasio keuangan tersebut sebagai berikut (Riyadi, 2006):

1. Rasio Profitabilitas.

2. Cost Efficiency Ratio menunjukkan tingkat efisiensi kinerja suatu bank. 3. Net Interest Margin.

4. Biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) atau OE/OI. 5. Government Bond Trading (GBTR).

6. Rasio Perbaikan Asset yang terdiri dari Non Performing Loan Gross dan Non Performing Loan Net.

7. Rasio Kehati-hatian. 8. Loan to Deposit Ratio.

Di dalam penelitian yang dilakukan ini ada dua jenis rasio keuangan yang dipergunakan, yaitu rasio rentabilitas dan rasio likuiditas.

Analisis rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bagian dari rasio rentabilitas adalah pengembalian aset, pengembalian ekuitas, marjin bunga bersih, dan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Margaretha, 2007).

Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Angka standar rasio LDR yang disepakati adalah antara 85% sampai


(30)

dengan 110%. Jika lebih rendah dari 85%, maka bank tersebut dinilai memiliki dana yang menganggur yang besar, sedangkan lebih besar dari 110%, maka risiko likuiditas yang akan dihadapi sangat besar (Manurung dkk., 2004).

Dari uraian tersebut, kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:

Dibandingkan

Gambar I.1. Kerangka Berpikir

LDR bank devisa Tingkat suku bunga SBI

Laporan Keuangan

Bank Devisa Bank Non Devisa

Kinerja Keuangan:

1. ROA

2. ROE

3. OE/OI 4. LDR

5. NPM

Kinerja Keuangan:

1. ROA

2. ROE

3. OE/OI 4. LDR

5. NPM

Kredit yang diberikan

Tingkat suku bunga SBI

Kredit yang diberikan


(31)

I.6. Hipotesis

Dari rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kredit yang diberikan secara simultan dan parsial terhadap LDR Bank Devisa. 2. Terdapat pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan

kredit yang diberikan secara simultan dan parsial terhadap LDR Bank Non Devisa.

3. Terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dari perbandingan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Operations Expenses/Operations Income (OE/OI), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Net Profit Margin (NPM) antara Bank Devisa dan Bank Non Devisa.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian terdahulu

Febryani dan Zulfadin (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia”. Data yang digunakan

adalah laporan keuangan bank devisa dan bank non devisa tahun 2000-2001. Sampel yang digunakan adalah 30 bank devisa dan 30 bank non devisa. Metode analisis statistik yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata. Hasil penelitian yang diperoleh adalah tidak terdapat perbedaan signifikan antara kinerja Bank Devisa dan bank non Devisa dilihat dari variabel Return on Equity dan Return on Asset serta terdapat perbedaan kinerja dilihat dari variabel Loan to Deposit Ratio.

Hadad, et.al (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi

Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Metodologi penelitian yang digunakan adalah non

parametric, dengan metodologi yang dikenal dengan istilah Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil penelitian yang diperoleh adalah kelompok bank swasta nasional non devisa dapat dikatakan merupakan yang paling efisien selama 3 tahun (2001-2003) dalam kurun analisis 8 tahun (1996-2003) dibanding bank-bank lainnya. Harmanta dan Ekananda (2005) melakukan penelitian dengan judul “Disintermediasi fungsi perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1997: Faktor


(33)

Disequilibrium”. Penelitian ini menggunakan model regresi dan maximum likehood

estimation. Data yang digunakan adalah data time series bulanan periode Januari 1993 s.d Desember 2003. Hasil penelitian yang diperoleh adalah dalam fungsi permintaan kredit, seluruh variabel yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), spread suku bunga (suku bunga kredit dikurangi suku bunga deposito), kurs Rupiah terhadap USD, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan inflasi secara statistik signifikan mempengaruhi permintaan kredit dan seluruh koefisien mempunyai tanda (sign) sesuai dengan apa yang diharapkan Sementara dalam fungsi penawaran kredit, seluruh variabel (kecuali variabel dummy krisis) yaitu kapasitas kredit, suku bunga kredit, suku bunga SBI, dan Non Performing Loan (NPL) secara statistik juga signifikan mempengaruhi penawaran kredit dan seluruh koefisien variabel bebas (termasuk variabel dummy krisis) mempunyai tanda (sign) sesuai dengan apa yang diharapkan.

Lestari dan Sugiharto (2007) melakukan penelitian dengan judul “Kinerja

Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”.

Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 7 bank devisa dan 7 bank non devisa. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Metode analisis statistik yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata dan Uji Regresi Linier Berganda). Hasil penelitian yang diperoleh adalah perbedaan kinerja antara ROA dan ROE Bank Devisa dan ROA, ROE Bank Non Devisa setelah krisis ekonomi yakni tahun 2002-2006 tidak signifikan. Bank Non Devisa berperan lebih besar dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dilihat dari


(34)

rasio LDR nya. Inflasi, nilai tukar rupiah terhadap US dollar, suku bunga SBI tidak memiliki pengaruh terhadap rasio keuangan Bank (ROA, ROE, LDR).

Abidin (2007) melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Efisiensi pada

Bank Umum”. Jumlah sampel yang digunakan adalah 93 bank umum di Indonesia

pada periode tahun 2002 hingga tahun 2005. Metodologi penelitian yang digunakan adalah non parametrik, dengan metodologi yang dikenal dengan istilah Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil penelitian yang diperoleh adalah bank devisa berkinerja lebih baik dibandingkan dengan bank non devisa pada tahun 2005.

Tabel II.1. Review Penelitian Terdahulu Nama Peneliti

dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Hasil Penelitian

Hadad, et.al (2003)

Febryani dan Zulfadin (2003)

Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non Parametrik Data

Envelopment Analysis

Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia

Beban personalia dibagi total aktiva, beban bunga dibagi dengan total pasiva,

beban lainnya dibagi

dengan aktiva tetap, kredit

yang diberikan pihak

terkait dengan bank, kredit

yang diberikan pihak

lainnya, surat berharga

yang dimiliki

Return on Assets dan Return on Equity serta

rasio likuiditas yaitu Loan

to Deposit Ratio

Kelompok bank swasta nasional non devisa

dapat dikatakan

merupakan yang

paling efisien selama

tahun 2001-2003

dalam kurun analisis 8

tahun (1996-2003)

dibanding bank-bank lainnya.

Tidak terdapat

perbedaan signifikan

antara kinerja bank devisa dan bank non

devisa dilihat dari

variabel ROE dan

ROA serta terdapat

perbedaan kinerja

dilihat dari variabel LDR.


(35)

Nama Peneliti dan Tahun

Penelitian

Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Hasil Penelitian

Harmanta dan Ekananda (2005)

Lestari dan Sugiharto (2007)

Disintermediasi Fungsi

Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1997: Faktor

Permintaan atau

Penawaran Kredit,

Sebuah Pendekatan

dengan Model

Disequilibrium

Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Total kredit, Produk Domestik Bruto riil, Inflasi bulanan, Suku bunga kredit, Suku bunga deposito, Suku bunga SBI, Spread suku bunga Bank Umum, Lending capacity,

Non Performing Loan,

Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollars, Indeks Harga Saham Gabungan, Variabel

dummy krisis

ROA, ROE dan LDR

Fungsi permintaan

kredit PDB, spread

suku bunga, kurs

rupiah terhadap USD,

IHSG dan inflasi

secara signifikan

mempengaruhi

permintaan kredit.

Sementara fungsi

penawaran kredit

(kapasitas kredit, suku

bunga kredit, suku

bunga SBI dan NPL)

secara statistik

signifikan mempengaruhi penawaran kredit dan

seluruh koefisien

variabel bebas

mempunyai tanda

sesuai dengan apa

yang diharapkan.

Perbedaan kinerja

antara ROA dan ROE

Bank Devisa dan

ROA, ROE Bank Non Devisa setelah krisis ekonomi yakni tahun

2002-2006 tidak

signifikan. Bank non Devisa berperan lebih

besar dalam

menjalankan fungsinya

sebagai lembaga

intermediasi dilihat

dari rasio LDR nya.

Inflasi, nilai tukar

rupiah terhadap US dollar, suku bunga SBI

tidak memiliki

pengaruh terhadap

rasio keuangan Bank

(ROA, ROE, LDR).


(36)

Nama Peneliti dan Tahun

Penelitian

Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Hasil Penelitian

Abidin (2007) Kinerja Efisiensi pada

Bank Umum

Variabel input terdiri dari dana pihak ketiga, biaya

bunga dan biaya

operasional lainnya,

sedangkan variabel

outputnya adalah besarnya

kredit, pendapatan bunga dan pendapatan opersional lainnya

Bank devisa berkinerja

lebih baik

dibandingkan dengan bank non devisa pada tahun 2005.

Penelitian yang dilakukan ini memiliki beberapa kesamaan variabel yang diteliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Febryani dan Zulfadin. Sedangkan perbedaannya yaitu, penelitian ini menggunakan variabel lainnya yaitu NPM, OE/OI, tingkat suku bunga SBI dan kredit yang diberikan serta sampel tahun penelitian yang dilakukan yaitu mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.

II.2. Fungsi Bank

Pengertian bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Rose (2002) menyatakan bahwa: Bank is a financial intermediary accepting deposits and granting loans; offers the widest menu of services of any financial institution. Sedangkan Mishkin (2003) menyatakan bahwa: Banks are financial institutions that accept deposits and make loans.


(37)

Sinkey, JR (2002) menyatakan bahwa: the traditional banking function deals with two processes or contract: (1) gathering deposits (the first process) and (2) making loans (the second process).

Menurut uraian di atas tersebut, jelaslah bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Financial intermediation merupakan suatu aktivitas penting dalam perekonomian, karena ia menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak produktif kepada pihak yang produktif dalam mengelola dana. Selanjutnya, hal ini akan membantu mendorong perekonomian menjadi lebih efisien dan dinamis.

Hal ini dipertegas Tangkilisan (2003) bahwa: perbankan nasional Indonesia berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dan masyarakat dan unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung ke peminjam.

Pada umumnya ada beberapa pilihan utama bank dalam menempatkan dananya untuk memperoleh pendapatan, yaitu sebagai berikut:

a. Kredit yang dipilih karena return yang lebih baik, meningkatkan profitabilitas, dan meningkatkan prospek usaha nasabah.

b. Pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang merupakan alternatif penempatan dana yang aman, berisiko rendah, berjangka pendek dengan tingkat suku bunga yang cukup tinggi.


(38)

c. Pembelian obligasi pemerintah dipilih karena memiliki tingkat suku bunga yang relatif tinggi jadi tingkat keuntungannya cukup baik dan risikonya rendah.

Bank menanam dana terutama dalam bentuk pemberian kredit dan surat berharga. Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Penanaman dana dalam surat berharga yang lazim oleh perbankan adalah dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) (Widjanarto, 1997). Pengertian SBI menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

SBI memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

2. Berjangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung dari tanggal penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh waktu.

3. Penerbitan dan perdagangan dilakukan dengan sistem diskonto.


(39)

Pola pembelian Sertifikat Bank Indonesia, yaitu: 1. Pembelian melalui pasar perdana (langsung ke BI).

2. Pembelian melalui pasar sekunder, yaitu kegiatan SBI di luar pasar perdana. 3. Pembelian melalui broker, baik untuk transaksi SBI di pasar perdana maupun

pasar sekunder, juga transaksi secara outright (pembelian/penjualan lepas) (Riyadi, 2006).

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, jenis bank dapat dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum.

Bank umum dilihat dari segi status dibagi dalam dua macam:

1. Bank Umum Devisa, artinya yang ruang lingkup gerak operasionalnya sampai ke luar negeri. Seperti bank tersebut dapat membuka letter of credit (LC), layanan transfer ke luar negeri, membuka tabungan dalam mata uang asing, dan lain-lain. 2. Bank Umum Non Devisa, artinya ruang lingkup gerak operasionalnya di dalam

negeri saja (Kasmir, 2002).

Suatu bank mempunyai status sebagai bank devisa jika bank tersebut memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia (BI) untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing seperti yang dikemukakan oleh Kasmir di atas, sedangkan suatu bank dikatakan bank non devisa jika belum memperoleh surat penunjukan dari BI untuk melakukan usaha perbankan dalam valuta asing.


(40)

Menurut peraturan Bank Indonesia, syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum suatu bank umum swasta nasional dapat diberikan izin untuk menjadi bank devisa, antara lain:

1. Bahwa bank yang bersangkutan telah bekerja untuk suatu jangka waktu tertentu. 2. Bahwa manajemen dan usahanya berjalan dengan baik dan sehat.

3. Bahwa bank yang bersangkutan mempunyai kemampuan finansial, perlengkapan materil dan tenaga teknis yang diperlukan.

Hal ini memperjelas bahwa bank devisa memiliki ruang lingkup yang lebih luas serta kinerja yang lebih baik dibandingkan bank non devisa.

II.3. Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan baik informasi mengenai jumlah dan jenis aktiva, kewajiban serta modal, yang tergambar dalam neraca, juga memberikan gambaran hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu yang dikeluarkan dalam laporan laba rugi dan arus kas suatu perusahaan yang tergambar dalam laporan arus kas.

Horne (2005) menyatakan bahwa: laporan keuangan melaksanakan beberapa fungsi, yakni neraca meringkas aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik suatu perusahaan pada suatu periode, sementara laporan laba rugi meringkas pendapatan dan biaya perusahaan selama suatu periode waktu tertentu.


(41)

Menurut Brigham (2004): the annual report presents four basic financial statements-the balance sheet, the income statement, the statement of retained earnings and the statement of cash flows.

Laporan keuangan yang disajikan oleh bank umum untuk dipublikasikan kepada masyarakat, berpedoman pada peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI tanggal 13 Desember 2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan surat edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta laporan tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia.

Tujuan laporan keuangan suatu bank sebagai berikut:

a. Untuk memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan modal bank pada waktu tertentu.

b. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

c. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode (Kasmir, 2002).

Laporan keuangan bank umum terdiri dari:

1. Neraca, yang berisikan pos-pos aktiva dan pasiva neraca bank. 2. Perhitungan laba rugi dan saldo laba.

3. Komitmen dan kontijensi.

4. Perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum. 5. Kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya.


(42)

6. Transaksi valuta asing dan derivatif. 7. Perhitungan Rasio Keuangan, meliputi:

a. Permodalan, yang terdiri dari capital adequacy ratio (CAR) dan aktiva tetap terhadap modal

b. Aktiva produktif, yang terdiri dari aktiva produktif bermasalah, Non performing loan (NPL), PPAP terhadap aktiva produktif dan pemenuhan PPAP.

c. Rentabilitas, yang terdiri dari return on asset (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM) dan beban operasional termasuk beban bunga dan beban PPAP serta beban penyisihan aktiva lain-lain dibagi pendapatan operasional termasuk pendapatan bunga (BOPO).

d. Likuiditas yakni Loan Deposit Ratio (LDR).

e. Kepatuhan, meliputi kepatuhan terhadap persentase pelanggaran Batas maksimum pemberian kredit (BMPK), persentase pelampauan BMPK, giro wajib minimum (GWM) rupiah dan Posisi devisa neto (PDN).

8. Pembelian kredit dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional/BPPN (jika ada), meliputi pokok kredit, nilai pembukuan kredit, jumlah PPAP/pendapatan ditangguhkan, PPAP yang dibentuk dan pendapatan bunga (Riyadi, 2006).

II.4. Analisis Laporan Keuangan

Ada beberapa macam analisis laporan keuangan yang dapat dibuat. Menurut Martono (2005): analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis


(43)

tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan:

1. Perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam perusahaan yang sama. 2. Perbandingan eksternal dan sumber-sumber rasio industri, yaitu

membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama.

Ada beberapa teknik analisis laporan keuangan tersebut meliputi: a. Analisis Horisontal

Analisis horisontal mencoba melihat perkembangan berbagai perkiraan yang ada dalam neraca dan laporan rugi laba dari tahun ke tahun, sehingga akan nampak adanya turun naik yang membentuk suatu trend.

b. Analisis Vertikal

Dalam analisis vertikal, perkiraan penting dibuat sebagai nilai dasar, misalnya total aktiva diangap 100% dan yang lainnya mengikuti. Demikian pula untuk hutang dan modal sendiri masing-masing dianggap 100%.

c. Analisis Rasio

Dalam analisis rasio mencoba membandingkan berbagai perkiraan dalam kategori yang berbeda, yakni antara perkiraan yang satu dengan perkiraan yang lainnya, baik antara perkiraan dalam laporan rugi laba sendiri maupun antara neraca dan laporan rugi laba.

d. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana. e. Analisis Laporan Keuangan Proforma.


(44)

Laporan keuangan proforma adalah suatu laporan keuangan yang disusun atas dasar rasio-rasio keuangan pada masa lalu yang sifatnya sebagai proyeksi dari neraca dan laporan rugi laba (Tangkilisan, 2003).

II.5. Kinerja Keuangan Perbankan

Penilaian kinerja keuangan berbeda dengan penilaian barang baik berwujud maupun tidak berwujud. Dalam penilaian asset, cukup memeriksa obyek asset secara fisik, kondisi ekonomi, dan fungsionalnya yang bersifat statis. Sedangkan penilaian kinerja keuangan, yang dinilai adalah data keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan kinerja keuangan adalah kemampuan dalam menghasilkan dari penjualan, kemampuan dalam mengembalikan modal usaha serta kemampuan hutangnya yang digunakan untuk membelanjai aktiva. Kinerja perbankan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana dalam suatu periode yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas.

Manfaat penilaian kinerja keuangan adalah:

1. Memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pengelolaan hutang termasuk mengenai keadaan keuangan secara keseluruhan.

2. Mengidentifikasi lebih awal masalah keuangan yang timbul sebelum terlambat. 3. Memberikan gambaran nyata, mengenai kelebihan dan kekurangan keadaan


(45)

II.6. Analisis Rasio Keuangan Perbankan

Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dalam beberapa periode yang berbeda sehingga dapat diketahui baik buruknya kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Dengan menganalisis rasio keuangan bank, maka akan dapat dinilai kinerja setiap bank, apakah telah bekerja secara efisien dan bagaimana tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005): ada dua jenis rasio keuangan yang bisa digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio neraca yang terdiri dari rasio likuiditas serta rasio leverage, dan rasio laporan laba rugi yang terdiri dari rasio cakupan (coverage), rasio efisiensi (rasio aktivitas) serta rasio profitabilitas.

Analisis rasio yang digunakan untuk menganalisis kinerja bank terdiri dari analisis rasio likuiditas, analisis rasio rentabilitas dan analisis rasio solvabilitas. Analisis rasio likuiditas terdiri dari cash ratio, reserve requirement, loan to deposit ratio, loan to asset ratio dan net call money to current ratio. Analisis rasio rentabilitas terdiri dari return on assets (ROA), return on equity (ROE), rasio biaya operasional (BOPO) dan net profit margin (NPM). Analisis rasio solvabilitas terdiri dari capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio dan long term debt to assets ratio (Margaretha, 2007).

Riyadi (2006) juga menyatakan bahwa: rasio keuangan perbankan yang sering diumumkan dalam neraca publikasi biasanya meliputi rasio permodalan yaitu capital


(46)

adequacy ratio (CAR); aktiva produktif yaitu aktiva produktif bermasalah, non performing loan (NPL), PPAP terhadap aktiva produktif dan pemenuhan PPAP; rasio rentabilitas yaitu return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin (NIM), beban operasional termasuk beban bunga dan beban PPAP serta beban penyisihan aktiva lain-lain dibagi pendapatan operasional termasuk pendapatan bunga (BOPO); rasio likuiditas yaitu cash ratio dan loan to deposit ratio (LDR).

II.6.1. Rasio Likuiditas

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukannya tanpa terjadi penangguhan.

Dalam penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan loan to deposit ratio (LDR) dalam mengukur likuiditas bank. Menurut Margaretha (2007): Loan to deposit ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Muljono (1996) juga mengatakan bahwa: LDR menunjukkan kemampuan suatu bank di dalam menyediakan dana kepada para debiturnya dengan dana yang dimiliki oleh bank yang dapat dikumpulkan dari masyarakat.

Semakin tinggi rasio memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Menurut surat edaran BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 menetapkan bahwa batas aman dari loan to


(47)

deposit ratio suatu bank antara 75% dan 85%. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%.

LDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

i Modal Indonesia

Bank Likuiditas Kredit

ketiga pihak dana Total

Diberikan yang

Kredit Jumlah LDR

int

 

II.6.2. Rasio Rentabilitas

Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan suatu bank di dalam menghasilkan keuntungan baik berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil-hasil non operasionalnya.

Margaretha (2007) menyatakan bahwa: analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

Dalam penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan empat rasio rentabilitas untuk dianalisis yaitu Return on Assets (ROA), Return on equity (ROE), OE/OI dan Net Profit Margin (NPM).

II.6.3. Return on Assets

Rose (2002) menyatakan bahwa: ROA is primarily an indicator of managerial efficiency; it indicates how capably the management of the bank has been converting the institution’s assets into net earnings. Menurut Li et.al (2001): ROA measures how well bank resources (financial and real) are being used to generate net income. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba


(48)

secara keseluruhan. Bank Indonesia menetapkan ROA yang baik nilainya lebih dari 2% agar sebuah bank dapat dikatakan sehat.

ROA diformulasikan secara matematis sebagai berikut:

% 100

x aktiva Total

pajak sebelum Laba

ROA

II.6.4. Return on Equity (ROE)

Rose (2002) menyatakan bahwa: ROE is a measure of the rate of return flowing to the bank’s shareholders. It approximates the net benefit that the stockholders have received from investing their capital in the bank. Li et.al (2000) juga menyatakan bahwa: ROE measures earnings on the book value of shareholder equity. ROE is the most important return measures for banks because it reflects how well the bank has perfomed in all return categories and indicates whether the bank can compete for private capital in a market economy. Hal ini dipertegas oleh Sinkey (2002) yang juga menyatakan bahwa: ROE measures profitability from the shareholder’s perspective.

ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. Return on Equity yang baik menurut surat edaran Bank Indonesia tahun 2004 adalah di atas 12,5%.


(49)

ROE diformulasikan secara matematis sebagai berikut:

% 100 x sendiri Modal

pajak setelah Laba

ROE

II.6.5. Operations Expenses/Operations Income (OE/OI)

Margaretha (2007) menyatakan bahwa: rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Riyadi (2006) menyatakan bahwa: BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.

Besarnya rasio OE/OI atau BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52%, ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Rasio OE/OI diformulasikan secara matematis sebagai berikut:

% 100

/ x

Income Operations

Expenses Operations

OI

OE

II.6.6. Net Profit Margin (NPM)

NPM adalah rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh bank dari pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Margaretha (2007) menyatakan bahwa: Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.


(50)

NPM yang baik menurut surat edaran Bank Indonesia tahun 2004 adalah di atas 2%. NPM diformulasikan secara matematis sebagai berikut:

% 100 tan

x produktif aktiva

Total

bersih bunga Pendapa

NPM

II.7. Kredit

Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967 bab 1 Pasal 1, 2 merumuskan pengertian kredit sebagai berikut: Kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan lain pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan.

Selanjutnya pengertian kredit tersebut disempurnakan lagi dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yakni kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.

Rivai (2007) menyatakan bahwa kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga debitur yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA). Kredit yang diberikan dalam pos neraca adalah semua kredit yang diberikan oleh bank, baik yang diberikan kepada bank lain di dalam negeri, maupun di luar negeri dan semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing yang diberikan kepada pihak ketiga bukan bank, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Bank Indonesia yang beralamat di Jalan Balai Kota No. 4 Medan. Penelitian ini dilakukan dari Juli 2009 sampai dengan April 2010.

III.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Ex Post Facto, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang melalui data tersebut untuk menemukan faktor-faktor yang mendahului atau menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti.

Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini dikelompokkan ke dalam penelitian komparatif dan penelitian asosiatif. Penelitian komparatif merupakan penelitian yang bersifat membandingkan. Sedangkan penelitian asosiatif merupakan penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2008). Adapun menurut jenis datanya, maka penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2008).


(52)

III.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank devisa dan bank non devisa yang ada sejak tahun 2005 hingga tahun 2007. Populasi diambil dari tahun 2005 hingga tahun 2007. Tercatat jumlah bank devisa berdasarkan data dari Bank Indonesia sebanyak 40 bank, sedangkan jumlah bank non devisa sebanyak 34 bank.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling, yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel (Riduwan, 2006). Teknik non probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu (Riduwan, 2006). Pada penelitian ini kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Bank konvensional swasta devisa dan non devisa yang tidak berubah status pada tahun 2005 hingga tahun 2007.

2. Bank devisa dan bank non devisa yang tidak melakukan merger ataupun akuisisi pada tahun 2005 hingga tahun 2007.

3. Bank devisa dan bank non devisa yang tidak dilikuidasi pada rentang tahun 2005 hingga tahun 2007.


(53)

Tabel III.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

Bank Devisa

Jumlah Bank Non Devisa 1

2 3

Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bank Indonesia

Bank Umum Konvensional yang dilikuidasi selama tahun 2005-2007

Bank Umum Konvensional yang melakukan merger ataupun akuisisi selama tahun 2005-2007

40 (1)

(9)

34 (1)

(7) Jumlah populasi yang masuk kriteria

sampel

30 26

Sumber: Bank Indonesia (diolah).

Berdasarkan kriteria yang terdapat di Tabel III.1, maka diperoleh jumlah bank devisa yang dijadikan sampel sebanyak 30 bank dan jumlah bank non devisa yang dijadikan sampel sebanyak 26 bank.

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi. Studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari data yang berhubungan dengan masalah penelitian yang diperoleh dengan cara mengakses Bank Indonesia serta dokumen berupa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank devisa dan bank non devisa sejak tahun 2005 hingga tahun 2007.

III.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut berupa laporan keuangan bank devisa dan bank non devisa yang bersumber dari situs resmi Bank Indonesia (http://www.bi.go.id), dari website bank devisa dan


(54)

bank non devisa serta website lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang digunakan merupakan gabungan data antarperusahaan perbankan (cross section) dan data antarwaktu (time series), yang disebut juga dengan pooling data.

III.6. Hipotesis Pertama dan Kedua

III.6.1.Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama dan Kedua

III.6.1.1. Identifikasi variabel hipotesis pertama dan kedua

Variabel-variabel yang akan diuji pada hipotesis pertama dan kedua adalah: 1. Variabel bebas yang terdiri dari:

X1 = Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) X2 = Kredit yang Diberikan

2. Variabel terikat (Y) yakni Loan to Deposit Ratio (LDR) III.6.1.2. Definisi operasional variabel hipotesis pertama dan kedua

Definisi operasional variabel dari hipotesis pertama dan kedua adalah:

1. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (X1) merupakan tingkat suku bunga surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang yang ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang, berjangka waktu pendek (1-3 bulan).

2. Kredit yang diberikan (X2) merupakan semua kredit yang diberikan oleh bank, baik yang diberikan kepada bank lain dan semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing yang diberikan kepada pihak ketiga bukan bank.


(55)

3. Loan to Deposit Ratio (Y) merupakan perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank,

dengan rumus: x100%

DPK total diberikan yang kredit total LDR

LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan.

Tabel III.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama dan Kedua

Variabel Definisi Indikator Pengukuran

Tingkat Suku Bunga SBI (X1) Kredit yang Diberikan (X2) LDR (Y)

Surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan

hutang berjangka waktu

pendek

Pinjaman yang disalurkan oleh bank kepada bank lain dan pihak ketiga bukan bank

Mengukur tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan

Tingkat suku bunga SBI yang dikeluarkan BI yang berjangka waktu 1 bulan

Kredit yang diberikan dalam rupiah dan valas % 100 x DPK total diberikan yang kredit total Rasio Rasio Rasio

III.6.2. Model Analisis Data Hipotesis Pertama dan Kedua

Model analisis data yang digunakan dalam hipotesis pertama dan kedua ini adalah analisis regresi linear berganda. Suatu model regresi harus dapat dipertanggungjawabkan, yaitu harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Bentuk model regresi linear berganda dalam hipotesis pertama dan kedua ini adalah sebagai berikut:

e

X

b

X

b

a


(1)

menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa dan bank non devisa dilihat dari variabel ROA dan ROE, dan terdapat perbedaan kinerja dilihat dari variabel LDR, dimana bank non devisa berperan lebih besar dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dilihat dari rasio LDR nya.

V.2. Keterbatasan

Meskipun penelitian ini telah dirancang dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Keterbatasan dalam mengambil variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu hanya terbatas pada variabel tingkat suku bunga SBI dan kredit yang diberikan saja, tidak memasukkan variabel lainnya seperti tingkat inflasi, jumlah uang beredar, indeks harga saham gabungan, tingkat pendapatan dan laba perusahaan serta nilai NPL yang dapat mempengaruhi nilai LDR agar lebih signifikan lagi. 2. Keterbatasan dalam mengambil periode penelitian, yaitu periode yang cukup

pendek yaitu hanya 3 tahun (2005-2007), sehingga hasil yang diperoleh tidak menunjukkan adanya perbedaan kinerja keuangan antara bank devisa dan bank non devisa.


(2)

V.3. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatasan yang ada, maka disarankan sebagai berikut:

1. Bagi penelitian berikutnya diharapkan menambah variabel independen lainnya seperti tingkat inflasi, jumlah uang beredar, indeks harga saham gabungan, tingkat pendapatan dan laba perusahaan serta nilai NPL yang dapat mempengaruhi nilai LDR agar lebih signifikan lagi.

2. Secara umum, kinerja bank devisa dan bank non devisa memang tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, sama seperti penelitian-penelitian sebelumnya. Akan tetapi hal ini menunjukkan bahwa kinerja bank non devisa mampu mengimbangi kinerja bank devisa, meskipun bank devvisa memiliki fasilitas dan kualitas pelayanan yang lebih baik dari bank non devisa. Tentunya keadaan ini perlu disikapi dengan serius, khususnya untuk bank devisa, sehingga dapat menemukan strategi khusus untuk dapat mengoptimalkan kembali kinerjanya.

3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan memperpanjang periode pengamatan agar hasil penelitian dapat memperlihatkan adanya perbedaan kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori Kasus dan Solusi. BPFE: Yogyakarta.

Brigham, Eugene F. and Phillip R. Daves. 2004. Intermediate Financial Management. Eigth Edition. Thomson: South Western.

Van Horne, James C. and John M. Wachowicz. 2005. Fundamentals of Financial: Management Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Penerjemah: Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

Gujarati, Damodar. 2008. Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zain. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Kasmir. 2002. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Martono dan D. Agus Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Penerbit Ekonisia: Yogyakarta.

Margaretha, Farah. 2007. Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta.

Mishkin, Frederic S. 2003. The Economics of Money, Banking and Financial Markets. Sixth Edition Update. Addison Wesley.

Muljono, Teguh Pudjo. 1996. Bank Budgeting Profit Planning and Control. Edisi Pertama, BPFE: Yogyakarta.

Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Penerbit Alfabeta: Bandung. Riyadi, Selamet. 2006. Banking Assets and Liability Management. Edisi Ketiga.


(4)

Rivai, Veithzal, Andria Permata Veithzal dan Ferry N. Idroes. 2007. Bank and Financial Institution Management: Conventional & Sharia System. Penerbit PT RajaGrafindoPersada: Jakarta.

Rose, Peter S. 2002. Commercial Bank Management. Fifth Edition. McGraw-Hill Irwin.

Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Sinkey JR, Joseph F. 2002. Commercial Bank Financial Management: In The Financial Services Industry. Sixth Edition. Prentice Hall.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta: Bandung.

Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2003. Manajemen Keuangan bagi Aplikasi Kredit Perbankan, Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance. Penerbit Balairung & Co: Yogyakarta.

Bukan Buku

Abidin, Zaenal. 2007. Kinerja Efisiensi pada Bank Umum. PESAT Vol. 2.

Antaranews. April 2007. Bank Mandiri Paling Efisien Versi Bisnis Indonesia. http://www.antara.co.id/arc/2007/4130/bank-mandiri-paling-efisien-versi-bisnis-indonesia. (diakses 8 April 2008).

Claus, Iris and Christie Smith. Financial Intermediation and The Monetary Transmission Mechanism. Reserve Bank of New Zealand: Bulletin Vol. 62 No. 4.

Edijoelianto. 2007. Komentar analisis Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia. http:// spica almilia.wordpress.com/komentar-mahasiswa. (diakses 8 April 2008).


(5)

Febryani, Anita dan Rahadian Zulfadin. 2003. Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol. 7 No. 4 Hal. 38-54.

Hadad, Mualiaman D., Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas dan Eugenia Mardanugraha. 2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan

Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA)

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/E5610BEO-6CC1-4161-AFE9-F8116800B44B/7829/penggmetodeparametrikDEA.pdf (diakses 8 April 2008).

Harmanta dan Mahyus Ekananda. 2005. Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1997: Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit, Sebuah Pendekatan dengan Model Disequilibrium. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.p.51-78.

InfoBank No. 343. Oktober 2007. Perang Rebutan Pasar di Tengah Konsolidasi yang Melelahkan. hlm. 13.

Jones, Stuart and Grietjie Verhoef. 2006. Financial Intermediaries in Settler Economies: The Role of The Banking Sector Development in South Africa,

1850-2000. International Economic History Association: Helsinki.

http://www.helsinki.fi/iehc2006/papers3/verhoef97.pdf (diakses 28 Pebruari 2008).

Kurniasih, Apriyani. Pebruari 2008. Kantor Bank Asing Mulai Menyerbu Kampung-Kampung. InfoBank No. 347. hlm. 31.

Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PESAT Vol. 2.

Li, Shanling, Feng Liu, Suge Liu, G. A. Whitmore. 2001. Comparative Perfomance of Chinese Commercial Banks: Analysis, Findings and Policy Implications. Review of Quantitative Finance and Accounting: 16,149-170: ABI/INFORM Global.


(6)

Prasetiantono, A. Tony. Januari 2008. Perbankan Indonesia Tertelan Raksasa Asia. InfoBank No. 346, hlm. 62.

Zulverdi, Doddy, Iman Gunadi dan Bambang Pramono. 2006. Bank Portfolio Model and Monetary Policy in Indonesia.