Tipe Militeristis Gaya Kepemimpinan
22
Seorang pemimpin yang laissez faire melihat peranannya sebagai “polisi lalu lintas”. Dengan anggapan bahwa para anggota organisasi sudah mengetahui
dan cukup dewasa untuk taat kepada peraturan permainan yang berlaku, dan ia cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan
menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakkan.
30
Kepemimpinan laissez faire, juga disebut sebagai kepemimpinan liberal, merupakan suatu pola pengabaian abrogation sehingga pemimpin berusaha
menghindari tanggung jawab terhadap pengikutnya. Dalam proses pengambilan keputusan pemimpin tidak mengarahkan dan memberikan perintah kepada para
pengikutnya menentukan sendiri. Ia bisa jadi hanya mengamati dan memerhatikan tanpa berpartisipasi langsung. Seorang pemimpin yang liberal menyebabkan para
pengikutnya menjadi manusia yang penuh kreatif, dan dapat menentukan pilihannya masing-masing dalam mencapai tujuannya. Interaksi dalam kelompok
yang dipimpin oleh pemimpin tipe ini tidak ada sama sekali karena ia menganut sikap yang tak acuh terhadap pengikutnya dan menghindari tanggung jawab
terhadap mereka.
31
Kepala sekolah yang memiliki sifat laissez faire merupakan kebalikan dari yang otoriter, dan sering disebut liberal, karena ia memberikan banyak kebebasan
kepada tenaga kependidikan untuk mengambil langkah-langkah sendiri dalam menghadapi sesuatu. Kepala sekolah ini keliru dalam menafsirkan demokrasi, ia
menafsirkan demokrasi sebagai kebebasan untuk mengemukakan, dan mempertahankan pendapat, serta kebijaksanaan masing-masing. Padahal
demokrasi bukan kebebasan mutlak, tetapi dibatasi oleh peraturan. Dalam rapat sekolah, kepala sekolah menyerahkan segala sesuatu kepada para tenaga
30
Sondang P. Siagian, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, Cet. Ke-3, h. 38
31
Herabudin, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2009, h. 222
23
kependidikan, baik penentuan tujuan, prosedur pelaksanaan, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, serta sarana dan prasarana yang akan digunakan.
Kepala sekolah bersifat pasif, kegiatan yang akan dilakukan, tidak ikut terlibat langsung dengan tenaga kependidikan, dan tidak mengambil inisiatif
apapun. Kepala sekolah yang memiliki sifat laissez faire biasanya memposisikan diri sebagai penonton, meskipun ia berada ditengah-tengah para tenaga
kependidikan dalam rapat sekolah, karena ia menganggap bahwa pemimpin jangan terlalu banyak mengemukakakan pendapat agar tidak mengurangi hak dan
kebebasan anggota.
32
Ciri-ciri kepemimpinan Laissez faire :
33
a Tidak yakin pada kemampuan sendiri
b Tidak berani menetapkan tujuan
c Tidak berani menanggung resiko
d Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok.