E. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki:
1. perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. sistem evaluasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 4. peningkatan prestasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa: membantu siswa dalam memahami materi sehingga meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Bagi Guru: membantu guru menemukan variasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang tepat untuk diterapkan di kelas.
3. Bagi Sekolah: menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan pembelajaran geografi di sekolah serta kegiatan pembelajaran pada
mata pelajaran yang lain. 4. Bagi Peneliti: menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah serta sebagai
syarat wisuda S1.
G. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ruang lingkup subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI.1 M.A. Ma’arif
Sukoharjo Pringsewu Tahun Ajaran 20112012. 2. Ruang lingkup obyek dalam penelitian ini adalah penggunaan metode STAD untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah semester genap tahun ajaran
20112012. 4. Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah
M.A. Ma’arif Sukoharjo Pringsewu.
5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Sebagaimana dikemukakan oleh Daldjoeni
1997:106 bahwa dalam pengajaran geografi di sekolah lanjutan, pokok pemikiran manusia-lingkungan merupakan pusatnya, karena itulah yang mencerminkan apa yang
disebut pemikiran geografis. Berpikir geografis meliputi tiga hal yakni faktor, proses dan relasi. Selanjutnya Daldjoeni 1997:121 juga mengemukakan bahwa melalui
pengajaran geografi, guru geografi berusaha menyalurkan lima jenis sumbangan kepada pendidikan yaitu wawasan dalam ruang, persepsi relasi antar gejala, rasa
keindahan, kecintaan tanah air, dan saling pengertian internasional. Selain lima jenis sumbangan tersebut dikenal pula lima hal lain yang perlu disalurkan guru kepada
siswa melalui pengajaran geografi yakni berpikir buat dirinya sendiri, persiapan menghadapi kerumitan kehidupan yang memerlukan pengetahuan geografi, dorongan
suka membaca dan pesiar di waktu senggang, latihan kewarganegaraan yang bertanggungjawab, dan pengertian antara bangsa di dunia.
II . TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah 2007:39, belajar merupakan proses terbentuknya tingkah laku baru yang disebabkan individu merespon lingkungannya melalui pengalaman pribadi
yang tidak termasuk kematangan, pertumbuhan atau insting. Belajar sebagai proses terarah kepada tercapainya tujuan goal oriented dari pihak siswa maupun dari pihak guru. Tujuan
itu bahkan dapat diidentifikasikan dan bahkan dapat diarahkan sesuai dengan maksud pendidikan.
Pengertian lain dikemukakan oleh Slavin dalam Trianto, 2009:16, bahwa belajar secara
umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak
lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir dan bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya.
Slavin juga mengatakan bahwa proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja
maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu, sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai
sumber belajarnya dalam Trianto, 2009:16.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang baik secara sengaja maupun tidak sengaja untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga terdapat perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap pada diri individu tersebut.
2. Teori Utama Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide
Slavin dalam Nur, 2002:8. Prinsip-prinsip dasar teori belajar konstruktivisme menurut Suparno dalam Trianto, 2009:18
adalah sebagai berikut: 1 Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun secara sosial.
2 Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa menalar.
3 Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4 Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.
Jadi, dalam teori belajar konstruktivisme guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk
menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa
anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut Nur dalam Trianto, 2009:8.
b.Teori Belajar BehaviorPerilaku Skinner dalam Gredler, dalam Trianto, 2009:39 mengemukakan bahwa belajar merupakan
perubahan perilaku. Prinsip utama dari teori belajar perilaku adalah bahwa perilaku berubah sesuai dengan
konsekuensi-konsekuensi langsung dari perilaku tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan
akan memperlemah perilaku. Dengan kata lain konsekuensi-konsekuensi yang
menyenangkan akan meningkatkan frekuensi seseorang untuk melakukan perilaku yang serupa Budayasa dalam Trianto, 2009:40.
Slavin dalam Trianto, 2009:40 mengemukakan bahwa konsekuensi yang menyenangkan disebut penguat, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman.
Penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku disebut pengkondisian operan.
Dengan diberikannya penguatan dan hukuman, maka akan terjadi perubahan perilaku. Karena
itu, memberikan konsekuensi penguatan atau hukuman yang sesegera mungkin akan lebih baik daripada diberikan belakangan dan akan memberikan pengaruh positif terhadap perilaku
selanjutnya. Jadi pemberian konsekuensi sesegera mungkin dalam proses pembelajaran itu penting, supaya kesalahan yang sama tidak dilakukan lagi oleh para siswa.
3. Pembelajaran
Menurut Syaiful Bahri Djamarah 2000:61 bahwa pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, dan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya
dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih
kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana
antara keduanya terjadi komunikasi transfer yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya Trianto, 2009:17.
Dengan demikian pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan
untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran itu sendiri. 4. Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning Tipe STAD
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi
pembelajaran, siswa dituntut bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk menolong satu sama lainnya dalam memahami suatu pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban
teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar yang tinggi Lie, 2002:52.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya
belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai kemampuan untuk membelajarkan siswa yang
lain. Di samping itu, kemampuan siswa untuk belajar mandiri dapat lebih ditingkatkan. Menurut Roger dan Johnson dalam Trianto, 2009:60 ada lima unsur yang membedakan
metode pembelajaran kooperatif dengan metode pembelajaran kelompok biasa, yaitu: 1 Saling Ketergantungan Positif; keberhasilan kelompok sangat tergantung kepada
setiap usaha anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyususn tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya snediri. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian individu dan penilaian kelompok. Dengan demikian siswa mempunyai kesempatan yang sama
untuk memberikan sumbangan nilai. Dengan kondisi yang demikian tidak ada siswa yang dirugikan.
2 Tanggung Jawab Perseorangan; Unsur ini merupakan akibat langsung dari ketergantungan positif. Jika tugas dan penilaian dibuat menurut prosedur
pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik.
3 Tatap Muka; Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi sehingga siswa dapat saling mengenal menerima satu sama lain.
4 Komunikasi Antar Anggota; Keberhasilam suatu kelompok dipengaruhi oleh keterampilan intelektual, keterampilan berkomunikasi setiap anggota dalam
kelompoknya. 5 Evaluasi Proses Kelompok; Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Selanjutnya, terdapat enam atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Langkah-
langkah tersebut adalah sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Kegiatan Guru
Fase 1: Menyampaikan tujuan motivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.
Fase 2: Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
baik dengan
peragaan demonstrasi atau teks.
Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan siswa bagaimana
cara membentuk kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok
agar melakukan perubahan yang efisien.
Fase 4: Membantu kerja kelompok dalam
belajar Guru
membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
Fase 5: Mengetes materi
Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok
menyajikan hasil-hasil
pekerjaan mereka. Fase 6:
Memberi penghargaan Guru memberikan cara-cara untuk
mennghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Sumber: Ibrahim dkk dalam Trianto 2009:66.
Melalui cara belajar kelompok diharapkan siswa lebih aktif dalam mendiskusikan materi tentang pelajaran mereka. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif
didorong untuk bekerjasama pada sustu tugas bersama untuk mencapai suatu penghargaan bersama. Satu aspek penting pembelajaran kooperatif adalah di samping membantu
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik di antara siswa, juga secara bersama membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengacu kepada pengajaran di mana
siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil untuk menolong satu sama lainnya dalam memahami sustu pekerjaan, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan
lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tertinggi. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator Lie, 2002: 24. Slavin mengemukakan tiga konsep utama yang menjadi
karakteristik pembelajaran kooperatif yaitu penghargaan, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
1 Penghargaan kelompok, diperoleh jika kelompok mencapai skor sesuai kriteria yang ditentukan.
2 Pertanggungjawaban individu, tergantung pada pertanggungjawaban individu dari semua anggota kelompok. Adanya pertanggungjawaban secara individu, menjadikan
setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya, tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3 Kesempatan untuk berhasil. Pembelajaran kooperatif menggunakan metode penskoran untuk menentukan nilai perkembangan individu. Nilai perkembangan ini berdasarkan
pada peningkatan skor tes yang diperoleh siswa dari tes terdahulu. Dengan menggunakan metode penskoran ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,
sedang, atau tinggisama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yanng terbaik untuk kelompoknya.
Makna pembelajaran kooperatif adalah para murid secara bersama-sama berusaha agar semua murid, tanpa kecuali, bisa memahami atau menguasai materi pelajaran. Berusaha bersama-
sama pintar, sama pintar dalam perbedaan yang tidak mencolok. Menurut Slavin dalam Trianto, 2009:56 dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam
kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru. Sedangkan Artzt dan Newman dalam Trianto, 2009:56
menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota
kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 orang siswa dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
b. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD Student Team-Achievement Divisions merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Menurut Slavin dalam Nur, 2000:26 bahwa pembelajaran kooperatif tipe
STAD yaitu model pembelajaran dengan siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat atau lima orang yang merupakan campuran menurut kinerja dan jenis kelamin. Guru
menyajikan pelajaran dan siswa bekerja dalam kelompok sehingga dapat dipantau apakah semua anggota telah menguasai materi. Kemudian guru memberikan tes dan siswa tersebut
tidak boleh bekerja sama. Untuk kerja kelompok siswa diberi tugas berupa soal lalu antar anggota kelompok mencocokkan jawaban atau memeriksa ketepatan jawaban mereka, dan
jika ada yang belum mengerti maka teman sekelompoknya yang bertugas menjelaskan sebelum bertanya kepada guru.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dilaksanakan melalui tahap persiapan,
presentasi kelas, kegiatan kelompok, tes dan penghargaan kelompok. 1 Tahap Persiapan; Kegiatan dalam tahap persiapan ini berupa menentukan materi
pelajaran, membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar. Siklus pembelajaran tipe STAD yaitu mengajar, belajar dalam kelompok, tes dan penghargaan kelompok.
2 Tahap Presentasi Kelas; Pada tahap ini guru menyajikan materi pelajaran dan diharapkan guru dapat memotivasi siswa sehingga muncul rasa ingin tahu pada diri
siswa untuk mencari materi tersebut. 3 Tahap Kegiatan Kelompok; Siswa dan guru menetapkan peraturan dan cara kerja
dalam kelompok kooperatif. 4 Tahap Tes; Satu jam pelajaran akan digunakan siswa dalam menyelesaikan tes secara
individu, lalu skor tersebut akan disumbangkan pada skor kelompok. 5 Tahap Penghargaan Kelompok; Setelah tes dilakukan lalu dihitung skor
perkembangan individu dan skor perkembangan kelompok sehingga dapat diketahui kelompok yang mendapat penghargaan dengan mencapai skor tertinggi.
Berdasarkan lima tahapan di atas, dapat dijabarkan langkah-langkah dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai berikut : 1 Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan
lima orang. Anggota-anggota kelompok dibuat heterogen meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan awal Bahasa Indonesia, motivasi belajar, jenis kelamin,
ataupun latar belakang etnis yang berbeda.
2 Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan presentasi adalah
untuk mengenakan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa. 3 Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok.
Mereka boleh mengerjakan tugas-tugas tersebut secara serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam
kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban tetapi juga untuk mempelajari
konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran
tersebut.
4 Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.
5 Hasil tes kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja
sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok. 6 Setelah itu memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik presentasinya
atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, atau tambahan nilai.
Kebaikan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah 1 Dapat menumbuhkan rasa
percaya diri siswa dan memotivasi siswa untuk selalu berusaha mendapatkan nilai yang baik, karena mereka sadar kesuksesan akademik yang diperoleh merupakan usaha mereka sendiri.
2 Memberi kesempatan bagi siswa yang kemampuan belajarnya kurang berinteraksi di dalam kelas. 3 Dapat membantu siswa menganalisa, mensintea, menyelesaikan masalah,
bahkan belajar mempelajari sesuatu. Pembelajaran kooperatif tipe STAD selain memiliki beberapa kebaikan juga memiliki
beberapa kelemahan yaitu: 1 Karena siswa berbicara dan bekerja dalam kelompok kecil, jika banyak siswa dalam kelompok yang berbicara menyebabkan pelaksanaan tugas kelompok
terhambat, di samping itu dapat mengganggu guru di kelas lain. 2 Perhatian yang kurang oleh guru dalam pelaksanaan tugas kelompok dan kurang mengertinya siswa tentanng apa
yang harus dilakukannya di dalam kelas menyebabkan tujuan tidak tercapai. Menurut Slavin dalam Trianto, 2009 terdapat dua aspek yang melandasi keberhasilan
pembelajaran kooperatif yaitu : aspek motivasi dan aspek kognitif. Dua hal ini yang harus muncul dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebab dua hal inilah yang
menjadi roh dari pembelajaran ini. Tanpa adanya dua hal tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berjalan sebagaimana mestinya.
5. Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih
jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan
Suharsimi, 2006:178.
6. Prestasi Belajar Menurut Winkel 1989, hasil belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai,
usaha yang dimaksud adalah belajar dengan memperoleh hasil yang cukup baik melalui tes prestasi belajar.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai melalui suatu usaha dalam kegiatan belajar
mengajar Djamarah, 2000. Kegiatan belajar mengajar akan dikatakan berhasil jika siswa dapat mencapai nilai 67. Sedangkan untuk keberhasilan proses belajar mengajar secara
klasikal suatu kelas dapat dikatakan berhasil jika 85 siswa telah mencapai nilai 67. Winkel 1983: 14 menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi
menjadi empat yaitu: a. Faktor pihak siswa, yaitu taraf intelegensi, b. Faktor guru, motivasi, metode mengajar, beban pelajaran, c. Sekolah sebagai institusi, yaitu sarana dan prasarana
belajar , pengolaan, pimpinan sekolah, dan d. Faktor situasional, yaitu keadaan waktu, lokasi kegiatan belajar mengajar, iklim atau cuaca.
Dengan demikian prestasi belajar diperoleh melalui proses belajar mengajar, perubahan
pengetahuan, sikap atau keterampilan yang dialami siswa dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan guru. Bagi siswa, penilaian dapat memberi informasi tentang sejauh
mana konsep yang telah disajikan. Bagi guru, penilaian dapat digunakan sebagai petunjuk mengenal keadaan siswa, materi yang diajarkan, metode yang tepat dan umpan balik untuk
proses belajar mengajar selanjutnya. Nilai yang diperoleh setelah proses belajar mengajar ini disebut sebagai prestasi belajar.
7. Pembelajaran Geografi Menggunakan Kooperatif STAD Pembelajaran dikatakan berhasil baik jika hasilnya tahan lama dan dapat digunakan secara
praktis dalam kehidupan oleh anak didik yang mempelajarinya Mursell dalam Nursid, 2001:100.
Asas-asas yang menjadi ciri geografi seperti penyebaran distribusi, interelasi, deskripsi, dan
keruangan merupakan hal yang harus diperhatikan pada kegiatan pembelajaran geografi. Selanjutnya hakikat geografi yang materinya digali dari kehidupan nyata dan lingkungannya,
juga menjadi dasar pengembangan pembelajaran geografi. Ditinjau dari kepentingan anak didik, pembelajaran geografi berkewajiban mengembangkan mentak anak didik secara
seimbang yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian strategi yang diterapkan meliputi strategi pembinaan konsep dan generalisasi, bertanya secara
efektif, keterampilan, nilai, dan inkuiri Nursid, 2001:101. Model pembelajaran geografi yang dapat mengembangkan mental siswa secara seimbang,
membangkitkan motivasi dan kreatifitas berpikir serta keterlibatan dalam proses adalah
model kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif, keterampilan berpikir dalam menanggapi sesuatu persoalan dan mencari alternatif jalan keluar dari persaoalan dapat dibina dan
dikembangkan. Sifat dan sikap demokrasi, menghargai pendapat orang lain, tenggang rasa, kemandirian, dapat dibina melalui model pembelajaran kooperatif.
8. Pembelajaran Geografi dalam Konteks P. IPS
Menurut Nursid 2001:9 mengemukakan bahwa pembelajaran geografi adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam
atau kehidupan umat manusia dan variasi kewilayahannya, yang diajarkan di sekolah-sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-
masing. Nursid 2001:12 juga mengemukakan bahwa geografi dan studi geografi berkenaan dengan:
a. permukaan bumi geosfer, b. alam lingkungan atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer,
c. umat manusia dengan kehidupannya antroposfer, d. penyebaran keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan
perbedaan, dan e. analisis hubungan keruangan gejala-gejala geografi di permukaan bumi.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran geografi merupakan
pembelajaran tentang ilmu pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks
keruangan sesuai dengan perkembangan mental anak dan jenjang pendidikan anak.
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Penelitian dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Division STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Geografi” tahun 2009 oleh Ria Aprina P.S. Pendidikan
Geografi Universitas Lampung, menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dari
satu siklus ke siklus selanjutnya pada siswa kelas XI IPS 3 semester ganjil SMA Negeri 10 Bandarlampung tahun ajaran 20092010.
2. Penelitian dengan judul: “Studi Perbandingan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Team Achievement Divisions dengan Pembelajaran Langsung pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 20052006 ” oleh Rini Irawati P.S.
Pendidikan Ekonomi Universitas Lampung menunjukkan suatu perbandingan mengajar dengan menggunakan pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif.
Prestasi belajar terbaik diperoleh saat siswa diajar dengan menerapkan pembelajaran kooperatif.
C. KERANGKA PIKIR
Salah satu upaya pembelajaran student-centered pengajaran memusat siswa adalah membuat siswa belajar berkelompok, bekerja bersama dan bekerja sama melakukan kegiatan
belajar dalam kelompok. Ini yang lazim disebut dengan cooperative learning atau
pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dianggap perlu dan penting dalam pendidikan karena tidak semua siswa bisa dan mampu menguasai pelajaran tanpa bantuan guru atau siswa lainnya. Makna
kooperatif dari pembelajaran kooperatif adalah para siswa secara bersama-sama berusaha agar semua siswa, tanpa kecuali, bisa memahami atau menguasai materi pelajaran. Berusaha
bersama-sama pintar, sama pintar dalam perbedaan yang tidak mencolok.
Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif adalah STAD Student Team-Achievement Divisions. Dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai
5 orang siswa dan heterogen dalam hal jenis kelamin dan tingkat kecerdasan.
Sebagai salah satu cara untuk membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas, digunakanlah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di M.A. Ma’arif
Sukoharjo Pringsewu.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat digambarkan bagan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir
D. KRITERIA KEBERHASILAN
1. Perencanaan pembelajaran disebut berhasil jika nilai RPP meningkat dari siklus ke siklus
dan siklus akan dihentikan jika nilai RPP sudah mencapai 3,50. output
input PROSES
PEMBELAJARAN STAD
2. Proses pembelajaran disebut aktif jika banyaknya siswa yang tergolong aktif meningkat dari siklus ke siklus dan siklus dihentikan jika jumlah siswa yang aktif telah mencapai
80. 3. Sistem evaluasi disebut berhasil jika nilai reliabilitas soal semakin baik dari siklus ke
siklus dan siklus dihentikan jika reliabilitas mencapai nilai antara 0,4 – 0,7.
4. Peningkatan prestasi disebut berhasil jika siswa yang tuntas belajarnya meningkat dari siklus ke siklus dan siklus dihentikan jika jumlah siswa yang tuntas belajarnya telah
mencapai 80.
III . METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah classroom action research. Sebagaimana dijelaskan
oleh Suharsimi Arikunto 2006:3 bahwa dalam penelitian tindakan, peneliti melakukan sesuatu tindakan, eksperimen, yang secara khusus diamati terus-
menerus, dilihat plus-minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di MA Ma’arif Sukoharjo Kabupaten Pringsewu pada siswa kelas XI.1 semester ganjil Tahun Ajaran 20112012.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI.1 MA Ma’arif Sukoharjo Kabupaten Pringsewu semester ganjil Tahun Ajaran 20112012.
D. Obyek Penelitian Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen
Variabel Konsep Variabel
Indikator Kisi-kisi Instrumen
Observasi Tes
1. Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
pembelajaran dimana siswa bekerja dalam
kelompok heterogen untuk memecahkan masalah atau
untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dan
memiliki unsur-unsur: tanggungjawab
perseorangan, tatap muka, saling ketergantungan
positif, komunikasi antar anggota, dan evaluasi antar
kelompok. - Bertanya
- Menjawab - Mencatat
- Diskusi √
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, hasilnya ditunjukkan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Prestasi belajar tuntas jika nilai
tes formatif mata pelajaran
geografi pada
akhir siklus ≥ 67.
√
E. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan pada penelitian ini terdiri dari tiga siklus, dengan setiap
siklusnya terdiri empat tahapan yaitu: 1. Rencana Tindakan, persiapan yang dibuat untuk diterapkan dalam
proses belajar-mengajar. 2. Pelaksanaan tindakan, guru mengajar dengan mempraktekkan sesuai
dengan rencana yang telah dirumuskan. 3. Observasi, guru mitra dan peneliti mencatat dan mengamati kondisi
siswa mulai dari masuk kelas sampai berakhirnya jam pelajaran.
4. Refleksi, hasil catatan guru dan mitra selama proses pembelajaran dianalisis, bila catatan yang baik dipertahankan dan ditingkatkan
sedangkan catatan yang bersifat kurang baik dijadikan bahan renungan untuk siklus berikutnya sehingga terjadi peningkatan hasil.
Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tahap Persiapan
a. Siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok yang berjumlah 4 orang berdasarkan nilai ujian.
b. Menjelaskan maksud serta langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD kepada siswa.
Adapun ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh siswa sebagai anggota kelompok antara lain:
a. Anggota kelompok yang pandai dituntut untuk memberitahu teman yang belum mengerti ,sedangkan anggota kelompok yang tidak mengerti
hendaknya bertanya kepada temannya yang mengerti. b. Setiap kelompok tidak diperkenankan untuk berpindah-pindah tempat
duduk pada setiap proses pembelajaran. c. Setiap siswa harus memperhatikan baik-baik pada saat pengajar
menyampaikan materi pelajaran. d. Setiap anggota kelompok harus berani menyampaikan pendapat, bertanya
serta mendengarkan dengan baik penjelasan temannya pada saat belajar dalam kelompok.
e. Seluruh anggota kelompok harus mengusahakan agar terjadi diskusi yang aktif.
2. Tahap pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa
tahap yaitu a Perencanaan, b Pelaksanaan, c Pengamatan, dan d Refleksi yang akan membentuk siklus. Tindakan ini dilaksanakan dalam beberapa siklus,
dengan gambaran secara umum pelaksanaan kegiatan setiap siklus sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Kegiatan dalam perencanaan meliputi:
1 Menetapkan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. 2 Mempersiapkan lembar latihan yang diberikan kepada siswa saat
pembelajaran. 3 Mempersiapkan lembar observasi terhadap siswa, dan catatan
lapangan. 4 Mempersiapkan perangkat tes akhir siklus.
b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan ini merupakan penerapan kegiatan pembelajaran yang telah
disusun dalam perencanaan. Adapun urutan kegiatannya secara garis besar adalah sebagai berikut:
1 Penyajian Materi Penyajian materi dilakukan dalam waktu lebih kurang sepertiga atau
seperempat waktu yang tersedia. Penyajian meliputi pokok-pokok materi secara garis besar.
2 Belajar dalam kelompok
Setelah penyajian materi dilakukan, siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang telah ditentukan. Kemudian siswa
diberi waktu untuk mendiskusikan materi yang telah disampaikan, lalu siswa diberi lembar latihan yang harus dibahas setiap kelompok dan
harus dijawab oleh setiap siswa dengan cara bekerja sama serta saling berdiskusi dalam kelompok. Hasil belajar siswa dikumpulkan. Setelah
itu dilaksanakan diskusi untuk membahas hasil diskusi kelompok. 3 Tes Individual
Setelah siswa belajar dalam kelompok selanjutnya diberi tes secara individu yang dilakukan disetiap akhir siklus. Hasil tes individu ini
akan diberi sekor peningkatan individu, dan di gunakan untuk menentukan kelompok terbaik.
c. Tahap Pengamatan Pengamatan dilakukan mulai dari awal sampai akhir proses pembelajaran.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan yang telah dipersiapkan.
d. Tahap Refleksi Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami dan membuat
kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Setelah satu siklus berakhir, maka dilakukan refleksi dengan menganalisis hasil
teks, observasi, serta menentukan perkembangan kemajuan serta kelemahan yang terjadi sebagai dasar perbaikan pada siklus berikut ini.
Jika teredapat kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah
berlangsung maka dicari solusi untuk mengatasinya dan diperbaiki pada proses pembelajaran selanjutnya. Jika proses pembelajaran yang
berlangsung telah sesuai dengan yang diharapkan, maka akan dipertahankan dan ditingkatkan lagi pada proses pembelajran selanjutnya
F. Variabel Penelitian dan Operasional Tindakan 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan aktivitas siswa.
b. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar.
2. Operasional Tindakan a.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pembelajaaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan
jumlah anggota tiyap kelompok empat sampai lima orang secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4
– 5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh
siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain: 1 Perangkat pembelajaran
2 Membentuk kelompok kooperatif 3 Menentukan skor awal: skor awal yang dapat digunakan dalam kelas
kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. 4 Pengaturan tempat duduk
5 Kerja kelompok Pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan keaktivan
siswa di kelas. Data aktivitas siswa diperoleh dari hasil observasi. Setiap siswa diamati aktifitasnya dalam setiap pertemuan dengan memberi tanda “√” pada
lembar observasi jika aktifitas yang dilakukan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Setelah selesai observasi dihitung jumlah aktifitas yang dilakukan
siswa lalu dinyatakan dalam bentuk persen dengan menggunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Sudjana 2002:69, yaitu sebagai berikut:
Ai =
�� �
� Keterangan :
Ai = persentasi aktivitas siswa Na = banyaknya aktivitas yang terkategori aktif
N = banyaknya aktivitas yang diamati
Siswa dikategorikan aktif apabila persentasi aktivitasnya mencapai 50 atau
lebih. Selanjutnya untuk menentukan persentasi siswa aktif secara kelas digunakan rumus:
As =
∑ �� �
× 100 Keterangan :
As = persentasi siwa aktif ∑ �� = banyaknya siswa aktif
N = banyaknya siwa yang hadir Kelas dikategorikan aktif aktif apabila persentase aktivitasnya mencapai 80 atau
lebih, Untuk mengetahui data mengenai proses pembelajaran STAD saat kegiatan
pembelajaran berlangsung digunakan lembar observasi. Indikator-indikator mengenai data keaktivan siswa pada lembar observasi tersebut adalah kegiatan
sebagai berikut: 1 bertanya
2 menjawab 3 mencatat
4 diskusi
b. Prestasi Belajar
Data hasil belajar siswa diketahui setelah diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, diambil dari persentase ketuntasan belajar siswa setelah diadakan tes pada setiap akhir siklus. Siswa dikatakan tuntas jika mendapatkan
nilai 67 atau lebih. Untuk menentukan presentase siswa tuntas setiap siklusnya digunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Sudjana 2000:69, yaitu sebagai
berikut.
Keterangan : At = persentase siswa tuntas belajar
= banyaknya siswa yang tuntas belajar N
= banyaknya siswa yang hadir Selanjutnya, untuk menentukan rata-rata kelas digunakan rumus:
= Keterangan:
= nilai rata-rata kelas = jumlah nilai tes seluruh siswa
N = banyaknya siswa yang hadir
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah: 1. indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian ini
prestasi belajar siswa meningkat dari siklus ke siklus. 2.
siswa yang memperoleh nilai ≥ 67 mencapai 80
G. Teknik Pengumpulan Data